Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

SISTEM BINER FENOL-AIR


I. TUJUAN PERCOBAAN
Membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu dan tekanan.
Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sestem fenol-air.
II. DASAR TEORI
Sistem dua komponen mempunyai derajat kebebasan F = 4 - P. Jika sistem ada
dalam satu fasa, maka F = 3. Hal ini berarti sistem mempunyai tiga varian atau tiga
derajat kebebasan. Keadaan sistem digambarkan dengan tiga koordinat atau tiga
dimensi (diagram ruang).
Diagram ruang sulit dibuat dan dipelajari. Untuk menyederhanakan maka slah
atu variabel ditas dibuat konstan atau tetap sehingga tingga 2 variabel bebas. Dengan
penyederhanaan ini diagram dapat digambarkan dalam dua dimensi. Ada tiga
kemungkinan bentuk diagram, yaitu:

Diagram P-konsentrasi pada T tetap

Diagram T-konsentrasi pada P tetap

Diagram P-T pada konsentrasi tetap


Penyederhanaan selanjutnya dilakukan dengan cara mempelajari berbagai

kesetimbangan yang mungkin terdapat dalam sistem secara terpisah. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengatur tekanan dan temperatur sistem.
Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sistem kelarutan
timbal balik antara fenol dan air pada suhu dan tekanan tetap. Jika komposisi campuran
fenol-air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh sebuah kurva seperti Gambar 01.

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

daerah 1 fasa

L1

B2

A2

Suhu

To

A1

XA = 1

L0

T2
B1

XC

T1

XF = 1

Gambar 01. Diagram fasa sistem biner fenol-air

Keterangan:
L1

= fasa fenol dalam air

L2

= fasa air dalam fenol

xA

= mol fraksi air mol

xF

= mol fraksi fenol

xC

= mol fraksi komponen pada titik kritis (TC)


Pada daerah di dalam kurva terdapat dua fasa. Titik-titik pasangan komposisi

temperatur di dalam kurva selalu menggambarkan dua fasa. Komposisi tiap fasa terletak
pada kurva. Diluar kurva hanya terdapat satu fasa. Titik maksimum kurva disebut titik
kritis maksimum atau temperatur konsulat atas. Diatas temperatur titik kritis tidak
mungkin terdapat dua fasa.
Sistem ini mempunyai suhu kritis (T C) pada tekanan tetap yaitu suhu minimum
pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada T1 dengan
komposisi antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fasa (keruh). Sedangkan pada saat
sistem berada pada satu fasa, campuran berubah dari keruh menjadi jernih. Jika
percobaan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi akan diperoleh batas kelarutan yang
berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen komponen sati sama
lain meningkat sehingga saerah dua fasa semakin menyempit.

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

III. ALAT DAN BAHAN


NAMA ALAT
Tabung reaksi diameter 4 cm
Sumbat tabung
Batang pengaduk
Gelas kimia 500 ml
Statif dan Klem
Spatula
Cawan petri
Gelas kimia 100 ml
Pemanas listrik
Buret 50 mL
Termometer

JUMLAH
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
3 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

NAMA BAHAN
Kristal fenol
Aquades

JUMLAH
5 gram
secukupnya

IV. PROSEDUR KERJA


1. Tabung (bersih dan kering) diisi dengan fenol kemudian ditimbang sampai diperoleh
massa fenol sekitar 5 gram.
2. Selanjutnya alat disusun seperti gambar berikut ini.
Batang Pengaduk

Tabung reaksi berdiameter 4 cm


Termometer

Fenol + air

Penangas air

Gambar 02. Susunan Peralatan untuk percobaan biner fenol-air

3. Buret diisi dengan aquades.


4. Ke dalam tabung, ditambahkan aquades melalui buret dengan volume 0,1. Jika larutan
keruh, tambahkan kembali 0,1 mL aquades.
5. Panaskan campuran tersebut dalam penangas air (kira-kira suhu 90C) sambil diaduk
perlahan dan konstan. Suhu campuran tersebut (T1) pada saat campuran mulai berubah
3

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

dari keruh menjadi bening. Biarkan suhu naik menjadi T1 + 4C. Kemudian tabung
dikeluarkan dari penangas dan biarkan campuran mendingin di udara sambil diaduk.
Suhunya dicatat (T2) pada saat kekeruhan muncul kembali, kemudian dihitung suhu
rata-rata (T).
6. Selanjutnya ditambahkan aquades untuk mendapatkan T1 dan T2 sesuai dengan
langkah 5.
V. HASIL PENGAMATAN
: 26oC

1. Suhu kamar
Kadar fenol yag digunakan

: 99,5%

Massa fenol yang ditimbang

: 5,0098 gram

Massa jenis aquades

: 1 gram/mL

2. Penambahan aquades sebelum terjadi kekeruhan


No.
1.
2.

Aquades (mL)
0,1
0,2

3.

0,3

larutan berwarna orange.


Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan

4.

0,4

larutan berwarna orange.


Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan

0,5

larutan berwarna orange.


Semua kristal fenol mencair dan terbentuk larutan

6.

0,6

orange bening.
Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

7.

0,7

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

8.

0,8

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

0,9

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

10.

1,0

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

11.

1,1

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

12.

1,2

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

1,3

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

5.

9.

13.

Pengamatan
Fenol mencair
Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

14.

1,4

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

15.

1,5

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

16.

1,6

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

1,7

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

18.

1,8

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

19.

1,9

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

20.

2,0

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan

17.

namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.


Suhu pada saat terjadinya kekeruhan = 35oC
3. Penambahan aquades setelah terjadi kekeruhan
No. Aquades
(mL)
1.
0,0
2.
0,1
3.
0,1
4.
0,1
5.
0,1
6.
0,1
7.
0,1
8.
0,1
9.
0,2
10.
0,1
11.
0,2
12.
0,1
13.
0,1
14.
0,2
15.
0,4
16.
0,5
17.
0,5
18.
1,3
19.
1,5
20.
0,2
21.
2,0
22.
1,0

Massa (gram)
Fenol
Air
5,0098
2
5,0098
2,1
5,0098
2,2
5,0098
2,3
5,0098
2,4
5,0098
2,5
5,0098
2,6
5,0098
2,7
5,0098
2,9
5,0098
3,0
5,0098
3,2
5,0098
3,3
5,0098
3,4
5,0098
3,6
5,0098
4,0
5,0098
4,5
5,0098
5,0
5,0098
6,3
5,0098
7,8
5,0098
8,0
5,0098
10,0
5,0098
11,0

T1
37
40
41
45
49
49,5
53
53
54,5
57,5
59
59
62
64
64,5
65
67
65
65
65
66
67

Suhu
T2
35
40
40
44
47
49,5
51
52
54
57
58
59
61
64
64,5
65
66
65
65
65
66
66

T
36
40,5
40,2
44.5
48
49,5
52
52,5
54,25
57,25
58,5
59
61,5
54
64,5
65
66,5
65
65
65
65
66,5

% mol
Fenol
Air
32,32
67,68
31,18
68,82
30,29
69,71
29,28
70,72
28,49
71,51
27,60
72,40
26,90
73,10
26,12
73,88
24,77
75,23
24,09
75,91
22,94
77,06
22,46
77,54
21,90
78,10
20,95
79,05
19,27
80,73
17,49
82,51
16,01
83,99
13,15
86,85
10,90
89,10
10,66
89,34
8,72
91,28
7,98
92,02
5

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.

3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5

5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098
5,0098

14,0
17,0
20,0
23,0
26,0
27,0
30,0
30,5
31,0
31,5
32,0
32,5
33,0
33,5
34,0
34,5
35
35,5
36
36,5
37
37,5

67
65
64
62
59
56
54
51
49
48
47
46
45
45
45
45
44
43
41
40
39
38

66
65
64
62
59
56
53
50
49
48
47
46
45
45
44
43
42
41
40
39,5
39
38

66,5
65
64
62
59
56
53,3
50,3
49
48
47
46
45
45
44,5
44
43
42
40,5
39,75
39
38

6,38
5,32
4,55
3,98
3,54
3,41
3,08
3,03
2,99
2,94
2,89
2,85
2,81
2,77
2,73
2,69
2,65
2,62
2,58
2,55
2,51
2,48

93,62
94,68
95,45
96,02
96,46
96,59
96,92
96,97
97,01
97,06
97,11
97,15
97,19
97,23
97,27
97,31
97,35
97,38
97,42
97,45
97,49
97,52

VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan ini dilakukan pembuatan kurva komposisi pada sistem fenol-air
pada tekanan tetap dan penentuan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air. Hal
pertama yang dilakukan adalah menimbang fenol. Fenol yang digunakan pada
percobaan ini berwujud kristal yang tak berwarna dengan kadar 99,5%.
Dalam pembuatan kurva komposisi pada sistem fenol-air pada tekanan tetap dan
menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air, terlebih dahulu harus
dihitung hal-hal sebagai berikut.
1. Menghitung jumlah mol fenol yang digunakan
Diketahui
Massa fenol = 5,0098 gram
Mr fenol (C6H5OH) = 94
Kadar fenol = 99,5%
Penyelesaian
berat zat

% berat = berat campuran x 100 %


6

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

berat zat = berat campuran x % berat


= 5,0098 gram x 0,995
= 4,985 gram
Mol fenol =

massa fenol
Mr fenol

Mol fenol =

4,985 gram
94

Mol fenol = 0,053 mol


Jadi jumlah mol fenol yang digunakan adalah 0,053 mol.
2. Menghitung massa dan mol air yang digunakan

Untuk menentukan jumlah mol air yang digunakan, terlebih dahulu volume air
dikonversi menjadi massa air dengan mengalikan massa jenis dari air.
Penentuan massa air
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
=

massa
volume

air = 1 gram/L
Sehingga : m = x V
m = 1 g/L x V
m=V
Pada suhu 36oC

Diketahui : Vair = 2 mL
Sehingga massa air dapat dihitung sebagai berikut:
mair = Vair
mair = 2 gram
Langkah yang sama dapat digunakan untuk menentukan massa air pada suhu
berikutnya.
Penentuan mol air
Pada suhu 360C

Diketahui : mair = 2 gram


7

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

Mr air = 18
Penyelesaian
massa

Mol air = Mr air


=

2 gram
18

= 0,111 mol
Langkah yang sama dapat digunakan untuk menentukan mol air pada suhu berikutnya.
Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Jumlah Mol Air yang Digunakan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Volume
Air
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,9
3
3,2
3,2

Massa
Air
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,9
3
3,2
3,3

Mol Air

No.

0,006
0,011
0,017
0,022
0,028
0,033
0,039
0,044
0,050
0,056
0,061
0,067
0,072
0,078
0,083
0,089
0,094
0,100
0,106
0,111
0,117
0,122
0,128
0,133
0,139
0,144
0,150
0,161
0,167
0,178
0,183

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63

Volume
Air
3,6
4
4,5
5
6,3
7,8
8
10
11
14
17
20
23
26
27
30
30,5
31
31,5
32
32,5
33
33,5
34
34,5
35
35,5
36
36,5
37
37,5

Massa
Air
3,6
4
4,5
5
6,3
7,8
8
10
11
14
17
20
23
26
27
30
30,5
31
31,5
32
32,5
33
33,5
34
34,5
35
35,5
36
36,5
37
37,5

Mol Air
0,200
0,222
0,250
0,278
0,350
0,433
0,444
0,556
0,611
0,778
0,944
1,111
1,278
1,444
1,500
1,667
1,694
1,722
1,750
1,778
1,806
1,833
1,861
1,889
1,917
1,944
1,972
2,000
2,028
2,056
2,083
8

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

32

3,4

3,4

0,189

Untuk membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu pada
tekanan yang tetap terlebih dahulu dihitung % mol dari fenol dan air. Dimana % mol air
dan 5 mol fenol dapat dihitung sebagai berikut:
%mol fenol
% mol air

mol fenol 100%


mol fenol mol air

mol air 100%


mol fenol mol air

Adapun perhitungan untuk mencari % mol fenol dan % mol air yaitu sebagai berikut:
Pada suhu 360C
% mol fenol

0,053 mol x 100%

= (0,053 0,111) mol


= 32,32 %

% mol air

= 100% - 32,32%
= 67,68%

Langkah yang sama dapat digunakan untuk menghitung % mol fenol dan % mol air
pada suhu berikutnya.
Tabel 6.2. Hasil Perhitungan % Mol Fenol dan % Mol Air
Mol Fenol
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053

Mol Air
0,111
0,117
0,122
0,128
0,133
0,139
0,144
0,150
0,161
0,167
0,178
0,183
0,189
0,200
0,222
0,250
0,278
0,350
0,433
0,444

% Mol Fenol
32,307
31,250
30,259
29,329
28,455
27,631
26,854
26,119
24,764
24,138
22,976
22,436
21,920
20,958
19,266
17,500
16,030
13,158
10,903
10,660

% Mol Air
67,693
68,750
69,741
70,671
71,545
72,369
73,146
73,881
75,236
75,862
77,024
77,564
78,080
79,042
80,734
82,500
83,970
86,842
89,097
89,340
9

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053
0,053

0,556
0,611
0,778
0,944
1,111
1,278
1,444
1,500
1,667
1,694
1,722
1,750
1,778
1,806
1,833
1,861
1,889
1,917
1,944
1,972
2,000
2,028
2,056
2,083

8,714
7,985
6,383
5,316
4,555
3,985
3,541
3,415
3,084
3,035
2,987
2,941
2,896
2,853
2,811
2,770
2,731
2,692
2,655
2,618
2,583
2,548
2,515
2,482

91,286
92,015
93,617
94,684
95,445
96,015
96,459
96,585
96,916
96,965
97,013
97,059
97,104
97,147
97,189
97,230
97,269
97,308
97,345
97,382
97,417
97,452
97,485
97,518

Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan perhitungan, maka dapat
dibuat kurva komposisi pada sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap

SUHU

adalah sebagai berikut:

KURVA KOMPOSISI SISTEM BINER FENOL-AIR

10

% Mol

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

Kristal fenol ditimbang sebanyak 5,0098 gram dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berdiameter 4 cm. Kemudian ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,1 mL
aquades secara terus menerus sampai terbentuk kekeruhan. Pada penambahan 0,1 mL0,5 mL aquades menyebabkan fenol melarut, dimana larutan fenol berwarna merah
kekuningan yang merupakan sistem satu fasa. Pada penambahan aquades 0,6 mL-1,9
mL terbentuk dua lapisan dan kekeruhan, namun setelah dikocok kekeruhan yang
timbul hilang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem fenol-air mulai memasuki keadaan
dua fase. Pada penambahan 0,1 mL yang ke 20, terbentuk kekeruhan yang setelah
dikocok kekeruhan terebut tidak hilang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem fenol air
sudah memasuki keadaan dua fase. Keadaan ini sesuai dengan diagram berikut ini.
T

daerah 1 fasa

L1

L0

Gambar 03. Kurva komposisi sistem biner fenol-air


B2

A2

Suhu

To

A1

XA = 1

T2
B1

XC

T1

XF = 1

Gambar 04. Diagram fasa sistem biner fenol-air

Setelah campuran menjadi keruh akibat penambahan aquades berikutnya,


kemudian dilakukan pemanasan dan diukur suhunya saat sistem menjadi bening
kembali. Hal ini bertujuan untuk untuk mengamati suhu pada saat sistem memasuki 1
fase dan suhu pada saat sistem memasuki keadaan 2 fase kembali. Kegiatan ini
dilakukan secara berualang-ulang dengan komposisi aquades yang terus bertambah dan
komposisi fenol yang tetap agar dapat dibuat kurva komposisi sistem biner fenol-air
terhadap suhu pada tekanan tetap.
Berdasarkan kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan
tetap di atas, diperoleh suhu kritis air adalah pada suhu 68C. Selain itu dapat dilihat
pula bahwa bila suhu dinaikkan melewati kurva kesetimbangan sistem fenol-air maka
sistem akan berada pada keadaan satu fase. Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka
11

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

sistem akan berada pada keadaan dua fase. Pada sistem biner fenol-air, suhu memegang
peranan yang penting karena kedua komponen yaitu fenol dan air dapat bercampur
secara sempurna apabila suhu campuran dinaikkan dari temperatur mula-mula.
Pada percobaan ini, kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada
tekanan tetap lebih condong ke arah komposisi air, hal ini dapat terjadi akibat dari
beberapa faktor yaitu:
1.

Kesulitan dalam melakukan pengadukan sehingga ada kemungkinan suhu yang


terukur adalah suhu saat sistem fenol-air belum tercampur sempurna.

2.

Sangat sulit untuk mangamati suhu pada saat sistem berubah dari keruh ke
bening atau sebaliknya dari bening ke keruh sehingga kemungkinan terjadinya
kesalahan dapat melakukan pengamatan cukup besar. Kelompok kami kurang
mengetahui sejauh mana kekeruhan yang dimaksud sehingga pengukuran suhu saat
pemanasan menjadi kurang teliti. Hal ini berdampak pada perolehan titik kritis dari
sistem fenol-air yang dilakukan.

3.

Komposisi air yang ditambahkan tidak konstan dimana mula-mula 0,1 mL dan
setelah terjadinya kekeruhan ditambahkan 0,5 mL-3 mL aquades.

4.

Ketelitian dalam menambahkan aquades dengan menggunakan buret, dimana


kelompok kami kemungkinan kurang terampil dalam membuka dan menutup keran
buret sehingga akan sangat mempengaruhi ketelitian dalam penambahan jumlah
aquades ke dalam larutan fenol.

KESALAHAN RELATIF
Berdasarkan data hasil percobaan, suhu kritis kelarutan timbal balik sestem biner
fenol-air adalah 68C sedangkan secara teoritis suhu kritisnya adalah 65,85oC. Untuk
mengetahui kesalahan relatif yang terjadi dalam praktikum ini dapat diketahui dengan
persamaan berikut:
KR

nt n p
nt

x 100 %

65,85 68
65,85

x100 %

= 3,265 %
Nilai KR yang didapat di bawah 10% sehingga masih dapat diterima.

12

VII. SIMPULAN

SUHU

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

KURVA KOMPOSISI SISTEM BINER FENOL-AIR

Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan analisis data maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.

Kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap adalah
sebagai berikut:

% Mol

2.

Suhu kritis dari sistem biner fenol-air dapat ditentukan dari pertemuan titik pada
suhu konsulat atas yaitu 68 C.

13

Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Biner Fenol-Air

DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta:
Gramedia.
Barrow, Gardon M. 1996. Physical Chemistry. USA: Mc Graw-Hill.
Retug, I Nyoman dkk. 2002. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.
Sienko, Michel J. 1985. Eksperimental Chemistry. United States: Mc Graw-Hill.
Suardana, I Nyoman. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja: Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja.
Tony, Bird. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.

14

Anda mungkin juga menyukai