Oleh :
Bambang Daryanto
SISTEM
EKSITASI DINAMIS RESPON
Model Diskrit
Model
dengan diskritisasi
Analisa Model Kontinyu
tanpa diskritisasi
parameter phisik
Massa : Properti yang menggambarkan seberapa banyak
material yang ada. Massa mencerminkan inersia sistem / body
yang mempunyai tendensi mempertahankan status dinamis
sistem, sebagai respon terhadap diaplikasikannya eksitasi
eksternal.
Kekakuan : Properti (seperti pada pegas) yang mendeskripsikan
level gaya pelawan yang akan timbul jika sistem / body
mengalami deformasi.
Peredam : Suatu mekanisme pengurang kecepatan karena
adanya disipasi energi, yang umumnya karena adanya resistensi
gerak.
besaran analisa
Perpindahan/simpangan, displacement [mm, mils]
mengindikasikan “seberapa jauh” suatu titik pada obyek
bergerak / berpindah
Kecepatan, velocity [mm/det, mils/det]
mengindikasikan “seberapa cepat” obyek bergetar
Percepatan/aselerasi , acceleration [mm/det2, mils/det2, g]
aselerasi dari obyek getar berkaitan dengan gaya/ gangguan
yang menyebabkan terjadinya vibrasi
i=n
keq = ki
i=1
PEGAS SERI
1 i=n 1
=
keq i=1 ki
FORD AU IRS
x A cos t
y A sin t
yg merupakan proyeksi
dari ujung vektor OP
A 2 sin
tan 1 15
A
1 A 2 cos α
10 x1(t)
114.55 O
ωt
Re
X a ib
jumlah dan selisih dua gerak harmonik
b
z1 = a 1 + i b 1 z2 = a2 + i b2
z1 + z2 = (a1 + a2) + i (b1 + b2)
θ
a
x (riil)
z1 – z2 = (a1 – a2) + i (b1 – b2)
O
Dalam sistem mekanikal fenomena beats terjadi jika frekuensi eksitasi berdekatan
dengan frekuensi natural sistem
Dengan adanya perpindahan virtuil δx , jumlah kerja virtuil yg dilakukan oleh gaya
pegas dan gaya inersia bernilai nol kxx mx x 0
W = mg = k δst
Hukum Newton II :
mx k(x st ) W
atau
mx kx 0
Nilai kedua konstanta (secara unik) dapat ditentukan berdasar kondisi mula (IC’s) sistem
Jika pada t = 0 diketahui displacement dan kecepatan mula sebagai x 0 dan v0
→ A 1 = x 0 ; ωn A 2 = v 0
x
Dng IC’s diketahui sbg : simpangan mula = x 0 dan kecepatan mula = 0
maka penyelesaian thd model matematik dari getaran bebas sistem 1 d.o.f. tanpa
redaman dapat ditulis sbg
x
x(t) x 0 cos n t 0 sin n t
n (**)
Persamaan (*) dan (**) merupakan fungsi harmonik dalam waktu. Gerak bersifat
simetri terhadap posisi keseimbangan massa m ; dng periode 2 m
T 2
n k
Sistem massa-pegas disebut sebagai oskilator harmonik (harmonic oscillator)
Catatan :
Untuk sistem massa-pegas vertikal :
g
k = W / δst = m g / δst frekuensi natural n [rad/sec]
st
1 g st
frekuensi natural fn [cps] ; periode Tn 2 [sec]
2 st g
Penyelesaian (umum) dari persamaan diferensial ordiner ordo dua tsb adalah
x(t) = C1 sin ωnt + C2 cos ωnt (*)
dimana C1 dan C2 konstanta
Diferensiasi terhadap (*) akan memberikan kecepatan dan aselerasi sbb :
x C1n cos n t C 2 n sin n t
x C1n2 sin n t C 2 n2 cos n t
1 rpm = 1/60 Hz = (2π/60) rad/s
Contoh :
d L J L J
m1 4m 2 o x kx → persamaan gerak : m1 4m 2 o x 4cx kx 0
dt x r2 x r2
1 kt
fn
2 J o
dimana Jo : momen inersia polar disk = (ρhπD4) / 32 = W D2 / 8g
ρ : kerapatan massa W : berat disk
dimana C1 dan C2 adalah konstanta yang bisa ditentukan dari IC’s yang
diketahui
DAMPING RATIO ( ζ )
Rasio koefisien damping (faktual/yang ada) dengan koefisien damping kritis
c untuk mana c c cc
n
cc 2m c c 2m
Dari penyelesaian diatas diketahui bahwa respon x(t) tergantung pada akar s 1
dan s2 → perilaku sistem tergantung pada damping ratio
i 2 1 t
n
i 2 1 t
n
n t
x( t ) e C
1 e C 2 e
x( t ) e n t (C1 C 2 ) cos 1 2 n t i(C1 C 2 ) sin 1 2 n t
x( t ) e nt C1' cos 1 2 n t C '2 sin 1 2 n t
x( t ) Xe nt sin 1 2 n t
atau
x( t ) X o e nt cos 1 2 n t o
dimana (C’1 , C’2) , (X , Φ) , dan (Xo , Φo) adalah konstanta sebarang yang ditentukan
dari IC’s
s1 = s2 = - (cc/2m) = - ωn
dan penyelesaian / persamaan gerak – nya adalah
x( t ) (C1 C 2 t )e nt
Penyelesaian menjadi
x( t ) x o ( x o n )t e nt
Dapat dilihat bahwa gerak yang direpresentasikan oleh persamaan diatas adalah non-
periodik (aperiodic).
Untuk t → ∞ pada akhirnya gerak akan berhenti (berkurang), menuju nol (berhenti).
s1 2 1 n < 0
s 2 2 1 n < 0
dimana
x o n ( 2 1) x o
C1
2n 2 1
x o n ( 2 1) x o
C2
2n 2 1
Sistem dengan redaman kritis akan memberikan nilai damping terkecil untuk
menghasilkan gerak non-periodik; massa kembali ke posisi diam dalam waktu
terpendek (yang mungkin) tanpa terjadinya overshooting.
Untuk damping kecil (ζ < 0.3) logarithmic decrement dapat diaproksimasi menurut :
δ≈2πζ dan ζ ≈ δ / 2π
Kasus 1 : x positif dan dx/dt positif atau x negatif dan dx/dt positif
(untuk setengah siklus dimana massa bergerak dari kiri ke kanan)
mx kx N atau mx kx N
N
dengan penyelesaian x( t ) A 1 cos n t A 2 sin n t
k
dimana ωn = (k/m) dan A1 dan A2 adalah konstanta yang nilainya tergantung pada
0.5
Kasus 2 : x positif dan dx/dt negatif atau x negatif dan dx/dt negatif
(untuk setengah siklus dimana massa bergerak dari kanan ke kiri)
mx kx N atau mx kx N
N
dengan penyelesaian x( t ) A 3 cos n t A 4 sin n t
k
dimana ωn = (k/m)0.5 dan A3 dan A4 adalah konstanta yang ditentukan berdasar IC’s
untuk setengah siklus ybs
Dalam setengah siklus yang kedua, massa bergerak dari kiri ke kanan dengan IC’s
x (t=0) = nilai x pada t=π/ωn dalam pers.(a) = - (xo – (2μN/k))
dx/xt (t=0) = nilai dx/dt pada t=π/ωn dalam pers.(a) = 0
Menurut Kasus 1 : A1 = xo - (3μN/k) , A2 = 0
maka x( t ) x 3N cos t N (b)
o n
k k
Penyelesaian (b) diatas berlaku hanya untuk setengah siklus kedua, π/ωn ≤ t ≤ 2π/ωn
Nilai x dan dx/dt dalam pers. (b) pada t = 2π/ωn menjadi IC’s setengah siklus ketiga.
Prosedur bisa diteruskan sampai gerakan berhenti. Gerak berhenti pada saat x n ≤ μN/k ,
karena gaya ‘pengembali’ yang dihasilkan oleh pegas akan lebih kecil dari pada gaya gesek.
Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS
N N
x( t ) x0 cos( n t ) valid for 0 t / n
k k
3 N N
x( t ) x0 cos( nt ) valid for / n t 2 / n
k k
4 μN
( xo )
k
m
peny. homogen
k c
peny. partikulir
peny. lengkap
Contoh : Sistem sdof kasus underdamped, dengan gaya eksitasi harmonik (sinusoidal)
maka Fo dan x
C1 x o C2 o
k m 2 n
Fo x o Fo
maka x( t ) x o cos n t sin n t cos t
k m 2 n k m2
Kasus 3 : ω/ωn = 1
Penyebut pada (**) nol, respon menjadi
sangat besar; (teoritis) bernilai tak-hingga.
Kondisi ω=ωn disebut sebagai resonansi.
ω/ωn > 1
(F / m)
o 2 sin n t sin n t (*)
2 2 2 2
n
Jika frekuensi eksitasi ω sedikit lebih rendah dari pada frekuensi natural ωn , dan
katakan bahwa :
ωn – ω = 2 ε dimana ε : bilangan kecil
maka ωn ≈ ω dan ωn + ω ≈ 2 ω
Selanjutnya, (ωn – ω).(ωn + ω) = ωn2 – ω2 = 4 ε ω
Substitusi (ωn2 – ω2) , (ωn + ω) , (ωn – ω) ke persamaan (*) diatas :
F /m
x( t ) o sin t sin t
2 (**)
Untuk ε yang kecil, fungsi sin εt bervariasi secara pelan, dengan perioda (2π/ε)
yang sangat besar / lama .
Perioda beating didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan diantara dua titik nol
amplitudo atau dua titik maksimum amplitudo, yaitu
τb = (2π / 2ε) = 2π / (ωn – ω)
dengan frekuensi beating sebesar
ωb = 2 ε = ωn - ω
Dengan membagi pembilang dan penyebut pada ekspresi untuk X dengan k , dan dengan
substitusi nilai ωn , ζ , δst=Fo/k , r=ω/ωn akan didapat
X 1 1 2r
tan 1
st
1 ( / )
n
2 2
2( / n ) 2 (1 r 2 ) 2 (2r ) 2 1 r 2
dimana ωd = (1 – ζ2)0.5
X dan Φ pada suku kedua adalah seperti yang diformulasikan sebelumnya
Suku pertama mencerminkan getaran bebas, dimana X o dan Φo dapat
ditentukan nilainya dengan IC’s yang diketahui
x( t 0) x o x ( t 0) x o
Untuk IC’s dan
x o X o cos o X cos
maka (*)
x o n X o cos o d X o sin o X sin
Dengan mendapatkan hasil hitungan untuk X dan Φ , dan dengan mengetahui IC’s,
maka Xo dan Φo dapat dihitung berdasar kedua persamaan (*) tsb
Catatan : Fo
mx cx kx Fo sin t x p (t) sin( t )
→ 2 2
(k m ) (c) 2
Faktor kualitas Q dapat dipakai untuk me-estimasi nilai ekuivalen dari redaman
viscous pada sistem
Catatan :
Power yang diabsorbsi (∆W) oleh peredam proporsional terhadap kuadrat amplitudo,
yaitu ∆W = π c ω X2
Y k 2 (c) 2 c
x p (t) sin(t 1 ) dimana 1 tan 1
(k m 2 ) 2 (c) 2 k m2
Persamaan diatas dapat ditulis (disederhanakan) sebagai xp(t) = X sin(ωt – Φ)
dimana X dan Φ dapat dihitung berdasar persamaan berikut
(dng rasio frekuensi r = ω/ωn) :
Rasio amplitudo respon xp(t) dengan amplitudo gerak landasan y(t) , X/Y = Td ,
disebut sebagai transmisibilitas perpindahan (displacement transmissibility).
TRANSMISIBILITAS GAYA
F k( x y ) c( x y ) mx
dengan mengingat xp(t) = X sin (ωt – Φ)
maka
F m2 X sin(t ) FT sin(t )
dimana FT adalah nilai maksimum dari gaya
yang ditransmisikan ke landasan.
Rasio (FT / kY) disebut sebagai
transmisibilitas gaya (force transmissibility).
FT 2 1 (2r ) 2
r
kY (1 r 2 ) 2 (2r ) 2
c eq 2 eq / n 4N / kX
tan 1 tan 1 tan 1
k m 2 1 ( / n ) 2 1 ( / n ) 2
© Bambang Daryanto
Jurusan Teknik Mesin I.T.S.
Telp. : 031-5946230
Fax : 031-5922941
sin2 θ + cos2 θ = 1
cos 2θ = cos2 θ – sin2 θ = 2 cos2 θ – 1 = 1 – 2 sin2 θ
cos2 θ = ½ (1 + cos 2θ)
sin2 θ = ½ (1 – cos 2θ)
cos (α + β) = cosα cosβ – sinα sinβ
cos (α – β) = cosα cosβ + sinα sinβ
sin (α + β) = sinα cosβ + cosα sinβ
sin (α – β) = sinα cosβ – cosα sinβ
cosα cosβ = ½ [ cos (α – β) + cos (α + β) ]
sinα sinβ = ½ [ cos (α – β) – cos (α + β) ]
sinα cosβ = ½ [ sin (α + β) + sin (α – β) ]