Plasmodium
1.1 Klasifikasi Plasmodium
1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan penyakit malaria falsiparum. Parasit ini ditemukan di daerah
tropik, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia parasit ini tersebar di
seluruh kepulauan.
2
Plasmodium malariae
Penyebab malaria malariae atau malaria kuartana, karena serangan demam
berulang pada tiap hari keempat. Penyakit malaria kurtana meluas meliputi
daerah tropik maupun daerah subtropi, tetapi frekuensi penyakit ini di beberapa
daerah cenderung rendah.
Plasmodium ovale
Penyakit malaria ovale. Parasit ini terutama terdapat pada daerah tropik Afrika
bagian barat, di daerah Pasifik Barat dan di beberapa bagian lain di dunia. Di
Indonesia parasit ini terdapat di Pulau owi sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan
Pulau Timor.
Plasmodium vivax
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini, sedangkan hospes definitifnya
adalah nyamuk Anopheles betina. P. vivax menyebabkan penyakit malaria
vivaks, dapat juga disebut malaria tersiana. Spesies ini terdapat di daerah
subtropik, dapat juga ditemukan di daerah dingin (Rusia), di daerah tropik
Afrika, terutama di Afrika Barat, spesies ini jarang ditemukan. Di Indonesia
spesies tersebut tersebar di seluruh kepulauan dan pada umumnya di daerah
endemi mempunyai frekuensi tertinggi di antara spesies yang lain.
Plasmodium vivax :
Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak
titik schuffner. Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner
jelas. Pada skizon muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24
buah, dan pigmen kuning tengguli. Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna
biru, initi kecil, padat berwarna merah. Pada mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat,
biru kelabu inti pucat.
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
Gametosit
Skizon
Tropozoit
Granula Scuffners
Plasmodium falciparum :
Trofoid muda (bentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer.
Hanya ada satu parasit dalam sebuah eritrosit. Pada trofozid (multipel) terdapat lebih
dari satu parasit dalam sebuah eritrosit. Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah
menggumpal warna hitam. Skizon matang inti membelah 8-24. Makrogametosit
bentuk pisang, agak lonjong, plasma biru, inti padat kecil, pigmen di sekitar inti.
Mikrogametosit bentuk sosis, plasma pucat, merah muda, inti tidak padat, pigmen
tersebar.
Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna)
Tropozoit
Bentuk cincin
Skizon
Gametosi
Plasmodium malariae :
stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan plasmodium vivax,
meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelap. Trofozoid
yang lebih tua bila membulat besarnya setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis,
stadium trofozoid dapat melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk
seperti pita.
Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
Tropozoit
Merozoit
Bentuk pita
Skizon
Plasmodium Ovale :
trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit). titik schufner terbentuk
saat dini dan tampak jelas. stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan
granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae.pada
stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong.Stadium
gamettosit betina bentuk bulat.puna inti kecilkompak dan sitoplasma warna
biru.gametosit jantan punya inti difus.sitoplasma warna pucat kemerah-merahan
berbentuk bulat.
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Tropozoit
Tropozoit tua
Tropozoit muda
Cincin banyak
Cincin lebih
kecil
Tidak terdapat
trofozoit atau
skizon
Gametosit
berbentuk
bulan sabit
Vivax
Eritrositmembes
ar
Titik Schffner
Trofozoit
ameboid
Ovale
Sama seperti
P. vivax
Trofozoit
kompak
Merozoit
lebih sedikit
pada skizon
Eritrosit
memanjang
Malariae
Parasit
kompak
Merozoite
dalam
rosette
2.
Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit
tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk
tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon
muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi
merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan
merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki
sel darah merah lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit
memasuki eritrosit dan membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu
bentuk seksual (gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni
darah.
Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual
Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah
yang mengandung gametosit. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna. Pada
makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir
parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif
disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam
makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek
disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding
lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista. Didalam ookista
dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar nyamuk dan
bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam darah dan
mulailah siklus pre eritrositik.
Daur praeritrosit
Hipnozoit
Jumlah merozoit
hati
Skizon hati
Daur eritrosit
Eritrosit yang
dihinggapi
Pembesaran
eritrosit
Titik-titik eritrosit
Pigmen
Jumlah merozoit
P. falciparum
5,5 hari
40.000
P. vivax
8 hari
+
10.000
P. ovale
9 hari
+
15.000
P. malarie
10 - 15 hari
15.000
60 mikron
48 jam
Muda dan
normosit
-
45 mikron
48 jam
Retikulosit dan
normosit
++
70 mikron
50 jam
retikulosit dan
normosit muda
+
55 mikron
72 jam
normosit
Maurer
Hitam
8 24
Schuffner
Kuning tengguli
12 - 18
Schuffner (James)
Tengguli tua
8 10
Ziemann
Tengguli hitam
8
eritrosit
Daur dalam
nyamuk (27 C)
10 hari
8 -9 hari
12 - 14 hari
2. Anopheles
2.1 Klasifikasi
1.
Anopheles sundaicus
Temapat perindukan larva :
Muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau
Tambak ikan yang kurang terpelihara
Parit disepanjang pantai yang berisi air payau
Tempat penggaraman
Air tawar
Sifat :
Antropofilik > Zoofilik
Menggigit pada saat malam
Tempat istirahat di dalam rumah
Anopheles aconitus
Temapat perindukan larva :
Persawahan dengan saluran irigasi
Tepi sungai pada musim kemarau
Kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya
Sifat :
Zoofilik > Antropofilik
Menggigit pada saat senja dini hari (eksofagik)
Tempat istirahat diluar rumah
Anopheles subpictus
Temapat perindukan larva :
Kumpulan air yang permanen/sementara
Celah tanah bekas kaki binatang
Tambak ikan dan bekas galian di pantai
Sifat :
Antropofilik > Zoofilik
Menggigit saat malam
Tempat istirahat di dalam rumah (terkadang di luar rumah)
2.
3.
4.
Anopheles barbirostris
Temapat perindukan larva :
Sawah dan saluran irigasi
Kolam, rawa, sumur, dan lain-lain
Sifat :
26 - 28 hari
Anopheles balabacensis
Temapat perindukan larva :
Genangan air
Tepi sungai saat kemarau
Kolam atau sungai yang berbatu
Sifat :
Antropofilik > Zoofilik
Menggigit saat malam (Endofilik)
Temapt istirahat diluar rumah (sekitar kandang)
Anopheles maculatus
Temapat perindukan larva :
Aliran air jernih dengan arus lambat (daerah pegunungan)
Sifat :
Zoofilik > Antropofilik
Menggigit saat malam
Tempat istirahat di luar rumah (sekitar kandang)
Anopheles bancrofti
Temapat perindukan larva :
Danau dengan tumbuhan bakung
Rawa dengan tumbuhan pakis
Genangan air tawar
Sifat :
Zoofilik > antropofilik
Tempat istirahat belum jelas
Anopheles barbumbrosus
Temapat perindukan larva :
Tepi sungai dengan aliran lambat (daerah hutan daratan tinggi)
Sifat :
Antropofilik
Bionomiknya masih belum banyak dipeajari
6.
7.
8.
Vektor
Tempat perindukan
Penyebaran
An.sundaicus
Sum Jawa
Antropofilik(Sul&NT) Zoofilik(Jawa&Sum)
Eksofagik>endofagikmengigitmalam. Tit :
diluarrumah (padatanaman)
Sul-NT
An.barbirostris
An.sinensis
An.letifer
An.maculatus
An.subpictus
An.balabacencis
An.aconitus
An.bancrofti
An.barbumbrosus
Zoofilik > antropofilik menggigit senja malam. Tit : di luar rumah ( kandang)
Antropofilik>zoofilik.
Tit : bagianbawahatap di luarrumah
Zoofilik > antropofilik menggigit malam. Tit :
di luar rumah (sekitar kandang)
Sum Jawa
Jawa
Jawa
Jawa
2.2 Morfologi
1. Telur
Telur diletakan satu per satu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu yang
bagian bawahnya konveks, da konkaf pada bagian atasnya. Dan mempunyai
pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
2. Larva
Larva anophelini tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai
bagian-bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada bagian posterior
abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen sepasang bulu
palma pada bagian lateral abdomen.
3. Pupa
Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar dan
pendek. Digunakan untuk menganbil O2 dari udara.
4. Dewasa
Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang
hampir sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk
jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan pada
betina ruas tersebut mengecil.
Sum-Kal
Sum Jawa
Sayap pada bagian pinggir (kosta dan Vena 1) ditumbuhi sisik-sisik sayap yang
berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih. Selain itu,
bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul). Bagian posterior
abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan tidak setumpul nyamuk mansonia,
tetapi sedikit lancip.
3. Malaria
3.1 Definisi
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh protozoa genus
Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan pembesaran limpa.
Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik
yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan
pembesaran limpa.
3.2 Etiologi
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria
(yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Pada keadaan lain, malaria
berkembang pasca penularan transplasenta atau sesudah transfuse darah yang terinfeksi,
dimana keduanya melewati fase pre-eritroser perkembangan parasit dalam hati. Malaria
disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium. Plasmodium
ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan
langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil
kepada janinnya.
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria tertiana. P.
malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P. ovale merupakan
penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau
malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya
dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah
besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh
3.3 Epidemiologi
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan perbedaan
derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai
respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat
maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang
terinfeksi malaria adalah :
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga lebih
tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat menghambat perkembangbiakan P.
falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD) memberikan
perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini
merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan Plasmodium yang
masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.
Hanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam darahnya dapat
menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi. Anak-anak mungkin terutama penting dalam hal
ini. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan daerah tropis dan subtropics, walaupun
Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas malaria local, wabah
setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local oleh wisatawan yang datang dari daerah
endemis.
Malaria congenital, disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta,
jarang ada. Sebaliknya malaria neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari
pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran.
Gambar Peta Distribusi Malaria.
O, daerah dimana malaria tidak ditemukan, telah berhasil dieradikasi atau tidak pernah ada;
+, daerah dengan risiko rendah; ++, daerah dimana transmisi terjadi
3.4 Patogenesis
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.
Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah
daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit
maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia
menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga
akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian
eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan
terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah.
Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari
eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi
hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam
eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan
struktur danmbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan
tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi
dan resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum
pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat
pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset. .
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung
merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga
berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya resetting adalah
golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai
reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.
1. Demam
2. Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi sumsum tulang
Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum, dan pada malaria
falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan hemoglobinuria (blackwater fever).
Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah oleh parasit mungkin turut
menyebabkan hemolisis, perubahan-perubahan ini dan peningkatan fragilitas osmotic terjadi
pada semua eritrosit, apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin
atau primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
herediter.
Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah merah berakumulasi
dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana folikelnya menjadi hiperplastik dan kadangkadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam sumsum tulang, otak, dan organ lain.
Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan
pada organ.
3. Kejadian immunopatologi
Aktivasi poliklonal hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks imun, depresi
immun, pelepasan sitokin seperti TNF
Bentuk imunitas terhadap malaria dapat dibedakan atas :
a) Imunitas alamiah non imunologis
Berupa kelainan-kelainan genetic polimorfisme yang dikaitkan dengan resistensi terhadap
malaria, misalnya: Hb S, Hb C, Hb E, thallasemin alafa-beta, defisiensi glukosa 6-fosfat
dehidrogenase, golingan darah duffy negative kebal terhadap infeksi plasmodium vivax,
individu dengan HLA-Bw 53 lebih rentan terhadap malaria dan melindungi terhadap malaria
berat.
b) Imunitas didapat non spesifik
Sporozoit yang masuk kedalam darah segera dihadapi oleh respon imun non spesifik yang
terutama dilakukan oleh magrofag dan monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin seperti
TNF, IL1, IL2, IL4, IL6, IL8, dan IL10, secara langsung menghambat pertumbuhan parasit
(sitostatik), membunuh parasit (sitotoksik). 5
c) Imunitas didapat spesifik.
Merupakan tanggapan system imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat spesies
spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik. 5
4. Anoxia jaringan
parasit P. falciparum matur: timbul knob pada permukaan sel darah merah berparasit yang
memfasilitasi cytoadherence P. falciparum-parasitized red cells ke sel-sel endotel vaskular
otak, ginal, organ yang terkena lainnya obstruksi aliran darah & kerusakan kapiler
leakage protein dan cairan vaskular, edema, serta anoxia jaringan otak, jantung, paru, usus,
ginjal.
3.5 Manifestasi
Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya cukup
menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang utama yaitu: demam, dan menggigil, juga
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala
yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari
mana parasit berasal.
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala
utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni
(pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1.
Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi
dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga
cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di
punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P.
falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan
menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah,
bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang
disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
Stadium ini berlangsung + 2 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih.
Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejangkejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 2 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu
tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu
biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita
merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan
kegiatan sehari-hari.
Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 10 jam, biasanya dialami oleh
penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum
mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru
pertama kali menderita malaria.
Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan (imunitas)
terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak selalu ada, dan
seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di daerah
yang mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali penderita
tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegalpegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan
pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak
ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung
selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60
jam pada malaria malariae. Perbedaan kurva suhu tubuh penderita malaria
fasciparum, malaria vivax, dan malaria malariae dapat dilihat pada grafik di bawah
ini.
Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit
malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test
(RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
1) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus,
diam saja, tingkah laku berubah) 4
2) Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3) Kejang-kejang
4) Panas sangat tinggi
5) Mata atau tubuh kuning
6) Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering,
produksi air seni berkurang)
7) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8) Nafas cepat atau sesak nafas
9) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11) Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12) Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk
mendapatkan penanganan semestinya.
3.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare
dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.
Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat ditemukan
keadaan di bawah ini:
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
Keadaan umum yang lemah.
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata dan tubuh kuning.
Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.
Nafas cepat (sesak napas).
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
Telapak tangan sangat pucat.
2. Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
b. Malaria Berat
Mortalitas:
Hampir 100% tanpa pengobatan,
Tatalaksana adekuat: 20%
Definisi: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan berikut:
Malaria serebral
Gangguan status mental
Kejang multipel
Koma
Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL
Distress pernafasan
Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen
Hipotensi
Oliguria atau anuria
Anemia: hematokrit <20% atau menurun dengan cepat
Kreatinin > 1,5 mg/dL
Parasitemia > 5%
Bentuk Lanjut (tropozoit lanjut atau schizont) P. falciparum pada apusan darah tepi
Hemoglobinuria
Perdarahan spontan
Kuning
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit
untuk menentukan:
o
o
o
1.
2. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau sediaan
darah tipis.
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam
sampai 3 hari berturut-turut.
2) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah
terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi
tidak dalam freezer pendingin.
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
1) Darah rutin
2) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah.
3) EKG
4) Foto toraks
5) Analisis cairan serebrospinalis
6) Biakan darah dan uji serologi
7) Urinalisis.
Demam dengue :
o Demam tinggi, mendadak, kontinu
o sakit kepala retroorbital, muka merah
3
4
koagulapati
Asidosis Metabolik
Syok
Hiperparasitemia
Hemoglobinuria
malaria
Penatalaksanaan malaria berat pada anak-anak umunya mirip dengan yang lakukan
pada orang dewasa
3.8 Prognosis
1) Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan
pengobatan.
2) Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada
anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
3) Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada
kegagalan 2 fungsi organ
Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %
Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:
Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 %
3.9 Gebrak Malaria