lebih lanjut akan meningkat sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan
pembuluh darah yang menjadi sangat berkelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1
minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium mencapai 5-6 mm (Guyton, dan Hall,
2006). Pembentukan lapisan yang subur ini untuk menunjang perkembangan mudiqah
bila terjadi fertilisasi (Sheerwood, 2001).
Tanpa fertilisasi dan terbentuknya hormon human chorionic gonadotropin (hCG),
korpus luteum tidak dapat bertahan dan terjadi regresi. Regresi korpus luteum
menyebabkan produksi estrogen dan progesteron turun (Rimsza, 2003). Berkurangnya
hormon tersebut akan menyebabkan akumulasi enzim proteolitik pada membrana
basalis serta berkurangnya integritas membran sehingga terjadi lisis kelenjar uterina,
sel-sel stroma, serta endotel vaskular. Iskemia akibat vasokonstriksi pembuluh darah
pada fase menstruasi awal menyebabkan ruptur kapiler sehingga terjadi perdarahan.
Selain itu, sekresi prostaglandin F2 secara signifikan pada fase sekretori akhir
berperan dalam pelepasan asam hidrolase dari lisosom serta meningkatkan kontraksi
miometrium untuk mengeluarkan sisa-sisa dinding endometrium yang meluruh
(Molina, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Molina, Patricia E. 2006. Endocrine Physiology Edisi 2. United States of America: The
McGraw-Hill Companies. Hal 50, 209, 222
Rimsza, Mary E. 2002. Dysfunctional Uterine Bleeding. Pediatric in Review. Vol 22, No. 7
Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hal 716-7
Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC. Hal 1073