Anda di halaman 1dari 6

BIO DIESEL

Oleh: Jamil Musanif


Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) di samping Bio-etanol. Biodiesel adalah senyawa alkil
ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara
trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi
alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan
metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester
dan air.
Biodiesel mentah (kasar) yang dihasilkan proses transesterifikasi minyak
(atau esterifikasi asam-asam lemak) biasanya masih mengandung sisa-sisa
katalis, metanol, dan gliserol (atau air). Untuk memurnikannya, biodiesel mentah
(kasar) tersebut bisa dicuci dengan air, sehingga pengotor-pengotor tersebut
larut ke dalam dan terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya dipisahkan.
Porsi pertama dari air yang dipakai mencuci disarankan mengandung sedikit
asam/basa untuk menetralkan sisa-sisa katalis. Biodiesel yang sudah dicuci
kemudian dikeringkan pada kondisi vakum untuk menghasilkan produk yang
jernih (pertanda bebas air) dan bertitik nyala 100 oC (pertanda bebas metanol).
Melalui kombinasi-kombinasi yang jitu dari kondisi-kondisi reaksi dan
metode penyingkiran air, dan barangkali juga dengan pelaksanaan reaksi secara
bertahap, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat
dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam.
Proses transesterifikasi dan esterifikasi dapat digabungkan untuk
mengolah bahan baku dengan kandungan asam lemak bebas sedang sampai
tinggi seperti CPO low grade, maupun PFAD.
Sebagai bahan baku biodiesel dapat digunakan antara lain minyak jarak,
minyak sawit, minyak kelapa dll.
Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta
mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan
petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro

karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel
terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah
hidrokarbon.
Namun, biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan
petroleum diesel (solar) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel
atau dicampur dengan petroleum diesel. Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam
petroleum diesel menghasilkan produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik
secara nyata. Produk ini di Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak
digunakan untuk bahan bakar bus.
Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan
petroleum diesel (128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque dan
tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori biodiesel
serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel mengandung oksigen,
maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel juga
tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel
lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya.
Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa bensen yang
karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan
lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel.
Penggunaan biodiesel juga dapat mengurangi emisi karbon monoksida,
hidrokarbon total, partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrous oxide juga dapat
dikurangi dengan penambahan konverter katalitik. Kelebihan lain dari segi
lingkungan adalah tingkat toksisitasnya yang 10 kali lebih rendah dibandingkan
dengan garam dapur dan tingkat biodegradabilitinya sama dengan glukosa,
sehingga sangat cocok digunakan pada kegiatan di perairan untuk bahan bakar
kapal/motor. Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti halnya
petroleum diesel karena karbon yang dihasilkan masuk dalam siklus karbon.
Untuk penggunaan biodiesel pada dasarnya tidak perlu modifikasi pada
mesin diesel, bahkan biodiesel mempunyai efek pembersihan terhadap tangki
bahan bakar, injektor dan selang.

O
R1

OCH2

HOCH2
O

O
katalis

R2

OCH

+ 3 CH3OH

HOCH

+ 3R

OCH3

O
HOCH2
R3

OCH2

trigliserida

metanol

gliserin

metil ester

Gambar 2. Reaksi transesterifikasi

Proses Produksi Biodiesel dari Jarak Pagar


a. Pengepresan biji jarak pagar
Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk mendapatkan minyak atau
lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak yaitu rendering,
teknik pengepresan mekanis (mechanical expression) dan menggunakan pelarut
(solvent extraction).
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara pemisahan minyak dari
bahan yang berupa biji-bijian dan paling sesuai untuk memisahkan minyak dari
bahan yang tinggi kadar minyaknya yaitu sekitar 30-70 persen. Sebagaimana
kita ketahui bersama, minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang

berbentuk biji dengan kandungan minyak sekitar 35 - 45 persen. Berdasarkan


hal tersebut maka metoda ekstraksi yang paling sesuai untuk biji jarak yaitu
teknik pengepresan mekanis.
Dua cara yang umum digunakan pada pengepresan mekanis biji jarak
yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller
pressing). Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan
tekanan. Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan
yang digunakan akan mempengaruhi sedikit-banyaknya minyak jarak yang
dihasilkan. Untuk teknik pengepresan hidrolik, sebelum dilakukan pengepresan,
biji

jarak

perlu

mendapat

perlakuan

pendahuluan

berupa

pemasakan.

Pemasakan biji jarak bertujuan untuk menggumpalkan protein. Penggumpalan


protein diperlukan demi efisiensi ekstraksi. Dengan pengepresan hidrolik dapat
dihasilkan rendemen minyak sampai dengan 30 persen.
Teknik pengepresan biji jarak dengan menggunakan ulir (screw)
merupakan teknologi yang lebih maju dan banyak digunakan di industri
pengolahan minyak jarak saat ini. Dengan cara ini biji jarak dipress
menggunakan pengepresan berulir (screw) yang berjalan secara kontinyu.
Teknik ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan pendahuluan bagi biji jarak yang
akan diekstraksi.

Biji jarak kering yang akan diekstraksi dapat langsung

dimasukkan ke dalam screw press. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan
dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres
berulir ganda (twin screw press).

Rendemen minyak jarak yang dihasilkan

dengan teknik pengepres berulir tunggal (single screw press) sekitar 25 - 35


persen, sedangkan dengan teknik pengepres berulir ganda (twin screw press)
dihasilkan rendemen minyak sekitar

40 - 45 persen. Pada Gambar 1 di bawah

ini disajikan diagram alir proses pengepresan biji jarak menggunakan metode
pengepresan berulir dan ekstraksi solvent.

Biji jarak kering

Minyak jarak
(30 - 35%)

Pengepresesan berulir
(sistem kontinyu)
Ampas/bungkil
Solvent Extraction
(pelarut heksan/heptana)
Destilasi

Ampas/bungkil

Solvent

Minyak jarak (8 - 10%)

Gambar 1.

Diagram alir ekstraksi minyak dari biji jarak dengan


kombinasi metode twin screw press dan solvent extraction

b. Pengolahan minyak jarak


Metil ester (biodiesel) dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan melalui
proses transesterifikasi trigliserida dari minyak jarak. Transesterifikasi adalah
penggantian gugus alkohol dari suatu ester dengan alkohol lain dalam suatu
proses yang menyerupai hidrolisis. Namun berbeda dengan hidrolisis, pada
proses transesterifikasi yang digunakan bukanlah air melainkan alkohol.
Umumnya katalis yang digunakan adalah sodium metilat, NaOH atau KOH.
Metanol lebih umum digunakan karena harganya lebih murah, walaupun tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan jenis alkohol lainnya seperti etanol.
Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong
reaksi agar bergerak ke kanan agar dihasilkan metil ester (biodiesel) maka perlu

digunakan alkohol dalam jumlah berlebih atau salah satu produk yang dihasilkan
harus dipisahkan. Pada Gambar 2 disajikan reaksi transesterifikasi trigliserida
dengan metanol untuk menghasilkan metil ester (biodiesel).
Faktor utama yang mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada
reaksi transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis
katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan
kandungan asam lemak bebas pada bahan baku (yang dapat menghambat
reaksi yang diharapkan). Faktor lain yang mempengaruhi kandungan ester pada
biodiesel diantaranya yaitu kandungan gliserol pada bahan baku minyak, jenis
alkohol yang digunakan pada reaksi transesterifikasi, jumlah katalis sisa dan
kandungan sabun.

Contact

Subdit Pengelolaan Lingkungan


Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Telp. 021-78842572
e-mail : subdit_pl@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai