: Tn. A
Umur
: 35 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Bugis/Indonesia
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Kalawean
No. Reg.
: 701854
Tanggal Pemeriksaan
: 19-02-2015
Tempat Pemeriksaan
: Lontara 3 RSWS
ANAMNESIS
Keluhan utama: Penglihatan Kabur
Anamnesis terpimpin: dialami sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit
setelah terkena daun jagung, Penglihatan kabur secara perlahan-lahan, semakin
memberat sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Mata merah ada hilang
timbul sejak terkena daun jagung, kemudian muncul bintik putih pada mata hitam,
nyeri ada, kotoran mata berlebih ada, mata berair ada. Riwayat trauma ada 2 bulan
yang lalu akibat terkena lemparan bola, sejak saat itu mata sering berasa nyeri dan
merah. Riwayat berobat ke puskesmas kemudian dirujuk ke RSUD dan mendapat
obat Giflox, , Cefotaxime, ketorolac, dan ranitidin. Riwayat menggunakan
kacamata tidak ada, Riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus tidak diketahui.
Riwayat alergi disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Status Umum : Sakit Ringan/Gizi Cukup/Sadar
Tanda Vital
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5oC
Pemeriksaan
A. Inspeksi
OD
Edema (-)
Lakrimasi (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Mekanisme muscular
- ODS
OS
Edema (-)
Lakrimasi (+)
Sekret (+)
Hiperemis (+) Mixed
injection (+)
Normal ke segala arah:
Jernih
Normal
Cokelat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Sulit dievaluasi
B. Palpasi
Tensi ocular
Nyeri tekan
Massa tumor
Glandula pre-aurikuler
OD
Tn
Tidak ada pembesaran
OS
Tn +1
Tidak ada pembesaran
C. Tonometri
TIO OD = 14,6 mmHg
TIO OS = Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Visus
VOD : 6/15
VOS : 1/~
E. Campus Visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
G. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
H. Penyinaran Oblik
PEMERIKSAAN
Konjungtiva
Kornea
BMD
Iris
Pupil
OD
Hiperemis (-)
OS
Hiperemis(+), mixed
Jernih
Normal
Cokelat, kripte (+)
Bulat, sentral , RC (+)
injeksio (+)
Keruh di sentral
Kesan dangkal
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
I. Slit Lamp
SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD normal, iris : coklat,
kripte (+), pupil : bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
SLOS : Konjunctiva hiperemis (+), mixed injektio (+). Kornea keruh hampir di
seleruh permukaan, florosens (+) di sentral, ukuran vertikal 5 mm,
horizontal 5,5 mm. BMD kesan dangkal, hipopion (-), sel (-), aquous flare
(-), iris cokelat, kripte (+), sinekia anterior dan posterior sulit dievaluasi,
pupil sulit dievaluasi, lensa sulit dievaluasi.
putih pada mata hitam (+), nyeri (+), kotoran mata berlebih (+), mata berair (+).
Riwayat trauma (+) 2 bulan yang lalu akibat terkena lemparan bola, sejak saat itu
mata sering berasa nyeri dan merah. Riwayat berobat ke puskesmas kemudian
dirujuk ke RSUD dan mendapat obat Giflox, , Cefotaxime, ketorolac, dan
ranitidin. Riwayat menggunakan kacamata (-), Riwayat Hipertensi dan Diabetes
Mellitus tidak diketahui. Riwayat alergi disangkal.
Dari pemeriksaan oftalmologi, pada pemeriksaan visus didapatkan VOD :
6/15, VOS : 1/~ Pada oculus sinistra didapatkan nyeri tekan (+), konjungtiva
hiperemis (+) mixed injeksio (+), kornea keruh pada bagian sentral, tes florosens
(+), ukuran vertikal 5 mm, horizontal 5 mm. BMD kesan dangkal, hipopion (-),
sel (-), aquous flare (-), iris cokelat, kripte (+), sinekia anterior dan posterior sulit
dievaluasi, pupil sulit dievaluasi, lensa sulit dievaluasi.
O. Diagnosis
OS Ulkus kornea ec. Suspek Jamur
N. Differential Diagnosis
OS Ulkus kornea ec. Bakteri
OS Ulkus kornea ec. Virus
OS Ulkus Kornea ec. Parasit
P. Terapi :
Topikal :
LFX 1 tetes/4jam/OS
Natacen 1 tetes/jam/OS
3 hari
1 tetes/2jam/OS
5 hari
Tropin 1% 1 tetes/12jam/OS
Oral:
Ketoconazole 1 tablet/12jam/OS
1 hari
GV perhari
Rencana pemeriksaan KOH + Kultur sensivitas
Q. Prognosis
1.Quo ad vitam
2.Quo ad sanam
3.Quo ad visam
4.Quo ad cosmeticam
: Bonam
: Dubia et Bonam
: Malam
: Dubia et Malam
DISKUSI
Dari anamnesis didapatkan Seorang laki-laki berumur 35 tahun datang ke
UGD RS Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan penglihatan kabur yang dialami
sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit setelah terkena daun jagung,
Penglihatan kabur secara perlahan-lahan, semakin memberat sejak 3 hari sebelum
masuk Rumah Sakit. Mata merah (+) hilang timbul sejak terkena daun jagung,
muncul bintik putih pada mata hitam (+), nyeri (+), kotoran mata berlebih (+),
mata berair (+). Riwayat trauma (+) 2 bulan yang lalu akibat terkena lemparan
bola, sejak saat itu mata sering berasa nyeri dan merah. Riwayat berobat ke
puskesmas kemudian dirujuk ke RSUD dan mendapat obat Giflox, , Cefotaxime,
ketorolac, dan ranitidin. Riwayat menggunakan kacamata (-), Riwayat Hipertensi
dan Diabetes Mellitus tidak diketahui. Riwayat alergi disangkal.
Dari pemeriksaan oftalmologi, pada pemeriksaan visus didapatkan VOD :
6/15, VOS : 1/~ Pada oculus sinistra didapatkan nyeri tekan (+), konjungtiva
hiperemis (+) mixed injeksio (+), kornea keruh pada bagian sentral, tes florosens
(+), ukuran vertikal 5 mm, horizontal 5 mm. BMD kesan dangkal, hipopion (-),
sel (-), aquous flare (-), iris cokelat, kripte (+), sinekia anterior dan posterior sulit
dievaluasi, pupil sulit dievaluasi, lensa sulit dievaluasi.
Berdasarkan hasil anamnesis, hasil pemeriksaan oftalmologi, serta
pemeriksaan penunjang tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
oculus sinistra ulkus kornea suspek jamur
ULKUS KORNEA
A. PENDAHULUAN
Kornea adalah salah satu media refrakta sehingga manusia dapat melihat.
Seorang ahli mata dapat melihat struktur dalam mata karena kornea bersifat jernih
dan memiliki daya bias sebesar 43D. Kornea memiliki mekanisme protektif
terhadap lingkungan maupun paparan patogen (virus, amuba, bakteri dan jamur).
Hampir semua organisme dapat menginvasi lapisan stroma kornea jika
mekanisme pertahanan (termasuk palpebra, lapisan air mata, dan epitel kornea)
terganggu. Ketika patogen berhasil masuk dan membuat defek epitelial di kornea,
maka jaringan braditropik kornea akan
10
Permukaan kornea dibentuk oleh epitel skuamosa non keratin yang dapat
meregenerasi dengan cepat bila terjadi kerusakan. Dalam hitungan jam,kerusakan
epitel ditutup dengan migrasi sel dan pembelahan sel yang cepat. Namun, ini
terjadi bila stem sel limbus di limbus kornea tidak rusak. Regenerasi kornea tidak
akan berlangsung jika sel-sel ini rusak. Sebuah epitel utuh berfungsi untuk
melindungi bagian dalamnya terhadap infeksi, kerusakan pada epitel akan
memudahkan patogen untuk masuk ke mata.(1)
Kornea memiliki diameter horizontal 1112 mm dan berkurang menjadi 9
11 mm secara vertikal oleh adanya limbus. Kornea memiliki fungsi utama:(7)
1. Epitel
Tebalnya 50m, terdiri atas lima atau enam lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal, dan sel
gepeng. Lapisan tersebut dibagi menjadi lapisan sel basal : sel kuboid
dimana pembelahan sel terjadi. Wing sel : lapisan kedua adalah berbentuk
sayap agar sesuai dengan permukaan anterior sel basal yang bulat. Sel
superfisial: tiga lapisan sel berikutnya menjadi semakin menyatu karena
aktivitas mitosis dalam lapisan sel basal. Sel-sel paling superfisial
melepaskan diri dari permukaan sebagai proses normal.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng. Sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa sebagaibarrier.(7)
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari
ektoderm permukaan. Membrana basal sel-sel berlapis epitel skuamosa
menjadi perantara sebelum membrana Bowman. Lapisan ini sangat tahan
11
2. Membrana Bowman(7)
3. Stroma
Stroma adalah jaringan yang avaskular, sehingga dapat dilakukan
pencangkokan.Transplantasi kornea dapat dilakukan tanpa mengambil
jaringan sebelumnya.Peningkatan risiko penolakan hanya perlu dikhawatirkan
jika resipien kornea memiliki vaskularisasi yang terjadi setelah cedera kimia
atau peradangan. Pada beberapa kasus pencangkokan memerlukan terapi
imunosupresif dengan cyclosporin.(1)
Stroma terdiri atas lembaran yang merupakan susunan kolagen yang
sejajar satu dengan yang lainnya.Pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur, sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang.Terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.(1)
4. Duas Layer
12
13
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.
Membrana descement adalah membran pada posterior kornea yang
berdekatan dengan bilik mata depan.
6. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40
um.Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan
zonula okluden.Endotelium kornea bertanggung jawab atas transparansi
kornea. Endotelium kornea tidak mengalami regenerasi, kerusakan endotelium
akan ditutup oleh pembesaran sel dan migrasi sel.(1)
kerusakan
keratokonjungtivitis
pada
kornea
ultraviolet)
(erosi,
mengekspos
penetrasi
ujung
benda
saraf
asing
atau
sensorik
dan
menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan
bola mata involunter. Trias yang terdiri atas penutupan mata involunter
(blepharospasme), refleks lakrimasi (epiphora) dan nyeri selalu mengarahkan
kepada kemungkinan adanya gangguan cedera kornea.(1)
2. Fisiologi Kornea
Fungsi utama kornea adalah sebagai membran protektif dan sebuah
jendela yang dilalui cahaya untuk mencapai retina. Transparansi kornea
dimungkinkan oleh sifatnya yang avaskuler, memiliki struktur yang bersifat
deturgescence. Deturgescence, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,
dipertahankan oleh pompa aktif bikarbonat dari endotelium dan fungsi
penghalang dari epitel dan endotel. Endotelium lebih penting daripada epitel
dalam mekanisme dehidrasi dan kimia atau kerusakan fisik pada endotelium ini
14
yang
braditrofik,
metabolismenya
lambat
dimana
ini
berarti
Infeksi Jamur :
disebabkan
oleh
Candida,
Fusarium,
Aspergilus,
Infeksi Virus : Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering
dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
15
buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa
kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
b. Non infeksi
Sindrom Sjorgen
Defisiensi vitamin A
Obat-obatan
(kortikosteroid,
idoxiuridine,
anestesi
topical,
immunosupresif)
Pajanan (exposure)
Neurotropik
16
Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram
dengan tepiulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasikornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh
streptokokus pneumonia.
Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai
infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati
secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma
dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali
indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.ulkus sentral ini
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke
dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.
Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang
dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini
seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang
banyak.
Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus
akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan
gambaran karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat
dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.
Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu
ditemukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya
ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
17
18
19
Bowman dan stroma. Dinding yang mengalami ulserasi aktif membuat lamella
menjadi bengkak oleh karena adanya inhibisi dari cairan dan penumpukan
leukosit di antara lapisan tersebut.(13)
3. Stadium regresi
Regresi diinduksi oleh mekanisme pertahanan tubuh alamiah dari tubuh dan
pengobatan yang sesuai dengan respon tubuh. Batas tegas akan tampak di
sekitar ulkus, yang
20
Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung
dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang
21
ekstrim oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak
serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada
kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela
bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak
mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di sentral.(2)
Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris yang
meradang.Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan
iritasi pada ujung saraf kornea. Fotofobia yang berat pada kebanyakan penyakit
kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini,
yang juga merupakan tanda diagnostik yang penting. Meskipun lakrimasi dan
fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada kotoran mata
kecuali pada ulkus bakteri purulen.(2)
Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel
yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda
uveitis anterior seperti miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan
kemerahan pada mata. Refleks axon berperan terhadap pembentukan uveitis,
stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan mediator inflamasi
seperti prostaglandin, histamin dan asetilkolin.Pemeriksaan terhadap bola mata
biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva,
injeksi siliaris biasanya juga ada.Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus
konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan
opasitas kornea berwarna krem.Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan
batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis
dan hipopion.(10)
Kadang pasien memiliki riwayat trauma kornea, biasanya dari bahan
organik. Yang termasuk dalam resiko tinggi adalah trauma (benda asing, lensa
kontak), penggunaan imunosupresan sistemik atau pada mata, juga pada penyakit
atau terapi dengan immunosupresan (misalnya pada post transplantasi organ) atau
22
penggunaan terapi topikal steroid, dan penggunaan antibiotik dalam jangka lama.
(6, 12)
H. DIAGNOSIS
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang.(12, 16)
1. Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang
dikeluhkan oleh pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan
kabur, silau jika melihat cahaya, kelopak mata terasa berat. Yang juga harus
ditanyakan ialah adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian
lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan
kortikosteroid jangka panjang.
2. Pemeriksaan fisis
a. Visus
Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi
oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi
cahaya yang masuk ke dalam media refrakta.
b. Slit lamp
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan
pada kornea. Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi
konjungtiva ataupun perikornea. Tanda yang umum pada pemeriksaan
slitlamp yang tidak spesifik, termasuk didalamnya:
Injeksio konjungtiva
Supurasi
Infiltrasi stroma
Hipopion
23
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tes fluorecein.
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea.
Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea (warna hijau
menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru
menunjukkan daerah yang intak).
Gambar 6. Keratomikosis(12)
b. Pewarnaan gram, KOH dan kultur.
Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada
beberapa kasus. Sangat membantu untuk diagnosis pasti, walaupun bila
negatif belum menyingkirkan diagnosis keratomikosis. Yang utama adalah
melakukan pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan spatula
Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat
dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India,
dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%, 50-60%, 60-75%
dan 80%. Lebih baik lagi melakukan biopsi jaringan kornea dan diwarnai
dengan Periodic Acid Schiff atau Methenamine Silver, akan tetapi
diperlukan biaya yang besar. Akhir-akhir ini dikembangkan Nomarski
24
25
Gambar 7. Pertumbuhan Fusarium solani pada Sabouraud glukosaneopeptone agar setelah 72 jam inkubasi; goresan kornea telah diinokulasi
sebagai slice 'c'coretan.(14)
d. Gambaran Histopatologi.
Pada pemeriksaan histopatologik dengan memeriksa apusan kornea
ditemukan adanya jamur pada 75% pasien. Hifa jamur berjalan parallel
pada permukaan kornea. Adanya komponen jamur yang mencapai stroma
menunjukkan tingkat virulensi kuman sangat tinggi dan biasanya
berhubungan dengan infeksi yang progresif.
I. PENATALAKSANAAN
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan
pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi
peradangan dengan steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak
dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah
berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang, dengan cara:
1.
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Erosi
kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
26
2.
Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva.
3.
Pemberian sikloplegika
Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena masa
kerjanya lama, hingga 1-2 minggu.Efek kerja atropin adalah sebagai berikut:
4.
Bedah
Tindakan bedah meliputi
Flap konjungtiva
Keratoplasti
J. DIAGNOSA BANDING
1. Ulkus kornea ec. Jamur
27
Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung
dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang
ekstrim oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak
serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada
kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela
bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak
mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat. .(2)
Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris yang meradang.
Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada
ujung saraf kornea. Fotofobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea,
minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga
merupakan tanda diagnostik yang penting. Meskipun berair mata dan fotofobia
umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada kotoran mata kecuali
pada ulkus bakteri purulen.(2)
Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel
yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda
uveitis anterior seperti miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan
kemerahan pada mata. Refleks axon berperan terhadap pembentukan uveitis,
stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan mediator inflamasi
seperti prostaglandin, histamin dan asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola mata
biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva,
injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus
konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan
28
opasitas kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan
batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis
dan hipopion.(10)
Gejala ulkus kornea jamur pada fase awal biasanya lebih ringan
dibandingkan dengan ulkus kornea bakteri dan bisa memberikan tanda injeksio
konjungtiva yang minimal atau tidak ada sama sekali. Lesi superfisial kelihatan
berwarna putih keabu-abuan, menonjol pada permukaan kornea, mempunyai
tekstur yang kering, kasar atau tidak rata yang bisa dilihat pada saat kerokan
diagnostik. Bisa juga ditemukan infiltrat multifokal atau satelit, namun jarang
dilaporkan. Sebagai tambahan, bisa terjadi infiltrat stroma dalam epitelium yang
intak. Plak endotel/dengan hipopion juga bisa didapatkan jika infiltrat jamur
cukup besar atau dalam.(10)
Kadang pasien memiliki riwayat trauma kornea, biasanya dari bahan
organik. Yang termasuk dalam resiko tinggi adalah trauma (benda asing, lensa
kontak), penggunaan imunosupresan sistemik atau pada mata, juga pada penyakit
atau terapi dengan immunosupresan (misalnya pada post transplantasi organ) atau
penggunaan terapi topikal steroid, dan penggunaan antibiotik dalam jangka lama.
Infeksi jamur juga sangat sering ditemukan pada daerah pertanian dan lingkungan
tropis.(6, 12)
Pasien dengan keratitis fungal cenderung memiliki tanda dan gejala
inflamasi sepanjang permulaan periode dibanding dengan keratitis bakterial dan
bisa terdapat sedikit atau tidak injeksio konjungtiva sepanjang awal presentasi.
Keratitis fungal filemantous sering bermanifestasi sebagai warna putih keabuabuan, penampakan infiltrat kering sebagai bulu yang ireguler atau tepi
filamentous. Lesi-lesi superfisial tampak putih keabu-abuan diatas permukaan
kornea, kering, kasar, dan tekstur berpasir yang dapat dideteksi dengan mengosok
kornea. Kadang-kadang, multifokal atau infiltrat satelit dapat ditemukan,
walaupun jarang dilaporkan.(6, 12, 15)
29
Oleh virus, ulkus lebih sering disebabkan oleh virus Herpes simpleks,
Herpes Zoster, Adenovitus.Herpes virus menyebabkan ulkus dendritik yang
bersifat rekuren pada tiap individu, akibat reaktivasi virus laten di gangglion
Gasserian, serta unilateral. Pada virus Herpes simpleks, biasanya gejala dini
dimulai dengan injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea, kemudian keadaan ini disusul dengan bentuk dendritik
serta terjadi penurunan sensitivitas dari kornea. Biasanya juga disertai dengan
pembesaran kelenjar preaurikuler.(6, 18)
Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh virus, pada kornea dapat terlihat
gambaran seperti infiltrat halus berbintik-bintik pada daerah depan kornea,
biasanya bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihat gejala kelainan konjungtiva
ataupun tanda akut.(18)
30
K. KOMPLIKASI
Ulkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea
walaupun jarang.Hal ini dikarenakan lapisan kornea semakin tipis dibanding
dengan normal sehingga peningkatan tekanan intraokuler dapat mencetuskan
terjadinya ulkus kornea.Pembentukan jaringan parut kornea menghasilkan
kehilangan penglihatan parsial maupun kompleks. Terjadinya neovaskularisasi
dan astigmatisme ireguler, penipisan kornea, sinekia anterior, sinekia posterior,
glaucoma, dan katarak juga bisa terjadi.(6, 12)
L. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada beberapa faktor, termasuk luasnya kornea yang
terlibat, status kesehatan pasien (contohnya immunocompromised), dan waktu
penegakkan diagnosis klinis yang dikonfirmasi dengan kultur di laboratorium.
Pasien dengan infeksi ringan dan diagnosis mikrobiologi yang lebih awal
memiliki prognosis yang baik; bagaimanapun, kontrol dan eradikasi infeksi yang
31
meluas didalam sklera atau struktur intraokular sangat sulit. Diperkirakan satu
dari ketiga infeksi jamur gagal terapi pengobatan atau perforasi kornea.(12)
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
32
5.
6.
7.
8.
Prostak S. Scientists Discover Previously Undetected Layer in Human EyeDuas Layer 2013 [cited 2014 May 5].
9.
10. Rhee DJ, Coblyka, Rapuano CJ, Sobrin L. Opthalmologic Drug Guide. 2 nd ed.
Boston Springer; 2011.
11. Susetio B. Penatalaksanaan Infeksi Jamur pada Mata. Cermin Dunia
Kedokteran. 1993:40-1.
12. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Fundamental and Principles of
Ophtalmology Section 2. Singapore: American Academy Of Ophtalmology;
2011.
13. Mann LCS, Singh J, Kalra D, Parihar J, Gupta N, Kumar P. Medical and
Surgical Management of Keratomycosis. MJAFI. 2008;64:40-2.
14. Wilson SA, Last A. Management of corneal abrasions. The American
Academy of Family Physicians. 2004:123-8.
15. Ilyas S, Yulianti SR. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Ilmu
Penyakit Mata. 4 ed. Jakarta: FKUI; 2012. p. 149-82.
16. External Disease and Cornea. Section 8. Basic and Clinical Science Course.
American Academy of Ophtalmology; 2011-2012
33
34