Kapita Selekta
Kapita Selekta
KUESIONER PENGETAHUAN
DAN SIKAP DALAM
PENELITIAN KESEHATAN
BUDIMAN
AGUS RIYANTO
2.
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau
memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pengetahuan medis senantiasa berubah. Oleh karena itu, standar tindakan pencegahan serta perubahan dalam
perawatan dan terapi wajib diikuti seiring dengan penelitian dan pengalaman klinis baru yang memperluas
pengetahuan. Pembaca disarankan untuk memeriksa informasi terbaru yang disediakan oleh produsen
masing-masing obat (yang akan diberikan) untuk memverifikasi dosis, metode, dan interval pemberian yang
direkomendasikan serta kontraindikasinya. Merupakan tanggung jawab dari praktisi dengan memperhatikan
pengalaman dan pengetahuan pasien untuk menentukan dosis dan perawatan terbaik bagi masing-masing pasien.
Penerbit maupun penulis tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan/atau kerugian yang dialami seseorang
atau sesuatu yang diakibatkan oleh penerbitan buku ini.
Budiman,
Riyanto, Agus
Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian
Kesehatan/Budiman, Agus Riyanto
Jakarta: Salemba Medika, 2013
1 jil., xxx hlm., 15,5 24 cm
ISBN 978-602-8570-xxx-xx
1. Kesehatan
I. Judul
2. Metodologi Penelitian
II. Budiman, Agus Riyanto
iii
persembahan
Kami persembahkan buku ini untuk bayi Kami yang pada saat penyusunan
buku ini telah dikarunia anak oleh Allah Swt. Terima kasih buat istriku: Wiwin
Windyatuti, S.Kep., Ners. dan Anakku: Naufal Langit Alwan, Alfina Mentari
Salsabila, dan Ray Afham Athaya.
Serta kepada Agus Riyanto, S.K.M., M.Kes. sebagai penulis kedua, berikut
istri Mona Megasari, S.Kep., Ners. dan anaknya Keisya Agna Rizqueena dan
Muhammad Fadly Gaffar.
(Dr. Budiman)
iv
tentang penulis
vi
vii
KATA SAMBUTAN
KETUA UMUM
YAYASAN KARTIKA EKA PAKSI
Para pembaca yang saya hormati, Yayasan Kartika Eka Paksi (YKEP)
mempunyai empat (4) Perguruan Tinggi yaitu: Universitas Jenderal Achmad
Yani Cimahi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, dan
Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer Yogyakarta. Peran serta YKEP
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai komitmen dalam
menyelenggarakan PT yang harus mengedepankan keunggulan dan kualitas.
Perguruan tinggi yang unggul dan berkualitas dapat diukur salah satunya dengan
jumlah karya ilmiah yang dipublikasikannya termasuk buku ajar. Maka saya
selaku Ketua Umum YKEP memberikan apresiasi positif kepada Dr. Budiman,
S.Pd., S.K.M., S.Kep., M.Kes. dan Agus Riyanto, S.K.M., M.Kes. yang merupakan
dosen tetap Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah selesai menulis buku
ajar ini.
Menulis buku ajar merupakan bagian penting dari tugas pokok seorang
dosen dalam alih teknologi ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Karya
buku ilmiah yang dipublikasikan dapat bermanfaat bukan untuk diri dan pribadi
dosen tersebut ataupun mahasiswa saja, tetapi dapat tersebar luas manfaatnya
untuk mahasiswa lain bahkan untuk masyarakat yang berkepentingan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan (science knowledge development). Melalui
buku ajar yang ditulis oleh dosennya akan menambah kebanggaan tersendiri
bagi mahasiswa karena mendapat ilmu pengetahuan dari penulis bukunya
secara langsung.
Para pembaca yang saya hormati, buku yang ditulis dengan judul Kapita
Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan
menurut hemat saya merupakan sesuatu yang baru karena di dalamnya berisi
tentang kumpulan kuesioner pengetahuan dan sikap yang telah diklasifikasi
menurut bidang ilmu kesehatan. Buku ini menurut saya akan memudahkan
para peneliti pemula atau para mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir
pendidikan untuk menggunakan kuesioner dalam penelitiannya.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Allah Swt. sudah sewajarnya kita mensyukuri nikmat yang
diberikan. Dan atas kehendak-Nya pula akhirnya penulis dapat menyelesaikan
buku yang berjudul Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Salam kemuliaan kita haturkan pada Nabi Besar
Muhammad saw., para keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya
sampai akhir zaman.
Buku ini disusun dan terinspirasi oleh banyak penelitian terutama dari
mahasiswa yang mengambil topik penelitian tentang pengetahuan dan sikap.
Pengambilan topik tersebut memang telah menjadi tren karena secara kondisi
merupakan realita yang dihadapi masyarakat khususnya berhubungan dengan
masalah kesehatan. Perilaku menjadi satu bagian penting di masyarakat Indonesia
dalam pencapaian status kesehatan masyarakat yang optimal.
Sampai saat ini, kuesioner yang terstandar menyangkut penelitian
pengetahuan dan sikap belum ada. Para peneliti mengembangkan kuesioner
menurut kebutuhannya sehingga penelitian pengetahuan dan sikap
kecenderungan selalu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dalam buku ini,
peneliti ingin membuat standar kuesioner yang baku sehingga peneliti pemula
dapat menggunakan kuesioner yang ada dalam buku ini untuk penelitiannya
tanpa harus melakukan uji validitas dan reliabilitas.
Kuesioner pengetahuan dan sikap yang ada dalam buku ini sudah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas bahkan sudah di uji oleh reviewer. Namun demikian,
Penulis setiap tahun akan melakukan uji coba terus-menerus untuk mendapatkan
standardisasi secara universal. Kuesioner dalam buku ini dibagi menurut kajian
bidang ilmu yaitu kesehatan masyarakat, keperawatan, dan kebidanan. Namun,
tentunya ada beberapa kuesioner yang sebenarnya dapat digunakan dalam
lingkup ketiga bidang ilmu tersebut.
Penulis menyadari dalam penyusunan buku ini masih diperlukan adanya
penyempurnaan, oleh karena itu penulis sangat terbuka untuk menerima
saran ataupun kritik agar segala kekurangan dapat tertutupi. Tak lupa penulis
mengucapkan terima kasih ke berbagai pihak yang telah mendukung dan
membantu penulis dalam menyelesaikan buku ini, yaitu di antaranya kepada:
1.
2.
3.
dr. Dedi S. Djamhuri, Sp.B. selaku Ketua Stikes A. Yani, Cimahi yang telah
memfasilitasi adanya Insentif Program Buku Ajar bagi dosen;
tim LPPM Stikes A. Yani, Cimahi, yaitu: Novie E. Mauliku, S.K.M., M.Kes.,
Asep D. Abdillah, S.Pd., S.K.M., M.M.
Anggi Kumala Dewi yang telah berbagi tugas di LPPM sehingga penulis
masih punya kesempatan waktu dalam menyusun buku ini.
Tidak ada gading yang tak retak, namun tentunya bila ada sumur di ladang
boleh penulis menumpang mandi, bila umur panjang mudah-mudahan penulis
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
penelitian kesehatan.
Cimahi, Juni 2012
DAFTAR ISI
Persembahan
Tentang Penulis
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Daftar ISI
iii
v
vii
ix
xi
18
xi
xii
xiii
xiv
Bab 1
TAKSONOMI PENDIDIKAN
DOMAIN PENGETAHUAN
TAKSONOMI PENDIDIKAN
Taksonomi pendidikan dikembangkan pertama kali oleh Benjamin S.
Bloom (1956) yang dikenal dengan Segitiga Taksonomi Pendidikan terdiri
atas: 1) Head (kepala) yang mendeskripsikan pengetahuan, 2) Heart (hati)
yang mendeskripsikan sikap, dan 3) Hand (tangan) yang mendeskripsikan
keterampilan seperti pada Gambar 1.1.
Kepala
Kesehatan
Tangan
Jantung
3. Domain/Ranah Psikomotor.
Ranah psikomotor adalah berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada
aspek keterampilan motorik seperti: mengerjakan, memasang, membuat,
dan sebagainya. Ranah psikomotor biasa disebut juga dengan ranah
tingkah laku.
Misalnya: seorang perawat mengerjakan pemberian obat melalui selang
infus pada pasien anak yang menderita penyakit demam berdarah.
Taksonomi pendidikan dikembangkan tidak hanya membagi dalam
domain/ranah perilaku saja melainkan telah mengidentifikasi menurut level di
antaranya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Level taksonomi.
Level
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kognitif (Pengetahuan)
Tahu
Paham
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Afektif (Sikap)
Menerima
Memberi tanggapan
Menghargai
Mengorganisasi
Internalisasi nilai
DEFINISI PENGETAHUAN
Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau diintervensi
baik langsung maupun tidak langsung. Perkembangan teori pengetahuan
telah berkembang sejak lama. Filsuf pengetahuan yaitu Plato menyatakan
pengetahuan sebagai kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid) (justified
true belief). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini
dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa
sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Dalam Wikipedia,
pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang.
Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap
sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Sebagai contoh, pengetahuan
seorang ibu tentang pentingnya imunisasi dasar bagi anaknya diperoleh dari
suatu pola kemampuan prediktif dari pengalaman dan informasi yang diterima.
Menurut pendekatan konstruktivistis???, pengetahuan bukanlah fakta dari
JENIS PENGETAHUAN
Pengetahuan masyarakat dalam konteks kesehatan beraneka ragam
pemahamannya. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis
pengetahuan di antaranya sebagai berikut.
1.
2.
Pengetahuan implisit.
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat
nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan
seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis
ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya
bahkan bisa tidak disadari.
Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi
kesehatan, namun ternyata dia merokok.
Pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Contoh sederhana: seseorang yang telah mengetahui tentang bahaya
merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok.
Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun
nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
2.
3.
4.
5.
6.
TAHAPAN PENGETAHUAN
Tahapan pengetahuan menurut Benjamin S. Bloom (1956) ada 6 tahapan, yaitu
sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
Tahu (know).
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan
sebagainya. Misalnya ketika seorang perawat diminta untuk menjelaskan
tentang imunisasi campak, orang yang berada di tahapan ini dapat
menguraikan dengan baik dari definisi campak, manfaat imunisasi
campak, waktu yang tepat pemberian campak, dan sebagainya.
Memahami (comprehension).
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
Aplikasi (application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
tersebut secara benar.
Analisis (analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
6.
Sintesis (synthesis).
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
Evaluasi (evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Kata-kata Pertanyaan
Mengidentifikasi
Menyebutkan
Memberi nama pada
Menyusun daftar
Menggarisbawahi
Menjodohkan
Memilih
Memberi definisi
Tahapan
Kemampuan Internal
Pengetahuan
Paham
Menerjemahkan,...
Menafsirkan,...
Memperkirakan,...
Menentukan,...
misalnya:
Metode
Prosedur
Memahami
misalnya:
Aplikasi
Konsep
Kaidah
Prinsip
Kaitan antara
Fakta
Isi pokok
Mengartikan/
Menginterpretasikan,...
misalnya:
Tabel
Grafik
Gambar
Memecahkan masalah
Membuat bagan dan grafik
Menggunakan.
misalnya:
Metode/prosedur
Konsep
Kaidah
Prinsip
Analisis
Kata-kata Pertanyaan
Menjelaskan
Menguraikan
Merumuskan
Merangkum
Mengubah
Memberikan contoh tentang
Menyadur
Meramalkan
Memperkirakan
Menerangkan
Memperhitungkan
Membuktikan
Menghasilkan
Menunjukkan
Melengkapi
Menyediakan
Menyesuaikan
Menemukan
Mengenali kesalahan
Membedakan..
misalnya:
Fakta dari
Interprestasi
Data dari
Kesimpulan
Menganalisis
misalnya:
Struktur dasar
Bagian-bagian
Hubungan antara
Memisahkan
Menerima
Menyisihkan
Menghubungkan
Memilih
Membandingkan
Mempertentangkan
Membagi
Membuat diagram/skema
Menunjukkan hubungan antara
Tahapan
Kemampuan Internal
Pengetahuan
Sintesis
Menghasilkan
misalnya:
Klasifikasi
Karangan
Kerangka teoritis
Menyusun..
misalnya :
Rencana
Skema
Program kerja
Evaluasi
Kata-kata Pertanyaan
Mengategorikan
Mengombinasikan
Mengarang
Menciptakan
Mendesain
Mengatur
Menyusun kembali
Merangkaikan
Menghubungkan
Menyimpulkan
Merancangkan
Membuat pola
Memperhitungkan
Membuktikan
Menghasilkan
Menunjukkan
Melengkapi
Menyediakan
Menyesuaikan
Menemukan
11
14.
15.
EVALUASI PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
5.
Bab 2
TAKSONOMI PENDIDIKAN
DOMAIN SIKAP
14
KONSEP DASAR
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa (Stepan,
2007). Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Misalnya
ketika seseorang mengetahui bahwa merokok di dalam rumah membahayakan
kesehatan pada anggota yang berada di sekitarnya lalu orang tersebut tidak
merokok. Sikap orang tersebut merespons pada peristiwa. Pernyataan evaluatif
merupakan reaksi respons terhadap objek, orang, dan peristiwa yang merupakan
stimulus. Pengertian lain dari sikap menurut Notoatmodjo (2007) adalah reaksi
atau respons yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek.
Sikap yang ada dalam seseorang memerlukan unsur respons dan stimulus.
Misalnya sikap yang berhubungan dengan kepuasan pelayanan kesehatan.
Seseorang akan merasa puas jika pelayanan kesehatan yang diterima berkualitas.
Kepuasan merupakan respons dari stimulus yang diterima yaitu pelayanan
kesehatan. Ouput sikap pada seseorang dapat berbeda, jika suka maka seseorang
akan mendekat, mencari tahu, dan bergabung, sebaliknya jika tidak suka maka
seseorang akan menghindar atau menjauhi.
Azwar (1995) menyatakan sikap dikategorikan menjadi tiga orientasi
pemikiran yaitu berorientasi pada respons, berorientasi pada kesiapan
respons, dan berorientasi pada skema triadik. Sikap berorientasi pada respons
adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) atau tidak memihak
(unfavourable) pada suatu objek. Sikap berorientasi pada kesiapan respons adalah
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespons secara positif atau negatif terhadap suatu objek,
situasi, konsep, atau orang.
KOMPONEN SIKAP
Menurut Breckler (1984), komponen utama sikap adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
Kesadaran.
Perasaan.
Perilaku.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
15
Pengalaman pribadi.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Pengaruh budaya.
Media massa.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama.
Pengaruh faktor emosional
Tahapan Sikap
Dalam taksonomi Bloom (1956) tahapan domain sikap adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
Menerima.
Tahap sikap menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini, misalnya
adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol
dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan
untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada tahap ini,
seseorang dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan
kepada mereka, dan mau menggabungkan diri ke dalam nilai tersebut atau
mengidentifikasikan diri dengan nilai tersebut. Sebagai contoh, seorang
ibu menerima bahwa bayi harus secara rutin dibawa ke posyandu untuk
ditimbang agar dapat menilai pertumbuhan dan perkembangannya.
Menanggapi.
Tahap sikap menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu
dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Tahap ini lebih tinggi
daripada tahap menerima. Sebagai contoh, seorang ibu melihat catatan
pertumbuhan dan perkembangan anak dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS).
Menilai.
Tahap sikap menilai adalah memberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau
penyesalan. Menilai merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi
daripada menerima dan menanggapi.
Dalam kaitan dalam perubahan perilaku, seseorang di sini tidak hanya
mau menerima nilai yang diajarkan, tetapi mereka telah berkemampuan
untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu
16
4.
5.
ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan itu
adalah baik, maka hal ini berarti bahwa seseorang telah menjalani proses
penilaian. Nilai tersebut mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya.
Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam dirinya. Sebagai contoh,
tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri ibu yang memiliki bayi untuk
berlaku disiplin datang secara rutin dalam kegiatan pelayanan posyandu.
Mengelola.
Tahap sikap mengelola adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan
umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan
dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan
satu nilai dengan nilai lainnya., pemantapan dan perioritas nilai yang
telah dimilikinya. Sebagai contoh, seorang ibu mendukung aktif adanya
program revitalisasi posyandu guna meningkatkan efektivitas fungsi
posyandu.
Menghayati.
Tahap sikap menghayati adalah keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki oleh seseorang, yang memengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat
tertinggi dalam suatu hirarki nilai. Nilai tersebut telah tertanam secara
konsisten pada sistemnya dan telah memengaruhi emosinya. Menghayati
merupakan tingkat efektif tertinggi, karena tahap sikap ini telah benarbenar bijaksana. Menghayati telah masuk pada pemaknaan yang telah
memiliki philosophy of life yang mapan. Jadi, pada tahap ini peserta didik
telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk
suatu waktu yang lama, sehingga membentuk karekteristik pola hidup
tingkah lakunya menetap, konsisten, dan dapat diamalkan.
PENGUKURAN SIKAP
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan),
Merespons, Menghargai, Mengorganisasi, dan Menghayati. Skala yang
digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu
objek di antaranya menggunakan skala sikap.
Hasil pengukuran berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif),
menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan
berperilaku pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan
untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak
17
melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi
ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah
satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak
setuju, sangat tidak setuju.
Tabel. 2. 1. Standar Kata-kata Pernyataan dalam Pengukuran Sikap.
Tahapan Sikap
Meneriman
Menanggapi
Menilai
Mengorganisasi
Kemampuan Internal
Menunjukan.
misalnya:
kesadaran,
kemauan,
perhatian.
Mengakui
misalnya: kepentingan, perbedaan.
Mematuhi..
misalnya:
peraturan,
tuntutan,
perintah.
Ikut serta secara aktif..
misalnya: di laboratorium, dalam
diskusi, dalam kelompok belajar/
tentir.
Menerima suatu nilai.
misalnya: menyukai, menyepakati.
Menghargai.
misalnya: karya seni, sumbangan ilmu,
pendapat, bersikap (positif/negatif ),
mengakui.
Menunjukan
Melaksanakan
Menyatakan pendapat
Mengikuti
Mengambil prakarsa
Memilih
Ikut serta
Menggabungkan diri
Mengundang
Mengusulkan
Merumuskan
Berpegang pada
Mengintegrasikan
Menghubungkan
Mengaitkan
Menyusun
Mengubah
Melengkapi
Menyempurnakan
Menyesuaikan
Menyamakan
Mengatur
Memperbandingkan
Mempertahankan
Memodifikasikan
18
Tahapan Sikap
Menghayati
Kemampuan Internal
Menunjukkan.
misalnya: kepercayaan diri, disiplin
pribadi, kesadaran
Mempertimbangkan..
misalnya: melibatkan diri
1.
2.
3.
4.
19
Tentukan subjek yang akan ditanya, kemudian tetapkan variabel yang akan
diukur dengan skala likert.
Lakukan analisis variabel tersebut menjadi beberapa subvariabel atau
dimensi variabel, kemudian kembangkan indikator setiap dimensi
tersebut.
Dari setiap indikator, tentukan ruang lingkup pernyataan sikap yang
berkenaan dengan aspek kognisi, efeksi, dan konasi terhadap subjek
sikap.
Susunlah pernyataan untuk masing-masing aspek tersebut dalam dua
kategori, yaitu pernyataan positif dan peryataan negatif.
20
EVALUASI PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
5.
Bab 3
22
rxy
n. XY X . Y