Anda di halaman 1dari 41

1.

Jelaskan pengertian dari : (a) Pengukuran, (b) Penilaian, dan (3) Evaluasi
secara rinci dan disertai contoh.
A. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas
pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua
benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan
konsumen.
Contoh : mengukur suatu luas tanah, mengukur ketuntasan siswa dengan tes, dll
B. Penilaian
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau
prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif
tersebut.
Contoh : Menilai tugas siswa yang telah dikerjakan, memerikasa atau melihat
hasil kerja siswa.
C. Evaluasi
Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.
Jadi evaluasi merupakan proses yang sistematis. ini berarti bahwa evaluasi
(dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup
dan suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada
permulaan, selama program berlangsung, dan pada akhir program setelah program
itu dianggap selesai.
Contoh : Program semester, ujian akhir, ujian tengah semester, ujian harian dll.

2. Coba anda tuliskan pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh Ralph


Tyler dan coba Anda jelaskan tentang pengertian evaluasi tersebut.
Menurut Ralph Tyler (1950), evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi selalu dilaksanakan dengan
merujuk kepada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan. Evaluasi
merupakan proses pemberian pertimbangan atau makna mengenai nilai dan arti
dari sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat
berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan tertentu. Dengan kata
lain evaluasi adalah proses penentuan nilai atau harga dari data yang terkumpul.
Pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti tidak dapat dilakukan secara
sembarangan, oleh karenanya evaluasi harus dilakukan berdasar prinsip-prinsip
tertentu.
Contoh : evaluasi terhadap kurikulum, kinerja terhadap guru
3. Coba Anda jelaskan hubungan pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh
Ralph Tyler dengan evaluasi dalam penddikan.
Menurut Ralph Tyler (1950), evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan evaluasi pendidikan adalah
penilaian terhadap kinerja pendidikan (dalam hal ini hasil belajar siswa) yang
telah berjalan guna memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk
memperbaiki hal-hal yang memang perlu diperbaiki pada kinerja pendidikan
Hubungan evaluasi menurut Ralph Tyler dengan evaluasi dalam
penddikan adalah mempunyai tujuan yang sama Tujuan evaluasi secara umum ada
dua, yaitu (a) untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akn dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami
oleh peserta didik, setelah mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu
tertentu, (b) untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran
yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu
tertentu. Kemudian tujuan yang kedua adalah tujuan khusus dari evaluasi

pendidikan adalah (a) untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh
program pendidikan, (b) mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab
keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program
pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara
perbaikannya.
4. Evalusi dalam pendidikan lebih menitik beratkan pada evaluasi hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat tergantung pada empat aspek yaitu
input, transpormasi (proses), output, dan umpan balik (lihat gambar
berikut). Coba anda jelaskan masing-masing keempat komponen evaluasi
dalam sistem pendidikan yang ditunjukkan pada gambar tersebut.

Input

Transpormasi
(Proses)

Output

Umpan Balik

Input
Menurut Arikunto (2005:4) input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke

dalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan
mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah (institusi), calon
siswa ini dinilai dahulu kemampuannya. dengan penilaian itu ingin diketahui
apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan kepadanya.
Dalam evalusi input ini memiliki peranan penting. dalam dunia pendidikan
ada beberapa sekolah yang benar-benar melakukan proses input atau penyeleksian
yang sangat ketat, gunanya untuk benar-benar menjaring siswa yang memiliki
kompetensi yang dapat masuk ke suatu sekolah atau intitusi. seleksi awal ini
diharapkan dapat membentuk output yang kompoten nantinya. sehingga
diharapkan apabila inputnya baik pastilah outputnya juga akan baik. Namun
kenyataan di lapangan berkata lain, ada sebagian sekolah yang tidak serius
melakukan seleksi awal ini. mereka hanya melakukan sebagai formalitas saja,
sehingga dapat ditebak mungkin saja outpun yang dihasilkan akan kurang

memuaskan. namun ada juga kalanya di lapangan menolak sistem seleksi awal ini.
jadi meskiput siswa tersebut telah di tolak dalam suatu intutisi namun mereka
bersedia membayar untuk meluluskan keinginan mereka agar dapat masuk dalam
intitusi tersebut, namun hasilnya hal ini akan menyulitkan siswa karena terkesan
memaksa, sehingga siswa tidak akan mampu menyelesaikan berbagai tugas
dikarenakan kemampuan awalnya yang tidak mendukung.
Seleksi awal atau input ini penting dalam evaluasi sehingga diharapkan dari
seleksi input ini dapat menghasilkan siswa yang sesuai dengan kriteria suatu
intitusi atau lembaga guna menghasilkan output yang kompeten.

Transformasi (Proses)
Menurut Arikunto (2005:5) yang dimaksud dengan informasi adalah mesin

yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. dalam dunia sekolah,
sekolah itulah yang dimaksus dengan trasformasi. sekolah itu sendiri terdiri dari
beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai trasformasi.
bahan jadi yang diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan
oleh beberapa faktor sebagai akibat berkerjanya unsur-unsur yang ada. Unsurunsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil
pendidikan yang diharapkan antara lain :
1. Kurikulum/materi pelajaran,
2. Metode pengajaran dan cara penilaian,
3. Sarana pendidikan/media pendidikan,
4. Sistem administrasi,
5. Guru dan personal lainya dalam proses pendidikan.
Transformasi ini memiliki peranan dalam memproses siswa yang masuk
kedalam suattu sekolah atau intutisi. disinilah peran para guru dan beberapa unsur
lainnya. apabila trasnformasi dilakukan dengan benar maka dapat dipastikan

output yang dihasilkan juga akan baik, meskipun inpun yang dilakukan tidak baik,
namun karena trasformasinya berhasil maka output yang dihasilkan akan baik
pula.
Demikian pula halnya apabila trasformasinya tidak baik maka meskipun
inputnya sangat baik maka ada kecendrungan outpun yang dihasilkan akan kurang
baik. terlebih lagi apabila input yang yang tidak baik dengan trasformasi yang
tidak baik maka dapat diastikan outputnya pun tidak sesuai harapan. contohnya
dalam hal ini misalnya apabila input yang masuk merupakan siswa yang baik
namun sarana dan prasarana tidak mendukung maka output yang dihasilkan
kemungkinan kurang baik, misalnya saja merekatidak pandai dalam penggunaan
alat-alat labolatorium maupun sebagainya. hanya suatu keberuntungan apabila
inputnya baik, trasformasinya tidak baik namun menghasilkan output yang baik.
Transformasi disinilah yang melakukan pemprosesan guna menghasilkan output
yang baik.

Output
Menurut Arikunto (2005:4-5) yang dimaksud dengan output atau keluaran

adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh trasformasi. yang dimaksud dalam
pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. untuk dapat
menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan
kegiatan penilaian, sebagai alat penyaring kualitas.
Ouput merupakan hasil dari suatu transformasi dalam suatu lembaga atau
intutisi, dalam hal ini suatu sekolah atau intutisi akan menyeleksi siswa yang
dinyatakan layak lulus apabila telah dilakukan suatu pengukuran dan evalusi. hasil
dari penilaian tersebut diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan yang
kompeten. dan dari seleksi outpun dapat dilihat kualitas suatu sekolah atau intutisi
karena hasil lulusan akan membawa nama intutisi tersebut. sehingga dapat
dipastikan apabila seleksi ini dilakukan dengan benar maka siswa yang lulus akan
memiliki kemampuan yang kompeten dan membawa nama baik intutisi namun
apabila siswa yang lulus tidak akan memiliki kemampuan yang kompeten maka
dapat dipasikan nama intutisi itu juga akan dinilai buruk.

Sasaran evaluasi dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi
belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses
pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Alat yang digunakan
untuk mengukur pencapaian ini disebut Achievement Test.

Umpan balik (Feedback)


Menurut Arikunto (2005:5-6) yang dimaksud sebagai umpan balik atau

balikan adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun


transformasi. umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun
transformasi. lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan,
akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan
dengan penyebab kurang bermutunya lulusan. Penyebab-penyebab tersebut antara
lain:
input yang kurang baik kualitasnya
guru dan personal yang kurang tepat
materi yang tidak atau kurang cocok
metode mengajar dan sistem evaluasi yang kuarang memadai
kurangnya sarana penunjang
sistem administrasi yang kurang tepat
Oleh karena itu penilaian disekolah meliputi banyak segi, yang secara garis
besar di lihat dari calon siswa, lulusan, dan proses pendidikan secara menyeluruh.
Umpan balik ini melihat dari hasil lulusan siswa, apabila siswa memiliki
kompeten yang baik maka kita dapat mengetahui bahwa input dan tranformasi
yang dilakukan sudah baik. namun apabila output yang dihasilkan masih belum
baik maka ini akan menjadi perbandingan sehingga kita dapat melihat kembali
kebelakang agar dapat menghasilkan output yang lebih baik lagi. umpan balik ini
dapat menjadi rujukan untuk menjadi perbaikan dan sebagai tolak ukur.

5. Dalam dunia pendidikan, evalusi mempunyai makna ditinjau dari segi


siswa, guru dan sekolah. Coba anda jelaskan makna evaluasi bagi siswa,
guru, dan sekolah secara rinci.
Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada
dasarnya merupakan proses penyususnan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif Namun perlu penyusun kemukakan, bahwa kebanyakan
pelaksanaan evaluasi cenderung bersifat kuantitatif, lantaran penggunaan simbol
angka atau skor utnuk menentukan kualitas keseluruahan kinerja akademik siswa
dianggap sangat nisbi. Walaupun begitu, yang piawai dan professional perlu
berusaha mencari kiat evaluasi yang lugas, tuntas, dan meliputi seluruh
kemampuan ranah cipta rasa, dan karsa siswa guna mengurangi kenisbian
hasilnya.
a. Makna bagi siswa
Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. hasil yang diperoleh
siswa dari pekerjaan menilai ini ada 2 kemungkinan:

Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan,
tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu.
akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk
belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan
lagi. keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas

dengan hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali.
Tidak memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha lain
kali keadaan itu tidak terulang lagi. maka ia lalu belajar giat. namun
demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi. ada beberapa siswa yang
lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang

memuaskan yang telah diterimanya.


b. Makna bagi guru
1. Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswasiswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah

berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum


menguasai bahan. dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan
perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil. apalagi jika guru
tahu akan sebab-sebabnya, ia akan memberikan perhatian yang memusat
dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan
selanjutnya dapat diharapkan.
2. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi
siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang
tidak perlu diadakan perubahan.
3. Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau
belum. jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada
penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau
metode yang kurang tepat. apabila demikian halnya, maka guru harus
mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
c. Makna bagi sekolah
1. Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil
belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang
diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. hasil
belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.
2. Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu
dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk
masa-masa yang akan datang.
3. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah
sudah memenuhi standar atau belum. pemenuhan standar akan terlihat dari
bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa.
6. Evaluasi memiliki beberapa fungsi, yaitu : (a) berfungsi untuk seleksi, (b)
berfungsi untuk diagnostik, (c) berfungsi untuk penempatan, dan (d)
berfungsi untuk mengukur keberhasilan. Coba anda jelaskan secara rinci
ke-4 fungsi evaluasi dalam pendidikan tersebut.
a. Berfungsi untuk seleksi

Evaluasi dapat digunakan untuk melakukan penyaringan (seleksi) dalam


penerimaan siswa baru dari suatu sekolah. Dengan evaluasi dapat ditentukan
sejumlah siswa tertentu yang memenuhi syarat dari sejumlah siswa pendaftar
sebagai calon siswa yang akan diterima. Penempatan jumlah siswa yang terbaik
ini tidak hanya berkisar dalam seleksi penerimaan siswa baru, tetapi sering pula
diterapkan dalam penentuan siswa yang lebih berhak untuk mendapatkan
kesempatan tertentu. Misalnya dalam penetapan calon penerimaan beasiswa,
pelajar teladan, kenaikan kelas, kelulusan suatu program, dan penerimaan
penghargaan lainnya.
Evaluasi sebagai alat pengukur seberapa jauh tujuan intruksional dapat
dicapai setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Selain itu dengan evaluasi
dapat dilihat pula sampai sejauh mana seorang guru telah berhasil dalam
menerapkan metode dan pendekatan, penguasaan materi, serta kebaikan dan
kelemahan kurikulum yang dicapai. Adanya evaluasi juga merupakan syarat untuk
dapat melakukan perbaikan dalam program pengajaran selanjutnya.
d. Berfungsi untuk diagnostik,
Diagnostik artinya hasil belajar dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan
mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses
belajarnya. Evaluasi

diagnostik

berfungsi

atau

dilaksanakan

untuk

mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara
mengatasi kesulitan belajar tersebut. Untuk mengetahui masalah-masalah apa
yang diderita atau yang menggangu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan,
hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. Dan bagaimana
usaha untuk memecahkannya.

Diagnostik ini berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita


atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan
atau gangguan ketika mengikuti program tertentu dan bagaimana usaha untuk
memecahkannya.
e. Berfungsi untuk penempatan
Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap
orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang
pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing, yaitu
evaluasi yang dilaksanakan untuk menempatkan siswa dalam suatu program
pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan (baik potensial maupun
lokal) dan minatnya. Evaluasi ini bermanfaat dalam rangka proses penentuan
jurusan sekolah.
f. Berfungsi untuk mengukur keberhasilan.
Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan,
pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat
mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti
pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang memuaskan maka
akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih
meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan
maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat
diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus
asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk
menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana suatu program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelum
ini. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru,
metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
7. Evaluasi dalam pendidikan memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah
untuk mengukur kepandaian (inteligensi) siswa seperti yang dikemukan
oleh Carl Witherington dan David Lazear. Coba anda jelaskan inteligensi

(kepandaian) siswa yang dikemakan oleh kedua (Carl Witherington dan


David Lazear) tersebut.
Menurut Carl Witherington dalam Arikunto (2005:11-12) anak yang
inteligensi adalah anak yang mempunyai :
1. kemampuan untuk berkerja dengan bilangan
2. kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik
3. kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti
pembicaraan orang lain)
4. kemampuan untuk mengingat-ingat
5. kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan)
6. kemampuan untuk berfantasi
Dalam kenyataannya ada orang yang memiliki kemampuan umum rata-rata
tinggi, rata-rata rendah, dan ada yang memiliki kemampuan khusus tinggi.
misalnya kemampuan rata-rata rendah tetapi kemampuan berfantasi tinggi dan
menjadi seniman ulung. Evaluasi untuk mengukur berdasarkan inteligensi akan
memberikan hasil yang berbeda-beda karena tidak semua orang memiliki tingkat
inteligensi yang sama.
Inteligensi menurut David Lazear dalam Arikunto (2005:12) menyatakan ada
7 indikator atau aspek yang dapat dikategorikan sebagai petunjuk tentang tinggi
rendahnya inteligensi seseorang, yaitu:
1. kemampuan verbal, meliputi:
a. analisis linguistik
b. mengenal kembali dan mengingat
c. memahami dan menciptakan kelucuan dan humor
d. menjelaskan sesuatu dalam proses belajar mengajar
e. meyakinkan seseorang agar bersedia melakukan sesuatu
f. memahami perintah dengan tepat
2. kemampuan mengamati dan rasa ruang, meliputi:
a. khayalan
b. menyusun kerangka pikir
c. menemukan jalan dalam konsep ruang
d. memanipulasi imajinasi
e. menginterpretasikan grafik/bagian/model
f. mengenal hubungan objek dalam ruang
g. memiliki persepsi yang cermat melalui berbagai sudut pandangan
3. kemampuan gerak kinetis-fisik, meliputi:

a.
b.
c.
d.
e.

mengatur dan mengelola gerak refleks


mengatur/ mengelola gerak terencana
memperluas kesadaran melalui tubuh
peduli hubungan antar bagian tubuh
meningkatkan fungsi tubuh

4. kemampuan logika/matematika, meliputi:


a. pengenalan pola-pola abstraksi
b. pertimbangan induktif
c. pertimbangan deduktif
d. cerdas dalam menangkap hubungan dan kaitan
e. menyelesaikan kalkulasi kompleks
f. pertimbangan ilmiah
5. kemampuan dalam hubungan intra-personal, meliputi:
a. konsentrasi dalam berpikir
b. keberhati-hatian
c. melakukan meta kognisi
d. kesadaran dan ekspresi berbagai perasaan
e. kesadaran atas dirinya
f. tingkat pemikiran-penalaran
6. kemampuan dalam hubungan inter-personal, meliputi:
a. mencipta dan mengelola sinergi
b. daya melampaui perspektif orang lain
c. bekerja sama dalam kelompok
d. mengenal dan membuat sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya
e. komunikasi verbal dan nonverbal
7. kemampuan dalam musik/irama, meliputi:
a. struktur musik
b. skematis dalam mendengarkan musik
c. sensitif terhadap suara
d. kreatif terhadap suara
e. sensitif dalam nada
Semua aspek ini harus dikuasai oleh guru agar dapat mengevaluasi peserta
didik.
8.

Perhatikan gambar kurva Inteligensi berikut. Coba anda berikan


penjelasan tentang tingkatan inteligensi yang ditunjukkan pada kurva
tersebut.
1%

5%

70

14 %

80

30 %

90

30 %

100

110

Tingkat Intelegensi

14 %

120

3%

130

1%

Kurva tersebut memperlihatkan kemampuan inteligensi siswa terhadap


kelompok besar siswa. Arikunto (2005:14) menjelaskan kurva tersebut menjadi:
1) 1% luar biasa, mempunyai IQ antara 30 sampai 70
2) 5% dungu, mempunyai IQ antara 70 sampai 80
3) 14% bodoh, mempunyai IQ antara 80 sampai 90
4) 60% normal, mempunyai IQ antara 90 sampai 110
5) 14% pandai, mempunyai IQ antara 110 sampai 120
6) 5% sangat pandai, mempunyai IQ antara 120 sampai 130
7) 1% genius, mempunyai IQ lebih dari 130.
yang dikatakan 1% luar biasa masih terbagi lagi atas:
1. idiot yang mempunyai IQ antara 0 sampai 25
2. imbesil yang mempunyai IQ antara 26 sampai 50
3. debil yang mempunyai IQ antara 51 sampai 70
9.

Selain ciri-ciri evaluasi pendidikan yang ditanyakan pada Soal Nomor-7


masih ada masih ada empat ciri lainnya. Coba anda jelaskan keempat ciri
tersebut disertai contoh-contoh.

Empat ciri evaluasi yang dijelaskan dalam Arikunto (2005:15-18)


a. Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.
penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan
sebagai hasil pertama pengukuran. setelah itu lalu diinterprestasikan kebentuk
kualitatif.

Contoh : dari hasil pengukuran, Tiko mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Tini


105. dengan demikian, maka Tiko dapat digolongkan sebagai anak sangat
pandai sedangkan Tini sebagai anak normal.
b. Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal. anak lain yang hasil pengukuran IQ nya 80, menurut unit
ukurannya termasuk anak dungu.
c. ciri keempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak
sama atau selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. contoh: hasil
ulangan matematika yang diperoleh oleh Miranti hari senin adalah 80. hari
selasa 90. tetapi hasil ulangan hari sabtu hanya 50. Ketidaktepatan hasil
penilaian ini disebabkan karena banyak faktor. mungkin pada hari sabtu
Miranti sedang risau hatinya menghadapi malam minggu sore harinya.
d. ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilian
pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. adapun sumber kesalahan
dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu
1. Terletak pada alat ukurnya.
Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. sebagai contoh, kita
akan mengukur panjang meja tetapi menggunakan pita ukuran yang
terbuat dari bahan elastis, dan cara mengukurnya ditarik-tarik. tentu saja
pita ukuran itu tidak dapat kita golongkan sebagai alat ukur yang baik,
karena gambaran tentang panjangnya meja tidak dapat diketahui dengan
pasti. tentang bagaimana syarat-syarat alat ukur yang digunakan dalam
pendidikan
2. Terletak pada orang yang melakukan penilaian. hal ini dapat berupa :
a. Kesalahan pada waktu melakukan penilaian karena faktor subjektif
penilaian telah berpengaruh pada hasil pengukuran. tulisan yang
jelek dan tidak jelas, mau tidak mau sering mempengaruhi
subjektifitas penilaian, jika pada waktu mengerjakan koreksi,
penilai itu sendiri sedang risau. itulah sebabnya pendidik harus
sejauh mungkin dari hal ini.

b. Kecendrungan dari penilai untuk memberikan nilai secara murah


atau mahal ada guru yang memberi nilai 2 (dua) untuk siswa
yang menjawab salah dengan alasan untuk upah menulis. tetapi ada
yang memberikan nilai 0 (nol) untuk jawaban yang serupa.
c. Adanya hallo-effect, yakni adanya kesan penilai terhadap siswa.
kesan-kesan itu dapat berasal dari guru lain maupun dari guru itu
sendiri pada kesempatan memegang mata pelajaran lain.
d. Adanya pengaruh hasil yang telah diperoleh terlebih dahulu.
seseorang siswa pada ulangan pertama mendapat angka 10
sebanyak 2 kali. untuk ulangan yang ketiga dan seterusnya, guru
sudah terkena pengaruh ingin memberi angka yang lebih banyak
dari yang sebenarnya walaupun seandainya pada waktu ulangan
tersebut, ia sedang mengalami nasib sial, yakni salah mengerjakan.
e. Kesalahan yang disebabkan oleh kekliruan menjumlah angkaangka hasil penelitian.
3. Terletak pada anak yang dinilai
a. Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati.
suasana hati seseorang akan sangat berpengaruh terhadap hasil
penilaian. misalnya suasana hati yang kalut, sedih atau tertekan,
akan memberikan hasil kurang memuaskan. sedangkan suasana
hati gembira dan cerah, akan memberikan hasil yang baik.
b. Keadaan fisik yang ketika siswa sedang dinilai. kepala pusing,
perut mulas dan pipi sedang membengkak karena sakit gigi, tentu
saja akan mempengaruhi cara siswa memecahkan persoalan.
pikirannya sangat sukar untuk konsentrasi.
c. Nasib siswa kadang-kadang mempunyai peranan terhadap hasil
penilaian. tanpa adanya sesuatu sebab fisik maupun psikis,
adakalanya

seperti

ada

gangguan

terhadap

mengerjakan soal-soal.
4. Terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung.

kelancaran

a. Suasana gaduh, baik di dalam maupun di luar ruangan, akan


menganggu konsentrasi siswa. demikian pula tingkah laku kawankawannya yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka berkerja
dengan cukup serius atau tampak seperti hanya main-main, akan
mempengaruhi diri siswa dalam mengerjakan soal.
b. Pengawasan dalam penilaian. tidak menjadi rahasia lagi bahwa
pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh siswa
yang suka melihat ke kanan dan ke kiri. namun adakalanya,
keadaan sebaliknya, yaitu pengawasan yang longgar justru
membuat jengkel bagi siswa yang mau disiplin dan percaya pada
diri sendiri.
10. Dalam evalusi pendidikan dikenal istilah SUBJEK EVALUASI dan
SASARAN EVALUASI. Coba anda jelaskan perbedaan kedua istilah
tersebut secara rinci, disertai contoh-contoh.
a. Subjek Evaluasi
Yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan
pekerjaan evaluasi. siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap
tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
Contoh :
a. Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka
subjek evaluasi adalah guru
b. Untuk melaksanakan evaluasi sikap menggunakan sebuah skala maka
sebagai subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan didahului
oleh suatu latihan melaksanakan evaluasi tersebut.
c. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan
sebuah alat ukur yang sudah distandardisasikan maka subjeknya adalah ahliahli psikologi. disamping alatnya yang harus bersifat rahasia maka subjek
evaluasi haruslah seorang yang betul-betul ahli karena jawaban dan tingkah
laku orang yang dites harus diinterprestasikan dengan cara tetentu

Tidak setiap orang dapat menafsirkan jawaban tes kepribadian ini, sehingga
hanya orang yang telah mempelajari tes secara mendalam saja yang dapat
melakukannya. demikian juga dengan tes inteligensi,subjek pelakunya harus
seorang ahli.
Ada pandangan lain yang menyebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang
yang dievaluasi. dalam hal ini yang dipandang sebagai objek misalnya: prestasi
matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. pandangan
lain lagi mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai
subjeknya.
b. Sasaran Evaluasi
Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan karena penilaian mengingikan informasi tentang sesuatu tersebut.
dengan masih menggunakan diagram tentang trasformasi maka sasaran penilaian
untuk unsur-unsurnya meliputi: input, transformasi, dan output.
a. Input. calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari
beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur. aspek yang bersifat rohani
setidak-tidaknya mencakup 4 hal.
1. Kemampuan untuk dapat mengikuti program dalam suatu
lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki
kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude
test.
2. Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan
menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal
tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat
untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian
atau personality test.
3. Sikap-sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia
sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar.
Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol

dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang


menginginkan

informasi

khusus

tentangnya.

Alat

untuk

mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau


attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut
skala sikap atau attitude scale.
4. Inteligensi, untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes
inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal
ini yang terkenal adalah tes buatan. Biner dan simon yang dikenal
dengan tes binet-simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain
misalnya spm, tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan
diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut. IQ bukanlah
inteligensi. IQ berbeda dengan inteligensi karena IQ hanyalah
angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya inteligensi
seseorang. Dengan pengertian ini maka kurang benarlah jika ada
orang mengatakan IQ jongkok karena IQ adalah berupa angka.
Mestinya IQ rendah diartikan bahwa angkanya rendah.

Gambar: Hubungan Antara sikap-sikap dan kepribadian Menurut


A.N. Oppenheim dalam bukunya Questionnaire Design
and Attitude Measurement
b. Transformasi, unsur yang terdapat dalam transformasi yang semuanya
dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil

pendidikan yang diharapkan. unsur-unsur dalam transformasi yang


menjadi objek penelitian antara lain:
1) kurikulum/materi
2) metode dan cara penilaian
3) sarana pendidikan/media
4) sistem admistrasi
5) guru dan personal lainnya.
c. Output, penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka
selama mengikuti program. alat yang digunakan untuk mengukur
pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa
guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan
saja. alatnya adalah tes tertulis. aspek psikomotorik, apalagi afektif,
sangat langka dijamah oleh guru. akibatnya dapat kita saksikan, yakni
bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil
melakukan

pekerjaan

keterampilan,

juga

tidak

mampu

mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. lemahnya


pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita mau
instropeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang
selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.
11. Ada tiga prinsip umum dalam evaluasi yaitu : KBM, evaluasi, dan tujuan.
Ketiga prinsip tersebut dikenal dengan istilah Triangulasi Evaluasi
(Lihata gambar berikut). Coba anda jealskan secara rinci hubungan ketiga
komponen yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Tujuan

KBM

Prinsip Evaluasi

Evaluasi

Prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi
atau hubungan erat tiga komponen, yaitu antara lain:
a. Tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Pembelajaran atau KBM
c. Evaluasi
b. Hubungan antara tujuan dengan KBM.
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar
disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. dengan
demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah
pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga
mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan
pemikirannya ke KBM.
c. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana
tujuan sudah tercapai. dengan makna demikian maka anak panah berasal dari
evaluasi menuju ke tujuan. di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun
alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
d. Hubungan antara KBM dengan evaluasi
KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah
dirumuskan. telah disebutkan pula bahwa alat evaluasi juga disusun dengan
mengacu pada tujuan. selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu
atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Misalnya, jika kegiatan belajar
mengajar dilakukan oleh guru dengan menitik beratkan pada ketrampilan,
bukannya aspek pengetahuan.
Secara garis besar, maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu: tes dan bukan tes (nontes).

12. Dalam melakukan evaluasi diperlukan alat-alat evaluasi (Instrumen) yang


dapat digunakan untuk mempermudah seseorang guru dalam menjalankan
tugasnya sebagai evaluator. Dalam melakukan evalusi ada dua cara yang

dapat ditempuh, yaitu cara TEHNIK NONTES dan cara TEHNIK TES.
Coba anda jelaskan instrumen apa saja yang dapat digunakan untuk
melakukan evaluasi dengan cara tehnik nontes secara jelas dan rinci
disertai contoh-contoh.
Yang tergolong ke dalam teknik nontes yaitu:
1) Skala bertingkat (rating scale)
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap
sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenhein mengatakan:
Peringkat/
skala memberikan nilai numerik untuk beberapa jenis penilaian
Contoh: skor atau biji yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan
tingkat prestasi belajar siswa. siswa yang mendapat skor 8, digambarkan di tempat
yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran skor 5.
4

Biasanya angka-angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak


yang sama. meletakkannnya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.
dengan demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.
Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. dengan maksud
agar pencatatannya dapat objektif maka penilaian terhadap penampilan atau
penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.
Contoh: kecendrungan seseorang terhadap jenis kesenian tertentu:
1
Sangat tidak suka

2
Tidak suka

Biasa

Suka

5
Sangat suka

2) Kuesioner (questionair)
Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. pada dasarnya,
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang
keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lainlain.
Macam-macam kuesioner di lihat dari beberapa segi.
1. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab

a) Kuesioner langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi


langsung oleh orang yang akan diminta jawaban tentang dirinya.
b) Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi
oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak
langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang
bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
2. Ditinjau dari segi cara menjawab
a. Kuesioner

tertutup

adalah

kuesioner

yang

disusun

dengan

menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal


memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Contoh:
tingkat pendidikan yang sekarang anda ikuti adalah:
SD

SLTP

SLTA

Perguruan Tinggi

Tanda cek () dibubuhkan pada kotak di depan perguruan Tinggi jika


pengisi berstatus mahasiswa.
b. Kuesiner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. kuesioner
terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci
dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. keterangan
tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih
pilihan jawaban yang disediakan. kuesioner terbuka juga digunakan
untuk meminta pendapat seseorang.
Contoh: untuk membimbing mahasiswa ke arah kebiasaan membaca
buku-buku asing, maka sebaliknya setiap dosen menunjuk buku asing
sebagai salah satu buku wajib. bagaimana pendapat saudara?
jawaban:..................

3) Daftar cocok (check list) adalah deretan pertanyaan (yang biasanya singkatsingkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok
() di tempat yang sudah disediakan.
Contoh:
Berikan tanda () pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara.
Pernyataan

Penting

Pendapat
Biasa
Tidak Penting

1. melihat pemandangan indah


2. Olahraga tiap pagi
3. Melihat film
4. belajar menari
5. Tulisan bagus
6. berkunjung ke kawan
Ada pendapat yang menyatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat
digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga
diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.
4) Wawancara (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak.
dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. pertanyaan hanya
diajukan oleh subjek evaluasi.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah
dibuat oleh subjek evaluasi
b) Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subjek evaluasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun
terlebih dahulu. jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab
pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh
penanya. pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin,
mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok
sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocok
di tempat yang sesuai dengan keadaan responden.

5) Pengamatan (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara


mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada 3 macam observasi:
a. Observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi
pengamaat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang
diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat
betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan
demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan
orang-orang dalam kelompok yang diamati.
Contoh: untuk mengamati kehidupan mahasiswa penyewa kamar,
pengamat menjadi mahasiswa dan menyewa kamar.
b. Observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati
sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini
pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak
dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
c. Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpatisipasi dalam
kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting
dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai
dengan tujuan evaluasi.
6) Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam
kehidupannya. dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan
dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari
objek yang dinilai.
Teknik Tes
Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan
evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes
tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di
kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir
pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan

maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes
yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui:
a. Tingkat kemampuan awal siswa
b. Hasil belajar siswa
c. Perkembangan prestasi siswa
d. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Tes lisan dilakukan melalui pertanyaan lisan untuk mengetahui daya serap
siswa. Tujuan tes lisan ini terutama untuk menilai:
a.
b.
c.
d.

Kemampuan memecahkan masalah


Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
Kemampuan menggunakan bahasa lisan
Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau

konsep

yang

dikemukakan.
Tes tertulis dapat berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif
(objective tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.
Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab
dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini
disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes
dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.
1. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa
pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan
sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.
Kelebihan betul salah yaitu;

a. Item tes betul salah memiliki karakteristik yang menguntungkan, yaitu


mudah dan cepat dalam menilai
b. Untuk item betul salah yang dikonstruksi secara cermat, membawa
implikasi kepada peserta didik, yaitu waktu mengerjakan soal lebih cepat
diselesaikan
c. Seperti bentuk tes objektif lainnya, item tes benar salah hasil akhir
penilaian dapat objektif
Kelemahan betul salah;
a. Mengonstruksi item tes betul salah pada umumnya diperlukan waktu yang
lebih lama jika dibandingkan dengan pembuatan tes essai
b. Penggunaan pertanyaan alternatif lebih memungkinkan peserta didik
mengira-ngira jawaban.
2. Bentuk

soal

pilihan

ganda

atau

pilihan

jamak

(multiple

choice)

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang
benar atau paling tepat.
Kelebihan bentuk soal pilihan ganda yaitu;
a. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat
pengukur hasil belajar siswa
b. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup
hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
c. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi
para siswa yang hendak dievaluasi.
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda yaitu;

a. Mengonstruksi item tes betul salah pada umumnya diperlukan waktu yang
lebih lama jika dibandingkan dengan pembuatan tes essai
b. Penggunaan pertanyaan alternative lebih memungkinkan peserta didik
mengira-ngira jawaban.
3. Bentuk soal menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang
paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan.
Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus
dicari jawabannya.
Kelebihan bentuk soal menjodohkan
a. Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
b. Tepat

digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

bagaimana

mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.


c. Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan
yang lebih luas.
Kelemahan bentuk soal menjodohkan
a. Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
b. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur halhal yang berhubungan
4. Bentuk soal jawaban singkat (isian)
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban
dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol.
Kelebihan bentuk soal jawaban singkat;
a. Menyusun soalnya relatif mudah

b. Kecil kemungkinan siswa member jawaban dengan cara menebak


c. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
d. Hasil penilaiannya cukup objektif
Kelemahan bentuk soal jawaban singkat;
a. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.
b. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak
selama bentuk uraian
c. Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan
pemeriksa.
13. Tes merupakan salah satu cara untuk melakukan evaluasi. Coba anda
uraikan rumusan/pengertian tes menurut pendapat beberapa ahli.
Ada beberapa macam rumusan tentang tes yaitu:

Drs Amir Daien Indrakusuma menyatakan, Tes adalah suatu alat atau
prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang
boleh dikatakan tepat dan cepat.

Muchtar Bukhori menyatakan,tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk


mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang
murid atau kelompok murid.

Websters Collegiate tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Encyclopedia of educational evaluation, tes adalah penilaian yang


komprehensif terhadap seseorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi
program.

Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological


Testing,

yang

dimaksud

dengan

tes

adalah

alat

pengukur

yang

mempunyaistandar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas,


serta dapatbetul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan
keadaanpsikis atau tingkah laku individu.

Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008: 67), tes adalah suatu tugas
atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu
dengan yang lain.

Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah
satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang
hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam
proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.

Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di
bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas
baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintahperintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,sehingga (atas dasar data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut)
Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes

merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alatalat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena pebuh dengan batasan-batasan.
mengingat betapa pentingnya tes ini. apabila rumusan yang telah disebutkan di
atas dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu
kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda yaitu: untuk mengukur siswa dan untuk
mengukur keberhasilan program pengajaran. dalam bagian ini hanya akan
dibicarakan tes untuk mengukur keberhasilan siswa.

14. Ditinjau dari segi keguaannya tes dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu
(1) tes diagnostik, (2) tes formatif, dan (3) tes sumatif. Coba berikan
penjelasan tentang ketiga macam tes tersebut, disertai contoh-contoh.
Berdasarkan kegunaannya tes dibagi 3 macam yaitu:
a. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahankelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat
dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk
mengetahui apakah calon tersebut sudah menguasai pengetahuan yang
merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah yang
dimaksudkan. tes ini disebut tes penjajakan masuk yang dalam istilah
inggris disebut entering behaviour test. dalam penggalan kecil, tas
diagnostik ke-1 ini dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan
pengetahuan dasar untuk dapat menerima pengetahuan lanjutannya.
pengetahuan dasar ini biasa disebut dengan pengetahuan bahan prasyarat
(pre-requisite). oleh karena itu, tes ini disebut juga tes prasyarat atau prerequisite test.
Contoh: untuk mengajarkan perhitungan menghitung korelasi serial, guru
harus yakin bahwa siswa sudah menguasai perhitungan tentang rata-rata
dan simpangan baku (mean dan standar deviasi). oleh karena itu, sebelum
mulai dengan menerangkan teknik korelasi serial tersebut, guru
mengadakan tes diagnostik untuk mengetahui penguasaan siswa atas mean
dan standar deviasi tersebut

Tes Diagnostik ke 2 dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan


mulai mengikuti program. apabila cukup banyak calon siswa yang
diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian
kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. apakah anank yang baik akan
disatukan di satu kelas, ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran
anak baik, sedang, atau kurang, ini semua memerlukan adanya informasi.
informasi seperti ini dapat diperoleh dengan cara mengadakan tes
diagnostik. dengan demikian maka tes diagnostik telah berfungsi sebagai
tes penempatan (placement test).

Tes diagnostik ke 3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. tidak


semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan
lancar. sebagai guru yang bijaksana, maka pengajar harus sekali-kali
memberikan tes diagnostik untuk mengetahui bagian mana dari bahan
yang diberikan itu belum dukuasai oleh siswa. selain itu ia harus dapat
mengadakan deteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan.
berdasarkan atas hasil mengadakan deteksi tersebut guru dapat
memberikan bantuan yang diperlukan.

Tes diagnostik ke 4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran.


dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkah penguasaan siswa
terhadap bahan yang ia berikan.

b. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah


terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. dalam kedudukannya
seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir
pelajaran.evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru
maupun program itu sendiri.

Manfaat bagi siswa


a. digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai program
secara menyeluruh.
b. merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. dengan mengetahui
bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai
dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat anggukan
kepala dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang
sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. dengan
demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan.
di samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar

motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan


nilai yang sudah baik itu atau memperoleh lebih baik lagi.
c. usaha perbaikan. dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh
setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya.
bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan
yang mana yang belum dikuasainya. dengan demikian, akan ada
motivasi untuk meningkatkan penguasaan.
d. sebagai diagnosis. bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa
merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan, atau konsep.
dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat
mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan
sulit.
contoh : perkalian dalam hitungan, dengan melihat hasil tes yang salah
ini siswa akan diberitahu oleh guru bahwa kelemahannnya tidak
terletak pada ketidakmampuan mengalihkan secara keseluruhan, tetapi
pada pengertian nilai tempat.

Manfaat bagi guru


a. mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat
diterima oleh siswa. hal ini akan menentukan pula apakah guru itu
harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat
menggunakan cara (strategi) yang lama.
b. mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
menjadi milik siswa. apabila bagian yang belum diketahui kebetulan
merupakan bahan persyaratan bagi bagian pelajaran yang lain, maka
bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara
atau media lain untuk memperjelas. apabila bahan itu tidak diulangi,
maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran
selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak menguasainya
c. dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan
diberikan.

Setelah tes formatif maka diperoleh hasil. dari hasil tersebut dapat
diketahui:
a. apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat
dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b. apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
prasyarat yang belum diperhitungkan.
c. apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi
hasil yang akan dicapai. apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi
yang digunakan sudah tepat.

c. Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian
kelompok program atau sebuah program yang lebih besar. dalam pengalaman di
sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes
sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan
pada tiap akhir caturwulan atau akhir semester
Manfaat tes sumatif
Untuk menentukan nilai. apabila tes formatif terutama digunakan untuk
memberikan informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak digunakan untuk
memberikan nilai atau tidak digunakan untuk penentuan kedudukan seorang anak
di antara teman-temannya (grading), maka nilai dari tes sumatif ini digunakan
untuk menentukan kedudukan anak. dalam penentuan nilai ini setiap anak
dibandingkan dengan anak-anak lain. asumsi yang mendasari pandangan ini
adalah bahwa prestasi belajar siswa-siswa dalam sebuah kelas
15. Selain tes juga dikenal istilah testing, testee, dan tester coba anda
jelaskan perbedaan ketiga istilah tersebut (testing, testee, dan tester).
Istilah penting dalam tes
a. Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. dapat juga dikatakan
testing adalah saat pengambilan tes.

b. Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes. orang-orang inilah


yang akan dinilai dan diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat,
pencapaian, dan sebagainya.
c. Tester adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes
terhadap para responden. dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi
adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk
melaksanakantugasnya).
Tugas tester antara lain:

Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.

Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan

Menerangkan cara mengerjakan tes

Mengawasi responden mengerjakan tes

Memberikan tanda-tanda waktu

Mengumpulkan pekerjaan responden

Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).

16. Dalam menyusun perangkat tes diperlukan beberapa syarat. Coba anda
jelaskan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi jika seseorang ingin
menyusun tes.
Persyaratan tes didarkan atas menyangkut mutu tes dan menyangkut
pengadministrasian dalam pelaksanaan. selain itu prasyarat tes meliputi:
a. Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan,
maka intrumen yang digunakan tersebut juga valid. sebuah tes disebut valid
apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur .
Contoh: untuk mengukur besarnya partisipan siswa dalam proses belajar
mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi
dilihat melalui kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada
permasalahannya.
Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi,
tetapi menggambarkan prestasi belajar. ada beberapa macam validitas yaitu

validitas logis (logical validity), validitas ramalan (predicyive validity), dan


validitas kesejajaran (concurrent validity).
b. Reliabilitas
Relibialitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan
dengan masalah ketepatan hasil tes. atau seandainya hasilnya berubah-ubah,
perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
c. Objektivitas
Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. sebuah
tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada sistem
skoringnya.
Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketepatan
(consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan
dalam hasil tes.
d. Praktikabilitas (Practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut
bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. tes yang praktis adalah tes yang:
1) Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan
memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu
bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
2) Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci
jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif,
pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa
dalam lembar jawaban.
3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat
diberikan/diawali oleh orang lain.
e. Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut
tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu
yang lama.
17. Suatu perangkat tes dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan tes,
yaitu : validitas, reabilitas, dan objektivitas. Coba anda jelaskan secara rinci
ketiga persyaratan tes tersebut (validitas, reabilitas, dan objektivitas)
disertai contoh.
Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur. dalam bahasa indonesia valid disebut dengan istilah sahih.
Contoh:
Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan
menunjukkan kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil,
bukan pengetahuan orang tersebut dalam hal yang berkaitan dengan mobil. tes
yang mengukur pengetahuan tentang mobil bukanlah tes yang sahih untuk
mekanik.
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
pengalaman. hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan
hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). dua hal inilah
yang dijadikan dasar pengelompokkan validitas tes.
Validitas dibagi dua:
a. Validitas logis
Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi
sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan
sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika
penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah
baik. berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun
berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid.validitas logis

dapat dicapai apabila intrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya
tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.ada dua
macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas
isi dan validitas konstrak (construct validity).validitas isi bagi sebuah instrumen
menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi
pelajaran yang dievaluasi. selanjutnya validitas konstrak sebuah instrumen
menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak.
aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.
b. Validitas empiris
Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah
diuji dari pengalaman. validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan
menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi
harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat digunakan
untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid. pengujian tersebuta
dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan
kriterium atau sebuah ukuran. kriterium yang digunakan sebagai pembanding
kondisi instrumen dimaksud ada dua, yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum
ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. bagi instrumen yang
kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada, disebut
memiliki validitas ada sekarang, yang dalam istilah bahasa inggris disebut
memiliki concurrent validity. selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai
dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas
ramalan atau validitas prediksi, yang dalam istilah bahasa ingris disebut memiliki
predictive validity.
Validitas isi dan validitas konstrak dicapai melalui penyusunan berdasarkan
ketentuan atau teori. sedangkan validitas ada sekarang dan validitas predictive
dicapai atau diketahui sesudah dibuktikan melalui pengalaman.
1) Validitas isi (content validity) sebuah tes dikatakan validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi

pelajaran yang diberikan. oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam
kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler.
Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan
cara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. bagaimana
cara memerinci materi untuk kepentingan diperolehnya validitas isi sebuah
tes akan dibicarakan secara lebih mendalam pada waktu menjelaskan cara
penyusunan tes.
2) Validitas konstruksi (construct validity) sebuah tes dikatakan memiliki
validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut
mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan
instruksional khusus. dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek
tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan
instruksional. validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci
dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam TIK.
pengerjaannya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman.
3) Validitas ada sekarang (concurrent validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris.sebuah tes
dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman.
pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data
pengalaman tersebut sekarang sudah ada.
4) Validitas prediksi (predictive validity) memprediksi artinya meramal,
dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang
belum terjadi. sebuah tes dikatakan memiliki valibilitas prediksi atau
valibilitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa
yang akan terjadi pada masa yang akan datang. sebagai pembanding
validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes
mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. jika ternyata siapa yang memiliki
nilai tes lebih tinggi gagal dalam semester I dibandingkan dengan yang
dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimakdud tidak
memiliki validitas prediksi.

Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. maka pengertian reliabilitas tes
berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes. atau seandainya hasilnya
berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. tinggi
rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes. dengan
demikian maka semakin panjang tes, maka reliabilitasnya semakin tinggi. dalam
menghitung besarnya reliabilitas berhubungan dengan penambahan banyaknya
butir soal dalam tes ini ada sebuah rumus yang diberikan oleh Spearman dan
Brown sehingga terkenal dengan rumus Spearman-Brown.

rnn =

nr
1+ ( n1 ) r

dimana:
rnn = besarnya koefisien reliabilitas sesudah tes tersebut di
tambah butir soal baru
n = berapa kali butir-butir soal itu ditambah
r = besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir-butir soalnya
ditambah

Objektivitas
Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi.
sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu
tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada sistem
skoringnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu:
1) Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si
penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. dengan
demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari
sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai.

itulah sebabnya pada waktu ini ada kecendrungan penggunaan tes objektif
di berbagai bidang. untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari
penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaikbaiknya, antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
2) Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama
dalam tes bentuk uraian. faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas
antara lain: kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu
mengadakan penilaian, kelelahan, dan sebagainya. untuk menghindari atau
mengurangi masuknya unsur subjektivitas dalam pekerjaan penilaian,
maka penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat
pedoman. pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah
pengadministrasian yaitu kontiunitas dan komprehensivitas.
a) Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). dengan
evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. tes yang diadakan
secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat
memberikan hasil yang objektif tentang keadaan seorang siswa. faktor
kebetulan, akan sangat mengganggu hasilnya, kalau misalnya ada
seorang anak yang sebetulnya pandai, tetapi pada waktu guru
mengadakan tes dia sedang dalam kondisi jelek karena semalaman
merawat ibunya yang sedang sakit, maka ada kemungkinan nilai
tesnya jelek pula.
b) Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh) yang
dimaksud dengan evaluasi yang komprehensif di sini adalah atas
berbagai segi peninjauan, yaitu:
o Mencakup keseluruhan materi.
o Mencakup berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman, aplikasi,
dan sebagainya).
o Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan,
pengamatan insidental, dan sebagainya.

Referensi
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai