CARA KERJA :
a. Catat dahulu keadaan keadaan tersebut diatas dengan lengkap sebagai data
perbandingan, barulah percobaan dapat dimulai.
b. Pasanglah sungkup corong pada moncong kelinci dengan baik kamudian mulai ditetskan
ether pada kapas yang disungkupdengan kecepatan kira-kira enam puluh tetes permenit.
c. Penetesan diteruskan sampai melewati stadium I, II, dan seterusnya. Catat dan perhatikan
tanda- tanda setiap stadium.
d. Capailah stadium operasi stage of anestesi dan perhatiak stadium ini kurang lebih 15
menit. Perhatikan dan periksa keadaan- keadaan seperti reflex yang tersebut diats tanpa
menambahkan ether lagi.
e. Setelah itu bukalah sungkup dan biarkanlah binatang percobaan sadar atau siuman
kembali.
f. Hitunglah dan catatlah jumlah ether yang digunakann.
PERHATIKAN :
SEMI OPEN DROP METHOD: Hampir sama dengan metode Open Drop,
hanya untuk mengurangi terbuangnya zat, digunakan masker. Karbon dioksida
yang dikeluarkan kadang terhisap kembali, sehingga terjadi hipoksia; untuk
menghindari hal ini digunakan pipa oksigen di bawah masker
SEMI CLOSED METHOD: Udara yang dihisap bersama oksigen murni
ditentukan kadarnya, kemudian melewati vaporizer di mana kadar zat anastetik
dapat ditentukan. Sesudah dihisap penderita, udara yang dikeluarkan akan
dibuang ke udara luar. Keuntungannya: kadar zat dapat ditentukan. Dan
hipoksia dapat dihindari dengan pemberian O2.
HASIL PERCOBAAN
Yang Diamati
PERNAFASAN
1.
Frekuensi
MulaMula
Stadiu
mI
Stadiu
m II
140
96
120
Plane I
Stadium III
Plane
Plane
II
III
Plane IV
2.
Jenis
Thorako
abdominal
Thorako
abdomin
al
3.
4.
Dalam
Keteraturan
MATA
Lebar Pupil
Reflex cahaya
cepat
+
1.
2.
3.
4.
1.
2.
Reflex kornea
Gerakan Bola
Mata
OTOT
Tonus
Gerakan
RASA NYERI
1.
Kuping
2.
Kaki
SALIVA
AUSCULTASI
RONCHI
Suara
Denyut jantung
Thorako
abdominal
abdomi
nal
abdomin
al
abdominal
cepat
+
Throra
ko
abdom
inal
cepat
-
cepat
-
cepat
-
cepat
-
cepat
-
6 mm
+
5 mm
+
4mm
+
4mm
-
6mm
-
8mm
-
7mm
-
+
+
Tidak
menurut
kehendak
+
+
+
+
Merontaronta
+
+
-
+
+
-
+
-
+
+
-
+
+
-
+
-
+
-
normal
normal
Teriak
cepat
cepat
normal
lambat
lambat
KESIMPULAN
Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian anastesi Umum yang dilakukan pada
kelinci percobaan menghasilkan reaksi-reaksi:
1. Pada stadium I : dimulai dari sejak pemberian anastesi sampai hilangnya kesadaran
2. Pada stadium II (Delirium) : sejak hilangnya kesadaran sampai dengan frekuensi
pernapasan meningkat dan tidak teratur sehingga kelinci berteriak
3. Pada stdium III : sejak timbul kembali pernapasan yang teratur
a. plane I :pernapasan mulai teratur,gerakan bola mata tidak menurut
kehendak,miosis,refleks kelopak mata berkurang
b. plane II : pernapasan teratur,bola mata tidak bergerak,pupil mata mulai
melebar,refleks kornea mulai menurun,relaksasi otot sedang
c. plane III : pernapasan perut meningkat,pupil lebih melebar,refleks lharyngeal
menurun relaksasi otot lurik menurun
d. plane IV : pernapasan perut sempurna karena intercostal lumpuh total,tekanan
darah mulai menurun,pupil sangat lebar dan refleks cahaya hilang
SARAN-SARAN
Pada percobaan yang kami lakukan, terdapat beberapa kesulitan seperti:
1. Kesulitan untuk menghitung pernapasan ketika anasthesi memasuki stage III
2. Kesulitan untuk menghitung denyut jantung karena pada saat memasuki stage II, denyut
jantung sangat cepat, namun kelinci dalam keadaan meronta-ronta, sehingga denyut
jantung sulit untuk dihitung
3. Rasa nyeri lebih sensitif pada daerah kaki, sehingga lebih baik dilakukan pemeriksaan
terhadap sensitifitas nyeri pada daerah tersebut