Anda di halaman 1dari 15

BLOK MDC 302

BLOK NEUROMUSKULOSKELETAL
LAPORAN PBL 2 FRAKTUR

Oleh:
PBL 12
Sylvia Charnanda

2010-060-043

Meryana

2010-060-044

Hastuty Ramba Mangawe

2010-060-098

Priscila Stevanie

2010-060-102

Zev Panka

2010-060-142

Maria Katrin

2010-060-151

Evelyn Lee

2010-060-152

Vilia Budi Prasetio

2010-060-153

Elsa Aprillia

2010-060-155

Stevano Giovani Handoko S

2010-060-175

Adrianus Kevin

2010-060-201

Tutor PBL : dr. Lusia Gani

Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kehendak-Nyalah laporan Problem Based Learning (PBL) ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan laporan PBL ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mengenai pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan
dengan fraktur.
Dalam penyelesaian laporan ini, tim penulis mengalami banyak
kesulitan terutama karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan,
walaupun masih banyak kekurangannya. Maka, sudah sepantasnya jika
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr., yang telah membantu dan membimbing tim penulis selama proses
diskusi PBL serta mengarahkan tim penulis untuk mencapai sasaran
pembelajaran.
2. semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tim penulis menyadari bahwa pengetahuan kami belum seberapa dan
masih perlu banyak belajar dalam penulisan laporan, sehingga laporan ini
masih banyak kekurangan. Tim penulis mengharapkan kritik dan saran positif
dari pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
yang akan datang.
Harapan penulis adalah semoga laporan PBL yang sederhana ini
dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan fraktur.
Jakarta, 8 Oktober 2012
tim penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur merupakan salah satu penyebab tersering masalah ortopedik.
Kebanyakan pasien yang mengalami fraktur adalah laki-laki usia muda
yang tingkat aktivitasnya tinggi. Fraktur adalah diskontinuitas sebagaian
atau seluruhnya tulang sejati maupun tulang rawan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah fraktur dapat menurunkan kualitas hidup manusia
tergantung dampak kerusakannya, meluas ke jaringan sekitarnya atau
tidak. Jaringan sekitar tulang termasuk otot, pembuluh darah, dan saraf.
Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai fraktur perlu diperdalam sehingga
mengurangi kesalahan diagnosa dan dapat melaksanakan tatalksana
terbaik untuk proses perbaikannya.
1.2 Skenario Diskusi PBL
Laki-laki 35 tahun, didiagnosis dengan fraktur humerus dextra 1/3
proximal tertutup dengan keluhan tidak dapat menggerakan pergelangan
tangan kanan. Kejadian 2 hari yang lalu, saat bermain futsal, pasien
terjatuh dengan lengan kanan membentur pinggir lapangan. Pasien
sudah berobat ke shinshe dan diurut sebanyak dua kali. Pasien
menanyakan apakah sakitnya bisa sembuh.

BAB II
Hasil Diskusi
2.1 Clarify unfamiliar terms

2.2 Define the problems


1. Bagaimana anatomi lengan atas (tulang, otot, persarafan, dan
pembuluh darahnya)?
2. Apa saja jenis-jenis fraktur?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya manifestasi klinis tidak dapat
menggerakan pergelangan tangan karena fraktur humerus dan proses
penyembuhan fraktur? Apakah ada pengaruh dari diurut/dipijat?
4. Bagaimana tatalaksana dari fraktur?
5. Apa saja komplikasinya?
2.3 Brainstorm
1. Anatomi lengan atas
Tulang:
- Humerus (lengan atas) terdapat sulcus nervii ulnaris dan sulcus
nervii radialis
- Radialis (lengan bawah)
- Ulnaris (lengan bawah)
Otot:
- M. biceps brachii
- M. triceps
- M. choracobrachialis
- M. brachialis
Saraf:
-

Plexus bracialis:
Truncus superior (C5-C6) dorsal dan ventral
Truncus medius (C7) dorsal dan ventral
Truncus Inferior (C8-T1) dorsal dan ventral
o Fasciculus lateralis N. musculocutaneous, N.
pectoralis lateralis
o Fasciculus posterior N. axillary, N. radialis
o Fasciculus medialis N. ulnaris
o Fasciculus medialis dan lateralis N. medianus

Pembuluh darah:
-

A. axillaris

A. brachialis

2. Jenis-jenis fraktur:
- menurut derajatnya:
sempurna
tidak sempurna:
o greenstick
o fissured, linear, stelata pada tulang pipih
o depressed, pond, gutter pada tulang tengkorak
o splinter atau apophyseal pada tulang yang menonjol
- menurut garis patahnya: transverse, oblique, longitudinal, spiral,
comminuted, impacted, compression (biasanya di tulang belakang),
-

complicated, subperiosteal.
menurut letaknya:
di batang tulang
di collum, condilus, tuberositas, prosesus, epifisis
fraktur sendi: intraartikular dan extraartikular
menurut ada tidaknya hubungan dengan dunia luar: fraktur tertutup
dan terbuka
patologis/spontan:
o agenesis
o atropi
o peradangan
o hormonal
o neoplasia
patah tulang karena kelelahan (= stress fracture)
menurut traumanya:
langsung : tapping, crush, luka tembus karena peluru
tidak langsung : tarikan, gaya anguler, tekanan, kombinasi

3. Patofisiologi terjadinya manifestasi klinis tidak dapat menggerakan


pergelangan tangan karena fraktur humerus:
ada sulcus nervii radialis pada Os. humerus dimana N. radialis
berjalan pada sulcus tersebut. Fraktur yang terjadi kemungkinan besar
mengenai nervus radialis yang mempersarafi lengan bawah terutama
otot-otot extensi.
Proses perbaikan fraktur:
a. Fase inflamasi/hematoma: 1-2 minggu
b. Fase reparasi/proliferasi seluler: beberapa bulan, pembentukan
kallus dan konsolidasi
c. Fase remodeling: bulan-tahun

Pengaruh diurut/dipijat dapat memperparah kerusakan tulang seperti


dislokasi, angulasi, rotasi, dsb, selain itu juga dapat menambah
kerusakan jaringan sekitarnya termasuk pembuluh darah dan saraf.
4. Tatalaksana:
a. Mengatasi syok (Airway-Breathing-Circulation) : beri oxygen
b. Bidai untuk fiksasi
c. Anamnesis
d. PF
e. PP: foto polos, MRI
f. Terapi bisa dengan reposisi terbuka (operasi pemasangan plate
and screw, dll) dan tertutup (traksi) setelahnya di gips supaya bisa
terfiksasi, bila fraktur terbuka harus segera diberi antiseptik.

5. Komplikasi:
- Langsung: tromboemboli, sepsis, gangguan pmbuluh darah, emboli
lemak, gangguan saraf.
tidak langsung: delayed union (pembentukan penyatuan tulang

lambat), mal-union, non-union (penyatuan tulang tidak terjadi sama


sekali setelah 2-3 kali waktu proses penyembuhan normal)
2.4 Analyzing the problem
SKEMA

Jatuh

Fraktur lengan atas


Komplikasi
Anatomi lengan
atas

Prognosis

Jenis-jenis fraktur
Tatalaksana

2.5
Learning
Objectives

Patofisiologi
pergelangan
tangan tidak dapat
digerakkan

Proses perbaikan
fraktur

1. Jelaskan anatomi lengan (tulang, otot, pembuluh darah, dan sarafnya)!


2. Apa definisi fraktur?
3. Sebutkan jenis-jenis fraktur!
4. Bagaimana patofisiologi pergelangan tangan tidak dapat digerakkan
karena fraktur humerus?
5. Bagaimana tatalaksana fraktur (diagnosis dan terapi)?
6. Sebutkan komplikasinya!
7. Bagaimana prognosis fraktur tulang?
2.6 Gather information and private study
2.7 Share the results of information
1.Anatomi Lengan
Tulang dan otot lengan atas
Lengan disusun oleh os Humerus, sedangkan otot otot lengan atas
meliputi M. Biceps Brachii, M. Coracobrachialis, M. Brachialis, dan M.
Tricep Brachii

Persyarafan
Saraf tepi di regio lengan atas terdiri dari Truncus plexus brachialis,
fasiculus lateralis, fasiculus medialis, fasiculus posterior, N. Axillaris,
N. Musculocutaneus, N. Medianus, N. Ulnaris, dan N. Radialis.

Perdarahan
Perdarahan pada lengan atas dimulai dari cabang truncus
brachiocephalica yaitu arteri subclavia yang berjalan menuju lengan
menjadi arteri axillaris lalu berjalan sepanjang lengan atas dan
disebut sebagai arteri brachialis dan bercabang dua menjadi arteri
radialis dan ulnaris yang nantinya menjadi arcus palmaris yang
memperdarahi tangan.

2. Definisi Fraktur adalah: terputusnya kesinambungan sebagian atau


seluruh tulang atau tulang rawan.
3. Jenis-jenis Fraktur
Menurut derajatnya terbagi menjadi dua, yaitu fraktur sempurna dan
tidak sempurna. Fraktur tidak sempurna terbagi menjadi beberapa
yaitu : greenstick; fissured, linea atau stelata yang terjadi pada tulang
pipih; depressed, pond, atau gutter pada tulang tengkorak; splinter atau
apophyseal pada tulang yang menonjol.
Menurut garis patahnya, fraktur terbagi menjadi : transversal, oblique,
longitudinal, spiral, comminuted, impacted, compression, complicated,
dan subperiosteal.
Menurut letaknya terbagi menjadi fraktur pada batang tulang, pada
collum, condilus, tuberositas, prosesus dan bagian epifisis.
Menurut ada tidaknya hubungan dengan dunia luar maka dibagi
menjadi fraktur terbuka dan tertutup.
Menurut jenis traumanya dibagi menjadi trauma langsung (seperti
tapping, crush, luka tembus akibat peluru) dan trauma tak langsung
(tarikan, ganya anguler, tekanan, atau kombinasi).
Klasifikasi lainnya yaitu menurut penyebabnya patologis atau spontan,
dan ketika fraktur mengenai sendi maka terbagi menjadi fraktur intra
artikuler dan ekstra artikuler.

4. Macam gangguan pada Nervus Radialis


Radial nerve palsy terjadi ketika saraf radialis mengalami
gangguan akibat hal-hal tertentu. Salah satunya adalah fraktur tulang
humerus di mana terletak sulcus nervi radialis. Saraf radialis sendiri
mempersarafi seluruh otot-otot ekstensor lengan dan tangan, sehingga
jika terjadi gangguan pada saraf tersebut maka gejala yang terjadi
adalah yang disebut dengan drop hand, yaitu ketidakmampuan tangan
untuk melakukan esktensi, sering kali juga disertai rasa tidak nyaman
pada bagian belakang tangan dan daerah di sekitar jempol.
Nervus interosesus posterior adalah lanjutan dari nervus
radialis. Nervus inilah yang mempersarafi otot-otot ekstensor tangan.
Sehingga apabila mengalami gangguan, gejala yang ditimbulkan
hampir sama seperti gangguan pada saraf radialis dan gangguan pada
nervus ini hanya menimbulkan gangguan motorik.
Radial Tunnel Syndrome adalah gangguan akibat peningkatan
tekanan pada nervus radialis oleh tulang dan otot di bagian lengan
bawah dan siku. Biasa terjadi karena gerakan-gerakan lengan bawah
yang kuat, gerakan memutar yang dilakukan berulang kali atau pun
akibat trauma. Gejala yang dirasakan adalah rasa nyeri pada lengan

bawah, terutama saat menggerakan tangan, pergelangan tangan pun


terasa lemas saat digerakan.
5. Tatalaksana fraktur
Hal yang perlu diperhatikan adalah ABCDE ( Airway and
cervical spine control, Breathing, Circulation and life threatening
bleeding, neurologic Disability, Exposure of all injuries). Jika ada
perdarahan segera lakukan elevasi dan tekanan pada luka, serta
pemasangan tourniquet. Setelah itu segera berikan darah atau cairan
pengganti. Lakukan bidai, kurangi rasa nyeri dan lakukan reposisi.
Fungsi dari reposisi antara lain yaiu memastikan pulihnya fungsi
anggota gerak, mencegah terjadinya proses degeneratif pada sendi,
mengurangi komplikasi serta mempercepat proses penyembuhan.
Fiksasi yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu fiksasi
interna dan eksterna. Fiksasi interna dapat menggunakan plate and
screw, nailing, dan wiring. Sedangkan fiksasi eksterna dapat dilakukan
traksi kulit, traksi skelet, gips sirkuler atau spalk, dan fiksator skelet
eksterna.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan
foto polos. Pengambilan foto dilakukan dari dua sisi agar mendapatkan
gambaran yang jelas fraktur yang terjadi. Apabila diduga terjadi
gangguan

pada

saraf,

maka

bisa

dilakukan

pemeriksaan

neurovaskuler. MRI, Bone Scan, dan CT scan dapat dilakukan untuk


fraktur yang patologis atau berhubungan dengan tumor.
6. Komplikasi
Komplikasi fraktur terbagi menjadi dua, yaitu komplikasi awal dan
lambat.
Komplikasi awal antara lain syok, cushing syndrome, thrombosis vena
dan emboli paru, tetanus, emboli lemak, dan komplikasi setempat
(berupa kerusakan kulit, otot, tendon, saraf, pembuluh darah dan
sendi).
Sedangkan komplikasi lambat antara lain delayed union, mal union,
dan non union.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Fraktur merupakan keadaan yang sering terjadi dan bisa terjadi pada
siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Walau demikian hal ini tidak
begitu saja diremehkan, fraktur bisa menimbulkan komplikasi-komplikasi
yang semakin memperburuk prognosis. Salah satu bentuk komplikasinya
adalah ketika fraktur tersebut mengganggu persarafan di sekitar seperti
pada kasus yang menyebabkan gangguan nervus radialis. Penanganan
secara cepat dan tepat serta edukasi bagi pasien diperlukan agar jangan
sampai terjadi komplikasi-komplikasi yang merugikan pasien.
3.2. Saran
Karena fraktur adalah kasus yang cukup sering terjadi di kalangan
masyarakat, sebaiknya dilakukan penyuluhan

tentang pertolongan

pertama pada fraktur dan juga edukasi tentang fraktur itu sendiri,
sehingga masyarakat bisa melakukan pencegahan terhadap komplikasikomplikasi serta menjadi lebih paham tentang tatalaksana fraktur, tidak
asal menuju pengobatan alternatif. Selain itu para klinisi juga perlu
mengenal gejala klinis dari komplikasi-komplikasi fraktur supaya dapat
melakukan penanganan segera sehingga tidak merugikan pasien,

Daftar Pustaka
1. Salter RB. Textbook of Disorders and Injury of Musculoskeletal System.
2. Apley G. Solomon K. Apleys System of Orthopaedics and Fracture edisi
9.
3. Mangunsudirdjo, Saleh. Fraktur, Penyembuhan, Penanganan dan
Komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai