Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Colon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Usus ini merupakan saluran yang
berhubungan dengan ileum dan berakhir di anus. Panjangnya sekitar
1,5 m, diameternya 6,3 cm, pH nya 7,5-8. Fungsi utama organ ini
adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari
kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon
menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon
dari usus buntu hinggapertengahan kolon melintang sering disebut
dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut
dengan "kolon kiri".

Fungsi usus besar:


1. Mengabsorbsi 80%-90% air dan elektrolit dari kimus yang
tersisa dan mengubah kimus dan cairan menjadi massa
semipadat.
2. Memproduksi kimus.
3. Mengeksresikan zat sisa dalam bentuk feses.
Usus besar dibedakan menjadi:
a. Coecum. Merupakan pembatas antara ileum dengan kolon.

b. Kolon. Pada kolon terjadi gerakan mencampur isi kolon dengan


gerakan mendorong. Pada kolon ada tiga divisi yaitu:

Kolon asendens; yang merentang dari coecum sampai ke tepi


bawah hati disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada
fleksura hepatika.

Kolon transversum ; merentang menyilang abdomen ke bawah


hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya

memutar ke bawah pada fleksura spienik.


Kolon desendens; merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen
dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di
rektum.

B. Definisi stoma
Stoma adalah

lubang

buatan

pada

abdomen

utnuk

mengalirkan urine atau faeces keluar dari tubuh. Pembuatan stoma


ini sering bersamaan melalui operasi pembukaan dinding perut
(laparotomi) dengan insisi di atas garis tengah perut (midline
incision). Keberadaan stoma ini sangat penting karena merupakan
pengganti lubang anus sebagai saluran pembuangan sementara atau
bahkan permanen seumur hidup.
Pada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan keluar
dari lubang stoma masuk ke kantong stoma (kolostomi bag). namun
tidak jarang kantong stoma bocor karena kurang rapat yang
menyebabkan iritasi kulit di sekitar stoma bahkan sampai
menyebabkan kontaminasi luka operasi laparotomi. Agar stoma
dapat berfungsi dengan baik dan luka operasi laparotomi dapat cepat
sembuh maka perlu perawatan yangbaik dan benar paska operasi.
C. Jenis-jenis Stoma
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)

Dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang
artinya mulut diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari
usus besar dan lebih dikenal sebagai anus buatan.
Kolostomi dikerjakan / dibuat pada keadaan :
a. Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal
(kurang 5 cm dari batas anus)
b. Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
c. Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun
terletak dari 5 cm diatas anus
Jenis Jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu,
sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari
kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen
maupun sementara.
1) Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan
apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi
secara normal karena adanya keganasan, perlengketan,
atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga
tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi
permanen biasanya berupa kolostomi single barrel
( dengan satu ujung lubang)
2) Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya
dekompresi

kolon

atau

untuk

untuk

mengalirkan

tujuan
feses

sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan


seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi
temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang
dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi
double barrel.
2. Ileostomi
Tindakan bedah membuat suatu opening antara usus halus
dengan dinding abdomen yang biasanya berasal dari ileum distal
atau bahkan lebih proximal dari usus halus.

Limbah usus lolos

keluar

dari ileostomy

dan

dikumpulkan dalam
suatusistem pouchingeksternal menempeldi kulit. Ileostostomi
biasanya diletakkan di atas pangkal paha di sisi kanan perut.

3. Tracheostomy
Adalah lubang buatan pada dinding anterior trachea untuk
membuat saluran udara. Menurut letak stoma, trakeostomi
dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas
letak ini adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan menurut waktu
dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi menjadi 2 yaitu
a. Trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan
sarana sangat kurang)
b. trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat
dilakukan secara baik.
Trakeostomi dapat dilakukan pada obstruksi jalan nafas jika
gambaran yang ada meliputi :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)

Dispnea.
Stridor.
Inspiratorik
Ekspiratorik
Bifasik
Perubahan suara.
Nyeri.
Batuk.
Penurunan atau tidak didapatinya suara pernafasan.
Perdarahan.
Keluarnya air liur secara berlebihan.
Leher tegang.

m) Hemodinamik yang tidak stabil (lanjut).


n) Hilangnya kesadaran (sangat lanjut).
Ada beberapa hal yang merupakan indikasi untuk dilakukannya
trakeostomi :
a) Mengatasi obstruksi laring
b) Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas bagian
atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring.
Dengan adanya stoma maka seluruh oksigen yang dihirupnya
akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang tertinggal di ruang
rugi itu. Hal ini berguna pada penderitadengan kerusakan paru,
yang kapasitas vitalnya berkurang.
c) Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada penderita
yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologis,
misalnya pada penderita dalam koma.
d) Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan).
e) Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak
mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.

4. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)

Urostomy adalah ( pembukaan buatan ) stoma untuk sistem


kemih.

Sebuha

urostomy di

buat

untuk

memanfaatkan

pengalihan kemih dalam kasusu dima drainase urin melalui


kandung kemih dan uretra tidak mungkin bekerja kembali,
misalnya setla operasi yang luas atau dalam kasus obstruksi.
Penyabab dilakukan urostomy adalah

Kanker kandung

kemih, cedera tulang belakang, kerusakan dari cacat kandung


kemih dan lahir seperti spina bifida.
D. Persiapan Pre Operasi
Untuk penatalaksanaan

pre

operasi

terdiri

atas

pengkajian,pendidikan kesehatan,konsultasi dan stoma siting.Pada


pasca operasi ostomy, perawat harus melihat kembali laporan operasi
pasien waktu di kamar bedah untuk mempelajari prosedur operasi,
apa yang ditemukan pada saat operasi dan hasil patologi harus
secepatnya diketahui karena akan menentukan prognosi.
E. Stoma sitting
Menandai pemebdahan stoma untuk mendapatkan sebelum
operasi stoma memungkinkan perut akan dinilai dalam posisi
berbaring duduk dan berdiri. Penilaian semacam itu memungkinkan
penentuan lokasi yang optimal. Perencanaan ini dapat membantu
mengurangi masalah pasca operasi seperti kebocoran, tantangan pas,
kebutuhan kantong kustom mahal, iritasi kulit, sakit dan
kekhawatiran pakaian. Penempatan yang buruk dapat menyebabkan

kesulitan yang tidak semestinya dan dampak psikologis dan


kesehatan

emosional. Penempatan

yang

baik

meningkatkan

kemungkinan kemerdekaan pasien dalam perawatan stoma dan


kembalinya aktivitas normal.
Untuk menandai situs stoma, karena ini adalah bagian dari,
praktek pendidikan dan pelatihan. Dalam kasus di mana usus besar
dan dubur perawat ahli bedah atau ostomy tidak tersedia, prosedur
berikut memberikan poin-poin penting untuk dipertimbangkan saat
penempatan stoma.

Hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk

menentukan lokasi pembedaan stoma :


1. Masalah Positioning : kontraktur, postur, mobilitas
misalnya kursi roda kurungan, penggunaan walker dll
2. Fisik pertimbangan: perut besar / menonjol /
terjumbai, lipatan perut, keriput, bekas luka / jahitan
baris, stoma lain, otot rektus, garis pinggang, puncak
iliaka,

kawat

gigi,

payudara

terjumbai,

visi,

ketangkasan, adanya hernia.


3. Pasien pertimbangan: Diagnosis, riwayat radiasi,
pekerjaan

umur,

Lain-lain:

Bedah

preferensi,

preferensi pasien, jenis ostomy atau penyelewengan,


konsistensi tinja diantisipasi.
4. Beberapa situs stoma: Tandai stoma tinja dan urine
pada bidang horisontal yang berbeda / baris.

Stoma in lying, sitting and standing position

F. Penatalaksanaan Post Operasi


a. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor
tanda vital dan intake dan output, meliputi drainase
lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan dari
insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus.
Evaluasi komplikasi luka yang lainnya, dan pertahankan
integritas psikologi.
b. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen.
Manipulasi

pembedahan

dari

usus

menghentikan

peristaltik, menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan


c.

pasase flatus indikasi kembalinya peristaltik.


Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa
nyaman, seperti perubahan posisi. Klien yang mengalami
nyeri postoperatif adekuat ditangani pemulihan lebih

cepat dan mengalami beberapa komplikasi.


d. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut
atau bantal untuk membantu batuk. Pemotongan kanker
kolorektal dengan anastomosis usus atau kolostomi
adalah bedah mayor abdominal. Perawatan untuk
mengurangi nyeri, pertahankan fungsi pernafasan yang
adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan.
e. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila
selang terlipat/sumbat, irigasi dengan gentle / hati-hati
dengan normal saline steril. NGT digunakan postoperatif
untuk

dekompressi

gastroinestinal

dan

fasilitasi

penyembuhan dari anastomosa. Memastikan kelancaran


penting untuk rasa nyaman dan penyembuhan klien.
f. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila
ada), catat berbagai perubahan atau adanya bekuan atau
perdarahan berwarna merah terang. Drainase dapat
berwarna merah terang dan kemudian gelap dan akhirnya
bersih atau hijau kekuningan setelah 2 3 hari pertama.
Perubahan warna; jumlah; atau bau dari drainase dapat

mengindikasikan

komplikasi

seperti

perdarahan,

sumbatan usus, atau infeksi.


g. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien
reseksi

abdomminoperitoneal

pemasangan

temperatur

untuk

rektal,

menghindari

suppositoria,

atau

prosedur rektal lainnya. Prosedur ini dapat merusak garis


jahitan anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau
gangguan penyembuhan.
h. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan
suction naso gastrik. Klien dengan suction NGT tidak
mampu untuk makan dan minum peroral dan, selebihnya,
kehilangan elektrolit dan cairan melalui NGT. Bila tidak
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, klien berisiko
dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium, dan
chloride; dan alkalosis metabolik.
i. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan
terapi antibiotik dianjurkan. Tergantung pada prosedur
yang dilakukan. Terapi antibiotik untuk mencegah infeksi
akibat dari kontaminasi rongga abdominal dengan isi dari
usus.
j. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan
dapat berupa cairan, dan kemudian diberikan sering dan
porsi sedikit. Monitor bising usus dan monitor distensi
abdomen sesering mungkin selama periode ini. Oral
feeding

dilakukan

kembali

perlahan-lahan

untuk

meminimalkan distensi abdomen dan trauma terhadap


garis jahitan.
k. Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.
l. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan
dengan ahli diet untuk instruksi diet dan menu; beri
penguatan

pengajaran.

Ajarkan

klien

tengang

kemungkinan komplikasi postoperatif, seperti abses


abdominal atau sumbatan usus. Ajarkan klien tentang

tanda-tanda

dan

gejala

komplikasi

ini

dan

cara

pencegahannya
G. Komplikasi stoma dan stoma care
1) Ciri-ciri stoma sehat
Berwaran merah muda :
Lembab
Tidak nyeri
Dapat Bergerak
2) Ciri-ciri stoma yang komplikasi
Komplikasi stoma ( kolap, perdarahan, diare
berlebihan, feses jadi mirip pita, sulit buang air

besar dan platus).


Obstruksi intestinal atau konstipasi
Krolaps sekmen proksimal
Perdarahan
Peningktan defekasi
infeksi

Gangguan pada kulit disekitar stoma ditandai dengan


adanya erithema, maserasi, kemerahan, ulserasi dan melepuh

3) Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan
a.

b.

c.

d.

pemasangan kolostomi yaitu :


Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan
usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan.
Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu
dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien
dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu
diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di
kamar mandi.
Infeksi
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering
menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar
stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus
sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan
luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna
untuk mencegah infeksi.
Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi
yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar
yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.
Prolaps pada stoma

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena


fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat
pada saat pembedahan.
e. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
f. Perdarahan stoma
4) Stoma care
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka
operasi lainnya. Tidak sulit namun perlu kesabaran dan
ketekunan serta sedikit tips agar stoma dan luka operasi
dapat sembuh dengan baik. Tujuan dilakukan perawatan
stoma ini supaya terlindungi dari kontaminasi dan
mencegah terjadinya infeksi. Langkah-langkah perawatan
stoma adalah sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan perawatan stoma, siapkan peralatan
dan

bahan-bahan

bengkok

(neer

yangdibutuhkan
baken),

hanscoon

seperti
steril,

baskom
pinset

steril,gunting steril, kassa, steril PZ (NaCl 0,9%), betadin,


dan plester. Ajak seorangasistensi perawat atau bila tidak
mungkin bisa meminta pertolongan keluarga pasien
2.

dengan terlebih diberikan pengarahan.


Setelah peralatan sudah siap. Pakai hanscoon steril. Lalu

buka kantong stoma pinset terlebh dulu.


3. Dengan kassa basah bersihkan luka jahitan stoma terlebih
dulu mengarah kelumen stoma kolostomi. Evakuasi
semua kotoran (feces) hingga bersih.
4. Setelah itu buka kassa penutup luka laparotomi. Bila
plester terlalu kuatdapat dibasahi dengan alkohol agar
5.

mudah dibuka dan tidak sakit.


Bersihkan luka operasi dan sekitarnya dengan kassa
steril yang sudah dibasahi dengan PZ mulai dari luka

6.

operasi ke arah tepi.


Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka agar
bila ada pus dalam luka dapat keluar. Penekanan
dilakukan karena meskipun dari luar luka operasi tampak
kering, namun sering terdapat pus di dalamnya.

7.

Apabila dirasa sudah cukup dan tidak ada pus yang


keluar.

Bersihkan

dengankassa

basah.

Selanjutnya

8.

dikeringkan dengan memakai kassa steril.


Pada luka yang infeksius dan basah dapat diberikan

9.

antiseptik (Hemolok).
Pada luka dehisance/menggaung dan produksi pus masih
banyak dapat digunakan kassa basah untuk menyerap pus

agar cepat kering.


10. Tutup luka operasi dengan kassa steril 2 sampai tiga
lapis dan difiksasi dengan plester. Penulis menyarankan
memakai plester putih (hypafik) karena lebihkuat daya
rekatnya dan tidak menimbulkan alergi pada kulit.
11. Selanjutkan bersihkan kembali luka sekitar stoma dan
keringkan dengan kassa. Selanjutnya kantong stoma baru
dapat dipasang.
12. Perawatan luka sebaiknya dilakukan sekali sehari. Bila
luka masih tampak basah sekali sebaiknya dilakukan 2-3
kali sehari sesuai kondisi luka operasi.
13. Jahitan luka laparotomi dapat diangkat pada hari ke 10
post op.

H. Nutrisi pada pasien stoma


a. Hindari makanan yang mengandung gas
b. Identifikasi makan yang menimbulkan diare
c. Makan makanan yang melembekkan feces
Pada ileostomi :
a. Hindarkan makanan tinggi serat
b. Banyak minum min. 8 gelas 2 liter /hari
c. Jaga keseimbangan elektrolit

Pada Urostomi :
- Hindari makanan berbau
- Minum yang banyak

I. Aktivitas keagamaan (islam)

1. Cara ibadah penderita penyakit stoma secara umum digolongkan


pada kategori orang yang diberi udzur (ahlul-a'dzar) yaitu adanya
berupa keringanan-keringanan dan kemudahan-kemudahan (attakhfifat wat-taisirat) sesuai tabiat dan watak Dinul Islam.
2. Sifat wudhu' ahlul-a'dzar seperti penderita stoma dalam semua
tingkatan penderitanya bisa mengambil salah satu pilihan dari
alternatif sebagai berikut:
a. Jika hadatsnya keluar secara terus-menerus,maka hendaklah
ia berwudhu' setiap melakukan shalat. Dengan wudhu' ini, ia
shalat fardhu dan/ atau sunnah. Bila hadatsnya tetap keluar
juga tanpa perasaan kesengajaan, di mana kantong stoma
tersebut dipandang aman dan terjaga kesuciannya, maka
status wudhunya tidak dihitung batal dengan alasan dharurat
lantaran beratnya penyakit ini. Ia cukup berdo'a dan
bertawakkal kepada Allah s.w.t agar senantiasa diberi
kekuatan dan kemudahan beribadah oleh Allah Azza
wajalla.
b. Jika keadaan ini memberatkan yang bersangkutan, maka ia
boleh

bertayammum,

di

mana

sebelumnya

sudah

dipersiapkan segala sesuatunya menyangkut kebersihan


pakaian dan tempat shalatnya.
c. Yang bersangkutan juga dibolehkan

berwudhu'

atau

bertayammum disaat mana ia berada dalam keadaan


masyaqqah (terbebani), sehingga ia boleh melakukan shalat
dengan menjama' di antara dua shalat; taqdim maupun
ta'khir, kecuali shalat shubuh. Shalat jama ini cukup ia beri
3.

jeda dengan iqamat di antara dua rakaat salam.


Sifat shalat orang yang udzur seperti penderita stoma; bisa
duduk, berbaring, isyarat atau posisi lain yang ia inginkan di

mana kewajiban shalat dapat ia lakukan sebisa mungkin.


4. Sedang sifat ibadah puasa Ramadhan bagi orang yang udzur
adalah dengan beberapa pilihan; pertama, dengan cara ada'an,
yaitu ia makan sahur menjelang fajar untuk menguatkan fisiknya,
kedua qadha'an jika ia sanggup membayarnya di bulan lain;

ketiga dengan cara fidyah yaitu memberi makan beberapa orang


miskin sebanyak hari tidak berpuasa yang jumlahnya ditaksir
berdasarkan kebiasaannya makan dan minum dalam seharisemalam. Jika ia wafat, sementara punya hutang puasa
Ramadhan maka ahli waris/walinya dapat membayarnya dengan
cara fidyah.
5. Ibadah haji penderita stoma. Jika ia mampu, ia boleh
melaksanakan seperti umumnya tatacara manasik haji. Jika tidak
mampu; ia boleh memberi kuasa kepada ahli nasab/ahli warisnya
dengan sistem badal haji yang dikuasakan kepada keluarga atau
kerabatnya yang sudah pernah haji dengan biaya dari yang
bersangkutan, baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.
J. Masalah psikologis pasien stoma
a. Berikan informasi dengan tepat dan jujur
b. Lakukan informasi terapeutik, jadilah pendengar yang aktif
c. Tunjukkan rasa empati yang dalam
d. Support ps; meskipun ps akan melewati hari-hari terakhir
tetapi

ia

tetap

berarti

dan

sangat

penting

bagi

keluarga/lingkungan
e. Tetap menghargai pasien sesuai dengan perannya dalam
keluarga
f. Selalu melibatkan pasien dalam memberi keputusan
g. Tingkatkan penerimaan lingkungan terhadap perubahan
kondisi pasien
Bebaskan pasien dari ikatan-ikatan social/tugas-tugas
i. Lakukan pendamping spiritual yang
h.

Anda mungkin juga menyukai