PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praperancangan Pabrik Magnesium Klorida
Di Indonesia air laut merupakan bahan baku utama dalam produksi
garam (NaCl). Sampai saat ini laut yang begitu luas belum dimanfaatkan secara
optimal baik sebagai bahan baku garam atau mineral lainnya. Padahal dalam air
laut terdapat banyak mineral seperti MgCl2, MgSO4, CaCO3 dan lain-lain.
Senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif itulah yang membentuk garam
dengan komposisi 96,5% berupa air murni dan 3,5% zat terlarut.
Berdasarkan potensi ini Indonesia sangat memungkinkan untuk menjadi
negara penghasil garam terbesar dan mineral-mineral turunan lainnya dan bukan
menjadi negara pengimpor garam. Produksi garam nasional pada tahun 2010
adalah 3.000.000 ton, sedangkan untuk mencapai swasembada garam industri
pada 2015 dibutuhkan garam nasional 5.000.000 ton, sehingga kekurangan sekitar
2.000.000 ton dapat dipenuhi dari pembukaan lahan baru (BKPM, 2011).
Meningkatnya produksi garam nasional maka akan ada peningkatan
jumlah bittern yang dihasilkan. Untuk memproduksi 100.000 ton garam
dibutuhkan 3,7 ton air laut dan menghasilkan 300.000 ton bittern sebagai hasil
samping. Bittern adalah air sisa kristalisasi yang banyak mengandung garamgaram magnesium dan mempunyai rasa pahit. Secara rata-rata, bittern dari
produksi garam ini berpotensi menghasilkan 27.300 ton MgCl2.6H2O, 16.000 ton
MgSO4.7H2O, 2.800 ton KCl.(BKPM, 2011)
Bittern saat ini belum diolah di dalam negeri, umumnya dibuang atau
diekspor ke Jepang dan Amerika. Bittern ini yang akan digunakan untuk
pembuatan garam Magnesium Klorida (MgCl2). Pengambilan MgCl2 melalui
proses evaporasi dan kristalisasi sangat menguntungkan karena bittern telah
memiliki kadar MgCl2 yang tinggi serta ketersediaan bahan baku yang melimpah
untuk pembuatan MgCl2.
Magnesium khlorida (MgCl2) merupakan senyawa yang mempunyai
peranan penting pada industri kimia karena manfaatnya yang begitu luas antara
lain :
Fransiska Elita AS (114122506)
Wira Y Rahman (114112513)
I-2
1.
2.
3.
4.
Sebagai bahan tambahan pada industri tekstil, kertas, semen dan pupuk
Sebagai koagulan
Sebagai katalis dalam kimia organik
Sebagai desinfectant pada larutan pembersih lantai
otomotif.
Penggunaan
magnesium
memberi
keuntungan
pada
Kemampuannya
untuk
dicetak
dalam
bentuk
rumit
juga
1200000
1000000
800000
Impor MgCl2 (kg)
600000
400000
200000
0
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun ke-n
I-3
800
400
0
2007 2012 2017 2022
Tahun ke-n
Gambar 1.2 Jumlah impor MgCl2 dan perkiraannya pada tahun 2015
Dari gambar 1.2 rata-rata kebutuhan Indonesia terhadap MgCl2.6H2O
adalah 1100 ton/tahun. Data tersebut dilakukan regresi linear maka didapat rumus
y = 147,57x + 295790. Sehingga prediksi kebutuhan MgCl 2.6H2O pada tahun
2016 adalah 1.700 ton.
Sebagai bahan awal penentuan besaran kapasitas produksi, maka data
produksi beberapa produsen MgCl2.6H2O yang telah ada dapat dijadikan sebagai
gambaran kapasitas minimal. Beberapa pabrik MgCl 2.6H2O yang telah berdiri
dapat dijadikan rujukan dasar penentuan kapasitas produksi. Data ini digunakan
dengan asumsi bahwa kapasitas terpasang merupakan kapasitas yang memiliki
nilai ekonomis dan tidak rugi. Artinya adalah kapasitas existing yang sudah
berjalan telah melalui kajian kelayakan dan jika sudah beroperasi, maka kapasitas
I-4
I-5
Perusahaan
Kapasitas
750.000 ton/tahun
12.000 ton/tahun
70.000 ton/tahun
44.000 ton/tahun
200.000 ton/tahun
55.000 ton/tahun
Pechiney, France
17.000 ton/tahun
34.000 ton/tahun
Northwest Alloys, US
40.000 ton/tahun
10
Timmnien, China
30.000 ton/tahun
11
India
3.000 ton/tahun
I-6
adalah Australia, Brazil, Israel, Republik Korea, Mexico dan Inggris. Produksi
dunia pada tahun 2011 mencapai 560.000 metrik ton.
Melihat jumlah kebutuhan MgCl2 di Indonesia yang selalu diimpor dan
kebutuhan dunia yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka akan dirancang
pabrik MgCl2 dengan kapasitas 9000 ton/tahun. Pabrik MgCl2 ini diharapkan
dapat menyerap bittern yang dihasilkan dari proses pembuatan garam untuk
diolah menjadi garam MgCl2 sehingga ketergantungan terhadap impor dapat
dikurangi serta bisa diekspor keluar negeri.
1.3 Penentuan Lokasi
Pembuatan pabrik MgCl2 dari bittern ini akan berlokasi di Madura
tepatnya di daerah Pamekasan yang mempunyai luas wilayah sebesar 3.075 Ha.
Dasar pemilihan lokasi ini adalah Pamekasan merupakan wilayah pembuatan
garam karena memiliki laut yang mempunyai kadar 3,5% NaCl dan dekat dengan
PT. Garam Persero yang masih aktif berproduksi tiap bulannya. Dengan dekatnya
wilayah pabrik MgCl2 dengan tempat pembuatan garam maka penyediaan bahan
baku utama yaitu bittern menjadi lebih mudah tanpa perlu biaya tambahan dalam
pengangkutannya.
Cara paling umum untuk memproduksi garam dari air laut atau air asin
adalah kristalisasi dengan peguapan menggunakan panas matahari. Bittern
dihasilkan dari sisa proses evaporasi pembuatan garam dengan menggunakan
penguapan panas matahari. Secara umum produksi garam menggunakan panas
matahari dilakukan dalam beberapa kolam kristalisasi :
Kolam I (pengendapan) : s/d berat jenis 1,208 (25Be), untuk
mengendapkan Fe2O3, CaCO3 dan sedikit kalium sulfat. Kolam I paling
luas karena menguapkan ~ 90% air yang ada dalam air laut.
Kolam II (kristalisasi I) : berat jenis 1,208 menjadi 1,229 (28Be),
I-7
Peningkat produktifitas (hingga 20% lebih tinggi) dengan menambahkan 2Napthol green B. Pembubuhannya memperbesar daya absorpsi energi
matahari dari air laut yang sedang diolah.
Dasar kolam dilapisi tanah liat plastis yang dipress sehingga tak permeable,
membuat endapan garam lebih mudah dikeruk serta bebas dari tanah liat
dan pengotor lainnya.
Untuk memproduksi 100.000 ton garam (dari kolam II, III dan IV)
membutuhkan 3,7 juta ton air laut dan menghasilkan 300.000 ton bittern.
Proses perolehan bittern dapat dilihat dari diagram pembuatan garam sebagai
berikut :
I-8
Air Laut
(dipompa)
Salinitas 35
Atau 3-3,5Be
Kolam I
Penampungan Air Tua
25Be
28Be
NaCl 95%
NaCl 98%
Kolam II
Kristalisasi Garam I
Kolam III
Kristalisasi Garam II
I-9
Sebagai bahan baku utama pembuatan MgCl2 dipilih air laut, kapur dan
asam klorida. Garam magnesium yang terkandung di dalam air laut dimanfaatkan
untuk memperoleh magnesium hidroksida pada temperatur 45C dan tekanan 1
atm dengan cara mereaksikan air laut dengan garam kapur, kemudian magnesium
hidroksida dipisahkan dari larutannya dan direaksikan dengan HCl menghasilkan
magnesium klorida. Dari proses ini dihasilkan magnesium klorida heksahidrat
yang kemudian didehidrasi menghasilkan magnesium klorida anhidrat. (KirkOthmer, 1964).
1.4.2 Pembuatan dari dolomite dan air laut
Pada proses ini dolomite digunakan sebagai bahan untuk menyediakan
magnesium hidroksida pada temperature 48C dan tekanan 1 atm. Proses
selanjutnya sama dengan proses pembuatan magnesium klorida dari air laut.
Pabrik yang menggunakan teknologi ini adalah Moss Landing California
milik Kaiser Chemical Division, di Pascagoula, Missisipi, Corning Glass Work
membuat garam magnesium dari sumber yang sama.
1.4.3 Pembuatan dari bittern
Bittern adalah larutan sisa proses pembuatan garam dari air laut melalui
penguapan dengan menggunakan tenaga matahari. Dalam proses pembuatan
garam, komponen yang yang diambil dari air laut adalah natrium klorida.
Sehingga di dalam bittern terdapat kandungan magnesium yang cukup besar
(14,88%) bila dibandingkan dengan air laut. Melalui proses evaporasi untuk
meningkatkan konsentrasi MgCl2 (49,88%) dan penghilangan pengotor garam
MgSO4, KCl dan NaCl melalui proses kristalisasi, diperoleh magnesium klorida
heksahidrat.
I-10
I-11
menghilangkan
ion-ion sulfat
perlu adanya
desulfitasi
I-12
Temperatur : 25oC
Tekanan : 1 atm
Pemurnia
n
Recycle
I-13