Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era pasar bebas dan globalisasi telah membawa keterbukaan, kerjasama dan
persaingan yang ketat dari manusia yang ada di dalam sistem itu.Untuk dapat bersaing
secara kompetitif dan komperatif maka diperlukan kemampuan dari sumber daya
manusia itu sendiri.Sumber daya manusia yang menguasai Ilmu Pengetaahuan dan
Teknologi (IPTEK) dan berketerampilan yang tinngi akann dapat ikut bersaing dan
terlibat dalam sistem ini.POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN sebagai salah satu
institusi pendidikan tinggi yang mendidik mahasiswanya menjadi tenaga yang terampil
dan terlatih perlu meningkatkan kualitas lulusannya sehingga tidak kalah dengan institusi
pendidikan yang telah maju.Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah
satu langkah positif dari POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN dalam meningkatkan
kualitas lulusannya.
Walaupun Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan dan diprogramkan
oleh POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN sangat singkat dan belum maksimal
namun program ini cukup efektif bagi mahasiswa untuk dapat membandingkan keadaan
dunia kerja dengan dunia kampus yang sekarang dihadapinya.Pada dunia kerja sangat
diutamakan disiplin dan keterampilan tanpa tergantung teori yang telah ada di bangku
kuliah.Namun praktek tanpa teori adalah sama saja dengan nol,perbandingannya dapat
dilihat pada cara kerja dan efektifitas kerja pada setiap individu yang bekerja pada
industry.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) tentunya akan lebih efektif bila diiringi
dengan penyusunan laporan sebagai bentuk tanggung jawab tertulis dari mahasiswa
kepada dosen pembimbing yang merupakan evaluasi dan realisasi ilmu yang telah di
peroleh dari Pratek Kerja Lapangan yang di ikuti secara teoritis dan sistematis dalam
bentuk laporan tertulis. Dengan di susunnya laporan ini di harapkan mahasiswa dapat
lebih memahami dan mendalami setiap kegiatan praktek kerja lapangan pada suatu
1

perusahaan dalam menjalani Praktek Kerja Lapangan di PT PANCA TEKNIK, penulis


banyak mendapat pengalaman berharga, di samping itu penulis juga banyak mendapat
pengalaman dan ilmu pengetahuan yang baru yang tidak di dapat pada di bangku
perkuliahan.

1.2 Tujuan Penulisan Laporan


Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu persyaratan kelulusan di semester V Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Banjarmasin
2. Untuk memberi gambaran secara singkat mengenai PT PANCA TEKNIK
3. Sebagai bahan penilaian oleh dosen pembimbing di Politeknik Negeri Banjarmasin
maupun diperusahaan terhadap mahasiswa mengenai segala hal aktivitas yang telah
dilaksanakan di perusahaan terhadap mahasiswa mengenai segala hal aktivitas yang
telah dilaksanakan diperusahaan yang bersangkutan
4. Untuk menuangkan hasil Praktek Kerja lapangan (PKL) kedalam bentuk laporan yang
disusun secara sistematis sehingga mahasiswa dapat mempelajarinya kembali atau
dapat memahami dan mengerti bagaimana pekerjaan keteknikan yang ada di dunia
industry

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan diantaranya adalah:
1. Mengetahui jenis pekerjaan pada dunia industry
2. Mengetahui keselamatan kerja pada PT Panca Teknik,khususnya pada praktek
pengelasan
3. Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam proses pengelasan
4. Mengetahui proses memperbaiki benda kerja yang telah mengalami keausan dengan
1.4

melakukan pengelasan
Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Adapun manfaat Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut:

1. Agar kita dapat mengetahui tentang jenis-jenis pekrjaan di dunia industry yang
mungkin bulum kita peroleh di bangku perkuliahan selain itu juga untuk mendidik
mahasiswa agar bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan
2. Agar kita mengerti bagaimana peringatan secara umum untuk keselamatan dalam
pelaksanaan Praktek Keja Lapangan yaitu perbaikan pin bucket excavator. Hal yang
harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan keselamatan dalam pelaksanaan dan
perbaikan pin bucket excavator seperti mementingkan safety first yang meliputi
pelindung kepala, sepatu pengaman atau sarung tangan pengaman, agar kita dapat
terlindung apabila terjadi hal hal yang tidak di inginkan di luar jangkauan kita.
3. Agar kita dapat mengetahui apa saja alat-alat yang digunakan dalam setiap proses
pengelasan misalnya seperti: topeng las,sikat baja,palu terak,dan lain sebagainya
4. Agar kita mampu memperbaiki benda kerja (pin bucket) yang telah mengalami
keausan dengan dilakukannya pengelasan tambah daging dan dapat melakukan
pengelasan dengan baik tanpa ada cacat pada benda tersebut.

1.5

Permasalahan
Didalam praktek kerja lapangan banyak sekali ilmu yang didapatkan dalam
bekerja.Sehingga penulis mengemukakan masalahnya dalam praktek kerja lapangan
ini,yaitu sering terjadinya kerusakan pada pin yang diakibatkan karena keausan yang
disebabkan oleh gesekan-gesekan benda keras yang menimbulakan panas. Maka dari
itu dilakukan perbaikan dengan cara mengelas tambah daging pada pin bucket.

1.6

Batasan Masalah

Sesuai dengan judul laporan, maka penulis dapat mengemukakan batasan masalah yaitu
sebagai berikut:

1. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam praktek kerja pengelasan?
2. Apa saja alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengelasan?
3. Bagaimana proses pengelasan pada pin bucket excavator ?

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat PT Panca Teknik

Dengan adanya perkembangan yang begitu pesat di daerah Kalimantan khususnya


Kalimantan selatan sekarang ini membuat kami membuka suatu usaha di bidang
perbengkelan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dari perusahaan-perusahaan
pengolahan hasil hutan, industry perkebunan, pertambangan, kontrktor, angkutan
darat dan pertanian dalam penyediaan
5 jasa perawatan, fabrikasi umum dan konstrusi.
Untuk itu kami mendirikan perusahaan yaitu PT Panca Teknik yang berdiri pada
tanggal 01 oktober 2005 yang beralamat di jl.A.Yani KM 12,700 Kecamatan gambut
Kabupaten Banjar.

Dari sejak berdiri PT Panca Teknik memusatkan perhatian pada pelayanan jasa dan
fabrikasi umum, guna meningkatkan mutu juga kualitas yang baik dan relevan serta
hasil yang memuaskan bagi keinginan dan kepuasan pelanggan,oleh sebab itu saat ini
kami berusaha terus melakukan peningkatan dan pengembangan dalam penyediaan
fasilitas baru dengan teknologi yang baru dan canggih sehingga dapat menjadi yang
terbaik dan terdepan di era baru ini sesuai pangsa pasar saat ini.
1.
2.
3.
4.
5.

PT Panca Teknik memiliki misi 5T yaitu:


Tepat Pengambilan
Tepat Ukuran / Pekerjaan
Tepat Pengiriman
Tepat Kualitas / Mutu
Tepat Pembayaran

2.2 Struktur Organisasi PT Panca Teknik

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Panca Teknik

2.3 Uraian Tugas Organisasi

Komisaris
Selaku pimpinan yang mendanai atau pemberi dana besar

Direktur
Bertanggung jawab memimpin perusahaan PT Panca Teknik dengan bijaksana kepada
staff perusahaan tersebut

Branch Manager
Bertanggung jawab dengan perhatian utama pada kegiatan resparasi atau konstruksi
sebagai kegiatan pokok perusahaan, mengkoordinasikan bagian yang ada dibawah
wewenang untuk mencapai sasaran dan tugas pokoknya, serta membuat kebijakan
dalam hal perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengembangan usaha

Manager Operasional
Manager Operasional bertanggung jawab terhadap seluruh produk yang menjadi
tanggung jawabnya
Membuat marketing plan untuk setiap produk yang menjadi tanggung jawabnya,
membuat laporan tentang pelaksanaan marketing plan dan membuat analisa dan
evaluasi produk yang menjadi tanggung jawabnya

Manager Keuangan
Manager keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari
investasi dari berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai
aktiva-aktiva tersebut.Untuk membelanjai kebutuhan dana tersebut,manager keuangan
dapat memenuhinya dari sumber yang berasal dari luar perusahaan maupun dari dalam
perusahaan.Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal,sumber dari dalam
perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan.

Kepala Bengkel
Mengatur kebijaksanaan dibidang produksi maupun service,meningkatkan mutu,dan
mengatur dan mengurusi semua kegiatan produksi maupun sevice secara umum

PPC ((Production Planning Control)


Menerima order dari marketing dan membuat rencana produksi sesuai order yang
diterima

Memenuhi permintaan sample dari marketing dan memantau proses pembuatan


sample sampai terkirim ke pelanggan
Memonitor semua inventory baik untuk proses produksi,stok yang ada di gudang
maupun yang akan didatangkan sehingga proses produksi dan penerimaan order bisa
berjalan lancar dan seimbang

Marketing
Marketing bertugas untuk menawarkan produk kepada pelanggan serta menjelaskan
hal-hal yang terkait tentang produk kepada pelanggan kemudian menerima pesanan

/order dari pelanggan


Accounting
Bagian keuangan bertugas untuk mengelola keuangan perusahaan,setap hal yang
terkait dengan keuangan baik itu baik hal produksi atau pengeluaran atau pendapatan

maka akan menjadi tanggung jawab bagian keuangan


Kepala Bagian
Kepala bagian produksi mempunyai tuga yang sangat berat untuk memeriksa semua
produk yang dihasilkan.Tugas dan tanggung jawabnya adalah:
Mengatur waktu pekerjaan agar sesuai dengan waktu pengiriman
Membuat harga produksi untuk kepentingan marketing untuk membuat harga jual
Operator
Operator bertugas untuk mengambil keputusan dari perintah yang diberikan oleh
kepala bagian

Logistic
Bagian logistic berhubungan dengan pihak supplier mengenai kebijaksanaan
perusahaan dan supplier
Bertanggung jawab atas logistic perusahaan
Kasir
Bertanggung jawab atas penerimaan uang apabila terjadi kekurangan penerimaan,uang
palsu dan kesalahan lainnya
Memastikan jumlah uang kembalian dalam keadaan cukup
Pembelian
Bertanggung jawab kepada divisi logistic,menerima atau menolak produk baru
Perpajakan
Bertugas memproses atau membuat laporan pajak,daftar pembayaran

gaji

karyawan,slip gaji serta mentransfer ke rekenining masing-masing karyawan agar hak


karyawan dipenuhi sesuai dengan yang ditetapkan dan pada waktunya

10

Personalia
Tugas dari personalia adalah penerimaan tenaga kerja,memeriksa kelengkapan syarat
administrasi

calon

pekerja,membuat

materi

soal

tes

kualifikasi,melakukan

wawancara,membuat kesimpulan atau rekomendasi


Pencatat invoice
Melaksanakan kegiatan pelayanan kantor,penyediaan fasilitas dan layanan administrasi
perkantoran,sesuai ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran operasional
perusahaan

2.4 Layout Perusahaan

11

Gambar 2.2 Layout Perusahaan

Keterangan
A.
B.
C.
D.

Area parkir mobil


Kantor
Finishing product /tempat produk jadi
Bagian fabrikasi

12

E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.

Bagian otomotif
Bagian produksi
Ruang elektrik
Toilet
Bagian proyek
Mushala
Mes karyawan
Area parkir sepeda motor
Pos security

BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Dasar teori Pin Bucket
3.1.1 Pengertian Pin Bucket
Pin bucket meruapakan suatu poros yang digunakan untuk menghubungkan dan
memutuskan link satu dengan link berikutnya,selain itu juga digunakan sebagai tempat
dudukan bushing.Pin Bucket digunakan untuk menghubungkan suatu bucket dengan arm.
3.1.2

Kerusakan Pada Pin Bucket

13

Kerusakan pin bucket terjadi karena gesekan komponen yang bergerak sehingga
menimbulkan panas yang tinngi.Akibat panas yang berlebihan pada sebuah benda keras
maka akan menimbulkan efek keausan yang tinggi,akibatnya umur komponen tersebut
menjadi lebih pendek.
3.2 Dasar Teori Las Busur Listrik
3.2.1 pengertian SMAW
Mengelas secara umum adalah suatu cara penyambungan

logam dengan

menggunakan @end a panas,tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk


memanaskan bahan lasan sampai mencair atau leleh sehingga bahan las tersambung
dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi.
Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik atau
percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutup listrik yang
terionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus dapat
digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan.Seperti yang
telihat pada gambar di bawah ini:

13

Gambar 3.1 Las Busur Listrik


Las listrik dengan elektroda berselaput /terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc
Welding).Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan
tambah,busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan
mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar,selaput elektroda yang turut
terbakar akan mencair dan menghasiljan gas yang melindungi ujung elektroda,kawah

14

las,busur listrik terhadap udara luar.Di bawah ini gambar las busur listrik dengan elektroda
berselaput:

Gambar 3.2 Las Busur Listrik Dengan Elektroda Berselaput)

Bungkus atau selaput (cloating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan
terbakar pada waktu proses berlangsung,dan gas akan melindungi proses akibat pengaruh
dari udara luar.Cairan pembungkus akan terapung dan membeku pada permukaan las yang
disebut slag,yang kemudian dapat dibersihkan dengan mudah.

3.2.2

Mesin Las Listrik


Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada electric current
(arus listrik),dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik dengan kestabilan api las
(arc) akan tetap terjaga.

15

Gambar 3.3 Skema Proses SMAW


Dimana elektik power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding mesin menurut jenis
arus yang dikeluarkannya terdapat tiga jenis mesin yaitu:

Mesin Dengan Arus Searah (DC)


Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah sifat arus
bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu,generator karena arus listtrik yang
dipakai disini bukan berasal dari baterai melainkan dari generator listrik.

Gambar 3.4 Mesin las dengan arus searah

Mesin Dengan Arus Bolak Balik


Mesin las dengan arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi
cukup dengan transformator

16

Gambar 3.5 Mesin las dengan arus bolak balik

Mesin Dengan Kombinasi Arus yaitu Searah dan Bolak Balik


Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan
rectifier,dimana rectifier ini berfungsi untuk meratakan arus

Gambar 3.6 Mesin las dengan arus searah dan bolak balik
3.2.3

Jenis-jenis Pengutupan

Pengutupan Langsung
Pengkutupan langsung sering disebut sebagai sirkuit las listrik dengan elektroda
@end ala (DC-). Yang kabel elektroda dipasang pada terminal dan kabel masa
pada terminal positif.

17

Gambar 3.7

Pengutupan
langsung

Pengutupan Terbalik
Pengkutupan terbalik sering disebut sebagai las listrik sirkuit las listrik dengan
elektroda positif (DC+). Yaitu kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan
kabel massa pada terminal negative.

Gambar 3.8

Pengutupan terbalik

Pengaruh Pengkutupan
Pengaruh pengkutupan pada hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutupan
langsung akan meghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan pada
pengkutupan terbalik akan terjadi sebaliknya.

18

3.3 Parameter Pengelasan


Panjang busur yang dianggap baik,kurang lebih sama dengan elektroda yang
dipakai.untuk besarnya yang dipakai.Setiap posisi pengelasan ridak sama.Misalnya
elektroda 3mm-6mm mempunyai tegangan 20-30 volt pada posisi datar,dan tegangan ini
akan dikurangi antara 2-5 volt pada posisi diatas kepala.Kesetabilan tegangan ini sangat
mempengaruhi mutu pengelasan dan kesetabilan dapat didengarkan melalui suara selama
pengelasan.
Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan,dimana besarnya arus pada
pengelasan

tergantung

pada

bahan

dan

ukuran

lasan,geometri

sambungan

pengelasan,macam elektroda dan inti elektroda.Untuk pengelasan pada daerah las yang
mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan
juga diperlukan tambahan panas.Untuk pengelasan logam paduan sebaiknya menggunakan
arus las yang kecil untuk menghindari terbakarnya unsure-unsur paduan.Selain itu juga
pengelasan yang kemungkinan terjadi retak panas,misalnya pengelasan pada baja tahan
karat,maka penggunaan panas diusahakan sekecil mungkin.
Kecepatan

pengelasan

tergantung

pada

bahan

induk,jenis

elektroda,inti

elektroda,geometri sambungan,ketelitian sambungan.Agar dapat mengelas dengan cepat


dibutuhkan arus yang tinggi.
Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik.Sifat busur listrik dari arus
searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak balik (AC).Terdapat dua jenis dua jenis
polaritas yaitu polaritas lurus,dimana benda kerja positif dan elektroda negative.sedangkan
polaritas terbalik adalah sebaliknya.Karakteristi dari polaritas terbalik yaitu pemindahan
logam terjadi dengan cara penyemburan,maka polaritas ini mempunyai hasil pengelasan
yang lebih dalam @end alas@ dengan polaritas lurus.dari keterangan diatas dapat
disimpulkan seperti pada gambar dan tabel dibawah ini:

19

Gambar 3.9 Karakteristik Pengelasan

Tabel 3.1 Karakteristik Pengelasan

20

3.4 Teknik Pengelasan


3.4.1 Cara Penyalaan Busur
Ada dua cara penyalaan busur yaitu:
a. Cara Goresan
Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda dengan permukaan benda,
kemudian elektroda diangkat sampai jarak diameter elektroda antara ujung elektroda
dengan permukaan benda kerja sehingga terbentuk nyala busur yang stabil.
b. Cara Sentuhan
Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan kepermukaan benda kerja sehingga
menimbulkan busur las kemudian diangkat sebesar diameter elektroda.
Setelah terjadi penyalaan,maka selanjutnya dilakukan penarikan,penarikan dilakukan
dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar dua kali diameter elektroda.Dengan
sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah 70-80 derajat.
3.4.2 Posisi Pengelasan
a. Dibawah Tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan.Oleh
sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat mungkin
diusahakan pada posisi bawah tangan.Kemiringan elektroda antara 10 sampai 20
derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70 sampai 80 derajat terhadap
benda kerja.
b. Tegak (Vertikal)
Mengelas posisitegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya ke atas atau ke
bawah.Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang
mengalir atau menumpuk.Kemiringan elektroda sekitar 10 sampai 15 derajat terhadap
c.

garis vertical dan 70 sampai 85 derajat terhadap benda kerja.


Datar (Horizontal)
Mengelas posisi horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan
benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal.Sewaktu mengelas
elektroda dibuat miring sekitar 5 sampai 10 derajat terhadap garis vertical dan 70
sampai 80 derajat kearah benda kerja.
d. Di atas Kepala
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan
dan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba
lengkap.Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las.Pada

21

posisi ini kedudukan elektroda sekitar 5 sampai 20 derajat terhadap garis vertical dan
75 sampai 85 terhadap benda kerja.
3.4.3

Posisi penempatan material pada meja kerja sesuai permintaan/spesifikasi


Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini adalah
menyesuaikan posisi pengelasan.
1F,2F,3F,4F,5F,6F
1G,2G,3G,4G(Plate)

Contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut:

Gambar 3.10 Fillet joint (T-joint)

Gambar 3.11 Butt joint


3.5 Peralatan Las Listrik
3.5.1 Alat-alat Bantu Mesin Las
a. Kabel Las
Biasanya dibuat dari tembaga yang dipilih dan dibungkus dengan karet isolasi.

Gambar 3.12

Kabel Las

22

b. Pemegang Elektroda
terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus dengan bahan isolasi dan
penyekat. Saat selesai mengelas bagian pegangan yang tidak berhubungang dengan
kabel digantungkan pada fiber atau kayu.

Gambar 3.13 Pemegang Elektroda


c. Palu Terak
Digunakan untuk melepas terak las pada jalur las dengan jalan memukulkan atau
menggoreskan pada daerah las.

Gambar 3.14 Palu Terak

23

d. Sikat Kawat/Baja
Sikat baja digunakan untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan
membersihkan terak yang sudah lepas dari jalur las.

Gambar 3.15 Sikat Baja

e. Klem Massa
Yaitu suatu alat untuk menghubungkan kabel masa kebenda kerja. Biasanya terbuat
dari bahan penghantar listrik yang baik. Permukaan benda kerja yang akan dijepit
harus dibersihkan terlebih dahulu agar arus listrik dapat mengalir dengan baik.

Gambar 3.16 Klem Massa

24

f. Penjepit (Tang)
Berfungsi untuk memegang, memindahkan atau mengangkat benda kerja pada saat
masih panas.

Gambar 3.17 Tang Penjepit

3.5.2

Perlengkapan Keselamatan Kerja


a. Helem Las/Topeng Las
Topeng las berfungsi untuk melindungi kulit muka dari sinar ultra violet dan infar
merah. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut :

Gambar 3.18 Topeng Las

b. Sarung Tangan

25

Terbuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang elektroda. Saat
mengelas harus menggunakan sarung tangan agar terhindar dari percikan api dan
bahaya kesetrum.

Gambar 3.19 Sarung Tangan Las


c. Baju Las/Appron
Biasanya terbuat dari kulit atau asbes lunak yang berfungsi untuk melindungi
badan dari percikan api dan sinar infra merah.

Gambar 3.20 Baju Las/Appron


d. Sepatu Las
Sepatu las berfungsi sebagai pelindung kaki dari semburan bunga api dan bahaya
terkena sengatan listrik. Biasanya terbuat dari bahan isolator / bahan yang tidak mudah
menghantarkan arus listrik.

26

Gambar 3.21 Sepatu Las


e. Kamar Las
Terbuat dari bahan tahan api yang berfungsi untuk melindungi orang disekitar agar
tidak teganggu oleh cahaya las.

Gambar 3.22 Kamar Las


3.6 Elektroda
3.6.1 Elektroda Berselaput
Tebal selaput elektroda berkisar antara 10-50 % dari diameter elektroda. Ukuran
standar diameter kawat inti adalah 1,5 7 mm dengan panjang antara 350 450 mm.
Pada saat pengelasan selaput ini akan mencair dan menghasilkan gas CO 2 yang
melindungi cairan las, busur lisrik dan benda kerja terhadap udara luar.

3.6.2

Klasifikasi Elektroda

Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah menurut klasifikasi AWS (America Welding
Societ) dinyatakan dengan tanda E xxxx yang artinya :

27

E menyatakan elektroda
xx (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan lb/inch
x (angka ketiga) menyatakan posisi pengelasan

Angka 1 untuk pengelasan segala posisi.

Angka 2 untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan.


(angka keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok untuk

pengelasan
Contohnya : E 6013
Artinya :

Kekuatan tarik minimum dari deposit las adalah 60.000 lb/inchi atau 42 kg/mm2

Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi

Jenis selaput elektroda rutill kalium dan pngelasan dengan arus AC atau DC +
atau DC
Dibawah ini merupaka tabel kekuatan tarik menurut standar AWS
Kekuatan Tarik
Klasifikasi
E 60xx

Lb/In
60.000

Kg/mm
42

E 70xx

70.000

49

E 80xx

80.000

56

E 90xx

90.000

63

E 100xx

100.000

70

E 110xx

110.000

77

E 120xx

120.000

84

Tabel 3.2 Kekuatan tarik menurut AWS

28

Dibawah ini merupakan tabel jenis selaput dan penmakaian arus:

Angka Keempat

Jenis Selaput

Pemakaian Arus

Selulosa Natrium

DC+

Selulosa Kalium

AC,DC+

Rutil Natrium

AC,DC-

Rutil Kalium

AC,DC+ atau -

Rutil Serbuk Besi

AC,DC+ atau-

Natrium Hydrogen Rendah

AC,DC+

Kalium Hydrogen Rendah

AC,DC+

Serbuk Besi Oksida Besi

AC,DC+ atau-

Serbuk Besi Hydrogen rendah

AC,DC+

Tabel 3.3 Jenis selaput dan pemakaian arus

BAB IV
PROSES PENGELASAN PADA PIN BUCKET
4.1

Persiapan
Persiapan praktek yang harus dilakukan antara lain meliputi persiapan diri, persiapan
alat dan benda kerja serta persiapan peralatan bantu las.
Diantara persiapan-persiapan tersebut antara lain :

29

a.

Mempelajari setiap lembaran job-sheet yang akan dikerjakan dengan baik dan teliti

b.

Memperhatikan keselamatan kerja baik yang menyangkut terhadap pekerja alat


maupun benda kerja

c.

Mempelajari dan mengikuti setiap petunjuk atau langakah kerja yang diberikan

d.

Meminta keterangan tentang hal-hal yang belum dimengerti

e.

Mempelajari semua prosedur pengerjaan las listik dengan seksama

f.

Setelah semuanya siap, barulah melakukan proses pengelasan terhadap benda kerja

4.2 Alat dan Bahan


4.2.1 Alat yang digunakan
Alat yang dugunakan dalam proses pengelasan pin bucket adalah:
a. Satu unit mesin las
b. Topeng las
c. Sikat baja
d. Palu terak
e. Tang penjepit
f. Jangka sorong
g. Sarung tangan las
h. Apron
i. Sepatu las

4.2.2

Bahan yang digunakan


30
Bahan yang digunakan untuk proses pengelasan pin baket adalah pin bucket yang telah
mengalami keausan yang mempunyai panjang 950 mm dan mempunyai diameter 138,5
mm.
Sedangkan elektroda yang digunakan adalah elektroda jenis WELTEC 78 dengan
diameter elektroda 4,00 mm dengan panjang 400mm

4.3

Proses Pengelasan Pin Bucket


Berikut ini adalah langkah-langkah pengelasan pin bucket:
a. Menyiapkan pin yang akan dilas
b. Mengangkat pin keatas meja las dengan menggunakan bantuan alat yaitu berupa hois
c. Membersihkan pin dari sisa-sisa oli yang masih menempel
d. Langkah selanjutnya adalah menyalakan saklar utama
e. Memutar tombol pada pesawat las kearah kanan atau searah jarum jam

30

f. Mengatur arus yang akan digunakan,arus ini diatur sesuai dengan jenis bahan dan
diameter elektroda yang digunakan
g. Arus yang digunakan dalam pengelasan pin backet ini adalah kurang lebih 180 amper
h. Proses selanjutnya adalah pemasangan elektroda pada stang elektroda atau penjepit
elektroda
i. Menggoreskan elektroda pada ujung pin baket,setelah busur listrik menyala kemudian
ditasik secara pelan
j. Panjang pengelasan pin ini adalah kurang lebih 350 mm dari ujung kiri benda kerja
k. Pada pengelasan pin ini ayunan yang digunakan berupa setengah lingkaran
l. Apabila elektroda habis sebelum batas yang telah ditentukan maka mengganti elektroda
yang habis pada stang las dengan elektroda baru
m. Setelah pengelasan pada jalur pertama selesai,kemudian bersihkan hasil lasan
menggunakan palu terak,kemudian hasil lasan disikat menggunakan sikat baja agar
tidak ada sisa terak yang menempel pada lasan,karena sisa terak yang masih menempel
akan menyebabkan kerusakan pada hasil lasan ketika dilakukan pengelasan ulang
n. Langkah selanjutnya adalah pengelasan kembali pin bucket yaitu diatas jalur pertama
yang telah dilas
o. Pengelasannya adalah las tumpuk,yaitu mengenakan sebagian lasan pada hasil
pengelasan yang pertama
p. Langkah selanjutnya sama dengan langkah sebelumnya,yaitu membersihkan terak lasan
dan dilakukan pengelasan tumpuk kembali

Gambar 4.1 pengeelasan tumpuk yang benar

31

Gambar 4.2 Pengelasan tumpuk yang salah


q. Pengelasan ini dilakukan secara berulang hingga mengelilingi pin bucket atau satu
lingkaran penuh
r. Mengukur diameter pin yang dilas yaitu harus mencapai diameter yang diinginkan
kerang lebih 145 mm
s. Setelah semua telah selesai jangan lupa mengecek kembali hasil lasan karena biasanya
masih tersisa coakaan pada pin yang diakibatkan oleh pengelasan tumpuk yang kurang
maksimal,apabila itu terjadi maka lakukan pengelasan kembali pada bagian itu.
t. Proses selanjutnya adalah membawa pin yang telah dilas kebagian produksi untuk
dilakukan pembubutan agar mencapai ukuran yang diinginkan yaitu pin dengan
u.
v.
w.
x.

panjang 950 mm dan dengan diameter yang diinginkan yaitu 140 mm


Mematikan mesin las dengan memutar tombol kearah kiri
Mematika saklar utama
Menaruh alat-alat sesuai tempatnya
Membersihka tempat kerja

32

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian-uraian yang telah penulis kemukakan,maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagi berikut:
a. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam praktek kerja pengelasan adalah persiapan
praktek yang meliputi persiapan diri,persiapan alat dan benda kerja maupun persiapan
alat bantu las,diantaranya adalah harus selalu memperhatikan keselamatan kerja baik
yang menyangkut kepada pekerja maupun yang menyangkut benda kerja
b. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengelasan pin diantaranya adalah
alat bantu las misalnya:sikat baja,palu terak,tang penjepit,sedangkan alat pelindung diri
misalnya:apron,sarung tangan las,sepatu las,helem,dan topeng las.Sedangkan bahan
yang digunakan berupa pin yang telah aus yang memiliki panjang 950 mm dan
diameter 138,5 mm dan elektroda yang digunakan adalah jenis weltec 78 diameter 4
mm dan panjang 400 mm

33

c. Pada pengerjaan pengelasan pin bucket diperlukan ketelitian dan juga pekerja yang
menguasai teknik-teknik pengelasan dan berdisiplin tinggi serta selalu memperhatikan
keselamatan kerja
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan pada akhir penulisan ini adalah:
a. Dalam melakukan setiap pekerjaan hendaknya pekerja memperhatikan keselamatan
kerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja yang dapat merugikan pekerja
maupun aktivitas produksi
b. Sebaiknya pekerja dilengkapi dengan alat perlindungan diri seperti helem,apron dan
lain sebagainya untuk meminimalisir apabila terjadi kecelakaan kerja
c. Hendaknya selalu memperhatikan ketelitian dalam melakukan proses pengelasan,salah
satunya dengan memperhatikan arus yang digunakarena akan berdampak pada kualitas
benda kerja yang dikerjakan

DAFTAR PUSTAKA
34

Daryanto,Drs.1992.Alat Perkakas Bengkel.Penerbit:PT Bina Aksara,Jakarta


Diktat STM Negeri. Ulir Las Listrik dan Las Asetilin. Penerbit : STM Negeri,
Banjarmasin
http://indonesia-mekanikal.blogspot.com/2008/06/teknik-pengelasan-welding-bag-2.html
http://www.mesinlas.com/artikel/4/teknik-pengelasan-bag.-2

34

35

35

Anda mungkin juga menyukai