besar.
Koentjaraningrat
(2002)
mendefinisikan
tanggung
jawab
terhadap
khasanah
kekayaan
ludruk,
dan
lenong
betawi,
seni
pertunjukan
Dulmuluk
pembudidayaan
kesenian
tradisional tersebut,
seperti
menceritakan
cerita
tradisional,
penggarapannya secara tradisional, para pelakon sudah tuatua karena tidak ada regenerasi, seni tradisional Dulmuluk
memiliki karakteristik semacam itu. Dengan tata cara dan tata
kelola seperti itulah yang menyebabkan seni pertunjukan
Dulmuluk
terhadap
keberadaan
seni
pertunjukan
masyarakatnya.
Inilah3 yang
perlu
dikaji
lebih
anak-anak
muda
pun
turut
menentukan
kebudayaan
lebih baik.
Berkaitan
dengan
pementasan
Dulmuluk,
seni
pertunjukan
masyarakat
Palembang
semakin
menurun eksistensinya. Selain jarang ditemukan dalam acaraacara besar atau bergengsi, Dulmuluk juga dipengaruhi oleh
siapa yang menontonnya, atau lebih tepat siapa yang berkenan
menikmatinya. Dari pengamatan penulis, penonton teater
Dulmuluk berasal dari masyarakat tingkat sosial menengah ke
bawah, yakni para pedagang kecil di rumah-rumah, pasar, dan
sebagian pegawai negeri golongan rendahan dan pegawai
swasta pabrikan. Selain itu, penonton pada umumnya terdiri
dari orang-orang yang sudah lanjut usia. Sebagian besar
penonton terdiri dari orang-orang yang berpendidikan rendah
bahkan
terdiri
dari
anak-anak,
yang
kemungkinan
bangsa,
generasi
muda
ternyata
tidak
begitu
nama
Dulmuluk,
tidak
mengetahui
mendalam
tentang
Dulmuluk.
Sebagian
besar
lebih
mereka
Alasannya
ialah6 Dulmuluk
yang
mereka
berpendapat
bahwa
pertunjukan
Dulmuluk
terkesan
hal-hal
berikut.
Angket
prapemutaran
film
Dulmuluk
dan
17
yang
belum
pernah
angket
tersebut,
mahasiswa
menyampaikan
umum,
mereka
mengharapkan
isi
ceritanya
penelitian
Lelawati,
diketahui
berbagai
aspek
manajemen
pengorganisasian,
pementasan.
pengarahan,
dan
Perencanaan,
pengendalian
atau
kurang
melakukan
pengembangan
pemain
permasalahan
tersebut
mengindikasikan
hedonis.
mati
tak
mau.
Beberapa
faktor
krusial
seperti
karena seni
diperoleh
buku
seni
pertunjukan
Dulmuluk
yang
10
BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
SENI PERTUNJUKAN DULMULUK
dijual
di
Kemudian
Kepulauan
dari
Riau,
Singapura
Singapura,
dan
dan
Malaysia
Malaysia.
Dul
Muluk
12
disampaikan
di
awal,
syair
ini
hanya
berupa
oleh-oleh
yang
bahwa
pembentukan
teater
Dulmuluk
ini
telah
dikenal
lewat
seorang
pembaca
penontonnya.
meramaikan
di
hadapan
Pembacaan
orang
syair
hajatan,
para
ini
yaitu
pendengar
biasanya
malam
dan
untuk
sebelum
bergantian,
bertambah
para
sesuai
dialog
pembaca
pemerannya.
syair,
Semakin
semakin
menarik
teater14 Dulmuluk
sebagai
alat
Pada
menggunakan
serba
modern.
Kemajuan
15
BAB III
KARAKTERISTIK SENI PERTUNJUKAN DULMULUK
tetap
memiliki
kekhasan
tersendiri.
Bandem
penonjolan
individu
sebagai
pencipta
karya;
(2)
teater
tabuh-tabuhan
dan
upacara
sesajian.
sebagai
dibawakan oleh pria; (9) seni bela diri atau pencak silat
merupakan gaya dan corak perkelahian dalam lakonnya; (10)
bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu (sekarang
bahasa Indonesia); kecuali lawakan (khadam), para pemain
mempergunakan bahasa daerah
oleh
pimpinan
(pengarah
pertunjukan)
untuk
Berkaitan
dengan
karakteristik
seni
pertunjukan
jalan
ceritanya
hidup
dan
dikenal
dalam
itu,
Fajri
berkaitan
juga
18
dengan
struktur
19
kebanyakan teater
menjadi
bagian
bukan
semata
disebabkan
oleh
inspirasi
sebagai
penyampaiannya
ungkapan
terhadap
pemain
penonton
dengan
dalam
bentuk
dimulai;
(2)
mengawali
pementasan
pada
hiburan
yang
berupa
lagu-lagu
dangdut
dan
melayu,
22
BAB IV
MANAJEMEN SENI PERTUNJUKAN DULMULUK
orang-orang
yang
berada
di
dalamnya.
Agar
kegiatan,
mengorganisasi
orang-orang,
(2003:19)
organisasi
manajemen
bahwa
termasuk
juga
manajemen
dikemukakan
akan
seni23 pertunjukan
oleh
membantu
untuk
dapat
untuk
mengukur
keberhasilan
pelaksanaan
melaksanakan
pekerjaannya
sesuai
berusaha
untuk
mempengaruhi
dengan
harapan
bawahannya/anggotanya
agar
bekerja
dengan
baik,
tujuan
dapat
tercapai
dengan
baik.
Perbaikan
dengan
beberapa
hal
penting
dalam
tidaknya
Dulmuluk, diperlukan
sebuah
pengorganisasian,
termasuk
Robert L.Mathias dan H.Jackson, Human Resources Management (Jakarta Salemba Empat
2006 and Thomson South Western, 2004).p 113-144
bahwa
ada
empat
faktor
yang
individu,
kompetensi,
motivasi,
dan
faktor
disampaikan
internal
dan
Amstrong
eksternal.3
Pendapat
Baron
lebih
dan
ini
yang
spesifik
pekerjaan
dalam
organisasi
Dulmuluk
usaha
dan
yang
tingkat
mampu
27
pribadi
dicurahkan olehnya;
yang
berkualitas
dan
mampu
memberikan
sistem
dalam
pekerjaan
organisasi
dan
fasilitas
yang
untuk
setiap
Dulmuluk
anggotanya;
4.faktor
kondisi
di
situasional
yang
pengorganisaian
berhubungan
secara
struktural
dengan
tetapi
kegiatan,
latihan,
dan
pementasan
tidak
ada
kegiatan
adalah
menentukan
jenis
cerita,
waktu
pentas.
Namun
apabila
cerita
yang
akan
jadwal
di
mana
pementasan
dilakukan,
kapan
dalam
menyebabkan
sebuah
struktur
organisasi
organisasi
teater
Dulmuluk
Dulmuluk
tidak
ini
jelas.
ada
beberapa
grup
Dulmuluk
yang
memiliki
struktur
dan
tindakan
koreksi.
Organisasi/grup
Dulmuluk
baik.
Hal
tersebut
mungkin
terbatas
dengan
besar,32 manajemen
pementasan
pengorganisasian
pementasan
teater
modern.
Pengoranisasian pementasan berkaitan dengan unsurunsur pementasan. Wiyanto (2002) menyampaikan bahwa
unsur-unsur yang terdapat dalam pementasan, yaitu (1)
naskah drama, (2) sutradara, (3) tata rias, (4) pemain, (5) tata
busana, (6) tata panggung, (7) tata lampu, (8) tata suara, dan
(9) penonton. Unsur-unsur ini merupakan satu
penyutradaraan
dalam
teater
secara3 4 demokratis.
Dulmuluk
Sutradara
perpanjangan
penampilan
yang
tidak
terkendali.
drama
mengutamakan
mengutamakan
penuturan
pembicaraan
ceritanya
35
melalui
tokoh,
dialog.
tidak
terjadi
dalam
pementasan
Dulmuluk.
1.2.3 Pemain
Pemain adalah orang yang memerankan cerita. Jumlah
pemain tergantung dari tokoh yang dipentaskan. Seorang
pemain harus benarbenar seperti tokoh yang dimainkan. Untuk
itu, ia harus menguasai dan mampu memerankan watak,
tingkah laku tokoh yang diperankannya. Dalam pementasan
Dulmuluk, pemain memiliki peran yang sangat penting,
terutama untuk menentukan isi cerita. Isi cerita dibentuk dari
penampilan-penampilan pemain dengan improvisasi yang
disesuaikan
isi
cerita,
tanpa
menggunakan
naskah
yang
juga
disesuaikan
dengan
keinginan/selera
37
Khadam
1:
38
39
Dari
beberapa
pakaian
yang
digunakan
dalam
Pengaturan
cahaya
di
panggung
harus
pementasan,
dilaksanakan.
atau
Secara
tempat
umum,
pementasan
Dulmuluk
tersebut
yang
sering
acara-acara
tersebut,
seringkali
Dulmuluk
dan
40
kebanyakan
hanya
pada
Dulmuluk
yang
sering
dilaksanakan
dengan
adalah
penggambaran
untuk
mendukung
kesedihan,
41
suasana,
misal
menyesuaikan
karakteristik
suasana
yang
43
BAB V
UPAYA REVITALISASI DULMULUK
keadaan.
untuk
44
mempertahankan
warisan
ada
dan
mencegah
terjadinya
proses
dengan
revitalisasi
Dulmuluk,
ini
yang
harus
dipertahankan,
dilestarikan,
dan
dikembangkan.
Beberapa
konsep
strategi
pemertahanan
dan
dan
teknik-teknik
pementasan
teater
yang
pengembangan
berkelanjutan
dengan
kesenian
tradisional
mempertimbangkan
yang
tingkat
45
Bentuk-bentuk
strategi
pemertahanan
dan
adalah
sistem
nilai
yang
mengusung
konsep
masyarakat
dan
46
pola
umum
Indonesia.
kebudayaan
global.
Untuk
mereposisikan
persoalan-
daerah
sebagai
unsur
kebudayaan
47
kebudayaan
daerah
dapat
dengan
tidak
menghilangkan
nilai-nilai
Dulmuluk
perlu
ditampilkan
sesering
eksis
di
kalangan
48
masyarakat. Misalnya,
mempertunjukkan
Dulmuluk
di
berbagai
acara,
Salah
satunya
adalah
dengan
memberikan
berkelanjutan
eksistensi
kebudayaan
(cultural
49
atau
menugasi
siswa
Hal
yang
dapat
dilakukan
adalah
misalnya
buku,
mengadakan
penelitian
tentang
BAB VI
ASPEK-ASPEK REVITALISASI
Dalam
hal
ini,
respons
terhadap
Dulmuluk
50
atensi)
menyangkut
sendiri,
karya
sastra
tentu
dapat
dipahami
1. Aspek Isi
Hal utama yang dibahas pada aspek isi adalah tema.
Tema cerita dalam pementasan teater, yang di antaranya
dalam pementasan Dulmuluk, adalah buah pikiran atau
landasan cerita dan ide naskah pementasan itu sendiri.
Dalam pementasan Dulmuluk, bentuk karakteristik
penataan temanya variatif,
51
di
antaranya
sebagai
berikut.
1) Tema Didaktis
Tema
didaktis
berhubungan
dengan
pendidikan.
eksplisit
juga
sering
dimunculkan
dalam
53
b) penyelesaian (denouement)
3. Ama n at
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat
disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan
ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang
cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan
penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran,
larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Selanjutnya, dari segi amanat, berdasarkan penjabaranpenjabaran sebelumnya bahwa persepsi masyarakat terhadap
pesan sosial dalam
teater Dulmuluk merupakan suatu proses pemaknaan sehingga
masyarakat menafsirkan isi pesan yang berhububungan
dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat
yang ruang lingkupnya. Dalam hal ini, kebermaknaan cerita
adalah pesan moral hingga kesejahteraan sosial dalam suatu
pementasan teater.
Berdasarkan
tema,
alur,
dan
amanat
tersebut,
54
merupakan
aspek
sentral
yang
mampu
membawakan
55
perwatakan
yang
kemampuan
sang
56
pemeran
(pelaku)
dalam
jenis
properti
ini
sama-sama
digunakan
dalam
pementasan.
Selanjutnya, latar dalam pementasan Dulmuluk dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Latar fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud
fisiknya
(dapat
57
dipahami
melalui
panca
58
kursi
raja
dan
permaisuri
terlalu
sederhana.
Selain
itu,
para
pemain
59
Suara
Aspek
musik
sangat
penting
dalam
pementasan
suara,
dan
irama
sangat
penting
agar
dapat
mengaitkannya
pada
suara
atau
musik
yang
penataan
suara,
muncul
pula
beberapa
menunjukkan
berkaitan
dengan
pemertahanan
dan
sedangkan
banyak/hampir
setiap
pemain
grup
musik
yang
mempunyai
lain
pemusik.
cukup
Ada
1) Revitalisasi Internal
61
Dulmuluk dapat
bentuk
pengorganisasian,
dan
hasil
yang
memunculkan
62
Unsur-unsur
ini
merupakan
parameter
hasil
penjelasan
yang
mendalam
berkaitan
63
dengan
64
2) Revitalisasi Eksternal
Revitalisasi secara eksternal berhubungan hal-hal/orangorang yang ada di luar unsur pementasan. Ini berhubungan
dengan respon penonton, baik secara langsung menyaksikan
ataupun
pengamat
seni
pementasan
Dulmuluk.
Dulmuluk
dengan
masyarakatnya,
yang
mungkin
logis
dari
65
eksistensi
kebudayaan,
mendudukkan
pertanggungjawaban
tentang
menyangkut
66
berbagai
aspek,
pelaku,
DAFTAR PUSTAKA
Stiffler, M. A. 2006. Performance (Creating the performance-driven
organization). (USA Jhon Wiley & Sons Inc.
Mathias, Robert L. dan H.Jackson. 2004. Human Resources
Management. Jakarta Salemba Empat 2006 and Thomson
South Western.
Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.
Jakarta: Jambatan.
67
International Edition.
Saleh, Abdullah dan R. Dalyono. Kesenian Tradisional
Palembang:
Teater Dulmuluk. 1996.
Proyek
Pembinaan dan
68