Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Ostoma Care

DISUSUN OLEH
Nama : Janatia Anggraini
NIM
: 04064821517022
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Ostoma
Care
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari adanya bimbingan serta bantuan
dari berbagai pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa
moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fuji
Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen reseptor pada materi ini, dan kepada
teman-teman yang telah membantu
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam memahami materi tentang
postural drainage dan fisioterapi dada.
Wassalamualaikum wr.wb
Indralaya,
Penulis

Oktober 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.

Latar Belakang....................................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah................................................................................... 1

C.

Tujuan................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.

Anatomi Colon................................................................................... 3

B.

Definisi stoma.................................................................................... 4

C. Jenis-jenis Stoma............................................................................... 4
D.

Indikasi Stoma....................................................................................... 6

E.

Komplikasi Stoma.............................................................................. 7

F.

Persiapan pre operasi dan stoma sitting...........................................8

G. Penatalaksanaan Post Operasi dan Stoma Care................................9


BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14
A.

Kesimpulan......................................................................................... 14

B.

Saran................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diversi usus atau fekal secara umum disebut pembedahan ostomi, dapat
permanen atau sementara. Ini dilakukan terutama pada obstruksi usus mekanis,
paling umum adalah kanker kolon, kolitis ulseratif, penyakit divertikular, dan
trauma pada usus.
Ostomi dibuat melalui pembedahan dengan membuat lubang (stoma) melaui
dinding abdomen dengan menggunakan segmen proksimal dari usus. Feses
kemudian dikeluarkan melalui stoma. Perawatan pada proses evakuasi kotoran
melalui stoma ini harus diperhatikan, agar pasien merasa nyaman dan tidak terjadi
komplikasi di daerah sekitar stoma (Nurachmah & Sudarsono, 2000)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
dirumuskan masalah umum makalah ini sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bagaimana anatomi Kolon ?


Apa yang dimaksud dengan stoma?
Apa saja jenis-jenis stoma?
Apakah indikasi dan kontraindikasi dilakukannya ostoma care?
Apa saja kompilkasi dilakukan ostoma ?
Bagaimana persiapan pre-operasi dan stoma sitting?
Bagaimana penatalaksanaan post operasi dan stoma care?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui anatomi kolon
2. Untuk mengidentifikasi pengertian stoma
3. Untuk mengetahui jenis-jenis stoma
4. Untuk mengidentifikasi indikasi dilakukan stoma
5. Untuk mengetahui komplikasi dilakukannya stoma
6. Untuk menjelaskan persiapan pre operasi dan stoma sitting
1

7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan psot operasi dan perawatan stoma


(stoma care)

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Colon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Usus ini merupakan saluran yang berhubungan dengan ileum dan
berakhir di anus. Panjangnya sekitar 1,5 m, diameternya 6,3 cm, pH nya 7,5-8.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri
dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun
(descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu
hinggapertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan",
sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".
2

Fungsi usus besar:


1. Mengabsorbsi 80%-90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan
mengubah kimus dan cairan menjadi massa semipadat.
2. Memproduksi kimus.
3. Mengeksresikan zat sisa dalam bentuk feses.
Usus besar dibedakan menjadi:
a. Coecum. Merupakan pembatas antara ileum dengan kolon.
b. Kolon. Pada kolon terjadi gerakan mencampur isi kolon dengan gerakan
mendorong. Pada kolon ada tiga divisi yaitu:
1) Kolon asendens; yang merentang dari coecum sampai ke tepi bawah hati
disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2) Kolon transversum ; merentang menyilang abdomen ke bawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
pada fleksura spienik.
3) Kolon desendens; merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan
menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.

B. Definisi stoma
Stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berrongga yang
menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit, seperti ileostomi,
kolostomi, dan urotomi (Grace & Borley, 2006). Stoma adalah lubang buatan pada
abdomen utnuk mengalirkan urine atau faeces keluar dari tubuh. Pembuatan stoma
ini sering bersamaan melalui operasi pembukaan dinding perut (laparotomi)
dengan insisi di atas garis tengah perut (midline incision). Keberadaan stoma ini
3

sangat penting karena merupakan pengganti lubang anus sebagai saluran


pembuangan sementara atau bahkan permanen seumur hidup.
Pada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan keluar dari lubang
stoma masuk ke kantong stoma (kolostomi bag). namun tidak jarang kantong
stoma bocor karena kurang rapat yang menyebabkan iritasi kulit di sekitar stoma
bahkan sampai menyebabkan kontaminasi luka operasi laparotomi. Agar stoma
dapat berfungsi dengan baik dan luka operasi laparotomi dapat cepat sembuh maka
perlu perawatan yangbaik dan benar paska operasi.

C. Jenis-jenis Stoma
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
Colostomy berasal dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang
artinya mulut diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan
lebih dikenal sebagai anus buatan. Kolostomi dikerjakan / dibuat pada keadaan :
a. Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal (kurang 5 cm dari
batas anus)
b. Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
c. Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun terletak dari 5 cm
diatas anus
Jenis Jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi
dapat dibuat secara permanen maupun sementara.
a. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya
keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum
sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen
biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)
b. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi sementara biasanya untuk tujuan dekompresi kolon
atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan
dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi

temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui


abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
2. Ileostomi
Tindakan bedah membuat suatu opening antara usus halus dengan dinding
abdomen yang biasanya berasal dari ileum distal atau bahkan lebih proximal
dari usus halus. Limbah usus keluar dari ileostomi dan dikumpulkan dalam
suatu sistem pouching eksternal menempel di kulit. Ileostomi biasanya
diletakkan di atas pangkal paha di sisi kanan perut.

3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)

Urostomy adalah ( pembukaan buatan ) stoma untuk sistem kemih. Sebuha


urostomy di buat untuk memanfaatkan pengalihan kemih dalam kasusu dima
drainase urin melalui kandung kemih dan uretra tidak mungkin bekerja
kembali, misalnya setla operasi yang luas atau dalam kasus obstruksi. Penyabab
dilakukan urostomy adalah Kanker kandung kemih, cedera tulang belakang,
kerusakan dari cacat kandung kemih dan lahir seperti spina bifida.
D. Indikasi Stoma
Terdapat beberapa indikasi untuk dilakukannya pembuatan stoma. Secara
umum, ostomi dilakukan pada kasus dimana tidak dimungkinkannya untuk
melakukan anasomose usus secara langsung dengan berbagai alasan, atau

ditakutkan adanya resiko kegagalan pada sambungan usus, pada kasus dimana
tidak terdapat usus pada bagian distal seperti pada pasien pasca reseksi
abdominoperineal. Indikasi untuk dilakukan ostomi, yaitu cancer, diverticular
disease, inflamatory bowel disease-ulcurative colitis, crohns disease, radiation
enteritis, complex perirectal, rectovaginal, or rectourethtal fistulas, trauma,
obstruction, perforation, motality and functional disorder including idiopathic
megarectum and megacolon, infection-necrotizing facilities, fourniers gangrene,
congenital disorder-imperforate anus, hirschsprungs disease, necrotizing
enterocolitis, intestinal atresias.

E. Komplikasi Stoma
1. Ciri-ciri stoma sehat
a. Berwaran merah muda :
b. Lembab
c. Tidak nyeri
d. Dapat Bergerak
2. Ciri-ciri stoma yang komplikasi
a. Komplikasi stoma ( kolap, perdarahan, diare berlebihan, feses jadi mirip
b.
c.
d.
e.
f.
1.

pita, sulit buang air besar dan platus).


Obstruksi intestinal atau konstipasi
Krolaps sekmen proksimal
Perdarahan
Peningktan defekasi
infeksi
Gangguan pada kulit disekitar stoma ditandai dengan adanya erithema,

maserasi, kemerahan, ulserasi dan melepuh


3. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan pemasangan kolostomi
yaitu :
a. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya
sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada
pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar
pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

b. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang
terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka
dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
c. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit
dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang
mengalami pengkerutan.
d. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur
penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
e. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
f. Perdarahan stoma

F. Persiapan pre operasi dan stoma sitting


1. Persiapan Pre Operasi
Untuk penatalaksanaan pre operasi terdiri atas pengkajian,pendidikan
kesehatan,konsultasi dan stoma siting.Pada pasca operasi ostomy, perawat harus
melihat kembali laporan operasi pasien waktu di kamar bedah untuk
mempelajari prosedur operasi, apa yang ditemukan pada saat operasi dan hasil
patologi harus secepatnya diketahui karena akan menentukan prognosi.
2. Stoma sitting
Menandai pembedahan stoma untuk mendapatkan sebelum operasi stoma
memungkinkan perut akan dinilai dalam posisi berbaring duduk dan
berdiri. Penilaian semacam itu memungkinkan penentuan lokasi yang
optimal. Perencanaan ini dapat membantu mengurangi masalah pasca operasi
seperti kebocoran, tantangan pas, kebutuhan kantong kustom mahal, iritasi
kulit, sakit dan kekhawatiran pakaian. Penempatan yang buruk dapat
menyebabkan kesulitan yang tidak semestinya dan dampak psikologis dan
kesehatan emosional. Penempatan yang baik meningkatkan kemungkinan

kemerdekaan pasien dalam perawatan stoma dan kembalinya aktivitas normal.


Hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk menentukan lokasi pembedaan stoma:
a. Masalah Positioning : kontraktur, postur, mobilitas misalnya kursi roda
kurungan, penggunaan walker dll
b. Fisik pertimbangan: perut besar / menonjol / terjumbai, lipatan perut,
keriput, bekas luka / jahitan baris, stoma lain, otot rektus, garis pinggang,
puncak iliaka, kawat gigi, payudara terjumbai, visi, ketangkasan, adanya
hernia.
c. Pasien pertimbangan: Diagnosis, riwayat radiasi, pekerjaan umur, Lainlain:

Bedah

preferensi,

preferensi

pasien,

jenis

ostomy

atau

penyelewengan, konsistensi tinja diantisipasi.


d. Beberapa situs stoma: Tandai stoma tinja dan urine pada bidang horisontal
yang berbeda / baris.

Stoma in lying, sitting and standing position

G.

Penatalaksanaan Post Operasi dan Stoma Care


1. Penatalaksanaan post operasi
a. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital dan
intake dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain luka.
Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus.
Evaluasi komplikasi luka yang lainnya, dan pertahankan integritas
psikologi.
b. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi
pembedahan dari usus menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus.
Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi kembalinya peristaltik.

c.

Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti


perubahan posisi. Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat

ditangani pemulihan lebih cepat dan mengalami beberapa komplikasi.


d. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal untuk
membantu batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan anastomosis
usus atau kolostomi adalah bedah mayor abdominal. Perawatan untuk
mengurangi nyeri, pertahankan fungsi pernafasan yang adekuat, dan
cegah komplikasi pembedahan.
e. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang
terlipat/sumbat, irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal saline
steril. NGT digunakan postoperatif untuk dekompressi gastroinestinal dan
fasilitasi penyembuhan dari anastomosa. Memastikan kelancaran penting
untuk rasa nyaman dan penyembuhan klien.
f. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat
berbagai perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna merah
terang. Drainase dapat berwarna merah terang dan kemudian gelap dan
akhirnya bersih atau hijau kekuningan setelah 2 3 hari pertama.
Perubahan warna; jumlah; atau bau dari drainase dapat mengindikasikan
komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus, atau infeksi.
g. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi
abdomminoperitoneal untuk menghindari pemasangan temperatur rektal,
suppositoria, atau prosedur rektal lainnya. Prosedur ini dapat merusak
garis jahitan anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau gangguan
h.

penyembuhan.
Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso
gastrik. Klien dengan suction NGT tidak mampu untuk makan dan minum
peroral dan, selebihnya, kehilangan elektrolit dan cairan melalui NGT.
Bila tidak dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, klien berisiko
dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium, dan chloride; dan

alkalosis metabolik.
i. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik
dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi antibiotik

untuk mencegah infeksi akibat dari kontaminasi rongga abdominal


dengan isi dari usus.
j. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa
cairan, dan kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor bising
usus dan monitor distensi abdomen sesering mungkin selama periode ini.
Oral feeding dilakukan kembali perlahan-lahan untuk meminimalkan
distensi abdomen dan trauma terhadap garis jahitan.
k. Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.
l. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli
diet untuk instruksi diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan
klien tengang kemungkinan komplikasi postoperatif, seperti abses
abdominal atau sumbatan usus. Ajarkan klien tentang tanda-tanda dan
gejala komplikasi ini dan cara pencegahannya.
m. Nutrisi pada pasien stoma. Pasien stoma harus menghindari makanan
yang mengandung gas, makanan yang dapat menimbulkan diare juga
harus diidentifikasi, dan menghindari makanan yang melembekkan feces.
Nutrisi pada pasien ileostomi harus menghindari makanan tinggi serat,
harus banyak minum min. 8 gelas 2 liter /hari, dan menjaga
keseimbangan elektrolit. Adapun nutrisi pada pasien Urostomi harus
menghindari makanan berbau, dan banyak minum air putih.
2. Stoma care.
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka operasi lainnya. Tidak
sulit namun perlu kesabaran dan ketekunan serta sedikit tips agar stoma dan
luka operasi dapat sembuh dengan baik. Tujuan dilakukan perawatan stoma
ini supaya terlindungi dari kontaminasi dan mencegah terjadinya infeksi.
Langkah-langkah perawatan stoma adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan perawatan stoma, siapkan peralatan dan bahan-bahan
yangdibutuhkan seperti baskom bengkok (neer baken), hanscoon steril,
pinset steril,gunting steril, kassa, steril PZ (NaCl 0,9%), betadin, dan
plester. Ajak seorangasistensi perawat atau bila tidak mungkin bisa

10

meminta pertolongan keluarga pasien dengan terlebih diberikan


b.

pengarahan.
Setelah peralatan sudah siap. Pakai hanscoon steril. Lalu buka kantong

stoma pinset terlebh dulu.


c. Dengan kassa basah bersihkan luka jahitan stoma terlebih dulu mengarah
d.

kelumen stoma kolostomi. Evakuasi semua kotoran (feces) hingga bersih.


Setelah itu buka kassa penutup luka laparotomi. Bila plester terlalu

e.

kuatdapat dibasahi dengan alkohol agar mudah dibuka dan tidak sakit.
Bersihkan luka operasi dan sekitarnya dengan kassa steril yang sudah

dibasahi dengan PZ mulai dari luka operasi ke arah tepi.


f. Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka agar bila ada pus
dalam luka dapat keluar. Penekanan dilakukan karena meskipun dari luar
luka operasi tampak kering, namun sering terdapat pus di dalamnya.
g. Apabila dirasa sudah cukup dan tidak ada pus yang keluar. Bersihkan
dengankassa basah. Selanjutnya dikeringkan dengan memakai kassa
h.

steril.
Pada luka yang infeksius dan basah dapat diberikan antiseptik

(Hemolok).
i. Pada luka dehisance/menggaung dan produksi pus masih banyak dapat
digunakan kassa basah untuk menyerap pus agar cepat kering.
j. Tutup luka operasi dengan kassa steril 2 sampai tiga lapis dan difiksasi
dengan plester. Penulis menyarankan memakai plester putih (hypafik)
k.

karena lebihkuat daya rekatnya dan tidak menimbulkan alergi pada kulit.
Selanjutkan bersihkan kembali luka sekitar stoma dan keringkan dengan

l.

kassa. Selanjutnya kantong stoma baru dapat dipasang.


Perawatan luka sebaiknya dilakukan sekali sehari. Bila luka masih
tampak basah sekali sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari sesuai kondisi

luka operasi.
m. Jahitan luka laparotomi dapat diangkat pada hari ke 10 post op.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stoma merupakan pembuatan lubang dari kolon ke permukaan abdomen.
Feseskeluar melalui stoma dengan aksi peristaltik. Stoma tidak mempunyai
spincter, maka flatus dan feses keluar tidak terkontrol. Stoma yangnormal adalah
segar, lembab, merah mengkilap, sama dengan mukosa bibir. Lokasistoma bisa
dimana saja ditentukan oleh lesi kolon seperti : sekum, tranverse, dansigmoid.
B. Saran
Diharapkan coners dapat mempraktekan ostoma care pada saat menjalani
praktik klinik dengan tepat dan benar.

12

DAFTAR PUSTAKA
Azza Upi. Stoma Care. (2011, https://www.scribd.com/doc/129970613/95854328Makalah-Stoma). Diakses 10 Oktober 2015.
Nurachmah, Elly & Ratna S, Sudarsono. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setyorani, Dyah. 2007. Pemilihan Kantong Stoma yang Tepat Bagi Ostomate. Staf
Keperawatan Dasar FIK-UNPAD.
Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan
Sudarth., Edisi 8, EGC: Jakarta.
Sudiyatmo, ( 2013, http://drsudiyatmo.blogspot.co.id/2013/02/intestinal-stoma.html).
diakses 10 Oktober 2015.
Udjanti,
Wajan
Juni..
Perawatan
Ostomy.
(2014,
http://www.scribd.com/doc/202441218/SOP-Ostomy-2014-Wajan#scribd).
Diakses 09 Oktober 2015.
13

14

Standar Operasional Prosedur (SOP)


JUDUL:
Ostoma Care dengan APLIKASI KANTUNG STOMA FECAL
TWO PIECE SYSTEM (BASE PLATE & DRAINABLE POUCH)
Tanggal terbit:
Disahkan oleh
Ka.Prodi PSIK

Pengertian

Tujuan

Indikasi

Persiapan Alat

Hikayati
Nip.
Serangkaian tindakan melepas kantung stoma lama, merawat
stoma dan kulit peristoma serta mengaplikasikan kantung stoma
baru yang terdiri atas wafer (dengan bahan dasar hydrocolloid) dan
kantung drainable yang terpisah (two piece system).
1. Mengukur effluent untuk pengkajian akurat terhadap haluaran
stoma selama di rawat di RS.
2. Mencegah iritasi, lecet dan infeksi di kulit sekitar stoma.
3. Menampung effluent (feces) untuk kenyamanan klien.
4. Menampung drainase dan bau sehingga klien merasa nyaman
bahwa keberadaannya secara sosial
5. dapat diterima
6. Melindungi pakaian klien dari kontaminasi feces
Pasca operasi pembuatan stoma.
Setiap kali wafer telah bocor/ terlepas dari kulit pasien.
Sesuai jadwal penggantian wafer dan kantung stoma (setelah 3 7
hari pemakaian)
1. Handuk kecil lembut
2. Kertas tisu basah dan kertas tisu kering.
3. Air hangat atau air mengalir atau NaCl 0,9%
4. Pengukur stoma (stoma measuring guide)
5. Gunting bengkok (curve scissor)
6. Pensil atau Spidol OHP / permanen dan plastik transparan
7. Convacare Remover wipe
8. Stomahesive wafer atau Durahesive wafer (diameter ring 38
mm, 45 mm, 57 mm, 70 mm sesuai kebutuhan).
9. Drainable pouch transparent atau opaque (diameter ring pouch
= diameter ring wafer) ukuran
10. panjang 10 inchi (colostomi) atau 12 inchi (ileostomi)
11. Tail Closure (penjepit kantung stoma)
12. Powder Stomahesive
13. Paste Stomahesive
14. Convacare Barrier wipe
15. Sarung tangan non steril
16. Underpad

Prosedur

17. Kantung sampah


18. Kertas koran
19. Pispot (bedpan) + tutupnya (jika perlu)
A. Pra Interaksi
1. Mengecek dokumentasi/data klien
2. mencuci tangan
3. menyiapkan alat
B. Orientasi
1. memberikan salam
2. kepada klien, siapa nama pasien
3. memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan
4. menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
C. Tahap Kerja
1. memberikan kesempatan klien untuk bertanya
2. menanyakan keluhan utama klien
3. jaga privasi klien
4. Kenakan sarung tangan.
5. Dekatkan alat untuk memudahkan prosedur.
6. Tempatkan underpad di bawah tubuh klien/atau di bawah
area stoma.
7. Atur pakaian klien agar tidak terkena tumpahan feces saat
penggantian wafer /baseplate.
8. Observasi lokasi stoma, konsistensi feces dan jumlah feces.
9. Buka Tail closure (penjepit) dan buang feces di kantung
lama ke dalam pispot/bedpan. Letakkan penjepit di tempat
yang aman agar tidak terbuang.
10. Lepaskan drainable pouch (kantung) dari wafer lalu
sisihkan atau bawa ke toilet.Letakkan penjepit di tempat
yang aman agar tidak terbuang.
11. Lepaskan wafer ActiveLife / Stoma Dress Plus (kantung
lama) dengan mengusapkan Convacare Remover wipedi
antara kulit dan wafer. Satu tangan menekan kulit klien
sementara tangan yang lain menarik wafer. Lepaskan dari
sisi atas ke arah sisi bawah wafer.
12. Bersihkan stoma dan kulit sekitarnya dengan air hangat dan
handuk lembut atau kertas tisu basah/kapas basah sampai
bersih. Jangan menggosok stoma agar tidak berdarah.
13. Jika ada residu pasta yang melekat di kulit sekitar stoma,
dibersihkan dengan convacare remover wipe.
14. Observasi stoma dan kulit sekitarnya, amati dan catat
perubahan ukuran, warna dan tinggi stoma serta kelainan
kulit sekitar stoma seperti iritasi, lecet atau ulkus.
15. Ganti sarung tangan.
16. Ukur diameter stoma dengan Stoma Measuring Guide atau

buat pola ukuran stoma dengan plastik dan spidol OHP lalu
guntinglah plastik yang telah tertera pola ukuran stoma
secara tepat.
17. Tempatkan kertas tisu di atas stoma selama wafer baru
belum di pasang.
18. Buatlah pola ukuran stoma di sisi belakang wafer
Stomahesive atau wafer Durahesive sesuai dengan ukuran
stoma
19. Gunting pola ukuran stoma pada wafer secara tepat.
20. Haluskan tepi lubang guntingan wafer dengan menggosok
permukaannya secara merata.
21. Buka release paper di bagian belakang wafer dan beri Pasta
Stomahesive di sekeliling lubang diameter yang telah
dibuat.
22. Angkat kertas tisu yang menutupi stoma dan buang ke
kantung sampah.
23. Jika ada iritasi, lecet/ulkus di kulit sekitar stoma, taburi area
tersebut dengan stomahesive powder secara merata. Buang
sisa powder yang tidak melekat dari permukaan kulit
pasien.
24. Jika ada riwayat alergi kontak, oleskan Convacare Bariier
wipe di kulit sekitar stoma secara merata dan biarkan
selama 10 detik atau sampai teraba lengket
25. Tempatkan wafer Stomahesive atau wafer Durahesive
dengan tepat di kulit sekitar stoma, berikan penekanan
merata di seluruh permukaan wafer selama 30 detik sampai
wafer melekat kuat di kulit sekitar stoma.
26. Jika perlu - tambahkan fixasi plester yang ditempel
mengelilingi tepi wafer seperti micropore/hipafix
(membentuk bingkai).
27. Ambil drainable pouch baru dan pasangkan ringkantung
ke
ring-wafer
secara
tepat
sambil
mendengarkan suara klik. Pastikan seluruh permukaan
ring-wafer dan kantung telah rapat.
28. Pasang Tail Closure atau penjepit secara tepat di ujung
drainable pouch.
29. Bersihkan lingkungan klien, dan rapikan kembali baju
klien.
30. Ikat kantung sampah dan buang ke tempat sampah.
31. Cuci/bersihkan peralatan dan rapikan kembali.
32. Cuci dan bilas drainable pouch lama dengan air hangat atau
larutan cuka lalu tiriskan atau diangin33. anginkan agar kering.
34. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan secara medikal
asepsis
35. Catat hasil pengamatan terhadap stoma, kulit sekitar dan
produksi effluent.
D. Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang baru saja dilakukan
2. memberikan reinforcement positif pada klien

3. Merapikan dan kembalikan alat


4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Evaluasi

Dokumentasi

Kulit sekitar stoma klien bebas dari iritasi, lecet dan infeksi
Base plate dan kantung tetap utuh dan melekat, tanpa kebocoran
selama 3-7 hari.
3. Sistem pengantungan tetap kedap bau selama 3-7 hari.
4. Klien secara bertahap berperan aktif dalam aplikasi base plate
dan kantung stoma.
Catat jam, hari, tanggal, serta respon pasien setelah dilakukan
tindakan postural drainage
1.
2.

Standar Operasional Prosedur (SOP)


JUDUL:
Ostoma Care dengan aplikasi KANTUNG STOMA FECAL ONE
PIECE SYSTEM (DRAINABLE POUCH)
Tanggal terbit:
Disahkan oleh
Ka.Prodi PSIK

Pengertian

Tujuan

Indikasi

Persiapan Alat

Hikayati
Nip.
Serangkaian tindakan melepas kantung stoma lama, merawat
stoma dan kulit peristoma serta mengaplikasikan kantung stoma
baru yang terdiri atas wafer (dengan bahan dasar hydrocolloid) dan
kantung drainable menyatu (one piece system).
1. Mengukur effluent untuk pengkajian akurat terhadap
haluaran stoma selama di rawat di RS.
2. Mencegah iritasi, lecet dan infeksi di kulit sekitar stoma.
3. Menampung effluent (feces) untuk kenyamanan klien.
4. Menampung drainase dan bau sehingga klien merasa
nyaman bahwa keberadaannya secara sosial dapat diterima
5. Melindungi pakaian klien dari kontaminasi feces
1. Pasca operasi pembuatan stoma.
2. Setiap kali wafer telah bocor/ terlepas dari kulit pasien.
3. Sesuai jadwal penggantian wafer dan kantung stoma
(setelah 3 7 hari pemakaian)
1. Handuk kecil lembut
2. Kertas tisu basah dan kertas tisu kering.
3. Air hangat atau air mengalir atau NaCl 0,9%
4. Pengukur stoma (stoma measuring guide)
5. Gunting bengkok (curve scissor)
6. Pensil atau Spidol OHP/permanen, plastik transparan.
7. Convacare Remover wipe
8. ActiveLife Costum Cut atau Stoma Dress Plus (drainable
pouch).
9. Tail closure (penjepit kantung)
10. Powder Stomahesive
11. Paste Stomahesive
12. Convacare Barier wipe
13. Sarung tangan
14. Underpad
15. Kantung sampah
16. Kertas koran
17. Pispot (bedpan) + tutupnya

Prosedur

A. Pra Interaksi
1. Mengecek dokumentasi/data klien
2. mencuci tangan
3. menyiapkan alat
B. Orientasi
1. memberikan salam
2. kepada klien, siapa nama pasien
3. memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan
4. menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
C. Tahap Kerja
1. memberikan kesempatan klien untuk bertanya
2. menanyakan keluhan utama klien
3. jaga privasi klien
4. Kenakan sarung tangan.
5. Dekatkan alat untuk memudahkan prosedur.
6. Tempatkan underpad di bawah tubuh klien/atau di bawah
area stoma.
7. Atur pakaian klien agar tidak terkena tumpahan feces saat
penggantian wafer /baseplate.
8. Observasi lokasi stoma, konsistensi feces dan jumlah feces.
9. Buka Tail closure (penjepit) dan buang feces dari kantung
ke dalam pispot/bedpan. Bilas ujung pouch (kantung)
dengan air mengalir.
10. Letakkan penjepit di tempat yang aman agar tidak terbuang.
Lepaskan wafer ActiveLife / Stoma Dress Plus (kantung
lama) dengan mengusapkan Convacare Remover wipedi
antara kulit dan wafer. Satu tangan menekan kulit klien
sementara tangan yang lain menarik wafer. Lepaskan dari
sisi atas ke arah sisi bawah wafer.
11. Bungkus kantung lama dengan kertas koran dan buang ke
kantung sampah.
12. Bersihkan stoma dan kulit sekitarnya dengan air hangat dan
handuk lembut atau kertas tisu basah /kapas basah sampai
bersih. Jangan menggosok stoma agar tidak berdarah.
13. Jika ada residu pasta yang melekat di kulit sekitar stoma,
dibersihkan dengan convacare remover.
14. Observasi stoma dan kulit sekitarnya, amati dan catat
perubahan ukuran, warna dan tinggi stoma serta kelainan
kulit sekitar stoma seperti iritasi, lecet atau ulkus.
15. Tempatkan kertas tisu di atas stoma selama wafer dan
kantung baru belum di pasang.
16. Ganti sarung tangan.
17. Ukur diameter stoma dengan Stoma Measuring Guide atau
buat pola ukuran diameter stoma dengan plastik dan spidol
OHP kemudian gunting plastik pola ukuran stoma secara

18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

tepat.
Buatlah pola ukuran stoma di sisi belakang wafer
ActiveLife atau Stoma Dress Plus sesuai dengan ukuran
stoma.
Kembungkan kantung atau jauhkan sisi kantung yang lain
sebelum menggunting wafer.
Gunting ukuran stoma pada wafer ActiveLife atau Stoma
Dress Plus secara tepat.
Haluskan tepi lubang guntingan wafer dengan menggosok
permukaannya secara merata.
Buka release paper di bagian belakang wafer dan beri Pasta
Stomahesive di sekeliling lubang yang telah dibuat.
Angkat kertas tisu yang menutupi stoma dan buang ke
kantung sampah.
Jika ada iritasi, lecet/ulkus di kulit sekitar stoma, taburi area
tersebut dengan Powder Stomahesive
secara merata. Buang sisa powder yang tidak melekat dari
permukaan kulit sekitar stoma.
Jika terdapat riwayat alergi kontak, usapkan Convacare
Barrier wipe di kulit sekitar stoma dan biarkan selama 10
detik atau sampai teraba lengket.
Pasang wafer/baseplate secara tepat, dan berikan penekanan
merata di seluruh permukaan wafer selama 30 detik sampai
wafer melekat kuat di kulit sekitar stoma.
Buka release paper di area collar wafer (ActiveLife) dan
lekatkan di kulit.
Pasang Tail Closure / penjepit secara tepat di ujung
drainable pouch.
Bersihkan lingkungan klien, dan rapikan kembali baju
klien.
Ikat kantung sampah dan buang ke tempat sampah.
Cuci/bersihkan peralatan dan rapikan kembali.
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan secara medikal
asepsis
Catat hasil pengamatan terhadap stoma, kulit sekitar dan
produksi effluent.

D. Terminasi
6. Mengevaluasi tindakan yang baru saja dilakukan
7. memberikan reinforcement positif pada klien
8. Merapikan dan kembalikan alat
9. Mencuci tangan
10. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Evaluasi

1. Kulit sekitar stoma klien bebas dari iritasi, lecet dan infeksi
2. Base plate dan kantung tetap utuh dan melekat, tanpa
kebocoran selama 3-7 hari.
3. Sistem pengantungan tetap kedap bau selama 3-7 hari.

Dokumentasi

4. Klien secara bertahap berperan aktif dalam aplikasi base


plate dan kantung stoma.
Catat jam, hari, tanggal, serta respon pasien setelah dilakukan
tindakan postural drainage

Anda mungkin juga menyukai