Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PSIKOSOSIAL TERHADAP PERILAKU PENYALAHGUNAAN

NAPZA
ABSTRAK
Latar belakang

Perilaku penyimpangan penyalahgunaan dan narkoba pengaruh terhadap


psikososial seperti keluarga, teman, masyarakat, dan harga diri, serta
pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba

Diskusi kasus

Seorang Pria berinsial E berumur 38 tahun. Sudah menjalani masa


rehabilitasi

di

unit

perawatan

primer

RSKO

(Rumah

Sakit

Ketergantungan Obat). Pasien mengakui bahwa memakai narkoba karena


di ajak sama temannya saat di klub dan kurangnya perhatian dari
orangtuanya sehingga dia lari dengan memakai napza.
Diskusi

Pengaruh psikososial dalam keluarga dimana terjadi ketidakharmonisan


dalam keluarga merupakan factor yang berkontribusi bagi terjadinya
penyalahgunaan NAPZA dan juga faktor psikososial seperti keluarga,
teman,

masyarakat,

dan

harga

diri,

serta

pengetahuan

tentang

penyalahgunaan narkoba.
Kesimpulan

Menurut psikodinamikanya dikenal ada tiga faktor yang berperan dalam


terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Faktor tersebut yaitu (1) Faktor
kontribusi keluarga yang meliputi keintiman hubungan remaja dengan
orang tua, pola asuh, kehidupan,dan ketaatan beragama, (2) Faktor
predisposisi meliputi kecemasan, antisosial dan kecenderungan memiliki
kepribadian neurotik dan (3) Faktor pencetus meliputi pengaruh
lingkungan teman sekelompok dan ketersediaan NAPZA sendiri serta
penyimpangankondisi psikososial pada individu seperti depresi pada
penyalahgunaan NAPZA.

Keyword : psychosocial dan drug abuse

PENDAHULUAN
Perkembangan dan pertumbuhan yang pesat di bidang teknologi, ekonomi, sosial,
dan budaya selain berdampak positif terhadap kemajuan masyarakat juga menimbulkan akses

negative, yaitu terbentuknya pola kehidupan yang serba instant dan dipacu oleh waktu serta
diwarnai persaiangan hidup yang keras, sehingga bagi manusia yang tidak bisa beradaptasi,
mereka dapat mengalami stres.
Akibat lebih lanjut terjadi pula dalam kehidupan keluarga, perhatian orang tua
terhadap keluarga menjadi berkurang dan komunikasi yang terjalin pun tidak sehangat dulu
lagi. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak, mereka akan mencari
sesuatu di luar untuk menghilangkan rasa tidak aman dan frustasinya (Yatim).
Ditambah pula dengan maraknya dunia hiburan yang mempengaruhi pergaulan
anak, seperti diskotik, VCD, kafe, dan sebagainya yang ditawarkan sebagai obat melepas
stress namun justru menjerumuskan ke pergaulan yang salah. Perubahan-perubahan inilah
yang menyebabkan peningkatan kasus penyalahgunaan terhadap narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya (NAPZA) dan stress psikososial. (Maltz 1996, hal 251)
Berdasarkan dari data yang tercatat di Badan Narkotika Nasional (BNN) pemakai
narkoba di Indonesia pada tahun 2008 tercatat sekitar 3,6 juta jiwa atau 2% dari jumlah
penduduk Indonesia. Tetapi pada kenyataannya angka pemakai narkoba melebihi data yang
ada di BNN (Rahman, 2011).
PRESENTASI KASUS
Tuan E berusia 38 tahun berasal dari Medan yang saat ini berstatus sebagai duda.
Ia sudah pernah menikah selama 1 tahun dan sudah mengalami perceraian sejak 1 tahun yang
lalu, belum pernah mempunyai anak. Ia berprofesi sebagai pengusaha di sebuah importer di
daerah Sumatera Utara, Tuan E seorang Nasrani.
Tuan E pertama kali mengenal narkoba semenjak 15 tahun yang lalu dan
memakai inex saat masih tinggal di Medan, kemudian ia mengasingkan diri dan pergi ke
Riau. Setelah itu dia pergi ke Batam untuk bekerja di suatu perusahaan oli dan masuk
kedalam lingkungan pergaulan orang-orang yang menggunakan narkotika. Perjalanan
hidupnya berlanjut ke Pulau Natuna dan berganti profesi untuk bekerja di perusahaan
minyak. Selain inex ia juga mengkonsumsi shabu-shabu dengan tujuan untuk menghilangkan
rasa sakit akibat cidera rahang. Sempat berhenti menggunakan lalu mulai memakai kembali.
Ia mengenal dunia narkotika dari lingkungan pergaulan, dan dengan mudah
mendapatkan narkotika dari teman-temannya. Awalnya ia hanya coba-coba menggunakan
narkotika sebagai pelarian karena lingkungan keluarga yang tidak harmonis, tidak pernah

mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya. Ia tidak pernah berurusan dengan
pihak kepolisan akibat penyalahgunaan narkotika.
Tuan E sudah berada di rehabilitasi RSKO selama 1 tahun. Ia masuk RSKO atas
keinginan keluarganya

DISKUSI
Menurut psikodinamikanya dikenal ada tiga faktor yang berperan dalam
terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Faktor tersebut yaitu (1) Faktor kontribusikeluarga yang
meliputi keintiman hubungan remaja dengan orang tua, pola asuh, kehidupan,dan ketaatan
beragama, (2) Faktor predisposisi meliputi kecemasan, antisosial dan kecenderungan
memiliki kepribadian neurotik dan (3) Faktor pencetus meliputi pengaruh lingkungan teman
sekelompok dan ketersediaan NAPZA sendiri serta penyimpangankondisi psikososial pada
individu seperti depresi pada penyalahgunaan NAPZA.
Penelitian Hatterer (1983) menggambarkan pengaruh (tekanan) teman kelompok
sebagai faktor pencetus timbulnya penyalahgunaan zat

adalah ketakutan karena

ketidakmampuan/kegagalan berinteraksi/bersaing dengan teman kelompok yang lebih mapan.


Intimidasi oleh teman kelompok, penyangkalan akan ketidakmampuannya dengan jalan
memperlihatkan perilaku agresif antisosial sebagai penjelmaan dari perilaku penyalahguna
zat, induksi dari teman kelompok, pencapaian kemapanan identitas, sesuai dengan standar
yang dianut mayoritas kelompok, kegagalan untuk mengukur kemampuan dengan kelompok
yang tingkatan kehidupan sosialnya lebih baik dan lebih tinggi darinya.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga adalah dua atau
lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai
peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Salah satu aspek
psikososial yang merupakan faktor kontribusi

pada penyalahgunaan zat adalah faktor

keluarga; keutuhan keluarga, kesibukan orang-tua, dan hubungan antar pribadi antar anggota
keluarga.
Kondisi keluarga yang tidak baik (disfungsi keluarga) merupakan

faktor

kontribusi bagi terjadinya penyalahgunaan zat. Rutter (1980) mengemukakan hal-hal berikut
sebagai faktor-faktor itu :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Kematian orang-tua ("broken home by death").


Kedua orang-tua bercerai atau pisah ("broken home by divorce/separation").
Hubungan orang-tua yang tidak harmonis ("poor marriage").
Hubungan anak-orang-uta tidak baik/buruk ("poor parent-child relationship")
Suasana rumah tangga yang tegang ("high tension")
Suasana rumah tangga tanpa kehangatan ("low warmth")
Orang-tua sibuk dan jarang di rumah ("absent")
Orang-tua memiliki kelainan kepribadian ("personality disorder")
Selain lingkungan kelurga terdapat juga factor lain yang mempengaruhi yaitu

berasal dari lingkungan teman kelompok. Penelitian Hatterer (1983) menggambarkan


pengaruh (tekanan) teman kelompok sebagai faktor pencetus timbulnya penyalahgunaan zat
sbb:
a. Ketakutan karena ketidakmampuan/kegagalan berinteraksi/bersaing dengan teman
kelompok yang lebih mapan. Intimidasi oleh teman kelompok
b. Penyangkalan akan ketidakmampuannya dengan jalan memperlihatkan perilaku agresif
antisosial sebagai penjelmaan dari perilaku penyalahguna zat.
c. Induksi dari teman kelompok.
d. Pencapaian kemapanan identitas, sesuai dengan standar yang dianut mayoritas
kelompok.
e. Kegagalan untuk mengukur kemampuan dengan kelompok yang tingkatan kehidupan
sosialnya lebih baik dan lebih tinggi darinya

KESIMPULAN
Factor psikososial yang dapat berkontribusi terhadap perilaku penyalahgunaan
NAPZA diantaranya adalah tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyalahgunaan
NAPZA. Faktor tersebut yaitu (1) Faktor kontribusikeluarga yang meliputi keintiman
hubungan remaja dengan orang tua, pola asuh, kehidupan,dan ketaatan beragama, (2) Faktor
predisposisi meliputi kecemasan, antisosial dan kecenderungan memiliki kepribadian
neurotik dan (3) Faktor pencetus meliputi pengaruh lingkungan teman sekelompok dan
ketersediaan NAPZA sendiri serta penyimpangankondisi psikososial pada individu seperti
depresi pada penyalahgunaan NAPZA
Lingkungan teman-teman kelompok juga memberikan pengaruh besar terhadap
terbentuknya perilaku penyalahgunaan NAPZA. Pengaruh (tekanan) teman
sebagai faktor pencetus timbulnya penyalahgunaan zat

kelompok

adalah ketakutan karena

ketidakmampuan/kegagalan berinteraksi/bersaing dengan teman kelompok yang lebih mapan.


Intimidasi oleh teman kelompok, penyangkalan akan ketidakmampuannya dengan jalan
4

memperlihatkan perilaku agresif antisosial sebagai penjelmaan dari perilaku penyalahguna


zat, induksi dari teman kelompok, pencapaian kemapanan identitas, sesuai dengan standar
yang dianut mayoritas kelompok, kegagalan untuk mengukur kemampuan dengan kelompok
yang tingkatan kehidupan sosialnya lebih baik dan lebih tinggi darinya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada bagian ini penulis berterima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI yang telah memfasilitasi dalam pelaksanaan blok Elektif. Ucapan terima kasih juga
ditujukan kepada Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur beserta seluruh
staffnya untuk mengizinkan kami untuk melaksanakan kegiatan lapangan disana. Juga untuk
pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur untuk dimintai keterangannnya
sebagai bahan pembelajaran untuk kami dalam melaksanakan blok Elektif khususnya bidang
kepeminatan drug abuse. Dan terima kasih kepada DR. drh. Hj. Titiek Djannatun selaku
koordinator penyusun Blok Elektif, dr. Hj. RW. Susilowati, M.Kes selaku koordinator
pelaksana Blok Elektif, dr. Nasrudin Noor, SpKJ

selaku dosen pengampu bidang

kepeminatan Ketergantungan Obat/Drug Abuse. Serta kepada dr. Erlina Wijayanti, MPH
sebagai pembimbing kelompok 7 yang telah memberikan bimbingannya, serta teman-teman
kelompok 7 drug abuse dan rekan-rekan calon sejawat Fakultas Kedokteran Universitas
Yarsi.

DAFTAR PUSTAKA
Anthony P. Jurich et al. 1985. Family factors in the lives of drug users and abusers,
Adolescence 20 (77): 143-159
Bailon SG, Maglaya A. 1978. Perawatan Kesehatan Keluarga Suatu Pendekatan Proses

(Terjemahan). Jakarta. Pusdinakes


Hawari Dadang. 1995. Antisipasi Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Alkohol & Zat
Adiktif lainnya, aspek medic psikiatrik psikososial dan psikoreligius. Diskusi panel majalah
forum. FKUI
Ricardo P. 2010. Upaya Penanggulangan Prnyalahgunaan Narkoba oleh Kepolisian studi
kasus satuan narkoba polres metro bekasi. Jurnal Kriminologi Indonesia. Vol.6. No III. Hal
232-245
Stein JA, Dixon EL, Nyamathi AM. 2008. Effects of Psychosocial and situational variables
on substances abuse among homeless adult. NIH Public Access. Vol. 22 (3). P 410- 416

Anda mungkin juga menyukai