Anda di halaman 1dari 7

Judul Physiotherapy treatment of Bells Palsy: A case report

Penulis James M. Elliott


Jurnal Journal of Physiotherapy
Volume Vol. 34 (3)
Tahun November 2006,
Reviewer DESKA WIJAYANTI (201210301018)

1. Population
Dalam 16 sesi fisioterapi selama 4 bulan, pasien telah membaik cacat wajah
yang dilaporkan sendiri (skor FDI awal; Fisik subskala = 35/100 dan Sosial /
Kesejahteraan subskala = 55/100. Rata nal FDI; Subskala fisik = 75/100
dan Sosial / Kesejahteraan subskala = 85/100) dan signi cantly gangguan
fungsional berkurang.
Umumnya, pasien yang didiagnosis dengan Bell palsy mungkin
mengharapkan pemulihan lengkap tanpa intervensi medis dan / atau
fisioterapi. Namun, beberapa kasus tetap rumit tanpa resolusi lengkap gejala.
Kebutuhan untuk secara akurat mengklasifikasikan pasien ini ada. Dalam
beberapa kasus, fisioterapi dapat memberikan ekstrim bene t dalam
mengurangi gangguan fisik dan sosial yang biasa terlihat di pasien yang
menderita Bell palsy. Ukuran hasil yang dilaporkan sendiri, seperti FDI,
memberikan metode yang mudah untuk menilai apakah pasien yang
menderita berbagai diagnosis merespon fisioterapi.
2. Comparison

Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk menggambarkan Bukti terbaik saat
rehabilitasi konservatif Pendekatan menggunakan pendidikan ulang neuromuscular
wajah Skema bagi seorang individu didiagnosis dengan Bell palsy

3. Intervention
Intervensi yang dilakukan Fisioterapi pada kasus Bells palsy berorientasi
dalam mengatasi keluhan yang biasanya timbul akibat kasus tersebut.
1. Pemanasan dengan IR
Pemberian terapi panas menggunakan IR dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
A. Persiapan alat
Persiapan alat yang dilakukan meliputi jenis lampu (disini penulis
menggunakan jenis non luminous),kemudian terapis memeriksa kabelnya,
setelah dapat dipastikan bahwa lampu aman untuk digunakan kemudian
terapis menyiapkan alat pengatur waktu selama 15 menit, terakhir terapis
menyiapkan handuk dan tisu yang akan digunakan untuk menutup mata
pasien.
B. Persiapan pasien
Pasien diminta untuk tidur terlentang dengan senyaman mungkin, kepala
beralaskan bantal dengan wajah miring kearah sisi wajah yang sehat (miring
ke kiri). Wajah yang akan diterapi dibersihkan terlebih dahulu. Pasien
diberitahu tentang manfaat terapi dan mengenai panas yang dirasakan, yaitu
rasa hangat. Bila ternyata ada rasa panas yang menyengat, pasien diminta
segera memberitahu pada terapis.
C. Pelaksanaan terapi
Pertama-tama pasien diberikan tisu untuk menutup mata dan menghindari
mata dari sorot lampu, kemudian lampu diposisikan tagak lurus dengan
wajah sisi kiri, jarak diatur antara 45-60 cm, alat pengatur waktu dipasang
selama 10 menit, kemudian lampu dihidupkan.

2. Massage
Pemberian massage dengan berbagai teknik dilakukan dengan tahap-tahap
pelaksanaan sebagai berikut:
A. Persiapan alat
Dalam pelaksanaan massage alat yang dibutuhkan hanya tisu dan pelicin
berupa bedak
B. Persiapan pasien Posisi pasien terlentang dengan kepala disangga bantal.
Sebelum diterapi wajah dibersihkan dengan handuk. Pasien diberi keterangan
tentang teknik-teknik terapi yang akan diaplikasikan serta manfaat dari
pemberian massage.
C. Pelaksanaan terapi
Massage pertama-tama dilakukan dengan memberikan pelicin pada wajah
dengan menggunakan teknik stroking, kemudian pelicin diratakan dengan
teknik effleurage, dimana arahnya sesuai dengan arah serabut otot yaitu sisi
wajah yang sehat (kiri) ditarik kearah telinga dari sisi wajah yang lesi
(kanan), dengan tekanan ringan. Setelah itu terapis memberikan finger
kneading pada wajah sisi yang sehat. Massage diakhiri dengan memberikan
slapping terutama pada wajah sisi lesi. Massage diberikan selama 10 menit.

3. Stimulasi Elektrisa

A. Posisi pasien Tidur terlentang di atas tempat tidur dengan rilek


B. Posisi terapis Disebelah kanan atau pada sisi yang lesi
C. Pelaksanaan Pemeriksaan alat, periksa kabel, tombol menu, dan intensitas
harus dalam keadaan nol dan periksa pet yang digunakan kemudian
pemasangan alat dengan menaruh katode dibagian cervikal dan anode
diletakkan pada masing-masing titik motor poin otot-otot wajah , dalam
pelaksanaan setiap mengganti titik motor poin yang dituju arus intensitas
harus direndahkan atau dalam posisi nol dan saat menaikkan intensitas
pelan-pelan sampai terlihat kontraksi yang terjadi, tanyakan pada pasien
sudah pas, terlalu rendah atau tinggi. Setelah selesai matikan alat dan alat
ditata kembali. Untuk dosis terapi menggunakan arus faradik dengan
intensitas toleransi pasien yaitu 3 mA dan waktu 15 menit.
D. Terapi latihan dengan menggunakan cermin (mirror exercise)
Terapi dengan menggunakan cermin (mirror exercise) membutuhkan
partisipasi baik dari pasien maupun terapis. Pada saat inilah merupakan
waktu yang tepat untuk membangun motivasi dan kepercayaan diri pasien.
Tahap-tahap pelaksanaannya meliputi :

i. Persiapan Alat
Alat yang digunakan adalah cermin.
ii. Persiapan pasien
Pasien di posisikan duduk di depan cermin, sedangkan fisioterapis berdiri di
samping pasien. Pasien diberikan keterangan mengenai manfaat dari terapi
ini.
iii. .Pelaksanaan terapi
Pertama-tama terapis memberikan contoh gerakan-gerakan yang harus
dilakukan oleh pasien kemudian pasien diminta untuk menirukan gerakan-
gerakan tersebut, terapis memperhatikan dan mengkoreksi apabila ada
gerakan yang keliru, terapi dilakukan selama 10 menit. Apabila pasien belum
bisa menggerakkan otot-ototnya maka terapis bisa membantu dengan cara
pasif. Pada saat latihan ini penulis memodifikasi dengan memberi tahanan
(resisted) ringan pada setiap gerakan yang dilakukan oleh pasien.
Sebelumnya terapis memberikan contoh tahanan-tahanan yang harus
dilakukan, kemudian pasien melakukannya sendiri.

4. Edukasi Edukasi yang dapat diberikan pada pasien adalah


A. pasien diminta untuk menghindari udara dingin secara lansung pada wajah.
B. pasien dianjurkan untuk menggunakan tetes mata setelah seharian
beraktivitas, ini bertujuan untuk mencegah iritasi pada mata.
C. pasien dianjurkan untuk mengompres pada wajah dan telinga bagian
belakang, dengan cara menggunakan handuk kecil dan air hangat kemudian
ditempelkan pada wajah sisi lesi dan pada daerah telinga belakang, selama 10
menit.
D. pasien dianjurkan untuk melakukan massage pada wajah selama 10 menit,
dengan arah dari wajah sisi sehat (kanan) ditarik kearah telinga wajah sisi lesi
(kiri), dan dengan tekanan ringan, hal ini bertujuan agar tidak merusak
serabut otot pada wajah. setelah di
massage pasien dianjurkan untuk melakukan latihan di depan cermin, dengan
gerakan seperti mengangkat alis, mendekatkan kedua alis, menutup mata,
mengkerutkan hidung, tersenyum, bersiul.

4. Outcome
Fitur hasil yang sukses untuk pasien menderita Bell palsy cenderung
bergantung
pada diagnosis akurat dan tepat ikutan dengan pendekatan berorientasi tim.
Pengiriman
konservatif, perawatan fisioterapi kategoris telah memberikan bukti untuk
sukses hasil di
beberapa kasus pasien dengan Bell palsy (Brach dan VanSwearingen, 1999;
Beurskens dan Heyman,2003). Dalam beberapa kasus, tambahan pra-
pengujian mungkin menjadi nilai dalam menentukan fitur etiologi yang
mengarah ke diagnosis yang akurat. Sebagai contoh
studi konduksi saraf elektrofisiologi dari berkedip mantan re pada pasien
dengan Bell palsy biasanya menunjukkan latency berkepanjangan dan / atau
tidak tanggapan awal dan akhir stimulasi
Gangguan saraf wajah, termasuk kelumpuhan,tidak langka dan
memiliki berbagai penyebab potensial.Diagnosis dan pengobatan yang tepat
sangat penting untuk mencapai pemulihan terbaik fungsi saraf wajah. Pasien
yang menderita Bell palsy mungkin bene t dari speci c kategoris
perawatan fisioterapi dirancang untuk meningkatkan fungsi fisik serta
kesejahteraan sosial. Penggunaan FDI harus menganjurkan di menentukan
keberhasilan dan perkembangan pengobatan fisioterapi pasien dengan Bell
palsy.
Hal ini juga memberikan bukti obyektif perbaikan fungsional; bukti
bahwa sering
dibutuhkan oleh pembayar pihak ketiga. Banyak presentasi klinis telah
berbeda etiologi meskipun gejala kesamaan, dan hati-hati harus dilakukan
mengenai pasien memiliki
presentasi klinis yang serupa. Selanjutnya klinis investigasi dan penelitian
dengan populasi yang lebih besar pasien diperlukan sebelum lebih speci c
diagnostik / rejimen pengobatan jenis ini dapat direkomendasikan. Dalam
hal ini, namun, karena dari kurangnya dokumentasi serupa yang tersedia
dalam literatur profesional, komentar dan mengalami bahwa penyedia klinis
lain memiliki berpengalaman dengan jenis pasien akan menyambut.

Anda mungkin juga menyukai