Nama :
Arif Nur Iskandar 09161019
Merlistyo D. A. 09161044
Agus Budianto 09171007
Helda Christine Marbun 09171034
Putri Candra Dewi Febriantika 09171060
Yasinta Ramadhani Arlian 09171069
Secara umum, gerak getaran merupakan suatu fungsi periodik di mana fungsi
periodik tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan 1.1. Waktu t dan periode T
dengan percepatan sudut dalam rpm (rotasi per menit) memberikan hubungan Fungsi
Harmonik, persamaan 1.2. Jika fungsi harmonic dinyatakan dengan simpangan atau
x(t) maka Fungsi Kecepatan merupakan turunan pertama dari fungsi simpangan
sebagai fungsi waktu, sesuai persamaan 1.3.
2. Klasifikasi Getaran
Getaran dibagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain:
a. Getaran Bebas
Getaran bebas didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada suatu sistem
(mekanisme) tanpa adanya pengaruh gaya luar (eksitasi) yang memengaruhinya.
Dengan kata lain, eksitasi diberikan pada awal saja, setelah itu benda berisolasi.
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam
sistem itu sendiri (inherent), dan jika ada gaya luas yang bekerja. Sistem yang
bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang
merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan
kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami
getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar.
Gambar. 2.1 Sistem pegas – massa dan diagram benda bebas
b. Getaran Paksa
Getaran paksa dapat didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada suatu sistem
karena adanya rangsangan gaya luar (eksitasi). Sebagai contoh adalah getaran pada
motor diesel. Jika rangsangan tersebut berisolasi maka sistem dipaksa untuk bergetar
pada frekuensi rangsangan. Jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu
frekuensi natural sistem maka akan didapat keadaan resonansi, dan osilasi besar dapat
menimbulkan bahaya. Kerusakan struktur yang terjadi pada gedung, jembatan, turbin,
dan sayap pesawat berhubungan dengan fenomena resonansi ini. Jadi perhitungan
frekuensi natural merupakan hal yang utama.
d. Getaran Teredam
Getaran teredam adalah getaran di mana terjadi kehilangan energi yang
disebabkan tahanan selama osilasi.
e. Getaran Linear
Getaran linear adalah semua komponen sistem yang bergetar, baik itu pegas,
massa dan peredam berperilaku linier. Pada kondisi ini prinsip super posisi
dipegang dan analisis teoritis menggunakan model matematika sangat baik untuk
dikembangkan.
f. Getaran Non-Linear
Getaran non-linear adalah semua komponen sistem yang bergetar baik itu pegas,
massa, dan peredam berperilaku non liniear. Contoh getaran ini adalah getaran
impak.
g. Getaran Deterministik
Getaran deterministik adalah getaran di mana harga eksitasi yang bekerja pada
sistem diketahui setiap saat. Eksitasi diplot kemudian perhitungan numerik
ekuivalen eksitasi pada model dilakukan.
3. Getaran Transient
Saat getaran mekanik atau system struktur diawali dengan eksitasi periodic,
periode transient awal on periodic eksitasi. Contoh seperti gempa bumi, gaya dari
operasi mesin pabrik. Respon waktu sistem kendali terdiri dari respon "transien" dan
"steady state". Respon transient adalah respon sistem yang berlangsung dari keadaan
awal sampai keadaan akhir, sedang respon steady state adalah kondisi keluaran
sesudah habis respon transien hingga waktu relative tak terhingga.
Getaran transient adalah getaran yang ditimbulkan oleh mesin yang beroperasi
dalam keadaan stedi secara umum berbentuk gelombang periodik. Getaran akibat
beban kejut atau transien umumnya bersumber dari luar mesin atau perubahan operasi
mesin secara tiba-tiba. Suatu beban kejut merupakan eksitasi transien dengan durasi
yang pendek dibadingkan periode natural sistem yang berosilasi. Pencatatan hasil
getar, dengan bentuk domain waktu, tidak dapat digunakan langsung. Spektum kejut
merupakan metode yang paling utama untuk mengurangi data pengujian dan berguna
untuk pertimbangan desain.
Jika sebuah beban kejut Feq (t) adalah perubahan tiba-tiba pada mesin seperti
diperhatikan pada gambar dibawah ini
Gambar 3.1 Free body diagram
mẍ+cẋ+kx= -mẍ1(t)
Dengan mengamsusikan kondisi awal nol maka respons x(t) dari persamaan di
bawah adalah
𝑡
X(t)=∫0 ( 𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏
Dimana,
1
h(t)=𝜔 𝑒 ϛ𝜔𝑡 𝑠𝑖𝑛𝑤𝑑 𝑡
𝑑𝑚
Jika eksitasi dikenakan pada pondasi seperti ditunjukan pada gambar 3.1 Maka
persamaan perpindahan relatif x(t) antara massa m dan pondasi adalah:
mẍ+cẋ+kx= -mẍ1(t)
Dimana x(t)=x2(t) – x1 (t) dimana x2(t) dan x1(t) adalah gerakan absolut seperti
ditunjukkan pada gambar. Dengan menerapkan persamaan berikut:
𝑡
X(t)=∫0 ( 𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏
Sebagai ilustrasi. Dimisalkan bahwa pulsa 1⁄2 sinus F(t) dikenakan pada
massa m seperti ditunjukkan pada gambar:
Gaya F(t) disajikan dalam persamaan:
𝐹0 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 0 ≤ 𝑡 ≤ 𝑡0
F(t)= {
0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡 > 𝑡0
1 𝑡
Untuk 0≤ 𝑡 ≤ 𝑡0 , respons sistem adalah h(t) = ∫ 𝐹 𝑠𝑖𝑛𝜔𝜏 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑛 ( 𝑡 −
𝜔𝑑 𝑚 0 0
2𝑛𝜋
𝑡𝑚 =𝜔 n=bilangan bulat
𝑛 ∓𝜔
𝑡𝑚 = 2𝑛𝜋/𝜔𝑛 + 𝜔 dan r = 𝜔𝑛 + 𝜔, maka
2𝑛𝜋 2𝑛𝜋
sin𝜔𝑛 𝑡𝑚 = sin(𝜔𝑛 𝜔 ) = sin1−𝑟
𝑛 −𝜔
𝑟+1−1 1
sin𝜔𝑛 𝑡𝑚 = sin(𝜔𝑛 ) = sin𝑠𝑖𝑛2𝜋𝑟(1 − 𝑟 )
1−𝑟
2𝑛𝜋
= -sin-1+𝑟
Karena sin ωntm = -sin ωtn , dan ωn2 = k / m , maka dari persamaan
𝐹 𝜔
𝑥 = 𝑚(𝜔20−𝜔2 ) (𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡 − 𝜔 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑛 𝑡) , diperoleh:
𝑛 𝑛
𝐹0 𝜔 2𝑛𝜋𝜔
𝑥𝑚 = = (1 + ) sin
𝑚(𝜔𝑛2
−𝜔 ) 2 𝜔𝑛 𝜔𝑛 + 𝜔
𝑥𝑚 𝑙 2𝑛𝜋𝑟
= 𝑠𝑖𝑛
𝐹𝑜 /𝑘 𝑙−𝑟 1+𝑟
𝑡
x(t)=∫0 𝐹( 𝜏)ℎ(𝑡 − 𝜏)𝑑𝜏
Batas atas integrasi adalah 𝑡0 , karena F(t)=0 untuk t > t0, maka dengan
melakukan integrasi, dan juga substitusi 𝜔t0=𝜋, kemudian disederhanakan, akan
diperoleh:
𝐹
0 sin 𝜔𝑛 𝑡−𝑠𝑖𝑛𝜔𝑛 (𝑡0 −𝑡) 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑛 𝑡−𝑠𝑖𝑛𝜔𝑛 (𝑡𝑛 −𝑡)
x = 2𝑚𝜔 ( − )
𝑛 𝜔𝑛 +𝜔 𝜔𝑛 −𝜔
Kemudian kita misalkan t’=t-t0, sehingga kita munculkan pusat sumbu baru
pada sumbu waktu. Dengan 𝜔𝑛2 =k/m, r=𝜔/𝜔𝑛 dan 𝜔𝑛 𝑡0 = 𝜋/𝑟, persamaan tersebut
dapat disederhanakan menjadi:
𝐹𝑟 𝜋 𝜋
x = 𝑘(𝑟 02 −1) (𝑠𝑖𝑛 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑛 𝑡 ′ + (1 + 𝑐𝑜𝑠 𝑟 ) 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑛 𝑡′)
𝑁(𝑠)
F(s) = 𝐷(𝑠)
dimana
N(s) = (s-z1)(s-z2) (s-zm)
D(s) = (s-p1)(s-p2) (s-pn)
Dari persamaan di atas terlihat bahwa z1…m adalah zero pada fungsi F(s) dan
p1…m adalah pole pada fungsi F(s).
𝑁(𝑠) (s−z1)(s−z2)…………..(s−zm)
F(s) = 𝐷(𝑠)= (s−p1)(s−p2)………….(s−pn)
dimana
K 1 = lim (𝑠 − 𝑝1)𝐹(𝑠)
𝑠→𝑝1
K 1 = lim (𝑠 − 𝑝2)𝐹(𝑠)
𝑠→𝑝2
K 1 = lim (𝑠 − 𝑝𝑛)𝐹(𝑠)
𝑠→𝑝𝑛
𝑁(𝑠) (s−z1)(s−z2)…………..(s−zm)
F(s) = 𝐷(𝑠)= (s−r)𝑞 (s−p1)………….(s−pm)
Cq Cq−1 C1 K1 Kn
F(s) = (s−r)𝑞 + (s−r)𝑞−2 +. . . + (s−r) + (s−p1) +. . . (s−p1)
dimana
C q = lim(𝑠 − 𝑟)𝑞 𝐹(𝑠)
𝑠→𝑟
𝑑
C q-1 = lim [𝑑𝑠(𝑠 − 𝑟)𝑞 𝐹(𝑠)]
𝑥→𝑟
𝑑1 𝑑𝑘
C q-k = lim[ 𝑘! 𝑑𝑠𝑘 (𝑠 − 𝑟)𝑞 𝐹(𝑠)
𝑠→𝑟
Fungsi f(t) tersebut dapat dituliskan dalam bentuk h(t) = h u(t) di mana u(t)
merupakan suatu unit step. Dengan demikian transformasi fungsi step tersebut adalah
sebagai berikut:
Fungsi f(t) tersebut dapat dituliskan dalam bentuk g(t) = u(t) di mana u (t)
merupakan suatu unit step. Dengan demikian transformasi fungsi step tersebut adalah
sebagai berikut:
6. Fungsi Pulsa
Fungsi pulsa dimodelkan sebagai fungsi yang mempunyai harga h yang
konstan dalam rentang waktu t0 seperti digambarkan berikut:
7. Fungsi Impuls
Permodelan fungsi impuls adalah dengan mengasumsikan bahwa rentang
waktu t0 dalam fungsi pulsa mendekati harga nol sehingga transformasi Laplace dari
fungsi impuls adalah:
karena:
∞ ∞
F(s) = ∫0 𝑓(𝜏)𝑒 −𝑠𝜏 𝑑𝜏 = ∫0 𝑓(𝑡)𝑒 −𝑠𝑡 𝑑𝑡
maka
kita misalkan:
u = f(t) dan v = -e-st/s
𝑑
maka du = 𝑑𝑡 [𝑓(𝑡)]𝑑𝑡
dan dv = e-st dt
Dari integrasi dari 0 hingga tak hingga diperoleh:
maka diperoleh:
di mana f(0) adalah harga awal fungsi f(t), dengan cara yang sama kita dapat
memperoleh transformasi laplace untuk turunan orde 2 atau lebih sehingga
diperoleh:
c. Perkalian dengan t
Transformasi Laplace suatu fungsi yang dikalikan dengan variabel waktu t
adalah:
𝑑 𝑑 ∞ ∞
-𝑑𝑠 𝐹(𝑠) = − 𝑑𝑠 ∫0 𝑓(𝑡) 𝑒 −stdt= ∫0 [𝑑𝑓(𝑡)] 𝑒 −𝑠𝑡 𝑑𝑡
Dengan cara yang sama maka secara umum dapat ditunjukkan bahwa:
b
d. at
Perkalian dengan e
Transformasi Laplace suatu fungsi yang dikalikan dengan eat adalah:
Hal tersebut diperoleh dengan mengganti s dengan s-a sehingga dalam bentuk
umum:
∞ ∞
F(s-a) = ∫0 𝑓(𝑡) 𝑒 −(𝑠−𝑎)𝑡 𝑑𝑡 = ∫0 [𝑒 𝑎𝑡 𝑓(𝑡)]𝑒 −𝑠𝑡 𝑑𝑡
Dengan cara yang sama maka secara umum dapat ditinjukkan bahwa:
e. Faktor Skala
maka
diperoleh:
lim 𝑓(𝑡) = lim 𝑠 𝐹(𝑠)
𝑡→∞ 𝑠→0
Spesifikasi Respon Steady State Sistem Orde II Seperti juga pada sistem
orde I, pada sistem orde II spesifikasi respon steady state di ukur melalui
% eror posisi pada keadaan tunak.
Penyelesaian:
Diketahui gaya yang bekerja adalah
dengan penyelesaian
Sehingga
a. Untuk t < t0
b. Untuk t > t0
Carilah respon SDK dari sistem pegas bermassa F(t) = F0 e−𝛼𝑡 pada saat awal dikenakan pada sistem!
Penyelesaian:
DAFTAR PUSTAKA