Dasar Sistem Kendali BAB III
Dasar Sistem Kendali BAB III
MODEL MATEMATIK
1. Deskripsi Karakteristik
Beberapa
sebagainya
Sistem Fisik
dapat dikarakteristikan
SISTEM FISIK
diperoleh
dengan persamaan
dengan
menggunakan
diferensial.
beberapa
hukum
Persamaan
fisika yang
berlaku pada sistem yang ditinjau, misalnya hukum Newton untuk sistem fisik,
hukum Kirchhoff untuk sistem listrik dan sebagainya.
Deskripsi matematik dari karakteristik dinamik suatu sistem disebut model
matematik.
Langkah
menurunkan
pertama
dalam
analisis
suatu
sistem
dinamik
adalah
cocok menggunakan
persamaan
diferensial
orde pertama.
Sementara
dalam
analisis respon transien atau frekuensi suatu sistem satu masukan satu keluaran
menggunakan
diperoleh,
fungsi alih akan lebih tepat. Setelah model matematik suatu sistem
komputer
dapat digunakan
yang ditinjau demikian kompleks dan dituntut agar hasil yang didapat memiliki
ketelitian tinggi.
ketelitian yang
secara
layak. Dalam hal ini kita dapat mengabaikan beberapa sifat fisis dari sistem yang
ditinjau,
namun
diinginkan
Pengabaian
model
matematik
linear (persamaan
diferensial
biasa) yang
terlebih dahulu, sehingga didapat kesesuaian yang baik antara hasil analisis model
matematik dengan hasil studi eksperimen pada sistem fisik yang dikaji.
kata lain model matematik
linear parameter
terkumpul
dapat disusun
Dengan
dalam
47
penggunaan secara serentak dua buah fungsi penggerak yang berbeda adalah sarna
dengan respon dari dua buah respon individualnya.
diilustrasikan sebagai suatu sistem yang memiliki respon Yl (t) dan Y2 (t) dengan
dua masukan
Xl
(t) dan
X2
alYI (I)
al
dan a, konstan.
Dari rumusan tersebut di atas mudah dipahami bahwa pada sistem linear,
respon terhadap beberapa masukan dapat dihitung dengan mencari respon
terhadap tiap-tiap masukan dan menjumlahkan hasilnya.
Jika parametemya
Output
Output
hukum
kuadrat
jenuh
jenuh
~
(a) Saturasi, (b) Daerah
48
dikenakan padanya, maka akan menghasilkan gaya reaksi yang besarnya sarna
dengan hasil kali antara masa dan percepatannya, sedang arahnya berlawanan
dengan pereepatannya itu sendiri.
Persamanan gaya tersebut adalah:
FM
= Ma
dimana
= masa
(kg)
percepatan (rn/dtk')
PM
gaya (N)
Apabila pegas dikenai gaya luar, maka akan dihasilkan gaya reaksi yang
meneoba untuk mengembalikan kondisi pegas ke panjang yang asli seperti
semula.
daerah
gesekan
yang
linear
perubahan kondisi
pegas (m)
gaya pegas (N)
konstanta kekakuan
pegas (N/m).
49
Gaya friksi
tersebut dirumuskan:
Ff
=.fo, dimana
Ff
!~
Gambar 111.3. Konstruksi dash pot
Dashpot terdiri dari sebuah piston dan silinder berisi bahan bakar, antara
keduanya dipisahkan oleh celah yang sangat sempit. Setiap gerakan antara piston
dan silinder dihalangi/dihambat oleh bahan bakar dengan gaya friksi (Ff).
Sistem mekanik dari kerja dashpot di atas ditunjukkan pada gambar
berikut ini.
ditempatkan pada pegas yang memiliki tingkat "kekakuan" (K) dan dashpot yang
berkoefisien friksi viskos (f) dengan gaya luar (F). Arah pemindahan masa (X) ini
adalah positif. Sementara posisi nol diambil dimana masa dan pegas berada pada
titik setimbang statisnya.
Kx
f dxldt
x
L...-_...-_...I-!- 0
50
Dengan
menerapkan
hukum
Newton
untuk
gerakan
masa
pada
bodi,
=M
d2x
dx
dt 2 + f dt + Kx
(III -1 )
Persamaan tersebut adalah persamaan diferensial orde dua yang linear dan
berkoefisien konstan.
b. Asselerometer Mekanik.
Dalam bentuk yang disederhanakan sebuah asselerometer terdiri dari
sebuah sistem pegas-massa-dashpot sebagaimana ditunjukkan pada Gambar I1L5.
Biasanya
rangka
bergerek/berputar
asselerometer
mi
ditfmpatkan
pada
bagian
yang
z:
Md' (y - xl/dt'.
..i O?O L
\
--+x
I
I
df/dt.
i1
~f
51
Karena geseran y dari titik stel terukur, maka gaya masa (M) terhadap
pegas
-f.dy/dt.
positif dari titik stelnya adalah sejauh (y - x). Dengan demikian persamaan gaya
dari sistem tersebut menjadi:
atau
d2y
dy
d2x
+ j-+Ky=M-2
=Ma
dt
dt
dt
M-2
= percepatan masukan.
dimana: a
Bila
(III-2)
asselerometer
perpindahan
mendapat
y juga konstan
(dikenai)
percepatan
yang
derivatif
konstan,
y menjadi
maka
nol.
= Ky
atau
= ( KIM ) y.
Disini berarti pula bahwa geseran y yang tetap (steady state) merupakan pengukur
percepatan masukan yang konstan.
Apabila
antara momen
(motor listrik
Torsi tersebut
arahnya berlawanan
= Ja,
dimana:
Tj
= torsi (N-m).
Sebagai contoh torsi lawan berupa puntiran poros yang dikenai torsi luar. Torsi
lawan poros ini dapat dikarakteristikan
T,
= K8,
dimana:
dengan persamaan:
T,
= Puntiran (radian)
52
Sementara friksi viskos terjadi saat rangka bodi berputar dan bergesekan dengan
bodi rangka yang lain.Torsi lawan akan berlawanan arah dengan kecepatan sudut
putarnya, dan diformulasikan:
T f = fro,
dim ana:
Tf
(0
K8
---,J
===TS=)=l= ==lL--J
Tf= fd8/dt
(a)
(b)
d2B
=J
d2B
dB
dt
dt
dt2
atau
= J-2 + f- + KB
(III-3)
koefisien konstan.
Biasanya
pada operasi servo motor yang berkecepatan tinggi tapi torsinya rendah.
demikian sistem mekanik roda gerigi ini merupakan
halnya pada trafo pada sistem listrik.
piranti penyesuaian
Dengan
seperti
53
Gambar .III.7. berikut ini menunjukan sebuah motor yang memutar beban
melalui 2 roda gerigi yang dikopel menjadi satu.
gerigi N2 sekunder (analog dengan kumparan primer dan sekunder pada trafo).
Pemindahan
sudut putar dari poros 1 dan 2 dinyatakan dengan 8] dan 82. Momen
inersia dan friksi viskos motor dan gerigi 1 dinyatakan dengan J I dan fJ, sedang
gerigi 2 dan beban dinyatakan dengan J2 dan f2.
J: J r:q8" f,
N, teeth
Input torque'
from motor
Shaft 1
TM
h:~=+====~===+=
J]B] + !tB] + T,
adalah:
= TM
(III-4)
= T2
(IIl-5)
pemindahan
pada permukaan
8lrl
= 82r2.
sementara
masing-masing
jumlah
gerigi
pada
setiap
permukaan
roda selalu
N,
(III-6)
N2
Disini tingkat
kehalusan
gesekan
tak berhingga
dan akibatnya
hasil
54
r;
B2
N\
T2
B\
N2
-=-=-
Selanjutnya
(III-8)
persamaan
(III-8) didiferensiir
..
B2
B2
B\
BI
N\
N
'.....
-;;=-. =
(III-9)
Oleh sebab itu bila (N] / N2 < 1), dari persamaan (III-8) dan (III-9) di atas akan
terjadi pengurangan/penurunan
Dengan meniaclakan TI clan T2 clari persamaan (III-4) clan (III-5) clengan bantuan
dari persamaan (III -6), didapat:
J\BI+f.BI+;:(J)}2+f2B2+TL)=TM
Bila 82 ditiadakan
dari persamaan
(III-I0)
persamaan
(III-9),
cliperoleh hasil:
[J,
J,
Jadi ekivalen
= TM ......
(III-II)
dari momen inersia dan friksi viskos roda gerigi pada poros 1
adalah:
J, .,=J,
Sehubungan
+(Z:)'
J, dan /,
,,= /,
+(zJ
J,
dengan itu, ekivalen momen inersia dan friksi pada persamaan (III-
J,
ek
Disini ( N
I /
8, + f.
ek (;,
+ ( ;~)
TL = TM
clan 82 dari persamaan (III-l 0) dengan bantuan persamaan (Ill-9), ekivalen momen
inersia clan friksi viskos roda gerigi di bagian poros beban adalah:
Jz
ek
JZ + ( ~ ~
J I dan
Iz
ek
r; + ( ~ ~ II
55
sebagai:
e. Sistem Listrik
Resistor, induktor dan kapasitor adalah tiga komponen pokok dalam untai
listrik.
hukum
hukum Kirchhoff
ecf01
vOlmg
.source
(a)
Gambar 111.8. Rangkaian L-R-C (a) Seri (b) Paralel.
Bentuk persamaan sistem terse but adalah:
L :: + Ri + ~ fidt
~ fidt = eo
Karena fidt
(III-12)
(III-13)
d2q
dq
1
L dt2 + R dt + C q= e
(III-14)
Identik dengan cara di atas, untuk untai parallel dianalisis dengan menggunakan
hukum Kirchhoff arus. Persamaannya adalah:
~ fedt+ ~ +c~;
Karena
fedt
= <1>,maka
(III-I 5)
56
f.
Sistem Analogi
Dengan membandingkan persamaan (III-I) untuk translasi sistem mekanik
(Gambar III. 4. a), atau persamaan (III-3) untuk sistem rotasi mekanik (Gambar
iii. 8. a), temyata memiliki kesamaan bentuk.
Gaya F
Hal ini
Sistem Listrik
Gaya, F
Torsi, T
Tegangan, e
Massa, M
Momen Inersia, J
Induktansi, L
Resistansi, R
Kekakuan pegas, K
Displacement, x
Angular Displacement, 8
Muatan, q
1\
Kecepatan, x
1\
Kecepatan sudut,
Arus, i
Sistem Listrik
Gaya, F
Torsi, T
Arus, i
Massa, M
Momen Inersia, J
Kapasitansi, C
Kekakuan pegas, K
Displacement, x
Angular Displacement,
1\
Kecepatan, x
1\
Kecepatan sudut,
f)
Fluksimagnet,
Tegangan,e
<I>
57
variasi-variasi
Apabila penyelesaian
telah diketemukan,
untuk sistem-sistem
satu sistem
analogi yang
dianalogikan
dengan
sistem
listrik,
karena
relatif
sistem non
lebih
mudah
dieksperimenkan.
persamaan
diferensial
variasi
Gerakan/aliran
ditunjukkan
seperti
Gambar III. 9., dimana tanki mendapat suplai cairan melalui pipa pendek.
Pada
= Qo.
Untuk aliran yang bergerak atau berguncang hubungan antara tinggi permukaan
dan pengosongan
Gambar
III. 10).
Secara matematik
keadaan
tersebut
dapat
diformulasikan
sebagai:
Q=k
.fii
Pertambahan
Pertambahan
aliran
~H, dan besamya perubahan dapat dideteksi melalui persamaan yang dilinearkan,
yaitu:
~Qo ~
dQ
-I
dH
Ho
AH
AH atau ~Qo =-
58
Dimana:
dH
dQ
= 2JHo(
Ho
Disini R didefinisikan
Cub - m / s
melalui pipa
yang panjang sekali, maka akan memperbesar nilai tahanan aliran, yang dalam hal
ini dapat disamakan
didefinisikan
sebagaimana
Gambar
Flour rate
111.9. Sistem
permukaan cairan
kecepatan aliran.
Sistem dinamika aliran ini dapat diuraikan sebagai suatu persamaan setara
khusus kecepatan aliran, yaitu:
perbandingan cairan tersimpan dalam tanki
~Qi-~Qo
d(~)
dt
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-I 7)
sebagai kapasitansi
RCd(~)
+~
dt
= R(~Qi)
(III-I 8)
h. Sistem Termal
Persyaratan
dasar
yang harus
dipenuhi
guna
menggambarkan
sistem
Walau
59
demikian,
untuk
diumpamakan
menyederhanakan
benar-benar
anal isis,
keseragaman
temperatur
harus
tampak bahwa tangki diberi isolasi guna mengeliminir panas yang hilang di udara.
Tidak
pula
ada
panas
yang
terserap pada
isolasi,
sehingga
keseragaman
elemen pencampur
dalam tanki sulit dicapai dan bersifat kompleks (menuntut pemecahan pemakaian
persamaan diferensial parsial).
Dari sistem ini diketahui bahwa temperature
yang mengalir ke dalam tanki
panas yang dihasilkan
"heater"
= e, sedang
konstan.
Pertambahan
nilai
tetapnya
memang
sangat
kecil,
namun
demikian
akan
dari
menghasilkan
kenaikkan panas pada aliran keluaran sebesar ~Hl dan panas cairan dalam tanki
sebesar ~H2.
demikian
pula temperatur
sebesar ~e
(0C). Mengingat tidak terjadi kebocoran panas pada isolasi tanki, maka kenaikan
temperatur cairan yang keluar dari dalam tanki dapat diformulasikan
~Hl
sebagai:
= qs ~e
dimana
(III-I 9)
sebagai tahanan
C/Joule/menit.
Banyaknya panas yang tersimpan di dalam tanki diformulasikan
sebagai:
60
d8o/dt
I1H2
dimana C =
C d~e)
(III-20)
sebagai kapasitansi
Joule/DC.
Jadi persamaan aliran panasnya adalah:
I1H = 11H]+11H2
=
l1e + Cd(l1e)
R
dt
atau
RC
d (11 e)
dt +l1e = R(I1H)
(11I-21)
Persamaan
persamaan
dinamika
sistem
termal dimaksud dengan asumsi bahwa temperatur sepanjang aliran cairan terjaga
konstan.
Dalam praktiknya
fluktuasi (berubah-ubah)
dari "heater"
temperatur
akan
cairan
temperatur
setiap saatnya.
terjadi
pertambahan
sepanjang
aliran
mengalami
signal
yang
yang juga
lazim
disebut
merubah
signal
kondisi
pengganggu
(disturbance signal).
Mixer
Liquid in
----+
Heater
berakibat
terjadinya
Penambahan
perubahan
panas
temperatur
cairan
yang
terbawa
aliran.
61
Dimana
sementara
(111-22)
isolasi tanki
sebesar
1'18,
panas
yang
mengalir
melalui
dinding
tanki
Ml
= I'1Bi+R(Ml)
(naik)
menyebabkan
atau
1'18
Rt
Rt adalah
tahanan
termal
dari dinding
tanki.
Dengan
demikian
RC~(1'18)+1'18 = (R)I'1Bi+R(Ml)
dt
R
.
dimana
R _ RRt
- R+Rt
(III-23)
--
Formulasi di atas, pada dasarnya panas yang tersimpan pada dinding tanki
masih
dapat
mempengaruhi
i.
diabaikan.
Dengan
(menyederhanakan)
mengabaikan
asumsi
tersebut
dapat
Sistem Pneumatik.
Sistem pneumatik
sumber pneumatik
memasok
sederhana
adanya
ditunjukkan
melalui
udara
yang
mengalir.
Dengan
demikian
62
Source
Pi + ~Pi 1'""""""'='---,
Gambar III. 12. Sistem pneumatic sederhana
AQ
(31
m memit)
Mi-I!!.Po
R
(III-24)
diimana R (newtonlm
)'
3
' ik an sebazai
yang did
I efiIllISI
agar ta h anan aI'Iran ud ara yang
m Imenzt
mengalir melalui pipa penyalur yang juga merupakan konstanta semburan udara
yang rnengalir.
Keterangan:
Pi
Po
~Pi
~Po
Besar volume udara dalam sumber (Pi) yang diterima tersimpan dalam
tabung dan menyebabkan naiknya tekanan didalamnya sebesar ~Po adalah ~ V
m
dimana C = --I!!.V (
Mo newtonlm
Hasil diferensiasi persamaan ini tiada lain adalah isi udara yang tersimpan dalam
tabung, yaitu:
d(~V)
dt
= Cd(Mo)
(III-25)
dt
Keseimbangan antara udara yang dialirkan dari sumber (Pi) dan yang tersimpan di
dalam tabung (Po) dapat ditulis:
63
= Cd(Mo)
Mi-Mo
R
dt
atau
RC
d{Mo)
.
+Mo = Ml
dt
(III-26)
semuanya
dapat
ini.
Sistem
Cairan
Pneumatik
Besar aliran
Sistem Listrik
Sistem Termal
Muatan, coulomb
Arus, ampere
Tegangan, volt
m /menit
Tinggi
Tekanan,
permukaan, m
Newton/m2
Tahanan,
Tahanan,
Tahanan,
C/joule/menit
m/rrr'zmenit
Temperatur, C
Tahanan, ohm
Kapasitansi, farad
cairan, m /menit
joule/menit
Kapasitansi,
Kapasitansi, m3/m
joule/iC
Kapasitansi,
m3/Newton/m2
3. Fungsi Alih
Fungsi
alih
sistem
perbandingan
dari
transformasi
transformasi
Laplace
masukan
semua
syarat
awal
adalah
linear
parameter
Laplace
(fungsi
nol,
konstan
keluaran
penggerak),
Sebagai
contoh
didefinisikan
(fungsi
dengan
perhatikan
sebagai
respons)
dan
anggapan
bahwa
bentuk
umum
(n-I)
ao y + al y +...+an-Iy+any
(m)
(m-l)
(III-27)
64
Catatan:
disini n> m
y
bahwa semua
O(s) = yes)
X(s)
m
m1
bos +bls - +
aos" +alsn-1 +
+bm_1s+bm
+an_ls+an
sistem linear parameter konstan dalam bentuk parameter sistem dan merupakan
sifat dari sistem itu sendiri, tidak tergantung pada fungsi masukan atau penggerak.
Fungsi alih meneakup satuan-satuan yang diperlukan untuk merelasikan masukan
dengan keluaran.
informasi
beberapa
penyebut
persamaan
Pangkat
dinamika sistem
tertinggi
dari spada
dari s tersebut
gambar
III.13 tentang
sistem
pegas-massa-dashpot,
sebagai keluaran.
Langkah-Iangkah
kita
dapat
transformasi
cliferensial
sistem
Laplace
yang
di
dari persamaan
clapat
dengan
perbandingan
dari keluaran
Y(s) dan
~y
65
Dengan menerapkan hukum Newton pada sistem tersebut di atas, kita peroleh:
d2y
dt
m-2
=-
dy
f--Ky+x
dt
d2y
dt
dy
dt
m-2 + f-+Ky
atau
(III-28)
y(O)]
L (ky) = kY(s)
L(x)=X(s).
Jika kita tentukan syarat awalnya sama dengan nol, sedemikian sehingga y(O) = 0
dan y(O) = 0, maka transformasi Laplace dari persamaan (III-28) dapat ditulis:
(ms2
+ fS+k
)Y(s) = X(s)
Dengan mencari perbandingan yes) dan Xes). Kita peroleh fungsi alih dari sistem
terse but:
Fungsi alih G(s)
yes) =
Xes)
ms
+ fS+k
. . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-29)
Keterangan:
0)
66
= E'I'
dimana:
= torsi (N-m)
J tir + fro
Dengan
=T
menganggap
bahwa
adalah
masukan,
dan
kecepatan sudut putar ro adalah keluaran, maka fungsi alih dari sistem ini didapat
sebagai berikut:
o(s)
T(s)
Js+
dimana:
Q(s)
L [ro(t)]
T(s)
L [T(t)]
C (farad).
Dengasn menerapkan
hukum Kirchhoff
didapat persamaan:
L -di + RO1 + -1 rOd
1 t
dt
~ Jidt
= eo
= el
0
(III-30)
(III-31)
Dengan mencari transformasi Laplace dari persamaan (III-30) dan (III-31) dengan
menganggap syarta awal no I, diperoleh:
L
][C
:_i
= Ei(s)
Eo(s)
Ei(s)
LCs
+ RCs + 1
(lII-32)
67
d. Impedansi Kompleks
Dari Gambar
Laplace
Laplace dari
arus Iistrik yang melalui eIemen tersebut dengan anggapan bahwa semua syarat
awal adalah nol, sehingga Z(s) = E(s) I I(s).
(a)
(b)
Gambar
Jika eIemen 2 terminal terse but adalah tahanan R, kapasitansi C, dan induktansi L,
maka impedansi kompleks dari elemen tersebut masing-masing
lICs, dan Ls.
impedansi
Jika impedansi
totalnya
kompleks
diberikan oleh R,
itu dihubungkan
impedansi
terse but.
Untuk Gambar III. 16. (b). di atas, fungsi alih rangkaian tersebut adalah:
Eo(s)
Z2(s)
= ------=---=---
Ei(s)
ZI(s) + Z2(s)
(III-33)
Ls + R ; Z2
l/Cs
I/Cs
Ls+R+lICs
LCs
(III-34)
+RCs+I
dapat dianalogikan
listrik
yang terdiri dari tiga komponen pasif L, R danC. Ketiga komponen pasif terse but
dapat ditinjau dari besaran gaya (torsi) versus tegangan, yaitu L, R dan C dalam
68
seri dan ditinjau dari besaran gaya (torsi) versus arus, yaitu L, R dan C terpasang
parelel.
Untuk
memudahkan
perhatikan Gambar
pemahaman
kita tentang
sistem
analogi
ini
c[[3=
iL
L
iR
R
ic
e
~,
(b)
(a)
Gambar
(c)
III. 17. Sistem mekanik (a), Sistem Iistrik seri (b), dan
Sistem Iistrik parallel (c)
d?
dt
dt
m----.L
+ f -.Z + Icy = x
2
d2q
dq
1
b) Sistem listrik seri: L dt2 + R dt + C q
2
dimana:
d
dt
diferensial
= e
C d 2 + ~ d +
dt
R dt
(III-35)
(III-36)
! = i
(III-37)
dengan
III. 18.
69
It
Xi
k >
~
ei
CLo
Xo(s)
Xi(s)
Eo(s)
Ei(s)
Is+I
k
~~
RCs + 1
f;k
Is
k
f~'
R
ei
Xo(s)
eo
0------.x,
Eo(s)
Ei(s)
Xi(s)
RCs
fs+l
k
RCs + I
komponen
Komponen
RC
ei
ke
=ei
(III-38)
dan
_1
C1
f(iz -i1)dt
Dengan mengeliminasi
+ Rz iz =__ 1
c.
fi2dt
=eo
(III-39)
(III-38) dan (III-39), akan
70
Persarnaan
(III-38)
dan (III-39),
selanjutnya
dicari
transformasi
Laplacenya
Ei(s)
=------~~~------------~---
RPIR2C2S2 + (RPI
+ R2C2 + R1C2)S + 1
. . . . . . . . ..
(III-42)
Jika Rl
diformulasikan
sebagai:
Eo(s)
Ei(s)
dirnana
.2
1
S2 + 3. s + 1
(III-43)
RC.
rangkaian
RC adalah 1/(1
+ rs).
Dari
adalah
sendiri-sendiri
pada
dipenuhi.
RC secara
Dengan
keluaran.
dihubungakan
diserapnya.
saat rnenurunkan
bahwa
Namun
demikian,
bila
rnasukan
rangkaian
kedua
tidak dapat
Mengingat fungsi alih sistern di atas didapat dengan anggapan tidak ada
pembebanan,
f. Sistem Termal
Apabila
ditetapkan,
maka
dapat diilustrasikan
dengan
diagram
blok sederhana
atau
yang
71
menggambarkan
tersebut.
hubungan
Melalui
an tara masukan
visualisasi
subsistem
demikian
menjadi
persamaan-persamaan
hubungan
lebih
dan keluaran
antar
sederhana
blok fungsi
dan mudah
dan mempermudah
alih suatu
untuk
sistem
diselesaikan
atau
dengan
(III-23) yangmenyatakan
(III-44)
RC, + 1
MI(s)
Diagram blok fungsi alih terse but dapat ditunjukkan seperti pada Gambar III. 20.
berikut ini:
~H(s)
"IRes
M(s)
+1
(a)
L'l8(s)
L'lR(s)
(b)
dengan masukan sinusoida dapat ditentukan dengan cara mengganti s denganj OJ.
Fungsi alih dari aselerometer
seperti ditunjukkan
MS2
=---:----
MS2+fs+K
Xes)
S2
+ f /M.s + K / M
Fungsi alih sinusoidal dari aselerometer mekanik terse but dapat pula ditulis dalam
bentuk lain yaitu:
Y(s)
Xes)
(jOJ)2
(jOJ)2 + f /M(jOJ)
+K /M
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-45)
72
persamaan
(III-45)
ini menyatakan
karakteristik
yang
dimiliki
aselerometer
xu m)
gelombang
sinyal masukan
to < ta n =
~(K / M),
gelombang
sinus
X(jOJ)
K /M
0)2
~"---:...-~--
sinyal
pergerakan
dari
mekanik berfrekuensi
rendah memakai aselerometer tidak lagi reliable. Sebaliknya untuk frekuensi yang
sangat tinggi (m > oi n), fungsi alih sebagaimana tertulis pada persamaan (III-45)
dapat didekati dengan formula:
Y(jOJ)/ X(jm)
Jadi pada
frekuensi
~1
yang
sangat
tinggi,
keluaran
aselerometer
dapat
digunakan
aselerometer
akan
selalu
untuk
mengukur
suatu
gerakan
yes)
A(s)
1
2
(jm)
+ f /M(jm) + K / M
~(K / M)
(III -46)
---'''----''-
A(jOJ)
bahwa aselerometer
cocok untuk
mengukur percepatan suatu gerakan berbentuk gelombang sinus dari frekuensi nol
(percepatan
(ron)
tertentu, tergantung
pada spesifikasi
73
h. Motor Servo
Di dalam pengendalian
dasarnya
atau pengaturan
Perbedaan dimaksud adalah (l) modus pengendalian armature dengan arus medan
tetap dan (2) pengendalian medan dengan arus armature tetap.
1) Pengendalian Armatur
Dalam aplikasi sistem servo, motor de ini umumnya
daerah kurva kemagnetan
diopersikan
pada
= K fi f
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Model pengendalian
terkendali
(III-47)
ditunjukkan
dengan hasil
kali antara arus armatur dengan fluksi eelah udara, dalam hal ini adalah:
T M = K I Kfifia
. .
(III -48)
T M = Kr ia
dimana Kr adalah konstanta dari torsi motor.
(III-49)
74
Perlu
diingat
kecepatannya.
eb
pula bahwa
selalu
sebanding
dengan
= Kb -de
(III-50)
dt
di;
La-+
R'a1a+eb=e
dt
(III-51 )
de2
J-2
dt
+ fo-
de
dt
= TM = Kria .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-52)
Dengan mencari tranformasi Laplace dari persamaan (III-51) dan (III-52) dengan
menganggap syarat awal
0, didapat:
Eb(S) = KbS8(S)
(Las
(III-53)
(JS2 + fos)
Dari persamaan
. . . . . . . . .. (III-54)
hingga persamaan
(III-55)
(III-55),
.. . .. .. .. .. ...
lingkaran
biok menyatakan
aksi perbedaan
(III-56)
melalui Gambar
atau selisih yang
(c)
Take off
point
8(s)
(d)
75
dan diumpankan ke blok umpan balik. Gambar III. 22.d merupakan diagram blok
lengkap dari sistem tersebut yang merupakan gabungan dari Gambar III. 22.a, b
dan c.
Bagian-bagian
secara langsung melalui sistem fisik sesuai Gambar III. 21, yaitu memakai fungsi
alih yang diturunkan
ke dalam rangkaian
listrik sederhana.
Besar tegangan
rangkaian armaturnya adalah E(s) dengan emf lawan Eb(S). Tegangan jaringan (EEb) terjadi pad a rangkaian
medan yang konstan adalah KTIaCs).Torsi ini akan memutar beban pad a kecepatan
8 (s) melawan momen inersia j dan gesekan viskos dengan koefisien fo [fungsi
alihnya adalah lI(Js
dengan
cara mengintegrasikan
ditujukkan
kecepatan
1/s. Hasil
keseluruhan
induktansi
E(s)
Faktor (fo
8(s), yaitu
La biasanya
armature
terkendali
diabaikan,
(persamaan
dapat
menjadi:
x, /s,
Js + s(fo + Ki K; / Ra)
(III-57)
memperbesar
gesekan vikson dari sistem terse but. Dalam hal ini adalah f
fo
E(s)
Seianjutnya
s, /s, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
= --'-----"-
(III-58)
s(Js + f)
fungsi alih yang dinyatakan
pada persamaan
76
8(s)
(III-59)
s(sTm + 1)
E(s)
dimana : Km = KT/Raf
Tm
J/f
erat. Kedua
hubungan tersebut dapat dideduksikan seperti di bawah ini. Dalam satuan matriks,
Kb dalam V/rad/see dan KT dalam N-m/amper.
~
Pada saat keeepatan tunak dieapai, kedua daya besarnya seimbang. Dalam
hal ini adalah:
Kb'8ia = KTia8 atau Ks= KT(dalam saruan MKS)
keuntungan,
sebagai missal besar K, dapat diukur Iebih mudah dengan ketelitian yang lebih
tinggi bila disbanding KT.
2) Pengendalian Medan
Motor de dengan medan terkendali ditunjukkan pada Gambar III.23.
Pada sistem ini diketahui:
Rf
la (constant)
Rr
Lf
if
TM
(N-m)
medan terkendali
77
koefisien
atau dicatu dari sumber arus tetap. Oleh karena itu berdasarkan
persamaan (III-
TM=
Kr'ir
(III-60)
dif
+ Rflf
dt
(III-61)
d2e
J-2
dt
de
+ f- = TM = Krlf
(III-62)
dt
Dengan mencari transformasi Laplace dari persamaan (III-61) dan (III-62) dengan
menganggap syarat awal = 0, didapat:
(Lrs
(Js2
(III-64)
---
Kr
s(Lfs+Rf)(Js+f)
Km
(III-65)
s('fs+1)('mes+1)
dimana:
Km = K r/Rif
t:f
II(s)
Lfs+Rf
Gambar
m. 24.
KT
8(s)
s(Js+f)
78
karena selain penguat daya servonya rendah juga arus armature yang dieatu dari
sumber arus tetap tidak terlalu besar. Untuk pengendalian
besar akan lebih murah bila menerapkan
motor-motor
berukuran
Selain itu
pada armature terkendali ini, emf lawan akan memberi redaman tambahan yang
ditimbulkan oleh gesekan beban.
telah
dijelaskan
masukan-masukan
di
muka,
bahwa
hubungan
antara
R(s)
C(s)
Karakteristik
di atas lebih tepat bila disajikan dalam bentuk diagram blok sistem
untuk dibandungkan
masukan
III.24.b),
kedalam
adalah
suatu
besaran yang sesuai dengan masukan aeuan. Sinyal umpan balik yang diumpanbalikkan
ke titik
penjumlahan
untuk
dibandingkan
dengan
sinyal
masukan
= H(s)C(s).
B(s)
H(s)
C(s)
Perbandingan
sinyal keluaran
antara sinyal umpan balik B(s) dengan sinyal kesalahan E(s) disebut
= B(s) = G(s)H(s)
E(s)
79
Titik
penjumlahan
Titik
cabang
C(s)
R(s)
R(,)
--
~q,)
+~
(a)
(b)
Gambar III. 24. Diagram blok sistem loop tertutup (a) dan sinyal umpan
balik pada sistem loop tertutup (b).
Jika fungsi alih elernen urnpan balik sarna dengan satu, maka fungsi alih loop
terbuka dan fungsi alih urnpan rnaju juga sarna dengan satu. Untuk sistern yang
ditunjukkan pada Garnbar III.24.b, keluaran C(s) dan rnasukan R(s) dapat
direlasikan sebagai berikut:
C(s)
= G(s) E(s)
E(s)
R(s) - B(s)
(III-66)
(III-67)
--
= T(s) =
G(s)
1 + G(s)H(s)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-68)
Fungsi alih yang mernbandingkan sinyal keluaran C(s) dengan sinyal rnasukan
R(s) disebut fungsi alih Loop tertutup. Fungsi alih ini rnerealisasikan dinarnika
sistern Loop tertutup dengan dinamika elemen umpan maju dan elemen umpan
balik.
Dari persarnaan (III-68), C(s) didapat dari:
C(s)
G(s)
I+G(s)H(s)
R(s) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. (III-69)
80
Dari formulasi di atas jelas bahwa keluaran sistem loop tertutup bergantung pada
fungsi alih loop tertutup dan sifat dari masukannya.
Jika pada sistem loop tertutup mengalami suatu gangguan, maka sistem tersebut
memiliki dua masukan (masukan acuan dan gangguan).
Di sini masing-masing
lengkapnya
menjumlahkan
diperoleh
masing-masing
dengan
keluaran
yang disebabkan
oleh
masukan.
suatu gangguan. Dalam menguji pengaruh gangguan N(s), kita dapat menganggap
bahwa sistem mula-mula dianggap diam dengan kesalahan no!.
Gangguan
N(s)
R(s)
C(s)
1.....--------1
H(s)
~
---.J
kita dapat
menghitung
respon
CN(s) hanya
terhadap
gangguan.
trf1
G2(s)
--=------'----'-1+ Gl(s)G2(s)H(s)
N(s)
r-=--R--I~sPO~ terhadap
penerapan
dapat
diberikan oleh:
C(s)
= CR(s) + CN(s)
G2(s)
1+ Gl(s)G2(s)H(s)
[Gl s R s +N s ]
() ()
( )
1 dan IGl(s)G2(s)H(s)I
1.
Pada kasus ini, fungsi alih loop tertutup CN(S)/N(S) mendekati nol, dan pengaruh
rifJ%1ll5a,fa,n
tJ~~y4J.
rddtuu
dt~
~a:vla;r~tR-t~ ~
~
~~
C~t.v
-I<tJ)
PJaat-t
~(V
keunggulan
.~~_1ht~~~
,4aar~tuL .~~
,~'z N[J) ~M
~ ':rJf'~au_
~;t>dAiJtVztLflt o&vu ,.
Sebaliknya,
~0 ~lf ~
~
(!~0tk-
81
fungsi
alih
loop
Gl(s)G2(s)H(s)
tertutup
CR(s)/R(s)
mendekati
jika
IIH(s)
penguatan
Gl(s)G2(s)H(s)
1,
pada Gl(s)
dan G2(s) dan menjadi berbanding terbalik dengan H(s) sehingga variasi Gl(s)
dan
G2(s)
tidak
merupakan
mempengaruhi
keunggulan
fungsi
alih
loop
tertutup
Ini
CR(s)/R(s).
1,
masukan keluaran.
menggambarkan
diagram
yang menggambarkan
ubahlah
persamaan
semua
syarat
transformasi
blok suatu
perilaku dinamik
awal
nol,
Laplace
selanjutnya
ini dalam
sistem,
sajikan
pertamakali
tiap komponen,
Laplace,
tulis
kemudian
dengan
menganggap
masing-masing
persamaan
rakit
elemen-elemen
ditunjukkan
i= ei-eo =~(ei-eo)
(III-70)
fidt
1 .
eo = C = C fZdt
(III-71)
Transformasi
no 1, menjadi
I(s)
Eo(s)
Ei(s) - Eo(s)
R
(III-72)
= -I(s)
(III-73)
Cs
Persamaan
(III-72) menyatakan
bloknya ditunjukkan
operasi penjumlahan,
sedangkan diagram
dengan blok seperti ditunjukkan Gambar III-26.c. Dengan merakit dua elemen ini
82
pada Gambar
III.26.b.
R
I(s)
Eo(s)
~o
(a)
(b)
Eo(s)
~)
.~
Eo(s)
(c)
Gambar
(d)
diagram
blok
b. Penyederhanaan
Diagram Blok
secara seri
jika keluaran suatu blok tidak dipengaruhi oleh blok berikutnya, jika ada pengaruh
pembebanan
antara
komponen-komponen
komponen-komponen
ini,
maka
perlu
menggabungkan
dengan penyusunan
balik dapat
dengan
untuk
analisis
Penyederhanaan
diagram
berikutnya.
Di' dalam
blok
tigas yang
mnyederhanakan
83
dan kemudian
A-B+C
AG-B
A-B+C
AG-B
6
B
AG-BG
I'Gh
~AG
.~
.+
G
G
~AG'BG
BO
AG
IL-__
AG--.:
(bersambung)
84
(sambungan)
9
I
10
A
AG
A :
.~
.~
AG~
A-B
A-\
A-B
A-B
11
12
13
B
B
--
yang mengandung
pada Gambar
negative
H"I, kita
27.e.
(a)
85
(b)
(e)
(d)
R
~
.+
G,G,G,
I-Gp,H,
+G,G3H:
r
c
G,G,G3
R
(e)
Gambar III. 27. (a) Sistem Multi loop; (b) - (c) urutan penyederhanaan
blok
diketahui
C(s)/R(s)adalah
bahwa
hasilkali
pembilang
dari
fungsi
alih
loop
tertutup
Penyebut
dari
C(s)/R(s) adalah sarna dengan 1- l: (hasilkali fungsi alih dari lintasan masingmasing). Dalam hal ini adalah:
Dari penyelesaian
positif menghasilkan
Meskipun
penyederhanaan
pendekatan
kompleks
Mason.
untuk
sistem
blok memerlukan
hubungan
yang
sangat
waktu
yang
antar variable
kompleks,
cukup
proses
lama.
Suatu
oleh S.J.
86
menggambarkan
b. Definisi
Sebelum kita bahas grafik aliran sinyal, kita harus mendefinisikan
beberapa istilah tertentu.
Simpul adalah suatu titik yang menyatakan suatu variabel atau sinyal.
Transmitansi adalah penguatan antara dua buah simpul.
Cabang adalah segmen garis berarah yang menghubungkan dua biah simpul.
Penguatan suatu cabang adalah transmitansi.
Simpul masukan atau sumber adalah simpul yang hanya mempunyai cabang
berarah ke luar. Simpul ini melambangkan variabel bebas.
Simpul keluaran atau sink adalah simpul yang hanya mempunyai cabang berarah
masuk. Simpul ini melambangkan variabel yang b~antungan.
87
maupun keluar.
Lintasan adalah jalan yang dilewati oleh cabang-cabang yang berhubungan, pada
arah yang ditunjukkan
dilewati
adalah terbuka.
Jika ujung
lintasan mempunyai simpul yang sama dengan pangkal lintasan dan lintasan tidak
melewati simpul lain lebih dari sekali, maka bukan nerupakan
lintasan terbuka
atau tertutup.
Loop-loop
disebut
tidak
berentuhan
jika
tidak
cabang
pada loop
mempunyai
simpul
bersama.
Lintasan maju adalah lintasan dari simpul masukan (sumber) ke simpul keluaran
(sink) yang melewati setiap simpul hanya sekali.
cabang
lintasan maju.
x,
Simpul campur
(~.,
Simpul masukan
(sumber)
Xl
X3
Simpul masukan
(sumber)
X3
Simpul keluaran
(sink)
ketergantungan
lain. Sinyal hanya lewat pada arah yang ditentukan oleh anak panah cabang.
(2) Simpul menjumlah
penjumlahan
hasil
88
(3) Sirnpul earn pur, yang rnernpunyai baik eabng rnasuk rnaupun eabang ke luar,
dapat dianggap
eabang
sebagai
sirnpul keluaran
Perhatikan
transrnitansi
(sink) dengan
rnenarnbah
suatu
rnetode ini.
(4) Untuk setiap sistem, grafik aliran sinyalnya adalah tidak unik. Beberapa grafik
aliran sinyal yang berbeda
dapat digarnbarkan
menuliskan persamaan-persarnaan
aliran
sinyal
definisi-definisi
mengerjakannya,
suatu
sistem
yang
sudah
linear
dapat
diberikan
digambar
dengan
sebelurnya.
Dalam
dan simpul keluaran (sink) di sebelah kanan. Variabel bebas dan bergantungan
dari persamaan,
keluaran
masing-masing
(sink). Transmitansi
dari koefisien-koefisien
persamaan.
Untuk menentukan
hubungan masukan-kuluaran,
rumus Mason, yang akan diberikan kemudian, atau kita dapat menyederhanakan
grafik aliran sinyal menjadi suatu grafik yang hanya terdiri dari simpul masukan
dan keluaran. Untuk rnenyelesaikannya,
(1) Harga suatu simpul yang mempunyai satu eabang masuk, seperti ditunjukkan
pada Gambar III.29.a, adalah
(2) Transmitansi
X2
= axi
total eabang-eabang
yang digandeng
(dihubung
seri) sama
gandengan
transmitansi-
(3) Cabang-cabang parallel dapat digabungkan menjadi suatu cabang dengan jalan
rnenjumlahkan
transmitansi-transmitansinya,
89
seperti ditunjukkan
pada Gambar
III.29.d.
(5) Suatu Loop dapat dihilangkan seperti ditunjukkan pada Gambar III.29.e.
Perhatikan bahwa
Oleh karenanya
: X3= abx,
atau
X3=
+ bcx,
(III-74)
ab
--Xl................................
Persamaan
(III-74) berkaitan
be. Eliminasi
(111-75)
I-be
bahwa transmitansi
sebuah
persamaan
keseluruhan
adalah
be).
a
(a)
(b)
x,
.a
0
x,
0
X2
ab
X2
X3
,6
(e)
x,
0
X3
a+b
x,
0
X2
e
(d)
=
X4
>
X4
be
X2
X2
ab
a
(e)
= 0
x,
~X3
l=-bc
0
X3
be
dari persamaan
menggunakan
dari
aturan-
90
(a)
o--l-~
u,
a2'
(b)
o----J-"""",
(d)
u,
Perhatikan
oleh beberapa
persamaan
berikut:
(III-76)
(III-77)
(III -78)
yang
menunjukkan
sebagai
berikut.
Gambar
Pertama
ketergantungan
tempatkan
antar
variabel,
dapat
diperoleh
pada
antara XI dan Xl
Persamaan (III.76) menyatakan bahwa x, sama dengan jumlah empat sinyal allXI,
a12X2, a13X3, dan b.u..
(III.76) ditunjukkan
persamaan
persamaan
(c. akhimya diagram aliran sinyal lengkap untuk persamaan simultan tersebut di
atas ditunjukkan pada Gambar 1Il.30(d).
91
f.
pada Gambar
atau C(s)/N(s)
(C(s)lR(s)
dapat siperoleh
itu, fungsi
secara mudah
dengan
pengamatan.
Mason cukup
berguna.
masukan
dan variabel
keluaran
hubungan
adalah penguatan
keseluruhan,
antara
atau
penguatan
Mason,
yang
dapat
digunakan
untuk
menentukan
dimana
P,
= determinan grafik
= 1 - (jumlah semua penguatan lup yang berbeda) + (jumlah hasil kali penguatan dari semua kombinasi yang mungkin dari dua lup yang tidak
bersentuhan)
1-
b,c
ae.f
hasilkali-penguatan
= kofaktor
92
Perhatikan
bahwa penjumlahan
dilakukan
dengan mengambiI
seluruh Iintasan
penggunaan
rumus
penguatan
Mason
dengan diberikan dua buah contoh. Gambar III.30.(a) Grafik aliran sinyaI yang
meng-
gambarkan
menggambarkan
menggambarkan
persamaan
persamaan
persamaan
(111.76);
(III. 77);
(b)
(c)
Grafik
aliran
Grafik
aliran
sinyaI
yang
sinyaI
yang
R(s)
t
0
R(s)
RI(s)
C(s)
E"'Qq"
G(s)
- (s)
R2(s)
N(s)
N(s)
RI(s)
GII(S)
C,(s)
(s)
-H(s)
H(s)
N(s)
N(s)
R(s)
G(s)
(s)
I
C(s)
C(s)
-H(s)
GI G2 G3.
Dari Gambar III.33, kita lihat bahwa terdapat tiga fop individual. Penguatan looploop ini adalah:
L, = G] G2H]
L2
=-
G2 G3 H2
L3
= -
GI G2 G3
93
Perhatikan bahwa karena semua loop mempunyai cabang bersama, maka tidak ada
loop yang tidak bersentuhan. Sehingga determinan diberikan oleh:
~ = 1- (LI + L2 + L3)
Kofaktor
dari determinan
~1
sepanjang
~I
= 1.
loop-loop
keseluruhan
antara masukan
R(s) dan keluaran C(s), atau yang diperoleh dari Gambar III. 33 dan Gambar III.
32 memberikan
C(s)=p=~~1
R(s)
-Hz
C(s)
---
Gambar
Gambar
C(s)
Contoh 4-5. Perhatikan sistem yang ditunjukkan pada Gambar III. 34. Cari fungsi
alih loop tertutup C(s)lR(s) dengan menggunakan rumus penguatan Mason.
Pada sistem ini terdapat
R(s) dan
Pada sistem ini terdapat empat loop individual, penguatan loop-loop ini adalah:
LJ = -G4HJ; Lt
94
~l
Ll(
(III-79)
loop-loop yang menyentuh
Ll2
adalah
Ll2
= 1. kofaktor
Pl.
= 1 - Li
=P=
1
Ll
G(G2G3G4GS
+G(G2G7(1+G4H()
+G(G6G4GS
G,
R(s)
grafik
sistem.
aliran
Seperangkat
sinyal
biasanya
persamaan
adalah
pada
yang menggambarkan
penggambaran
sistem
linear
dinyatakan oleh grafik aliran sinyal dengan menetapkan simpul yang menyatakan
variable
sistem
dan
transmitansiberbobot
Rumus penguatan
saling
menghubungkan
dannberarah,
simpul-simpul
yang menyatakan
hubungan
penguatan
Mason
tersebut
dengan
antar variable.
hubungan
antara
laian, variabel-variabel
sangat berguna
terutama
dalam
menyederhanakan
diagram system yang besar dan kompleks dalam satu langkah, tanpa memerlukan
penyederhanaan
95
Soal-soal Latihan
1. Carilah
fungsi
mekanik
sebagaimana
ditunjukkan
pada
(output)
f(t) (applied force)
~~~~~~~~
~)
~~fJ
IT -'k- TI o) ~
)ffi
(applied torque)
(output)
(b)
(a)
Gambar S. 111.1
2. Tulis persamaan
diferensial
ditunjukkan
pada
pada
analogi gaya-tegangan.
(a)
3. dari Gambar s.III.2b. di atas lakukanlah analisis seperti pada nomor 2, hanya
saja disini mendasarkan pada analogi gaya-arus.
4. Gambar s.III.3 menunjukkan
sebuah thermometer
beserta analogi
yang dimasukkan
ke dalam
listriknya.
Disini thermometer
dianggap
sebesar
hermometer
ditunjukkan
R. Berapakah
oleh
besar
tenperatur
thermometer
pada
Gambar S. 111.3
yang
saat
96
5. Pada pengendalian
OJ
(s)/Ei(s), dimana
OJ
adalah
kecepatan putar beban. Pada saat motor benar-benar diam, tiba-tiba tegangan
ei sebesar 100 Volt dikenakan pada system tersebut, tentukan perubahan
kecepatan putar beban yang sebenamyajika diketahui :
J
= 6 kg-m 2
Kg = 50 V/Amp.
Kt = 0,2 V/rad/sec.
KA=4AmpN
KB
4 V/rad/sec.
KT = 1,5 N-m/amp
Ra= 1 Ohm
Gambar S. III. 4.
6. Dengan menggunakan diagram blok reduksi, carilah fungsi alih sistem loop
tertutup seperti ditunjukkan pada gambar S.III.5.
(a)
(b)
Gambar S. III. 5.
97
7. Evaluasi dan gambarJah grafik aliran sinyal dari system loop tertutup yang
diagram bloknya ditunjukkan pada Gambar S.III.6.