OlehKelompok 2:
Adilla Permata Syafni Lara Wilfi Saputri
DosenPengampu:
Ns. Yossi Suryarinilsih,.M.Kep.,Sp.Kep.MB
Puji syukur kami kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya
dari mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.
Kelompok
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar isi.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. RumusanMasalah................................................................................................4
C.Tujuan..................................................................................................................4
BAB II KONSEP TEORITIS...........................................................................................
1. Colostomy care....................................................................................................5
2. Pemasangan cateter..................................................................................................10
3. Irigasi bladder training ........................................................................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
BAB I
PEMBUKAAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari colostomi
2. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi colostomi
3. Menjelaskan cara pemasangan cateter
4. Menjelaskan pengertian bladder training
5. Menjelaskan tujuan dari pemasangan bladder training
BAB II
PEMBAHASAN
a. Atresia Ani ,adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai
lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka
yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah
terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan
yang cermat atau pemeriksaan perineum.
b. Penyakit peradangan usus akut, Terjadi karena kotoran menumpuk dan
menyumbat usus di bagian bawah yang membuat tak bisa BAB. Penumpukan
kotoran di usus besar ini akan membuat pembusukan yang akhirnya menjadi
radang usus.
c. Tidak memiliki anus (imperforata anus), Kelainan ini biasanya diketahui sejak
lahir. Diduga karena terjadi infeksi saat ibu hamil yang membuat konstruksi usus
ke anus tidak lengkap hingga atau karena kelainan genetik.
d. Hirschsprung,yaitu kelainan bawaan sejak lahir karena kondisi saraf di usus
besar yang tidak berfungsi normal. Akibatnya kotoran akan menumpuk di usus
bawah karena fungsi saraf yang mendorong kotoran keluar tidak berjalan.
Kondisi ini membuat penderitanya terutama bayi tidak bisa BAB selama
berminggu-minggu yang akhirnya timbul radang usus. Bagian usus yang tak ada
persarafannya ini harus dibuang lewat operasi.
2.1.3 Jenis Colostomi Berdasarkan Lubang dan Lama Penggunaannya
Berdasarkan lubang colostomy dibagi menjadi 3, yaitu
a. Single barreled stoma,Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal
dapat dibuang atau ditutup.
b. Double barreled,Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang
direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua
stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan
feses.
c. Kolostomi lop-lop, Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding
abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari usus
membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat dipermukaan terpajan
dari usus dengan menggunakan pemotong.
1. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus.Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel (dengan satu ujung lubang).
2. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuK
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti
semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai
dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut colostomy
double barrel.
2.1.4 Komplikasi Colostomi
Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan
pasien ileostomi.Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi,
retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit.Kebocoran dari sisi anastomotik dapat
terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah.Kebocoran dari anastomotik
usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda
shock.Perbaikan pembedahan diperlukan.
a. Pasien dengan kolostomi harus menghubungi dokter atau perawat bila
ditemukan komplikasi seperti: bau yang tidak biasa yang berlangsung
lebih dari seminggu.
b. perubahan ukuran dan bentuk dari stoma yang tidak biasa
c. Obstruksi pada stoma dan / atau prolaps dari stoma tersebut.
d. perdarahan yang berlebihan dari pembukaan stoma, atau jumlah sedang dalam
kantong
e. cedera yang parah dari stoma.
f. perdarahan terus-menerus di peralihan antara stoma dan kulit.
g. iritasi kulit kronis.
h. Stenosis dari stoma (penyempitan).
2.1.5 Tujuan Dilakukannya Prosedur Kolostomi
Kolostomi bertujuan untuk membantu mengeluarkan isi saluran cerna, pada
berbagai kondisi di mana usus besar rusak akibat cedera atau penyakit, misalnya
kanker.Pada kanker usus besar atau kanker kolorektal, bagian usus yang dekat dengan
dubur dan terkena kanker akan diangkat terlebih dahulu, sehingga anus sudah
tidak lagi menjadi saluran pembuangan kotoran. Kolostomi untuk kondisi ini
bersifat permanen.
Pada operasi yang melibatkan usus besar, mungkin juga akan dibuat kolostomi
sementara agar area usus besar yang baru dioperasi tersebut bisa pulih. Biasanya,
masa pemulihan berlangsung selama 12 minggu, namun bisa berbeda pada
masing-masing orang.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan
antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.Hubungan ini dapat bersifat
sementara atau menetap selamanya.
Kateterisasi perkemihan merupakan tindakan memasukkan slang karet atau
plastik melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih.
Bladder training adalah intervensi perilaku yang awalnya dikembangkan
untuk pengobatan inkontinensia urin, yang bertujuan untuk memutus siklus urgensi
dan frekuensi menggunakan jadwal berkemih yang konsiste dan bertahap
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah mungkin belum sesempurna pembuatan makalah.
Penulis menerima kritikan dan saran dari pembaaca.
DAFTAR PUSTAKA
Engida, et al. NCBI (2016). Types and Indications of Colostomy and Determinant of
OLEH : Kelompok 2
COLOSTOMI CARE
Tujuan :
a. Colostomy bag
b. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
c. Kapas kering atau tissue
d. 1 pasang sarung tangan bersih
e. Kantong untuk balutan kotor
f. Celemek skoret
g. Zink salep
h. Perlak dan alasnya
i. Plester dan gunting
j. Bila perlu obat desinfektan
k. Bengkok
l. 1 Set alat rawat luka ( pinset anatomi 2, cirrurgy I,
kassa )
II TAHAP INTERAKSI
3. Mengucapkan salam terapeutik ( senyum, salam, sapa,
tanyakan kondisi pasien )
4. Memperkenalkan diri, validasi identitas pasien, jelaskan
tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan
kontrak waktu
5. Membawa alat ke dekat pasien
III TAHAP KERJA
6. Cuci tangan
7. Gunakan sarung tangan
8. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien
sesuai letak stoma
9. Letakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh
pasien
10. Observasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
11. Buka kantong kolostomi secara hati-hati dengan
menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien
12. Letakkan colostomy bag kotor dalam bengkok
13. Lakukan observasi terhadap kulit dan stoma
14. Bersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan
kapas sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl
15. Keringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati
menggunakan kassa steril
16. Berikan salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma
17. Sesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
18. Tempelkan kantong kolostomi dengan posisi
vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien
19. Masukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
20. Rekatkan/pasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara
didalamnya
21. Rapikan klien dan lingkungannya
22. Bereskan alat-alat dan buang kotoran
23. Melepas sarung tangan
24. Cuci tangan
IV TAHAP ORIENTASI
25. Menginformasikan bawah penggantian kantong kolostomi
sudah selesai
26. Tanyakan keadaan klien atau repon klien setelah dilakukan
tindakan
27. Dokumentasikan hasil tindakan
ANALISIS VIDIO
COLOSTOMY CARE
Dari dua vidio yang telah saya tonton tentang perawatan kolostomi care, pada vidio
pertama dapat diketahui bahwa kolostomi yaitu sebagian stoma terdapat pada bagian luar
tubuh. Penggunaan kantong kolostomi yang transparan digunakan pada pasien yang baru
selesai operasi yang mana penggunaan kantong transparan ini memudahkan dokter atau
perawat dalam mengobservasi keadaan feses pada pasien. Kantong kolostomi dapat bertahan
tergantung pada teknik pemasangan. Pada vidio satu perawatan kantong kolostomi dilakukan
pada anak – anak. Perawatan ini bertujuan untuk mencegah stoma agar tidak terjadi infeksi.
Jangan menggunakan stoma plastik atau doubletip karena penggunaan tersebut dapat
menyebabkan infeksi pada area bagian stoma. Pada vidio kedua, vidio lebih menjelaskan
tentang cara irigasi stoma.
Menurut jurnal yang ditulis oleh Rachel Kezia Karenina, kolostomi biasanya
disebabkan oleh kanker kolorektal, pecahnya divertikulitis, perforasi usus dan penyakit atau
kerusakan sumsum tulang belakang sehingga tidak adanya kontrol. Kanker kolorektal
merupakan penyakit keganasan yang menyerang usus besar.
Kolostomi merupakan pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar
melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak bisa berfungsi, dengan
cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan fungsi. Lubang kolostomi yang
muncul di permukaan/dinding abdomen yang berwarna kemerahan disebut stoma.
Pembentukan kolostomi dapat dilakukan secara permanen atau sementara tergantung tujuan
dilakukan operasi. Pasien dengan pemasangan kolostomi disertai dengan prosedur tindakan
laparotomi. Luka laparotomi sangat berisiko mengalami infeksi karena letaknya yang
bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang
dapat mengkontaminasi luka. Komplikasi kolostomi bisa terjadi disepanjang hidup penderita
walaupun secara umum komplikasi sering terjadi dalam lima tahun pertama sejak
pembentukan kolostomi.
Menurut jurnal pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma
klien dapat disimpulkan yaitu :
1. Edukasi sangat mempengaruhi keluarga dalam perawatan stoma. Ini dibuktikan dari
hasil penelitian ini bahwa kemampuan keluarga sebelum dilakukan intervensi
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kemampuan yang kurang dalam
perawatan stoma sedangkan setelah intervensi menunjukkan bahwa seluruh
responden mampu melakukan perawatan stoma pada keluarganya yang mengalami
kolostomi.
2. Keluarga sangat berperan penting dan bertanggung jawab kepada anggota
keluarganya yang sakit atas pemeliharaan kesehatan sampai pada perawatan
kolostomi. Oleh karena itu keluarga memerlukan pengetahuan untuk mampu
melakukannya.
Referensi :
OLEH : Kelompok 2
TAHUN 2020
Sop kateter
Kateter merrupakan sebuah selang yang dimasukkan melalui uretra menuju kandung
kemih/vesika urinaria guna mengeluarkan urin. Kateter tersebut dari bahan plastik atau
karet,metal,silikon dan woven silk. Pemasangan kateter merupakan salah satu tindakkan
keperawatan yang bertujuan untuk membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi dan juga
sebagai pengambilan sampel urin untuk pemeriksaan lab.
Menurut Hidayat,2006 pemasangan kateter ada yang bersifat sementara dan menetap.
Kateter sementara (straight cateter) pemasangan kateter sementara dilakukan pada saat
dibutuhkannya mengeluarkan urin dari kandung kemih pasien. Kateter menetap (foley
cateter) pemasangan kateter ini digunakan dalam jangka waktu yang lama hingga klien
mampu memenuhu kebutuham eliminasinya dengan tuntas dan spontan.
Jenis-jenis kateter
1. Kateter plastik pemakaiannya hanya bersifat sementara karena bersifat mudah rusak
dan kurang fleksibel
2. Kateter karet atau latex pemakaiannya bersifat dalam periode waktu kurang dari 3
minggu
3. Keteter teflon atau silikon murni digunakan untuk jangka waktu yang lama
4. Kateter PCV pemakaiannya 4-5 minggu terbuat dari bahan lembut dan tidak panas,
sangat nyaman untuk uretra.
1. Kateter set
2. Urin bag
3. Hand scoon steril
4. Spuit
5. Pinset steril (anatomis dan sirugis) dan bengkok
6. Perlak dan duk bolong
7. Jelly kateter
8. Aquades
9. Plaster
10. Gunting perban
11. Kapas steril
12. Kapas alkohol
13. Kasa steril
PEMASANGAN KATETERISASI
Video ini sudah bagus karena sebelum dilakukan pemasangan kateterisasi ,dijelaskan terlebih
dahulu apa itu defenisi kateterisasi ,indikasi ,kontraindikasi ,persiapan alat kateterisasi.
Kekurangan pada vidio ini adalah tidak ada fase orientasi yaitu perawat tidak
memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada pasien padahal hal ini akan membangun
kepercayaan pasien terhadap perawat,dan perawat tidak melakukan kontrak waktu dengan
pasien,hal ini juga bisa menimbulkan rasa bosan terhadap pasien, pada fase orientasi perawat
juga tidak menanyakan apakah pasien setuju atau tidak dengan tindakan yang dilakukan
kepada pasien .
Pada Fase kerja perawat tidak mengatur posisi pasien seharusnya sebelum melakukan
tindakan perawat mengatur posisi pasien terlebih dahulu senyaman mungkin.
Pada Fase terminasi perawat tidak menanyakan kembali keadaan pasien setelah dilakukan
tindakan ,seharusnya setelah dilakukan tindakan perawat menanyakan kembali keadaan
pasien apakah pasien pasien nyaman atau tidak
Pada fase Evalusi ,perawat tidak melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakuakn dan tidak
melakukan dokumentasi .
Pada video ini sudah menerapkan Prinsip Steril ,dengan menerapkan prinsip steril akan
mencegah terjadinya infeksi saluran kemih oleh bakteri .Menurut ( Kaye & Dhar ,2016 )
menyatakan bahwa faktor resiko terjadinya infeksi saluran kemih adalah bateriuria ,bakteri
akan tumbuh dan berkembang rata – rata antara 3 % - 10 % setiap hari pada pemasangan
kateter.( dalam jurnal Ratih Pramudysningrum,Titih Huriah ,Nur Chayati
https://youtu.be/7WG3t6NYer
SOP DAN ANALISIS VIDIO
OLEH : Kelompok 2
BLADDER TRAINING
PENGERTIAN
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih
yang mengalami gangguan kekeadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenic
TUJUAN
1. Video 1
Setelah melihat dan mendengarkan video, terdapat beberapa kelebigan den
kekurangan. Namun dalam video sudah menjelaskan dan memperlihatkan apa saja
alat-alat yang akan digunakan dalam melakukan tindakkan tersebut. Kelebihan dan
kekurangan diantaranya:
a. Kelebihan
1) Sudah mejelaskan dan memperlihatkan alat yang akan digunakan.
2) Sudah melakukan tindakkan sesuai dengan prosedur.
b. Kelemahan
1) Dalam video tidak memperlihan bagaimana cara mencici tangan.
2) Dalam urutanan dalam fase orientasi tidak benar.
3) Tampak tidak serius dalam melakukan tindakkan.
4) Divideo dikatakan melakukan tindakkan secara steril, namun pada saat
tindakkan tidak dilakukan secara streil meskipun sudah memakai handscoon
steril.
5) Tidak melakukan evaluasi terhadap pasien atau melihat respon pasien setelah
melakukan tindakkan.
6) Tidak melakukan kontrak waktu untuk selanjutnya.
2. Video 2
Setelah melihat dan mendengarkan video, terdapat kelebihan den kekurangan.
Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Sudah menyebutkan alat yang akan dilakukan.
2) Sudah melakukan fase orientasi dengan baik dan menjelaskan tujuan dan
prosedur, serta meminta persetujuan klien.
3) Melakukan cuci tangan.
4) Dan melakukan tindakkan sesuai dengan prosedur.
b. Kekurangan
1) Tidak menanyakan perasaan klien setelah tindakkan tersebut.
2) Tidak melakukan kontrak wantu untuk selanjutnya.
https://youtu.be/fEaTw5RzNyM
https://youtu.be/F3X3Hi2svmM
SOP DAN ANALISIS VIDIO
OLEH : Kelompok 2
IRIGASI BLEDDER
Tujuan: Membilas sisa perdarahan post Trans Uretra Resection Prostatektomi (TUR-P)
1. VIDEO 1
Setelah melihat dan mendengarkan video, terdapat kelebihan dan kekurang,
diantaranya sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Sudah menjelaskan alat yang digunakan dalam tindakkan.
2) Melakukan tindakkan dengan prosedur.
b. Kekurangan
1) Terlihat bahwah perawat tidak paham atau tidak mengetahui langkah-langkah
dalam melakukan tindakkan tersebut.
2) Terlihat tergesah-gesah dalam melakukan tindakkan
3) Tidak serius.
4) Dan tidak menanyaakan perasaan klien setelah melakukan tindakkan tersebut.
5) Tidak melakukan kontrak waktu untuk selanjutnya.
6) Tidak memperlihatkan cuci tangan yang benar.
2. Video 2
Setelah melihat dan mendengarkan video, terdapat kelebihan dan kekeurangan,
diantaranya sebagai berikut:
a. Kebihan
1) Menjelaskan satu persatu alat yang akan digunakan.
2) Sudah melakukan fase orientasi pada klien.
3) Sudah melakukam dan memperlihatkan bagaimana cuci tangan.
4) Pada saat tahap kerja juga menjelaskan cara meakukannya.
b. Kekurangan
1) Tidak melakukan cuci tangan setelah melakukan tindakkan.
2) Tidak menanyakan perasaan klien setelah melakukan tindakkan.
3) Tidak melakukan kontrak waktu untuk selanjutnya.
https://youtu.be/F3X3Hi2svmM
https://youtu.be/r5N1YfUTMKQ
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
“Pemberian obat kemoterapi dan Manajemen nyeri”
Oleh Kelompok 2:
Dosen Pengampu:
Ns. Sila Dewi Anggreni. M.Kep.Sp.KMB
Puji syukur kami kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya
dari mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.
Kelompok
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar isi.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. RumusanMasalah................................................................................................5
C.Tujuan..................................................................................................................5
BAB II KONSEP TEORITIS...........................................................................................
4. Kemoterapi..............................................................................................................6
5. Manajemen Nyeri....................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik
yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun
metastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat
sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui infuse, dan
sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker stadium
lanjut local (Desen, 2008).
Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat yang
diperlukan (Adiwijono, 2006). Obat kemoterapi umumnya berupa kombinasi dari
beberapa obat yang diberikan secara bersamaan dengan jadwal yang telah ditentukan
.Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada sel-sel sehat yang
normal, terutama yang cepat membelah atau cepat tumbuh seperti rambut, lapisan mukosa
usus dan sumsum tulang. Beberapa efek samping yang terjadi pada kemoterapi, gangguan
mual dan muntah adalah efek samping frekuensi terbesar (Yusuf, 2007).
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mual muntah setelah
kemoterapi diantaranya adalah dengan terapi farmakologik, yaitu dengan obat anti mual
dan muntah sebelum dan sesudah kemoterapi (premedikasi) dan non farmakologik yaitu
berupa lingkungan yang kondusif untuk tenang dan nyaman, pengaturan pemberian
nutrisi dan relaksasi (Abdulmuthalib, 2006).
Nyeri adalah suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang timbulk bila mana
jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rasa nyeri.
Masalah yang mempengaruhi nyeri diantaranya arti nyeri bagi seseorang yang
memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagianarti nyeri yang negative, seperti
membahayakan, merusak dan lain-lain. Kedaan ini memperngaruhi beberapa factor
seperti : usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman,
toleransi. Nyeri juga berhububgab erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang mempengaruhi antara lain alkohol,
obat-obatan, hipnotis, gesekan, pengalihan perhatian dan kepercayaan yang kuat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemberian obat kemoterapi ?
2. Bagaimana manajemen nyeri ?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara pemberian obat kemoterapi
2. Mengetahui manajemen nyeri
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Kemoterapi
A. Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat anti kanker (sitostatika) yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker. Strategi pemberian : dapat sebagai terapi ajuvan, konsolidasi,
induksi, intensifikasi, pemeliharaan, neoadjuvan maupun paliatif.
Tujuan Pemberian Kemoterapi:
a. Kuratif : sebagai pengobatan
b. Mengurangi massa tumor selain dengan pembedahan atau radiasi.
c. Meningkatkan kelangsungan hidup dan kwalitas hidup penderita.
d. Mengurangi komplikasi akibat metastase.
e) Konstipasi : keluarnya tinja secara tidak enak, nyeri, lebih jarang dan
keras.
Cara mengatasinya :
1) Minum juice atau makan buah setiap kali makan.
2) Minum minuman yang hangat sebelum BAB.
3) Minum 3 liter setiap hari, kecuali ada kontra indikasi.
4) Makan tinggi serat.
Pencegahan :
1) Oplos obat dengan jumlah pelarut yang sesuai.
2) Gunaka vena yang tepat.
3) Hindari penusukan berulang pada tempat yang sama.
4) Gunakan penutup yang mudah terlihat.
5) Cek kepatenan vena dengan cairan fisiologis.
6) Observasi daerah yang diinfus.
7) Komunikasi selama pemberian terutama via bolus.
8) Lakukan pembilasan.
Penatalaksanaan :
1) Stop infus kanul jangan dicabut.
2) Aspirasi darah dari kanul dan jaringan sub kutan sebanyak-
banyaknya.
3) Beri antidot sesuai jenis obatnya secara IV.
4) Cabut kanul, beri antidot secara subkutan dengan spuit 1cc searah
jarum jam.
5) Berikan korticosteroid zalf di sekitar area ekstravasasi.
6) Hindari perabaan pada area ekstravasasi.
7) Lakukan pemotretan
8) Berikan kompres sesuai dengan jenis obat.
9) Istirahatkan ekstrimitas dan tinggikan selama 48 jam.
10) Observasi secara teratur terhadap nyeri, bengkak, kemerahan, keras
atau nekrose.
11) Berikan terapi nyeri.
12) Lakukan dokumentasi : tanggal, waktu, jenis vena, ukuran kateter,
urutan pemberian obat, jumlah obat yang masuk, keluhan pasien,
tindakan yang dilakukan, keadaan area ekstravasasi, segera lapor
dokter.
2. Manajemen Nyeri
A. Pengertian Nyeri
Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya
sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal
skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenagkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry,
2007).
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial
yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun
sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-
tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Potter ,
2012).
B. Sifat Nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. ada empat atribut pasti
untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan,
merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan
(Manuaba, 2008)
D. KlasifikasiNyeri
1) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,
atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas
yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang
singkat (Andarmoyo, 2013).
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan
menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali
(Prasetyo, 2010).
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap
sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas
yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery,
1986 dalam Potter &Perry, 2007).
a. Nyeri Nosiseptif
Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas
atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang
mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).
Nyeri Nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang
mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain
(Andarmoyo,2013)
b. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas
yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih
sulit diobati (Andarmoyo, 2013).
E. Pengukuran Intensitas
Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda
(Andarmoyo, 2013).
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun
pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013)
Andarmoyo, S. (2013)
Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian
verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013).
F. Manajemen penatalaksanaan nyeri
a. Manajemen Non Farmakologi
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tidakan menurunkan respon
nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan intervensi
keperawatan/kebidanan, manajemen non farmakologi merupakan tindakan dalam
mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo, 2013).
b. Manajemen Farmakologi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemoterapi adalah pemberian obat anti kanker (sitostatika) yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker. Strategi pemberian : dapat sebagai terapi ajuvan, konsolidasi,
induksi, intensifikasi, pemeliharaan, neoadjuvan maupun paliatif.
Tujuan Pemberian Kemoterapi:
e. Kuratif : sebagai pengobatan
f. Mengurangi massa tumor selain dengan pembedahan atau radiasi.
g. Meningkatkan kelangsungan hidup dan kwalitas hidup penderita.
h. Mengurangi komplikasi akibat metastase.
Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat
subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala
ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan
mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
B. Saran
Dalam penulisan makalah mungkin belum sesempurna pembuatan makalah.
Penulis menerima kritikan dan saran dari pembaca.
\
DAFTAR PUSTAKA
OLEH : Kelompok 2
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI KET
0 1 2
C. FASE KERJA
1. Lakukan pengkajian skala, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan
kualitas nyeri.
D. TERMINASI
MANAJEMEN NYERI
1. Video 1
Kelebihan :
Dari video tersebut terdapat perawat yang sedang mengajarkan manajemen nyeri
kepada pasien yang dimana dimulai dari perawat melakukan salam terapeutik, menanyakan
skala, lokasi, dan waktu nyeri pasien tersebut. Skala nyeri yang dipakai oleh perawat
tersebut adalah skalanya nyeri angka, yang dimana dimulai dari 0-10. 0 artinya tidak nyeri
dan 10 artinya sangat nyeri. Setelah mengetahuinya, perawat mengajarkan kepada pasien
beberapa cara agar meredakan nyeri. Dimulai dari mengusap-usap bagian yang nyeri, teknik
nafas dalam, teknik mengalihkan perhatian dengan mengajak pasien mengobrol atau
dengan mendengarkan sesuatu yang disukai pasien.
Kekurangan :
Kekurangan dari video ini, pasien tidak mengecek nama atau gelang pasien terlebih dahulu,
dan tidak adanya kontrak waktu serta persetujuan pasien.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan intervensi mandiri keperawatan dimana perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). Beberapa
penelitian yang telah dilakukan membuktikan keberhasilan teknik relaksasi nafas dalam
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2003) yang meneliti tentang
“Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Tingkat Nyeri Post Partum di
RSUD Bantul”. Dari hasil penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
bermakna terhadap penurunan tingkat nyeri post partum di RSUD Bantul setelah pemberian
teknik relaksasi nafas dalam.
2. Video 2
Kelebihan :
Kelebihan dari video ini yaitu videonya menerapkan proses pra orientasi, orientasi,
fase kerja. Dimulai dari perawat melakukan salam terapeutik kepada pasien, menvalidasi
pasien, mengontrak waktu kepada pasien dan juga persetujuan pasien. Dan perawat
melakukan manajemen nyeri yaitu distraksi dengan mengalihkan pikiran pasien ke sesuatu
yang indah dan tenang sehingga dapat menurunkan nyeri pasien. Juga terdapat evaluasi.
Kekurangan :
Kekurangan dari video tersebut yaitu perawat tidak menanyakan perasaan pasien
terlebih dahulu, tidak menanyakan skala, lokasi dan waktu datangnya nyeri. Hanya sedikit
evaluasi tidak adanya menyuruh pasien untuk mengulang yang diajarkan lalu juga tidak ada
kontrak waktu selanjutnya.
Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik distraksi yang bertujuan untuk mengurangi stress
dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk
situasi yang sulit dalam kehidupan. Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental merupakan
suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk
menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan. Imajinasi
terbimbing merupakan salah satu jenis dari teknik distraksi sehingga manfaat dari teknik ini
pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik distraksi lain. Teknik ini merupakan
penyembuh yang efektif, dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan
membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi dan asma.
https://www.youtube.com/watch?v=XfmKtoQYbSw
https://www.youtube.com/watch?v=isZZtoqUJCM&feature=youtu.be
SOP DAN ANALISIS VIDIO
OLEH : Kelompok 2
Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya
2. Mencuci tangan
3. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat
4. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
Persiapan Obat
18. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian
19. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata, sarung tangan dan
sepatu
20. Lakukan teknik aseptik dan antiseptic
21. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse
22. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril
secara intra vena)
23. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
24. Beri obat kanker secara perlahan-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai
program
25. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 09%
26. Semua alat yang sudah di pakai dimasukkan ke dalam kantong plastik dan di ikat
serta diberi etiket
27. Buka gaun, topi, masker, kacamata kemudian rendam dengan detergent
28. Bila disposible masukkan dalam kantong plastik kemudian di ikat dan diberi etiket,
kirim ke incinerator/bakaran
7. HASIl :
Analisis video:
Di video ini perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, tidak
menggunakan pengalas plastic atau underpad saat memasukkan obat kemoterapi ke dalam
flabot NaCl 0,9%. Dalam video ini pemberian obat kemoterapi dengan memasukkan cairan
obat kedalam infus yang sudah terpasang, namun perawat saat memasukkan cairan obat tidak
memberhentikan aliran cairan infus terlebih dahulu.
Dalam teorinya obat kemoterapi tidak boleh diberikan sewaktu infus berjalan kecuali
melalui vena sentral sebagai alat akses. Sewaktu pemberian melalui vena sentral, dapatkan
aliran balik darah sbelum penetesan obat kemoterapi. Gunakan pengontrol mekanik atau
elektrik selama infus kemoterapi kontiniu.(buku: standar perawatan pasien edisi V: EGC)
https://youtu.be/KUaj1GbDyiU