Anda di halaman 1dari 8

Permasalahan Gigi Pada Lansia

PERMASALAHAN GIGI PADA LANSIA

Oleh :
Suhariani S. Kusnandi, drg.,Sp.Prost.

RSUP. Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG


2008

PERMASALAHAN GIGI PADA LANSIA


Suhariani S. Kusnandi *
ABTSRAK.
Proses penuaan adalah perubahan morphologi dan fungsional pada suatu organisme sehingga
menyebabkan kelemahan fungsi serta menurunnya kemampuan untk bertahan terhadap tekanantekanan disekitarnya atau merupakan perubahan progresif irrevesible dalam sel,organ atau
organisme secara keseluruhan sejalan dengan berlalunya waktu.
Proses penuaan tidak dapat dicegah tetapi faktor ketidakmampuan atau kelemahan fungsi sebagai
akibat yang ditimb ulkan dapat diminimalkan.
Populasi orang usia lanjut yang masih memiliki sebagian giginya semakin meningkat.keadaan ini
membutuhkan perawatan gigi tiruan lepasan.
Seorang dokter gigi perlu mengetahui dan mempertimbangkan perubahan, anatomi, fisiologi,
histologi dan keadaan psikologis serta factor-faktor khusus lainnya yg mengikuti prpses penuaan.
Anamnese, persiapan mulut dan jenis perawatan yg dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan
pasien tersebut.
Menginstruksikan pasien agar tetap memeliharan gigi tiruannya dan mentaati prosedur
pemanggilan kembali merupakan faktor yang penting agar perawatan gigi tiruan sebagian
lepasan dapat berlangsung dalam jangka waktu m aksimal.
PENDAHULUAN.
Gerodontologi adalah ilmu kedokteran yang mempelajari tentang proses penuaan (Davidoff
dkk,1972 ). Geriatrik merupakan orang2 lanjut usia (lansia) yang merupakan tanggung jawab
orang,badan atau organisasi tertentu dalam merawat kesehatannya.
Cabang ilmu kedoketran gigi yang berhubungan dengan masalah2 kesehatan gigi dan mulut
orang lansia disrebut gerodontologi atau geriodontik (Heartwell dan Rahn 1974).
Beberapa ahli menyatakan sebetulnya tidak ada batas waktu yang jelas yang dapat dian ggap
sebagai awal proses penuaan. unt beberapa negara maju ada yang menggunakan usia 65 tahun
sebagai batas awal kelompok ini (Haryanto, 1986) Papas,dkk (1991) mengemukakan hal yang
sama yaitu lanjut usia dimulai dari usia 65tahun atau lebih.

* Kepala UPF/Bagian Gigi dan Mulut


* Dokter Gigi Spesilais Prostodonti

Populasi pasien lansia di dunia meningkat, hal ini disebabkan oleh perbaikan keadaan sosial,
pengobatan serta perawatan kesehatan yang semakin maju.
Di Amerika peningkatan proporsi pasien lansia, didominasi oleh kelompok usia 75 tahun atau
lebih (Berkey dkk,1996)
Berbeda dengan New England pertumbuhan populasi lansia paling banyak adalah usia 85 tahun
lebih ( Marcus dkk, 1996).
Sedangkan di Indonesia populasi usia 65 tahun ke atas dari waktu ke waktu
terusmeningkat.Tahun 2000 diperkirakan terdapat 9,99% (22.277.700 jiwa) jumlah orang lansia
di Indonesia (Hamzah ,1998)
Salah satu definisi proses penuaan adalah suatu perubahan yang progresif irrevesibel daalam
sel,organ,atau organisme secra keseluruhan sejalan dengn berlalunya waktu (Davidoff dkk,1972)
Senil atropi merupakan atropi yang secara fisiologis terjadi diusia tua. Secara teoritis, atropi
menunjukkan suatu perubahan kuantitatif, yaitu berkurangnya jumlah sel-sel yang
mengakibatkan ukuran jaringan atau oergan jadi berkurangnya.(grant dkk,1979). Jika hal ini
terjadi pada jaringan periondontal maka akan terlihat recessi ginggiva, berkurangnya ketinggian
tulang alveolar, berkurangnya elemen sellular jariingan ikat ginggiva dan semakin tipisnya
serabut membran periodontal yang dapat menyebabkan kegoyangan gigi.(Glickman, 1958)..
Namun timbulnya kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi, tersedianya pelayanan gigi, serta
peningkatan pemakaian pasta gigi berflour dan obat kumur,menyebabkan meningkatnya jumlah
lansia yang masih bergigi (Natamiharja,2000)
Berdasarkan penelitian di Japan oleh Miyasaki tahun 1992, jumlah gigi rata-rata yang dimiliki
usia 65-74 tahun, 75-84 tahun dan diatas 85 tahun.(Hamzah,1998)
Lansia rata2 kehilangan gigi 10 sampai 20 buah, banyaknya jumlah pasien lansia yang tidak
mempunyai gigi menyebabkan perawatan gigi diutamakan pada perawatan Prostodontik.
PERUBAHAN FISIOLOGIS RONGGA MULUT PADA LANSIA.
Gigi tiruan dibuat tidak hanya sekedar mengganti gigi yang hilang saja tetapi harus mampu
memenuhi syarat-syarat keberhasilan sebuah gigi tiruan serta mampu mempertahankan
kesehatan jaringan mulut yang masih tinggal Gigi tiruan yang baik dan memuaskan adalah gigi
tiruan .yang dapat memperbaiki fungsi pengunyahan, memperbaiki fungsi estetik dan fonetik
Pembuatan gigi tiruan pada pasien lansia harus mempertimbangkan perubahan-peribahan
fisiologis dalam rongga mulut yaitu:
Perubahan Mukosa Mulut .
Pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan,
berkurangnya keratinisasi, berkurangnya kapiler dan suplai darah, penebalan serabut kolagen
pada lamina propia.

Akibat secara klinis mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih pucat,
tipis kering,dengan proses penyembuhan yang lambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih
mudah mengalami iritasi terhadap tekanan atau gesekan yang diperparah dengan berkurangnya
aliran saliva.
Perubahan Ukuran Lengkung Rahang.
Proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan osteoporosis pada tulangnya.
Pada Rahang Atas arahnya ke bawah dan keluar, maka pengurangan tulangnya pada umumnya
juga terjadi kearah atas dan dalam.Karena lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis
daripada bagian dalam. Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan
lebih cepat. Dengan demikian lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih kecil sehingga
permukaan landasan gigi menjadi berkurang.
Pada Rahang Bawah. Inklinasi gigi anterior umumnya keatas dan ke depan dari bidang oklusal,
sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau sedikit miring ke arah lingual.
Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih tebal .Resorbsi pada tulang alveolar mandibula
terjadi kearah bawah dan belakang kemudian kedepan. Terjadi perubahan-perubahan pada otot
sekitar mulut, hubungan jarak antara mandibula dan maksila sehingga terjadi perubahan posisi
mandibula dan maksila.
Resorbsi linggir alveolar.
Tulang akan mengalami resorbsi dimana resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar
mengakibatkan bentuk linggir yang datar dan merupakan masalah karena gigi tiruan lengkap
kurang baik dan terjadi ketidak seimbangan oklusi.
Resorbsi paling besar terjadi 6 bulan pertama sesudah pencabutan gigi anterior atas dan bawah.
Pada rahang atas sesudah 3 tahun dan resorbsi sangat kecil dibandingkan rahang bawah.

Perubahan Aliran Saliva.


Dengan bertambahnya usia menyebabkan perubahan dan kemunduran kelenjar saliva.
Banyak pasien lansia dengan penyakit sistemik menerima pengobatan akan mempengaruhi
fungsi saliva dan mungkin mengalami serostomia.
Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan. Keadaan ini menyebabkan
kemampuan pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga fungsi pengunyahan berkurang,
kecekatan gigi tiruan berkurang. (Boucher,1982)

Prinsip Pembuatan Gigi Tiruan Pada Lansia.


Pasien yang akan dirawat prostodontik dipersiapkan untuk menerimna prosedur perawatan.
Tujuan perawatan bagi lansia adalah untuk memelihara kesehatan dan fungsi sistim
pengunyahan. Menetapkan suatu cara hidup yang optimal dalam menjaga kebersihan mulut dan
diperlukan tingkat kerja sama yang baik.

Struktur Anatomi, Fisiologi Dan Histologi


Anatomi, Fisiologi dan Histologi Jaringan Keras:
Gigi.
Tulang.
Anatomi, Fisologi dan Histologi Jaringan Lunak Rongga Mulut.
Ginggiva.
Keadaan psikologis.
Keadaan mental dan sikap lansia dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara pengalaman
masa lalu, faktor sosial, ekonomi serta perubahan fisiologhis akibat proses penuaan.
Salah satu perubahan mengakibatkan kurangnya kemampuan untuk menerima atau menyimpan
informasi-informas baru, menyelesaikan suatu masalah dan mengembangkan lasan-alasan yang
logis (Johson dan Sratton,1980).Termasuk ke mampuan persepsi menurun, disebabkan oleh
kurang baiknya fungsi organ perasa ( Franks dan Hedegard, 1973)
Depresi merupakan keadaan yang paling sering terjadi Prevalensi depresi meningkat dengan
bertambahnya usia. Diperkirakan antara 15% sampai 30% orang tua menderita keadaan ini.
Depresi dapat mengakibatkan kurangnya nafsu makan dan berat badan, tidak mampu memelihara
diri sendiri dan kurang motivasi ( Basker dkk.1996)
Seseorang yang mengalami depresi lebih banyak mengeluh, kurang daya ingat dan lebih lemah
bila di bandingkan dengan orang yang tidak depresi. Jika di bandingkan dengan orang muda,
maka tingkat kecemasan pada lansia lebih tinggi.
Mereka lebih sering mengabaikan tugas-tugas yang diberikan padanya dan selalu khawatir
terhadap dirinya sendiri.(Permutter dan Hall,1992)
Berhubungan dengan keadaan diatas, maka dokter gigi harus memahami kesulitan pasien dan
memberikan penjelasan secara perlahan-lahan (Lacopino,1997).
Ajaklah pasien agar dapat berkomukasi dan mempercayai dokternya. Satu hal yang perlu
diingat,jangan membuat pasien merasa bosan karena menunggu terlalu lama ataupun melakukan
perawatan yang melelahkan.
FAKTOR-FAKTOR KHUSUS LAIN PENYAKIT SISTEMIK YANG DIDERITA LANSIA.

Berikut ini merupakan penyakit-penyakit sistemik yang biasa terjadi pada lansia diantaranya.:
1.
Diabetes Mellitus.
- Menurunnya resistensi terhadap infeksi yang dikombinasi dengan masalah sirkulasi peredaran
darah, megakibatkan jaringan gingiva pada pasien diabetes menjadi sensitif.Edema, perdarahan
dan penyakit periodontal semakin meningkat, rasa terbakar pada lidah adalah simptom yang
paling sering muncul.
Kandidiasis juga dapat terjadi pada pasien ini. Pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang
efektif adalah faktor yang sangat penting untuk mencegah infeksi gingiva.Dokter gigi harus
mengetahui riwayat pengobataan dan beberapa penyakit yang dapat menyertai serta dapat
memilih modifikasi perawatan yang tepat ( Papas,dkk,1991)
Sebelum melakukan perawatan, kadar gula pasien perlu dipertimbangkan (Berkey,dkk,1996).
2. Hipertensi dan Stroke.
Pasien yang pernah mengalami stroke sering kali meminum obat-obat antikoagulan,
antihipertensi. Keteka merencanakan suatu perawatan terhadap pasien yang menderita hipertensi
atau pernah mengalami kerusakan serebrovascular, dokter gigi jhrus mengurangi faktor- faktor
yang dapat meningkatkan stress, lebih berhati hati terhadap pemberian obat (Berkey,dkk,1996 )
3. Penyakit Parkinson
Gerakan ritmik pada mulut atau lidah, serta tetesan saliva yang tidak terkontrol sering menyertai
penderita penyakit Parkinson.Keadaan ini kan menyulitkan operator untuk mencatat hubungan
antara rahang atas dan bawah. secara akurat untuk keperluan pembuatan gigi tiruan
(Burket,1971; Baster,dkk.,1996)
4. Artritis.
Bila artritis mengenai tangan, maka sulit bagi pasien untuk membersihkan gigi tiruannya
(Basker, dkk., 1996).
Gigi tiruan sebagian lepasan harus didesain sedemikian rupa sehingga insersi dan pelepasannya
dapat dilakukan dengan mudah. Menggunakan larutaan pembersih sangat membantu pasien
untuk mencegah penumpukan plak pada gigi tiruan (Basker, dkk,1996).
Osteoatriitis merupakan penyakit degenerasi sendi yang umumnya terjadi karena proses penuaan.
Osteoartritis pada sendi temporomadibular dapat menyebabkan pecahnya permukaan artikular
bahkan perforasi diskus artikular sehingga menimbulkan rasa sakit dan pergerakan rahang yang
terbatas. Sedangkan rematoid artritis mampu mengikis tulang dan kartilago sehingga
menyebabkan malfungsi dan maloklusi.
5. Endokarditis

6. Kanker
7. Arterio sclerosis
8. Kelainan pernafasan
FAKTOR RESIKO UTAMA DALAM MEMPERTIMBANGKAN PERAWATAN PADA
LANSIA OMPONG SEBAGIAN DALAH DIHUBUNGKAN DENGAN:
1.
Faktor resiko untuk penyakit periodontal pada lansia. yaitu:
- Oral hygiene yang buruk
- Kehilangan gigi
- Penyakit periodontal yang parah
- Gigi tiruan (Desain, kebiasaan penggunaan)
- Intake vitamin C rendah
- Perokok
- Penyakit jantung coroner.
2.
Faktor Resiko untuk karies pada pasien usia lanjut
- Usia, adat, perokok, intake karbohidrat yang tinggi, jarang menyikat gigi,serostomia,OH buruk,
resesi gusi, kehilangan gigi, riwayat karies mahkota dan akar
3.
Faktor resiko untuk masalah fungsi pada pasien lansia ompong sebagian.
- Resorpsi llinggir, adaptasi gigi tiruan kurang baik, bruxim, atrisi.
4.
Faktor Resiko Pasien dengan Perawatan yang buruk pada Gigi tiruan Lengkap.
- Masaalah Pengunyahan : Resorpsi linggir alveolar, atropi otot
- Reaksi sakit lokal
- Mulut terasa terbakar : desain gigi tiruan yang buruk, penyakit sistemika,lergi terhadap komponen
gigi tiruan.
- Kekecewaaaan pada keadaan gigi tiruan: kualitas gigi tiruan yang buruk
- Kurangnya saliva.

PASIEN MEDICALLY COPPACERMISED


Pasien yang menderita penyakit sistemik yang akan dilakukan perawatan gigi dikerjakan
dibagian Spesialis Care Dentistry yaitu :
Perawatan di bidang Kedokteran Gigi yang memperhatikan kasus-kasus khusus pada individu
maupun group di masyarakat dengan gangguan fisik, kesehatan umumnya, intelektual, emosi
ataupun sosial. (Joint Advisory Committee for SCD 2002).
Contoh :

Pasien pada waktu akan dilakukan pencabutan pasien menderita kecemasan, dengan pendekatan
psikologi dapat dilakukan dengan dibawah sadar tetapi masih ada rasa cemas, sehingga tensi dan
nadi akan naik, harus diberi oksigenasi 100% : 3-4 liter/menit agar pasien lebih nyaman , nadi
dan tensi akan terkendali.

Team SCD meliputi multi displin antaralain :


Anestesi
Bedah Mulut
Prosthodontie
Penyakit Dalam

1.
2.
3.
4.

Yang dapat dikerjakan di SCD :


Over anxiety/pasien sangat cemas
Physically Handy caped
Mentallity Handy caped
Pasien dengan Medically Compromised termasuk: pra radiasi congenital heart desease

KESIMPULAN.
Seorang Dokter gigi dalam merawat lansia pada dasarnya tidak berbeda dengan merawat pasien
usia muda.
Untuk menentukan rencana perawatan yang baik pada lansia diperlukan identifikasi gejala-gejala
klinis pada pasien, mempertimbangkan faktor resiko dan menentukan prognosis beik jangka
pendek ataupun jangka panjang sehingga kita dapat melakukan perawatan yang tepat bagi lansia
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai