Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMANFAATAN SIK/SIM/TIK UNTUK

PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU : Bapak Nur Sefa Arief Hermawan, SKM.,M.Kes

Disusun Oleh :

TRI DEWA MAHENDRA SAYIH(225130084P)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEHATAN
UNIFERSITAS MITRA INDONESIA 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi maha
penyayang, tuhan yang tak pilih kasih, Maha Penyayang yang tak pandang sayang.
Dengan segenap kekuatan yang Dia limpahkan, penulis mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul “Makalah Pemanfaatan Sik/Sim/Tik Untuk Perubahan
Perilaku Kesehatan”. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya
hingga hari akhir. Dalam penyelesaian makalah inin, penulis mengalami banyak
kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis. Namun, berkat
bantuan dari banyak pihak, akhirnya karya tulis ini dapat terselesaikan walau masih
banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Nur Sefa Arief Hermawan, SKM.,M.Kes selaku Dosen pengasuh matakuliah
SIK/SIM/TIK

kritik dan saran sangat saya harapkan sehingga terdapat kesempurnaan pada
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan arti dalam pengembangan
pendidikan yang akan datang. Aamiin.

Bandar Lampung , november 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR IS............................................................................................................................................
BAB I .......................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................
1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................................................
1.4. Manfaat Penulisan................................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................................................
PEMBAHASAN..............................................................................................................................
2.1. Sisitem Informasi kesehatan............................................................................................
2.1.1 pengertian.....................................................................................................................
2.2. Perilaku..........................................................................................................................................
2.2.1. Pengertian......................................................................................................................
2.3. Perubahan Perilaku.............................................................................................................
2.3.1. Teori-teori Perubahan Perilaku.............................................................................
2.4. Foundational Theories...........................................................................................................
2.4.1. Intrapersonal Level............................................................................................................
2.4.2. Interpersonal Level.............................................................................................................
2.5. Promosi Kesehatan.................................................................................................................
2.5.1. Pengertian.........................................................................................................................

2.6. Bagaimanakah Perubahan Perilaku sebagai Dampak Adanya Promosi Kesehatan Baik
langsung Maupun melalui media eletronik...................................................................................

2.7. BAB III...................................................................................................................................................


PENUTUP DAN SIMPULAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Sejak beberapa tahun yang lalu, tata kelola pelayanan kesehatan di Indonesia
sudah mulai terintegrasi dengan teknologi sistem informasi yang canggih dan terpadu.
Tak pelak sistem informasi khusus lingkup kesehatan tersebut menjadi satu
kebutuhan yang penting dalam mendukung sekaligus mengoptimalkan pengelolaan
operasional fasilitas pelayanan kesehatan. Baik pada lingkungan rumah sakit,
puskesmas, klinik, tempat praktik mandiri dokter, laboratorium kesehatan, dan
bahkan apotek.
Masalah kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama, yakni faktor perilaku dan
non-perilaku (lingkungan, fisik, sosial, ekonomi, dan politik). Oleh sebab itu, upaya
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditujukan pada kedua
faktor utama tersebut. Upaya pemberantasan penyakit menular, penyediaan sarana
air bersih dan pembuangan tinja, penyediaan pelayanan kesehatan, dan sebagainnya
adalah upaya intervensi terhadap faktor fisik (non-perilaku). Sedangkan upaya
intervensi terhadap faktor perilaku dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan
(Notoatmodjo, 2010).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Upaya mewujudkan kesehatan dilakukan oleh individu, kelompok, masyarakat,
lembaga pemerintah, ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (Notoatmodjo,
2003).

Promosi kesehatan adalah ilmu yang membantu masyarakat menjadikan


gaya hidup dan lingkungan masyarakat lebih sehat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari sistem informasi kesehatan?

2. Apakah pengertian prilaku dan perubahan perilaku ?

3. Apakah itu Foundational Theories ?

4. Apakah pengertian promosi kesehatan ?

5. Bagaimanakah perubahan perilaku sebagai dampak adanya promosi kesehatan


dan sistem informasi kesehatan.
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apakah pengertian dari sistem informasi kesehatan
2. Untuk mengetahui apakan pengertian perilaku dan perubahan prilaku

3. Untuk mengetahui apa itu Foundational Theories

4. Untuk mengetahui apakah pengertian promosi kesehatan

5. Untuk mengetahui bagaimanakah perubahan perilaku sebagai dampak adanya


promosi kesehatan

1.4. Manfaat Penulisan


Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan
mengenai promosi kesehatan untuk mencapai perubahan perilaku rakyat Indonesia
yang sehat dan bersih dan semoga makalah ini dapat menjadi salah satu sumber untuk
mengetahui perubahan perilaku sebagai dampak adanya promosi kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sistem Informasi Kesehatan

2.1.1 Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 yang dirilis
oleh situs resmi JDIH Kemenkeu RI, sistem informasi kesehatan adalah suatu
perangkat pengelolaan data dan informasi kesehatan untuk mengarahkan tindakan
atau keputusan yang berguna dalam mendukung peningkatan pelayanan kesehatan
masyarakat. Sistem yang juga dikenal dengan SIK ini menggabungkan prosedur,
perangkat teknologi, dan sumber daya manusia. Di mana dapat mengolah data dan
informasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dalam mendukung
pembangunan kesehatan nasional. Sehingga, dengan pengaturan SIK, setiap fasilitas
pelayanan kesehatan dapat berkesempatan:

 Menyelenggarakan pelayanan medis dasar dan/atau medis spesialistik kepada


pasien yang lebih optimal dan minim effort

 Menjamin ketersediaan, kualitas, dan akses terhadap data kesehatan yang


bernilai pengetahuan serta data yang dapat dipertanggungjawabkan
oleh tenaga medis, seperti dokter, dan tenaga kesehatan tambahan lainnya,
seperti perawat dan bidan

 Memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk organisasi profesi


kesehatan dalam penyelenggaraan sistem tersebut

Dan umumnya, SIK terdiri dari komponen-komponen:

1. Registrasi pasien yang mana bertujuan memudahkan pasien dalam


mendaftarkan diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara online.
Selain itu, komponen ini juga membantu tenaga kesehatan yang bertugas dalam
mencatat sekaligus mengidentifikasi data atau status pasien dari awal masuk
sampai pasien pulang, dirujuk, atau meninggal.

2. Pembayaran tagihan selama menggunakan layanan kesehatan, seperti rawat


jalan, rawat inap, dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehabilitasi
medis).

3. Penunjang rekam medis dan laboratorium yang akan mencatat detail data
identitas, pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan medis pada pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan. Contohnya, hasil pemeriksaan CT scan, ECG, USG, EEG,
dan lain-lain.
4. Fasilitas farmasi atau apotek untuk pengelolaan proses penjualan obat kepada
pasien dan persediaan obat yang terorganisir secara digital.

A. Pemerintah Terbitkan Peraturan Pemerintah Tentang Sistem Informasi Kesehatan


(SIK)
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, pada bulan Mei 2014 Pemerintah Republik Indonesia telah
menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan (SIK).
Pada UU Nomor 36 tahun 2009 tersebut, pasal 168 ayat 1 menyebutkan "Untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi
kesehatan". Pada ayat 2 menyebutkan "Informasi kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas
sektor", dan pada ayat 3 disebutkan "Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem
informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah".
 Tujuan di kembangkannya sistem informasi kesehatan
Dalam bidang kesehatan telah banyak dikembangkan bentuk-bentuk Sistem
Informasi Kesehatan ( SIK ), dengan tujuan dikembangkannya berbagai
bentuk SIK tersebut adalah agar dapat mentransformasi data yang tersedia
melalui sistem pencatatan rutin maupun non rutin menjadi sebuah
informasi
 Peranan sistem informasi kesehatan
Sistem informasi kesehatan dapat mengelola data dan informasi kesehatan,
seperti rekam medis pasien, data kejadian penyakit, dan
data kesehatan masyarakat, sehingga memudahkan dalam pengambilan
keputusan dalam manajemen kesehatan



B. Manfaat TIK di Bidang Kesehatan

1. Manfaat TIK di bidang kesehatan, bisa membantu pelaksanaan surveilans


epidemiologi penyakit atau pengamatan kejadian penyakit dari hari ke hari.
Sehingga kejadian tidak terduga dari penyakit bisa diantisipasi dengan lebih
cepat.
2. Kemudian, manfaat TIK di bidang kesehatan, bisa membantu deteksi berbagai
problematika kesehatan seperti peningkatan gizi buruk, peningkatan penderita
malaria, diare, demam berdarah, dengan lebih dini.
3. Dengan TIK, maka penyakit pasien bisa dideteksi lebih detail.
4. Selanjutnya, manfaat TIK di bidang kesehatan bisa membantu deteksi berbagai
macam jenis penyakit cukup melalui internet.
5. Baik puskesmas, laboratorium, apotek maupun praktek swasta, mampu
melakukan transfer data pasien secara elektronik.
6. Bahkan, manfaat TIK di bidang kesehatan bisa membantu untuk mengetahui
macam-macam jenis obat hanya melalui internet.
7. Dengan TIK, diagnostik, terapi, perawatan (monitoring status pasien) bisa lebih
mudah.
8. TIK juga bisa mengubah pola juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit
pasien. Sebab saat ini ada sistem smart card yang dapat digunakan juru medis
untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang datang ke rumah sakit. Kartu
tersebut bisa membantu juru medis mengetahui riwayat penyakit pasien secara
otomatis.
9. Kemudian, kehdiran produk kemajuan TIK seperti robot, juga membantu
proses operasi pembedahan serta penggunaan komputer hasil pencitraan tiga
dimensi yang mampu menunjukkan letak tumor di dalam tubuh pasien.

C. SIM
adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu ('integrated)untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi oprasi, manajemen dan
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
Sim adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul
Bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan
bekerjasama
antara satu bagian dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan
fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian
mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata
yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun dimasa
mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dantersedia bagi fungsi
tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)

D. Peranan manajemen sistem Informasi kesehatan


Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara.
Enam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2. Medical prodUct, Vaccine, and technologies (produk medis vaksin, dan
teknologi kesehatan)
3. Health worksforce (tenaga medis)
4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
5. Health information system (sistem informasi kesehatan)
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan
mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi,
pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi.
Subsistem dalam system informasi kesehatan secara umum meliputi :
a. Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi
lingkungan dan factor resiko)
b. Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah,
gudang farmasi, praktek swasta.
c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi,
HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertica.
d. System administrative, meliputi system pembiayaan, keuangan, system
kepegawaian, obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain.
e. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi

Jika dicermati, komponen tersebut tidak hanya tanggung jawab


sektor kesehatan semata, tetapi juga lintas sector lainnya seperti statistik vital
kependudukan, data kelahiran, data kematian. Sistem pelaporan informasi
kesehatan rutin dari fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan baik. Teknologi
informasi memberi berbagai kemUdaHan dalam proses manajemen di
segala bidang. Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan
didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini
mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam
berbagai kegiatan.
World Health Organization menilai bahwa investasi sistem informasi menuai
beberapa keuntungan, antara lain :
• Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah
kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
• Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif, evaluasi,
dan inovasi melalui penelitian. • Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi
sumber baru dan akuntabilitas, cara yang digunakan

Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang


komprehensif berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis
dan lokasi tenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang
diberikan di tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator
penduduk, seperti status demografi dan social ekonomi.
E. Manfaat Pelayanan Kesehatan Digital
1. Memudahkan masyarakat mendapat layanan kesehatan
Dengan perkembangan layanan kesehatan digital saat ini, teknologi yang ada
dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. MIsalnya dulu
teknologi/platform layanan kesehatan yang ada hanya memiliki feature untuk
mengatur janji temu dengan dokter, sedangkan saat ini banyak platform
layanan kesehatan digital yang menyediakan end-to-end features mulai dari
buat janji temu dengan dokter, konsultasi dengan dokter lewat video,
pemberian resep hingga pengiriman obat lengkap dengan proses pembayaran
di dalamnya.
2. Menjaga keselamatan dan meminimalisir resiko penularan penyakit
Platform layanan kesehatan digital sangat bermanfaat di era pandemi seperti
sekarang ini. Karena dengan menggunakan teknologi, masyarakat tidak perlu
dating langsung ke rumah sakit. Hal ini dapat mengurangi interaksi langsung,
mulai dari pendaftaran pasien hingga akhir proses rawat jalan misalnya.
Semua dapat dilakukan lewat platform tanpa harus bertatap muka. Platform
digital juga mengurangi antrian di rumah sakit karena banyak yang mendaftar
dan konsultasi melalui platform
3. Megurangi biaya kesehatan tanpa mengurangi kualitas pelayanan
Dengan menggunakan layanan kesehatan digital, masyarakat dapat
memanfaatkan untuk mengurangi pengeluaran kesehatan dengan tetap
mendapatkan layanan kesehatan yang baik. Karena rumah sakit dan tenaga
medis juga tetap memberikan layanan yang tetap terjaga kualitasnya

4. Memudahkan pasien mendapat fasilitas homecare


Layanan kesehatan digital turut memudahkan pasien dalam mendapatkan
fasilitas homecare. Misalnya untuk pemeriksaan laboratorium, saat ini dapat
dilakukan di rumah tanpa harus datang ke rumah sakit atau fasilitas penyedia
layanan kesehatan. Dengan standar yang sama, semua layanan kesehatan
tersebut dapat dinikmati di rumah sehingga lebih efektif bagi pasien untuk
mendapatkan layanan kesehatan yang dibutuhkan meskipun memiliki
keterbatasan waktu.
5. Mencegah pasien stres
Mengantri dokter di rumah sakit bisa membutuhkan waktu lama dan pasti
membosankan. Apalagi jika dokter tersebut sudah terkenal dan memiliki
banyak pasien yang berobat kepadanya. Orang normal saja bisa stres saat
menunggu antrean tersebut, apalagi si pasien yang sedang sakit. Dengan
layanan kesehatan digital bisa membuat jadwal pengobatan lebih tepat
sehingga bisa mencegah risiko stres pada pasien.

2.2. Prilaku
2.2.1. Pengertian

Perilaku individu merupakan suatu perilaku seseorang dalam melakukan


sesuatu atau cara ia bertindak terhadap suatu kegiatan dengan menggunakan
keterlampilan atau otak mereka. Adanya keterlampilan tidak terpisah dari latar
belakang atau pengetahuan. Di dalam suatu organisasi perilaku individu
mencerminkan setiap perilaku manajer terhadap bawahannya dimana jika ia
memperlakukan bawahannya denagn baik maka suatu hubungan antara bawahan
dan atasan terjalin dengan baik pula sehingga jalinan kerjasama di dalam
organisasipun bisa berjalan dengan baik. Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007)
Perilaku individu adalah sesuatu yang dikerjakan seseorang, seperti berbicara
dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja, menyusun laporan, mengetik memo,
menempatkan unit barang ke dalam gudang dan lain sebagainya
Perilaku merupakan fungsi interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perilaku
ditentukan oleh 2 faktor atau karakteristik, yaitu karakteristik individu dan
karakteristik lingkungan .
 Karakteristik individu yang berpengaruh terhadap perilaku individu :
kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengharapan dan pengalaman masa
lalunya.
 Karakteristik lingkungan (organisasi) yang berpengaruh : hirarki, tugas,
wewenang, sistem reward, sistem kontrol dan lain sebagainya.
2). Beberapa hal yang mempengaruhi perilaku

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian


terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak
diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Sikap tidaklah
sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan
sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan
yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta
tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).
Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap
merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak,
akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan
nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal
lainnya.

2.2 Perubahan Perilaku


2.2.2. Teori-teori Perubahan Perilaku

A. Teori S-O-R:

Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.

• Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau


memperbanyak rangsangan (stimulus).

• Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning
process).

• Materi pembelajaran adalah stimulus.

a). Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

• Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak


• Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
• Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
✓ Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
✓ Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

B. Teori “Dissonance” : Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab
atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi
stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi
ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons
positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil
perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: Terjadinya perubahan perilaku
karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak
seimbang.

Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak


seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil).
C. Teori fungsi: Katz

• Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus
atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).

D. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan atas parti
mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian
dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor
esensial ;

1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu


penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan
sarana & petugas kesehatan.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa
perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik
individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan
petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman
mencoba merubah perilaku yang serupa.

Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan


Kesehatan Konsep :
Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara
khusus bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan
dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:


a) Ancaman
• Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau kesediaanmenerima
diagnosa penyakit)
• Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya

b) Harapan
• Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
• Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu

c) Pencetus tindakan:
• Media
• Pengaruh orang lain
• Hal-hal yang mengingatkan (reminders)

d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender,


sukubangsa)

e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu)
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu.
Contoh: kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap
penyakit itu tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular
olehnya karena diantara anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker.
Keputusan untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan
penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang keuntungan dari tindakan
tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta
pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri. Persepsi tentang ancaman
penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh latar belakang sosio-
demografi si individu. Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor
pencetus (berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang
mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap,
barulah individu itu benar-benar melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna
menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut.
Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
• Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
• Menganggap serius masalah
• yakin terhadap efektivitas pengobatan
• tidak mahal
• menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

E. Model Komunikasi – Persuasi

Dasar nya dalah pesan yang komunikatif melalui beberapa pendekatan-


pendekatan, yakni :
l Pendekatan tradisional :
sumber, pesan, dan penerima

2 Pendekatan teori kognitif


stimulus menghasilkan respon kognitif yang terdiri dari hal yang penting dan
relevan. Stimulus juga di pengaruhi oleh argumnetasi (pendapat). Sehingga
menghasilkan perubahan perilaku.

3 Pendekatan belajar pesan


Perhatian, pemahaman, penerimaan, danretensi

Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku


a) Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi
perubahan alam (lingkungan) secara alamiah
b) Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena
memang direncanakan oleh yang bersangkutan

c) Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena


terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses
internal ini berbeda pada setiap individu.

Strategi Perubahan Perilaku

a) Inforcement (Paksaan):
1. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan
peraturan atau perundangan.
2. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak
langgeng)
b) Persuasi
Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi.
Melalui pesan seperti jangan makan babi karna bisa menimbukkan penyakit
H1N1. Melalui diskusi seperti diskusi tentang abortus yang membahayakan
jika digunakan untuk alasan yang tidak baik

c) Fasilitasi
Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung.
Dengan penyediaan sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge
(pengetahuan) Untuk melakukan strategi ini mmeerlukan beberapa proses
yakni kesediaan, identifikasi dan internalisasi.
Ketika ada rangsangan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan akan
menimbulkan aksi dan kemudian hal itu menjadikan perbahan perilaku.
d) Education :
1. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari
pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan.
2. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.
Contoh Kasus:
Sebuah keluarga miskin tinggal di desa Putat jaya Surabaya. Sudah sejak
kemarin anaknya yang ketiga berumur 1 tahun sakit. Gejalanya adalah: panas,
tidak mau makan, napasnya cepat, dan sesak napas.

3.1. Foundational Theories


3.1.1. Intrapersonal Level
A. Health Belief Model
Health Belief Model Model ini berkembang tahun 1950-an dan menjelaskan
bahwa perilaku dipengaruhi oleh nilai dan harapan. Ketika model ini diterapkan
pada perilaku kesehatan, dapat disimpulkan bahwa individu berusaha menghindar
dari penyakit dan mengharapkan kegiatan terkait kesehatan yang mengarah pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Terdapat enam elemen utama
dari Health Belief Model, yaitu (Janz and Becker, 1984):

a. Perceived Susceptibility Hal ini mengacu pada keyakinan individu bahwa dia
akan tertular penyakit. Setiap orang memiliki kerentanan yang berbeda
terhadap kondisi tertentu, tergantung pada berbagai faktor, termasuk riwayat
keluarga (penyakit jantung), demografi (wanita dan kanker payudara), usia
(penyakit alzheimer). Orang yang yakin bahwa mereka sangat rentan terhadap
suatu penyakit atau kondisi mungkin lebih cenderung mengubah perilaku,
sedangkan mereka yang merasa tidak rentan memiliki sedikit motivasi untuk
mengubah perilaku.

b. Perceived Severity Hal ini mengacu pada keseriusan penyakit tertentu yang pada
akhirnya akan memengaruhi kehidupan individu tersebut baik secara fisik
(misalnya, rasa sakit, kecacatan, kematian) dan sosial (berdampak pada kemampuan
untuk mempertahankan karier atau berdampak pada keluarga).

c. Perceived Benefits Hal ini mengacu pada keyakinan seseorang bahwa perubahan
perilaku berdampak pada kesehatan misalnya, penghematan biaya.

d. Perceived Barriers Hal ini mengacu pada keyakinan seseorang pada dampak
negatif dari perubahan perilaku, misalnya mempertimbangkan biaya, waktu,
kenyamanan, dan efek samping.

e. Cues to action Adanya suatu pemicu yang memotivasi seseorang untuk mengubah
perilaku.

f. Self efficacy Merupakan suatu keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil


mengubah perilaku.

3.1.2. Interpersonal Level


A. Social Cognitive Theory

Teori kognitif sosial (SCT) adalah salah satu teori perilaku kesehatan yang
paling sering diterapkan (Baranowski et al., 2002). SCT mengemukakan hubungan
deterministik timbal balik antara individu, lingkungannya, dan perilakunya; ketiga
elemen secara dinamis dan timbal balik berinteraksi satu sama lain untuk
membentuk dasar perilaku, serta potensi intervensi untuk mengubah perilaku
(Bandura, 1977, 1986, 2001). Teori kognitif sosial sering disebut sebagai jembatan
antara teori pembelajaran perilaku dan kognitif, karena berfokus pada interaksi
antara faktor internal seperti pemikiran dan pemrosesan simbolik (misalnya,
perhatian, memori, motivasi) dan faktor penentu eksternal (misalnya penghargaan
dan hukuman) dalam menentukan perilaku..
SCT membahas faktor psikososial dan motivasi yang mempengaruhi perilaku
kesehatan dan metode untuk mempromosikan perubahan perilaku yang
berkelanjutan dan dapat diterjemahkan. SCT adalah teori perubahan perilaku yang
umum diterapkan pada teknologi diabetes; tinjauan sistematis baru-baru ini
menemukan sebagian besar intervensi kesehatan seluler menangani diet, aktivitas
fisik, atau penurunan berat badan menggunakan SCT sebagai kerangka panduan.
SCT mencakup pertimbangan perilaku sebelumnya, kognisi, lingkungan sosial, dan
lingkungan fisik seseorang saat memprediksi perilaku di masa depan. Perubahan
perilaku dimulai dan dipertahankan ketika orang merasa bahwa mereka mampu
melaksanakan perilaku yang diinginkan (yaitu, self-efficacy) dan memiliki harapan
yang masuk akal bahwa perilaku tersebut akan menghasilkan hasil yang diinginkan
(yaitu, ekspektasi hasil). Pertimbangan SCT tambahan yang relevan untuk teknologi
diabetes termasuk pengetahuan individu tentang risiko kesehatan dan manfaat yang
terkait dengan perilaku target, identifikasi tujuan dan strategi khusus untuk
melacak kemajuan dan mewujudkan tujuan ini, dan penggunaan pembelajaran
perwakilan dalam yang observasi orang lain atau model memandu pembelajaran.
Jalur utama pengaruh termasuk menyesuaikan konten atau target perilaku dengan
tingkat pengetahuan dan kemanjuran peserta, memantau kemajuan yang mereka
buat, dan memanfaatkan dukungan sosial untuk meningkatkan pembelajaran dan
motivasi

Teori kognitif sosial, rumusan kognitif dari teori pembelajaran sosial yang
paling baik diartikulasikan oleh Bandura, menjelaskan perilaku manusia dalam
kerangka model tiga arah, dinamis, timbal balik di mana faktor-faktor pribadi,
pengaruh lingkungan, dan perilaku secara terus menerus. berinteraksi. Teori
kognitif sosial mensintesis konsep dan proses dari model kognitif, behavioristik, dan
emosional dari perubahan perilaku, sehingga dapat segera diterapkan pada
intervensi nutrisi untuk pencegahan dan pengelolaan penyakit. Premis dasarnya
adalah bahwa orang belajar tidak hanya melalui pengalaman mereka sendiri, tetapi
juga dengan mengamati tindakan orang lain dan hasil dari tindakan tersebut.
Konstruksi kunci dari teori kognitif sosial yang relevan dengan intervensi nutrisi
termasuk pembelajaran observasional, penguatan, pengendalian diri, dan efikasi
diri.

3.2. Promosi Kesehatan


3.2.1. Pengertian
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan
sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan
lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan
yang sehat.

3.3. Bagaimanakah Perubahan Perilaku sebagai Dampak Adanya Promosi


Kesehatan
Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat
Menuju Hidup Bersih dan Sehat

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.


Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai
berbagai masalah san hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang
kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar
daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan.
Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang
berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan, yakni :

a) Perubahan pada dinamika kependudukan.


b) Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran.
c) Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi
informasi, telekomunikasi dan transportasi.

d) Perubahan lingkungan .
e) Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK
dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan
paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan
kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan
kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih
meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat
sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan
mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui
kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif. Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan
adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas
dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia
Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

1. Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan


Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka paling sedikit yang harus
tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah :

a) Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan


pemberantasannya
b) Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
c) Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
d) Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e) Imunisasi
f) Pengobatan dan pengadaan obat

Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat
kesehatan yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan
penyelenggaraan yang efisien mutlak diperlukan disamping harus berdasarkan :

a) Perikemanusiaan
b) Kesehatan sebagai hak asasi
c) Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat

d) Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif


e) Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
f) Dukungan sumber daya kesehatan

Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih
komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi
dan lingkungan sosial- budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang
berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan
fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya
air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan
pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna.
Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat
yang berhubungan dengan PHBS. Perubahan terhadap lingkungan memerlukan
intervensi dari tenaga kesehatan terutama Tenaga Kesehatan Masyarakat yang
mempunyai kompetensi.

2. Proses Promosi Kesehatan yang Menjadi Penyebab Perubahan Perilaku

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di


dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar
dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Tindakan nyata
ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal
lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu
mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang
memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang
dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek
tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap,
dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku Informasi merupakan hal yang utama dalam
promosi kesehatan, karna semua promosi kesehatan berupa informasi. Informasi
merupakan salah satu sumber utama dari knowledge (pengetahuan) yang menjadi
salah satu strategi dalam perubahan perilaku pada point fasilitasi (penyediaan
sarana dan prasarana). Dalam strategi merubah perilaku melalui point persuasi,
informasi dapat di peroleh melalui diskusi yang menjadi salah satu media promosi
kesehatan.dalam stategi point paksaan juga berhubungan dengan promosi
kesehatan lewat informasi, karna melalui promosi kesehatan tersebut
masyarakat/sesorang dapat mngetahui ancaman berupa penyakit yang ditimbulkan
jika tidak melaksanakan perilaku hidup sehat. Strategi perubahan perilaku pada
point edukasi, informasi merupakan satu hal pada edukasi. Jadi promosi kesehatan
memberikan informasi tentang perilaku hidup sehat ang mampu menjadi strategi
dalam merubah perilaku.

Contoh Perubahan Perilaku sebagai Dampak Adanya Promosi Kesehatan


a) Perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan HIV-AIDS

Para pengidap HIV-AIDS didampingi dan diarahkan untuk memelihara kesehatan


dengan mengonsumsi obat dan vaksin, meninggalkan perilaku yang bisa
menghantarkan pada penularan penyakit tersebut kepada orang lain serta
memberdayakan kemampuan yang mereka miliki untuk menghilangkan stigma di
tengah masyarakat.

b) Perubahan perilaku masyarakat dalam penanganan lingkungan bersih dan sehat

Perilaku cuci tangan pakai sabun telah terbukti secara ilmiah dapat mengurangi
angka kematian balita yang disebabkan oleh diare. Namun faktanya, masyarakat
belum menyadari pentingnya penerapan praktek cuci tangan pakai sabun dalam
kehidupannya sehari-hari. Pesan tentang cuci tangan pakai sabun pun mulai
semarak digalakkan sebagai aalt untuk mengubah perilaku masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi kesehatan dan
promosi kesehatan, sebagai sebuah alat, dapat digunakan untuk membuat
perubahan, baik perubahan sikap, perilaku maupun kebijakan. Untuk itu semua
diperlukan motivasi yang tinggi, lebih banyak belajar karna semakin banyaknya
aplikasi-aplikasi baru di dunia kesehatan yag harus kita tahu, niat kuat, ketelatenan,
dan kesabaran, karena akan banyak hambatan dan tantangan yang akan dihadapi,
mengingat selama ini promosi kesehatan ini belum ada balasan yang maksimal dari
masyarakat. Sehingga perlu usaha lebih ekstra dan maksimal untuk
mewujudkan perubahan perilaku yang diharapkan melalui adanya promosi
kesehatan melalui teknologi informasi membuat masayarakat semakin maju dan
paham tentang pentingnya informasi kesehatan.

B. Saran

Sebaiknya terus dilakukan peningkatan promosi kesehatan baik langsung ataupun


menggunakan teknologi-teknologi terkini, dari yang muda sampai yang tua
memperluas jaringan promosi terutama daerah-daerah terpencil dan rakyat miskin,
dan peningkatan sarana dan prasarana oleh pemerintah dan instantsi terkait demi
mewujudkan Indonesia bersih dan sehat 2021 hingga tahun-tahun kedepan baik
langsung atau pun menggunakan media elektronik.

.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://inixindojogja.co.id/9-manfaat-tik-di-bidang-kesehatan-sdm-jadi-
faktor-
penunjang/#:~:text=Manfaat%20TIK%20di%20bidang%20kesehatan%
2C%20bisa%20membantu%20pelaksanaan%20surveilans%20epidemiol
ogi,bisa%20diantisipasi%20dengan%20lebih%20cepat.

2. https://lmsparalel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F55421%2Fmo
d_resource%2Fcontent%2F1%2FJurnal%20Prilaku%20Organisasi.docx#
:~:text=Perilaku%20individu%20merupakan%20suatu%20perilaku,dari
%20latar%20belakang%20atau%20pengetahuan.

3. https://teramedik.com/cenews/2022/11/03/kenalan-dengan-5-jenis-
sistem-informasi-kesehatan-dari-teramedik-yuk/

4. https://www.daya.id/kesehatan/tips-info/aktivitas-sehat/ini-manfaat-
layanan-kesehatan-digital-bagi-masyarakat

5. https://stikeshb.ac.id/komponen-sistem-informasi-kesehatan-dan-
penjelasannya/#:~:text=Sistem%20informasi%20kesehatan%20dapat%
20mengelola,pengambilan%20keputusan%20dalam%20manajemen%20
kesehatan.

6. https://bakri.uma.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Konsep-Dasar-
dan-Dasar-Dasar-Hukum-SIKPertemuan-ke-
2.pptx#:~:text=Dalam%20bidang%20kesehatan%20telah%20banyak,no
n%20rutin%20menjadi%20sebuah%20informasi.

7. http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/09/konsep-perilaku-
dan-perubahan-

8. file:///C:/Users/New%20%20User/Downloads/Documents/FullB
ook-Promosi-Kesehatan-

9. https://bbs.binus.ac.id/gbm/2017/07/07/teori-yang-biasa-
digunakan-untuk-mengukur-

10. perilaku-konsumen-theory-of-planned-behaviour/

11. http://en.wikipedia.org/wiki/Diffusion_of_innovasions

12. http://files.eric.ed.gov/fulltex/EJ1188441.pdf
13. http://www.promosikesehatan.cpm/?act=program&id=12

14. http://id.wikipedia.org/wiki/promosi

15. http://www.promosikesehatan.com/?act=program&id=12&sid=1 1

16. http://www.promosikesehatan.com/?act=program&id=12&sid=1 0

17. http://www.promosikesehatan.com/?act=program&id=12&sid=9

Anda mungkin juga menyukai