Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

ALUR DOKTER KLINIS DI INDONESIA

OLEH

Sherla Chandra
110100082
PEMBIMBING

dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc.CM-FM, M.Pd.Ked

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


ALUR DOKTER KLINIS DI INDONESIA

OLEH

Sherla Chandra
110100082
PEMBIMBING

dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc.CM-FM, M.Pd.Ked

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

ALUR DOKTER KLINIS DI INDONESIA


Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

OLEH
Sherla Chandra
110100082

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: ALUR DOKTER KLINIS DI INDONESIA

Nama

: SHERLA CHANDRA

NIM

: 110100082

Medan, Maret 2016


Pembimbing

dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc.CM-FM,


M.Pd.Ked
NIP: 19670527 199903 2 001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah

yang berjudul Alur Dokter Klinis di Indonesia. Tujuan penulisan

makalah ini adalah untuk melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior


(KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc.CM-FM, S.Pd.Ked, atas kesediaan beliau meluangkan
waktu dan pikiran untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaikbaiknya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang turut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, baik dari
segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini
di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan.
Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral
maupun spiritual, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .......................................................................................... iv


Kata Pengantar .................................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................ vi


Daftar Singkatan ............................................................................................... vii
Daftar Gambar .................................................................................................. viii
Bab 1. Pendahuluan ..........................................................................................

1.1. Latar Belakang ............................................................................

1.2. Tujuan Makalah ...........................................................................

1.3. Manfaat Makalah .........................................................................

Bab 2. Tinjauan Pustaka...................................................................................

2.1. Tenaga Kesehatan ........................................................................

2.2. Sejarah Pendidikan Indonesia......................................................

2.3. Pendidikan Dokter di Indonesia ..................................................

2.4. Jenjang Pendidikan Kedokteran ..................................................

2.5. Praktik Kedokteran.......................................................................

2.6. Dokter Layanan Primer, Dokter Praktik Umum, dan Dokter


Keluarga.......................................................................................

Bab 3. Kesimpulan ............................................................................................ 12


Daftar Pustaka .................................................................................................. 13

DAFTAR SINGKATAN

AFTA

Asean Free Trade Area

AMS

Sekolah Lanjutan Atas

DLP

Dokter Layanan Primer

HBS

Sekolah Menengah Belanda

IEV

Indo Europeesch Verbond

KBK

Kurikulum Berbasis Kompetensi

KIPDI3 Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia 3


KKI

Konsil Kedokteran Indonesia

KKNI

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

KKS

Kepaniteraan Klinik Senior

MULO

Meer Uitgebreid Lager Onderwijs

NIAS

NederlanSch Indische ArtSenSchool

SKDI

Standar Kompetensi Dokter Indonesia

SKS

Sistem Kredit Semester

STOVIA School tot Opleiding von Indische ArtSen


STR
UU
WTO

Surat Tanda Registrasi


Undang-undang
World Trade Organization

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2014...

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pendidikan kedokteran mempunyai peranan yang penting dalam mencetak

tenaga dokter yang berkualitas, baik dokter umum maupun dokter gigi. Dokter
berkualitas diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan yang berkualitas
kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat.1
Berdasarkan sejarahnya, pendidikan kedokteran telah dimulai sejak tahun
1851 di Weltevreden (sekarang Jakarta Pusat), dibawah kepemimpinan Dr. P.
Bleeker, sebuah sekolah yang mendidik pemuda-pemuda Jawa menjadi Dokter
Jawa dengan lama pendidikan dua tahun, yang kemudian dipekerjakan sebagai
dokter pembantu dengan tugas memberi pengobatan dan vaksinasi cacar.2
Kemudian, dalam masa penjajahan terbentuklah NederlanSch Indische
ArtSenSchool (NIAS) dan School tot Opleiding von Indische ArtSen (STOVIA)
yang hingga saat ini mempunyai peranan dalam pembangunan masyarakat
Indonesia.1
Saat ini, untuk menjadi seorang dokter, seseorang harus menempuh
pendidikan kedokteran yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2013. Pendidikan
kedokteran diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang bekerja sama dengan
Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran serta berkoordinasi
dengan Organisasi Profesi.3
Pendidikan kedokteran terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan
profesi.

Pendidikan

akademik

melaksanakan

pembelajaran

akademik,

laboratorium, dan lapangan di bidang ilmu biomedis, bioetika/humaniora


kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, serta kedokteran komunitas dan kesehatan
masyarakat. Sedangkan untuk pendidikan profesi terdiri dari program dokter dan
profesi dokter, program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan
dokter gigi spesialis-subspesialis.3
Program profesi dokter dan dokter gigi dilanjutkan dengan program
internship yang diselenggarakan secara nasional bersama oleh kementerian yang
menyellenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, asosiasi institusi

pendidikan kedokteran, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi rumah


sakit pendidikan, Organisasi Profesi, dan konsil kedokteran Indonesia.3
Pendidikan kedokteran diselenggarakan untuk menghasilan sarjana
kedokteran, dokter, dokter spesialis, dan dokter subspesialis yang memiliki
kompetensi dalam memberikan pelayanan kesehatan tingkat primer, sekunder, dan
tersier.1
Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian yang serius dalam
mengatur kebijakan kepentingan pendidikan dimana tantangan dalam pendidikan
kedokteran semakin berat termasuk di dalamnya Asean Free Trade Area (AFTA)
dan World Trade Organization (WTO).1
1.2.

Tujuan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah menambah pengetahuan mengenai

Alur Dokter Klinis di Indonesia. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk


memenuhi persyaratan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3.

Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis maupun

pembaca khususnya peserta KKS dan menjadi suatu tolak ukur bagi penelitian
selanjutnya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tenaga Kesehatan
Menurut UU No. 36 Tahun 2014, tenaga kesehatan adalah setiap orang

yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan


dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.4
Tenaga kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat
mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social
dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.4
Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas4:
1. Tenaga kesehatan
a. Tenaga medis, yaitu: dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter
b.
c.
d.
e.
f.

gigi spesialis
Tenaga psikologi klinis, yaitu: psikologi klinis
Tenaga keperawatan, yaitu: berbagai jenis perawat
Tenaga kebidanan, yaitu: bidan
Tenaga kefarmasian, yaitu: apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
Tenaga kesehatan masyarakat, yaitu: epidemiolog kesehatan, tenaga
promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja,
tenaga administrai dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan

kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga


g. Tenaga kesehatan lingkungan, yaitu: tenaga sanitasi lingkungan,
entomology kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan
h. Tenaga gizi, yaitu: nutrisionis dan dietisien

i. Tenaga keterapian fisik, yaitu: fisioterapis, okupasi terapis, terapis


wicara, dan akupuntur
j. Tenaga keteknisian medis, yaitu: perekam medis dan informasi
kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis
optisien/optometris, teknisi gigi, penata anastesi, terapis gigi dan
mulut, dan audiologis
k. Tenaga teknik biomedika, yaitu: radiografer, elektromedis, ahli
teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan
ortotik prostetik
l. Tenaga kesehatan traditional, yaitu: tenaga kesehatan traditional
ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan
m. Tenaga kesehatan lain
2. Asisten tenaga kesehatan

Gambar 2.1. Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan UU No. 36 Tahun


2014.5
2.2.

Sejarah Pendidikan Indonesia


Berdasarkan sejarahnya, pendidikan kedokteran telah dimulai sejak tahun

1851 di Weltevreden (sekarang Jakarta Pusat), dibawah kepemimpinan Dr. P.


Bleeker, sebuah sekolah yang mendidik pemuda-pemuda Jawa menjadi Dokter
Jawa dengan lama pendidikan dua tahun, yang kemudian dipekerjakan sebagai
dokter pembantu dengan tugas memberi pengobatan dan vaksinasi cacar.2

Pada tahun 1902 didirikan sekolah kedokteran yang diberi nama School
tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) dan lulusannya mendapat gelar
Inlandsch Arts atau dapat diterjemahkan menjadi Dokter Bumiputera. Dalam
masa pendidikan kedokteran di STOVIA, lama pendidikan dari lima tahun
dijadikan enam tahun dengan lama bagian persiapan tiga tahun, sehingga
pendidikan kedokteran lamanya sembilan tahun.2
Pada tahun 1903 dibuka sekolah kedua di Surabaya yang diberi nama
Nederlandsch Indische Artsen (NIAS). Pada masa ini, lama pendidikan menjadi
sepuluh tahun dikarenakan penambahan satu tahun pendidikan bagian kedokteran.
Dan pada tahun ini, kedua perguruan terbuka untuk semua bangsa (tidak hanya
bumiputera), dikarenakan desakan Indo Europeesch Verbond (IEV). Lulusannya
mendapat gelar Indisch Art yang berarti Dokter Hindia.2
Tetapi sejak tahun 1924, STOVIA dan NIAS tidak lagi menerima siswa
lulusan sekolah dasar tetapi dari sekolah lanjutan pertama yang dinamakan
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dan lamanya pendidikan berubah
menjadi delapan tahun. Dan pada tahun 1928, pendidikan di NIAS (dan STOVIA
telah digantikan Geneeskundi Hoogeschool) menjadi sembilan tahun setelah
MULO, tanpa penggunaan istilah bagian persiapan lagi (Marsaid).2
Pada tahun 1927 dibuka Geneeskundi Hoogeschool (Sekolah Tinggi
Kedokteran) untuk mengganti STOVIA dengan lama pendidikan tujuh tahun
sesudah Sekolah Lanjutan Atas (AMS) atau Sekolah Menengah Belanda (HBS).
Dan nilai ijazah GH Betawi resmi ditetapkan tidak berbeda dari ijazah fakultasfakultas kedokteran di negara Belanda. Pada saat itu, STOVIA tidak lagi
menerima siswa baru tetapi menyelesaikan pendidikan para siswa yang telah ada.2
Pada tahun 1927 didirikan Perguruan Tinggi Kedokteran yang merupakan
hasil perjuangan para dokter Indonesia dengan dukungan direktur dan mantan
direktur STOVIA dan NIAS. Yang pertama kali melontarkan hal tersebut adalah
dr. Abdul Rivai di hadapan siding Volksraad, yaitu suatu parlemen colonial
Hindia Belanda pada tahun 1918, dimana beliau mengusulkan didirikannya
pendidikan universiter di Indonesia. Dan pada tahun 1927, didirikanlah Perguruan
Tinggi Kedokteran di Salemba.2
2.3.

Pendidikan Dokter di Indonesia


5

Menurut UU No. 20 Tahun 2013, pendidikan kedokteran diselenggarakan


oleh perguruan tinggi yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan
Wahana Pendidikan Kedokteran serta berkoordinasi dengan Organisasi Profesi.3
Pendidikan kedokteran terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan
profesi.

Pendidikan

akademik

melaksanakan

pembelajaran

akademik,

laboratorium, dan lapangan di bidang ilmu biomedis, bioetika/humaniora


kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, serta kedokteran komunitas dan kesehatan
masyarakat. Sedangkan untuk pendidikan profesi terdiri dari program dokter dan
profesi dokter, program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan
dokter gigi spesialis-subspesialis.3
Program profesi dokter dan dokter gigi dilanjutkan dengan program
internship yang diselenggarakan secara nasional bersama oleh kementerian yang
menyellenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, asosiasi institusi
pendidikan kedokteran, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi rumah
sakit pendidikan, Organisasi Profesi, dan konsil kedokteran Indonesia.3
Kurikulum pendidikan sebelum tahun 2005 bersifat teachers oriented
berupa perkuliahan departemental yang berusaha mencurahkan seluruh konten
departemental. Sesudah tahun 2005 metode pendidikan berubah menjadi student
oriented atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan metode Problem
Based Learning yang mengutamakan intergrasi horizontal dan vertikal dan
pendekatan SPICES (Student Centred, Problem-based, Integrated, Communitybased Elective/Early Clinical Exposure, Systematic).1,6
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan Kurikulum Inti Pendidikan
Dokter Indonesia 3 (KIPDI 3) yang meliputi6:
1. Kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi dengan Pelayanan Kedokteran
Keluarga
2. Standar Pelayanan Minimal (SK Menkes No. 1457/MOH/SK/X/2003)
untuk mencapai Indonesia Sehat 2010
3. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
2.4.

Jenjang Pendidikan Kedokteran


Menurut Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 12 Tahun 2013,

jenjang pendidikan kedokteran di Indonesia terdiri dari7:


1. Pendidikan sarjana kedokteran dan sarjana kedokteran gigi
6

2. Pendidikan profesi dokter dan profesi dokter gigi


3. Pendidikan profesi dokter spesialis/subspesialis dan profesi dokter gigi
spesialis/subspesialis
Beban studi pendidikan sarjana kedokteran dan pendidikan sarjana
kedokteran gigi berjumlah paling sedikit 144 sistem kredit semester (SKS) dan
paling banyak 160 SKS yang diakhiri dengan karya ilmiah berbentuk skripsi.7
Beban studi pendidikan profesi kedokteran dan pendidikan profesi
kedokteran gigi berjumlah paling sedikit 36 SKS dan paling banyak 50 SKS yang
diakhiri dengan karya ilmiah setara tesis.7
Beban studi pendidikan profesi dokter spesialis/subspesialis dan
pendidikan profesi dokter gigi spesialis/subspesialis berjumlah paling sedikit
setara 50 SKS dengan tugas akhir berupaa karya ilmiah setara disertasi.7
Bagi

lulusan

pendidikan

kedokteran

yang

telah

menyelesaikan

pendidikannya akan diberikan ijazah oleh perguruan tinggi. Sedangkan sertifikat


kompetensi akan diberikan oleh kolegium kedokteran dan atau kolegium
kedokteran gigi sebagai tanda telah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan
kolegium terkait.7
2.5.

Praktik Kedokteran
Dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dokter (baik

dokter dan dokter gigi), yang akan berpraktik di Indonesia wajib mempunyai
Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI).8
Surat Tanda Registrasi merupakan suatu bukti tertulis yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan telah dinilai berkompeten untuk melaksanakan tugas
profesinya sebagai dokter maupun dokter gigi di seluruh Indonesia, Adapun
beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat memperoleh STR, yaitu8:
1. Memiliki ijazah dokter
2. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter
3. Memiliki sertifikat kompetensi
Program Internsip Dokter Indonesia merupakan suatu tahap pelatihan
keprofesian pra-registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer yang bertujuan
untuk memahirkan kompetensi yang telah dicapai setelah memperoleh kualifikasi
sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran dasar.8
7

Program Internship Dokter Indonesia dilaksanakan di Sarana Pelayanan


Kesehatan (Saryankes) yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
disahkan oleh Komite Internsip Dokter Indonesia Pusat (KIDI Pusat) sebagai
wahana internsip8.
Internsip mempunyai sasaran akhir yaitu mampu menerapkan dan
memahirkan kompetensi yang telah diperoleh selama pendidikan, dalam rangka
penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan. Area kompetensi
dan komponen kompetensi tersebut adalah8:
1. Area komunikasi efektif
2. Area keterampilan klinis
3. Area landasan ilmiah ilmu kedokteran
4. Area pengelolaan masalah kesehatan
5. Area pengelolaan informasi
6. Area mawas diri dan pengembangan diri
7. Area etika, moral, medikolegal, dan profesionalisme serta keselamatan
pasien/keluarga/masyarakat
Internsip dijalani selama satu tahun dengan masa perpanjang bila sasaran
akhir yang ditentukan belum tercapai8.

2.6.

Dokter Layanan Primer, Dokter Praktik Umum, dan Dokter Keluarga


Berdasarkan Standar Kompetensi (SKDI) yang diterbitkan oleh KKI pada

akhir tahun 2012, dokter yang dihasilkan oleh institusi pendidikan akan bekerja di
layanan primer, bukan di layanan sekunder.9
Pendidikan kedokteran dasar dan program internship berguna untuk
mempersiapkan dokter bekerja di layanan primer dan melanjutkan pendidikan,
seperti program magister, spesialisasi, dan pendidikan dokter layanan primer
(DPL).11
Pendidikan kedokteran menghasilkan lulusan dokter, dokter gigi, dokter
layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialissubspesialis yang merupakan komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada
public, serta berpusat kepada kebutuhan kesehatan masyarakat.3
Menurut UU No. 20 Tahun 2013, program dokter layanan primer bertujuan
untuk memenuhi kualifikasi sebagai pelaku awal layanan kesehatan tingkat
pertama, melakukan penapisan rujukan tingkat pertama ke tingkat kedua, dan
melakukan kendali mutu dan biaya sesuai dengan standar kompetensi dokter
dalam sistem jaminan kesehatan nasional.3
Program dokter layanan primer merupakan kelanjutan dari program
profesi dokter dan program internsip yang setara dengan program dokter spesialis
dimana lulusannya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan khusus untuk
memberikan pelayanan kesehatan di tingkat primer.3,11
Adapun beberapa area kompetensi dari DLP, yaitu11:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Manajemen fasilitas pelayanan kesehatan primer


Pengelolaan kesehatan yang berpusat pada individu dan keluarga
Pengelolaan kesehatan yang berorientasi pada komunitas dan masyarakat
Keterampilan klinis
Etika, hukum, dan pr ofesionalisme di pelayanan primer
Kepemimpinan
Komunikasi holistik, komprehensif, dan kecakapan budaya
Menurut UU No. 20 Tahun 2013, institusi yang diperkenankan

menyelenggarakan

pendidikan

DLP

adalah

institusi

pendidikan

dokter

berakreditasi A, dimana institusi tersebut telah siap dalam sumber daya dan
organisasi yang diperlukan untuk menyelenggarakan program pendidikan DLP.3

Berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), program


pendidikan DLP merupakan program pendidikan untuk mencapai KKNI 8 dan
menempuh 72 SKS dalam waktu minimum 2.5 tahun. Pada akhir tahun 2015,
didapatkan 17 fakultas yang membuka program pendidikan DLP, yaitu
Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Lampung, Universitas
Indonesia,

Universitas

Tarumanagara,

Universitas

Atmajaya,

Universitas

Padjajaran, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas


Sebelas Maret, Universitas Airlangga, Universitas Udayana, Universitas
Hasanuddin, Universitas Islam Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas
Yarsi, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.11,12
Menurut Ratna Sitompul, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, dalam situs Tempo.co nasional pada 19 November 2015, pendidikan
spesialis ini dapat diambil oleh para dokter yang sudah menyelesaikan internsip
dengan tambahan dua hingga tiga tahun. Pendidikan ini juga dapat diambil oleh
para dokter umum yang telah memiliki pengalaman kerja lebih dari lima tahun
dengan tambahan enam bulan pendidikan.12
Diharapkan peningkatan kualitas layanan primer akan memperbaiki angka
indicator kesehatan di Indonesia sehingga diharapkan dokter layanan primer
adalah dokter yang telah mendapat pendidikan khusus layanan primer.11
Setiap lulusan Fakultas Kedokteran disebut Dokter Praktik Umum yang
memberikan pelayanan kesehatan yang tidak dibatasi oleh jenis penyakit, jenis
kelamin, sistem organ, dan golongan usia.11
Menurut Ikatan Dokter Indonesia, dokter keluarga adalah dokter yang
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada komunitas dengan
titik berat pada keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang
sakit tetapi juga sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara
pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita dan keluarganya.13
Ilmu kedokteran keluarga (family medicine) berbeda dengan ilmu
kesehatan keluarga (family health) walau keduanya memili sasaran yang sama
yaitu keluarga. Ilmu kedokteran keluarga mengacu pada aplikasi illmu kedokteran
(medical sciences), sedangkan ilmu kesehatan keluarga lebih mengacu pada
aplikasi ilmu kesehatan masyarakat (public health science).13

10

Dokter keluarga bekerja sama dalam suatu tim pelayanan primer yang
terdiri dari dokter, perawat, paramedik, pekerja sosial, pekerja kesehatan
komunitas (kader-kader kesehatan).13
Ciri pelayanan kedokteran keluarga adalah6,13:
1.
2.
3.
4.
5.

Pelayanan yang holistik dan komprehensif


Pelayanan yang kontinu
Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari

keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
Lima prinsip yang mendasari dokter keluarga adalah6:
1. Hubungan pasien-dokter adalah yang utama
2. Dokter keluarga adalah klinisi yang efektif
3. Dokter keluarga bekerja dalam komunitas
4. Dokter keluarga adalah sumber daya dari suatu populasi

11

BAB 3
KESIMPULAN

Menurut UU No. 36 Tahun 2014, tenaga kesehatan adalah setiap orang


yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Pendidikan kedokteran terdiri dari pendidikan sarjana kedokteran,
pendidikan profesi dokter, dan pendidikan profesi dokter spesialis/subspesialistu
tahap. Program Internsip Dokter Indonesia merupakan suatu pelatihan keprofesian
pra-registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer.
Pendidikan DLP adalah pendidikan yang berpihak kepada masyarakat dan
dokter yang diharapkan dapat meningkatkan angka indikator kesehatan melalui
peningkatan kualitas dokter di layanan primer.
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada komunitas dengan titik berat pada keluarga,
tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi juga sebagai
bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu
aktif mengunjungi penderita dan keluarganya

12

REFERENSI

Lestari TRJ. Kebijakan Pendidikan Kedokteran di Indonesia. Info Singkat.

2012;6:9-12.
Lubis CP. Sejarah Pendidikan Kedokteran di Indonesia. Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.2008:1-4.


Presiden Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2013 Tentang Pendidikan Kedokteran. 2013:1-18.


Presiden Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No. 36

Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. 2014:1-25.


Kemkes. Jumlah Tenaga Kesehatan berdasarkan UU No. 36 Tahun 2014
[diakses

tanggal

Maret

2016].

Tersedia

di

http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/
Wonodirekso S, Pattiradjawane D. Peran DEPKES dalam, Pemberdayaan,
Pendayagunaan, dan Pengembangan Karir Dokter Layanan Primer dalam

Rangka Mencapai Target MDGs. Maj Kedokt Indon. 2010;60:101-106.


Berita Negara Republik Indonesia. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
No. 12 Tahun 2013 Tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia untuk Pendidikan Kedokteran. 2013:1-6.


Presiden Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No. 29

Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. 2004:1-18.


Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Edisi

Ke-2. Jakarta;2012. h.1-100.


10 Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan PPSDM Kesehatan. Buku
1: Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia. Jakarta; 2009. h. 1-33.
11 Vidiawati D. Dokter Layanan Primer: Upaya Mengejar Keterlambatan
Pergerakan Peningkatan Kualitas Layanan Primer di Indonesia. Dokter
Layanan Primer. 2014;2:139-41.

13

12 17 Fakultas Ini Akan Buka Spesialis Dokter Layanan Primer. [diakses tanggal
1

Maret

2016].

Tersedia

di

https://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/19/079720206/17-fakultas-iniakan-buka-spesialis-dokter-layanan-primer
13 Prasetyawati AE. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2015:1-45.

14

Anda mungkin juga menyukai