Anda di halaman 1dari 88

Perpustakaan Unika

TUGAS AKHIR
ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR
STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO

Oleh :

J. ADITYO

IRVIANY P.

NIM : O3. 12. 0032

NIM : 03. 12. 0041

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008

DAFTAR ISI
Perpustakaan Unika

Hal

HALAMAN JUDUL .

HALAMAN PENGESAHAN ...

ii

KARTU ASISTENSI .

iii

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI .. vii


DAFTAR TABEL .. ix
DAFTAR GAMBAR .

xii

DAFTAR LAMPIRAN .

xiii

II

PENDAHULUAN ...........
1.1

Latar Belakang ....................................... 1

1.2

Permasalahan .........................................

1.3

Tujuan Penelitian ...................................

1.4

Batasan Penelitian .................................. 2

1.5

Sistematika Penyusunan ........................

STUDI PUSTAKA .........................................

2.1

Bendungan .............................................

2.2

Tampungan ............................................

2.2.1

Tampungan Aktif .................... 6

2.2.2

Tampungan Tahunan ..............

2.2.3

Tampungan Bawaan ...............

2.2.4

Pengertian Tampungan ...........

2.3

Sedimentasi Waduk ...............................

2.4

Kapasitas Waduk Kedung Ombo ..........

2.5

Spillway Waduk Kedung Ombo ............

10

2.6

Penelusuran Banjir (Flood Routing)

12

...

2.6.1

Cara cara Penelusuran Banjir ... 12

2.6.2

Penelusuran Banjir Lewat Waduk

14

2.7

Siklus Hidrologi ..................................... 14

2.8

DAS ( Daerah Aliran Sungai) ...

vii

16

Perpustakaan Unika

2.9

Analisa Hidrologi ..................................

17

2.10 Metode Perhitungan ................................... 20

III

IV

2.10.1

Perhitungan Hujan Rancangan ...

20

2.10.2

Perhitungan Banjir Rancangan ...

22

METODOLOGI PENELITIAN ......................

27

3.1

Uraian Umum ............................................

27

3.2

Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

29

PEMBAHASAN .............................................

31

4.1

Uraian Umum ........................................

31

4.2

Analisa Hujan Rencana .........................

31

4.2.1

Data Hujan .............................

32

4.2.2

Distribusi Curah Hujan Daerah ..

33

Perhitungan Hujan Rancangan ..............

38

4.3.1

Uji Distribusi Frekuensi .

39

4.3.2

Uji Kesesuaian Distribusi ...

46

Analisa Banjir Rencana .........................

52

4.4.1

Daerah Aliran Sungai .

52

4.4.2

Perhitungan Banjir Rencana

53

4.4.3

Penelusuran Banjir (Flood Routing)

62

4.4.4

Perhitungan Kapasitas Spillway

63

4.4.5

Perhitungan Elevasi dan Volume WKO

...

66

4.4.6

Hasil Penelusuran Banjir (Flood Routing)

...

68

KESIMPULAN ....

78

4.3

4.4

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

Perpustakaan Unika

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Peta Wilayah Kedung Ombo

Gambar 2.1

Tampungan

Bawaan

...

dan ...

Tampungan Tahunan Dimana


Terlihat Peningkatan Kebutuhan
yang

Dilayani

Sesuai

Tampungan

dengan

Fluktuasi

Musiman
Gambar 2.2

Kapasitas Waduk Kedung Ombo

Gambar 2.3

Spillway Waduk Kedung Ombo

11

Gambar 2.4

Hidrograf

13

Gambar 2.5

Siklus Hidrologi

15

Gambar 2.6

Metode Polygon Thiessen

19

Gambar 2.7

Metode Rata rata Isohyet

20

Gambar 2.8

Bentuk Grafis HSS GAMA I

24

Gambar 2.9

Bentuk Grafis Hidrograf Satuan 25


NAKAYASU

Gambar 4.1

Peta DAS, Stasiun Hujan, dan 32


Pembagian Polygon Theissen

Gambar 4.2

Grafik Curah Hujan Rancangan

Gambar 4.3

Karakteristik

Daerah

52

Aliran 53

Sungai Waduk Kedung Ombo


Gambar 4.4

Bentuk Grafis HSS GAMA I

56

Gambar 4.5

Hidrograf Satuan GAMA I

57

Gambar 4.6

Hidrograf Satuan NAKAYASU

59

Perpustakaan Unika

Gambar 4.7

Grafik Volume Waduk Vs Luas 67


Genangan

Gambar 4.8

Grafik Hidrograf Banjir PMF 70


Hasil Routing

Gambar 4.9

Grafik Hidrograf Banjir

PMF 72

Hasil Routing
Gambar 4.10

Grafik Hidrograf Banjir 125 74


Tahun Hasil Routing

Gambar 4.11

Grafik Hidrograf Banjir 1000 76


Tahun Hasil Routing

Gambar 4.12 Prosentase

Penurunan

Puncak ...

77

Hidrograf Banjir Kala Ulang


PMF, PMF, 125 tahun , dan 1000
tahun

Gambar 4.13

Prosentase Penurunan Puncak 77


Hidrograf
Spillway40m,
70 m

dengan
50m,60m,

Lebar
dan

DAFTAR NOTASI
Perpustakaan Unika

= Debit limpahan ( m3 / det )

Qp

= Debit Puncak ( m3/det )

JN

= Jumlah Pertemuan Sungai

Tr

= Waktu Naik ( jam )

= Panjang Sungai ( km )

Tb

= Waktu Dasar ( jam )

= Kemiringan sungai rata-rata

SN

RUA

= Luas DPS sebelah hulu ( km2 )

SF

= Faktor Sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang


sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.

Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen


sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat.

SIM

Faktor Simetri yang ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor


lebar ( WF ) dengan luas relatif DAS sebelah hulu ( RUA )

WF

Faktor Lebar adalah perbandingan antara lebar DPS yang


diukur dari titik disungai yang berjarak 0,75 L dan lebar DPS
yang diukur dari titik yang berjarak 0,25 L dari tempat
pengukuran.

indeks =

Kehilangan curah hujan ( mm/jam )

DPS

Luas Daerah Pengaliran Sungai ( km2 )

SN

Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen


sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat.

Qb

= Aliran Dasar ( m3/det )

DPS

= Luas DPS ( km2 )

= Kerapatan Jaringan Sungai (km/km2)

Tp

= Peak Time ( jam )

Tg

= Time tag ( jam )

= Luas DPS ( km2 )

Ro

= Curah Hujan Spesifik ( mm )

Qmax

Qinflow

Perpustakaan Unika

Debit Maksimum ( m3/det )

= Debit aliran masuk atau inflow ( m3/det )

Qoutflow =

Debit aliran keluar atau Outflow ( m3/det )

Tampungan Air dalam Waduk atau Storage ( m3 )

Waktu sesuai hidrograf banjir ( detik )

Panjang ambang bangunan pelimpah ( m )

Tinggi energi diatas ambang bangunan pelimpah ( m )

Koefisien debit bangunan pelimpah

Cd

Koefisien Limpasan pada saat h = Hd

Tinggi Spillway dari dasar (m)

Hd

Tinggi tekanan air di atas mercu (m)

Tinggi air di atas Spillway (m)

Konstanta yang diperoleh pada saat h = Hd, sehingga C = Cd

DAFTAR TABEL
Perpustakaan Unika

hal

Tabel 2.1

Data

Teknis

Waduk

dan .

10

Bendungan Kedung Ombo


Tabel 4.1

Pembagian

Luas

Daerah ... 33

Tangkapan dengan Metode


Polygon Theissen
Tabel 4.2

Perhit. Koefisien Theissen

... 34

Tabel 4.3

Curah Hujan Harian Stasiun ... 34


Nglangon

Tabel 4.4

Curah Hujan Harian Stasiun ... 35


Wolo

Tabel 4.5

Curah Hujan Harian Stasiun ... 35


Tawangharjo

Tabel 4.6

Curah

Hujan

Stasiun

Maksimum ... 36

Nglangon,

Wolo,

Tawangharjo dengan Metode


Polygon Theissen
Tabel 4.7

Curah Hujan Rata rata ... 37


Maksimum

dari

Polygon

Theissen
Tabel 4.8

Analisis Distribusi Frekuensi ... 39


dengan Metode Gumbel dan
Log

Pearson

HUjan

III

Stasiun

Nglangon,

Wolo,

Tawangharjo (Waduk Kedung


Ombo)
Tabel 4.9

Perhitungan Hujan Rancangan ... 40


Distibusi Gumbel

Tabel 4.10

Perhitungan Hujan Rancangan ... 42


Distibusi Log Pearson III

Perpustakaan Unika

Tabel 4.11

Analisis Distribusi Frekuensi ... 42


dengan Metode Normal dan
Log Normal Dua Parameter
Stasiun

Hujan

Nglangon,

Wolo, Tawangharjo (Waduk


Kedung Ombo)
Tabel 4.12

Perhitungan Hujan Rancangan ... 44


Distibusi Normal

Tabel 4.13

Perhitungan Hujan Rancangan ... 46


Distibusi Log Normal Dua
Parameter

Tabel 4.14

Uji

Chi-Kuadrat

untuk ... 47

Distribusi Gumbel
Tabel 4.15

Uji

Chi-Kuadrat

untuk ... 47

Distribusi Log Pearson III


Tabel 4.16

Uji

Chi-Kuadrat

untuk ... 48

Distribusi Normal
Tabel 4.17

Uji

Chi-Kuadrat

untuk ... 49

Distribusi Log Normal Dua


Parameter
Tabel 4.18

Rekapitulasi

Hasil ... 51

Perhitungan

Curah

Hujan

Rancangan

Stasiun

hujan

Nglangon,

Wolo,

Tawangharjo (Waduk Kedung


Ombo)
Tabel 4.19

HSS GAMA I (Hujan 1mm)

... 57

Tabel 4.20

HSS NAKAYASU

... 61

(Hujan 1mm)
Tabel 4.21

Rekap Banjir Rencana Waduk ... 62


Kedung Ombo

Tabel 4.22

Luas Genangan Vs Volume ... 66


Waduk

Perpustakaan Unika

Tabel 4.23

Rekap

Hasil

Penelusuran

Perhitungnan ... 68
Banjir

Waduk

Kedung Ombo
Tabel 4.24

Perhitungan Distribusi debit ... 69


Inflow dan Outflow Hasil
Routing PMF

Tabel 4.25

Perhitungan Distribusi debit ... 71


Inflow dan Outflow Hasil
Routing PMF

Tabel 4.26

Perhitungan Distribusi debit ... 73


Inflow dan Outflow Hasil
Routing 125 Tahun

Tabel 4.27

Perhitungan Distribusi debit ... 75


Inflow dan Outflow Hasil
Routing 1000 Tahun

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan oleh
semua benda hidup serta merupakan energi yang mempertahankan permukaan
bumi secara konstan (Chow dkk, 1988). Untuk memenuhi kebutuhan air yang
semakin lama semakin meningkat, maka perlu dibangun waduk. Dalam satu tahun
persediaan air di alam berubah-ubah, pada musim penghujan air sangat banyak
tersedia memungkinkan dapat terjadinya banjir. Sementara pada musim kemarau
air berkurang dan akan mengakibatkan kekeringan.
Waduk Kedung Ombo yang terletak di perbatasan Kabupaten Grobogan,
Sragen, dan Boyolali dimana separuh dari luas lahan tersebut diatas berada di
Kabupaten Sragen. Waduk Kedung Ombo sampai saat ini masih tercatat sebagai
waduk terbesar di Jawa Tengah, mempunyai luas areal 4.600 ha ( peta waduk
kedung ombo dapat dilihat dari gambar 1.1). Dalam kondisi normal, waduk ini
mampu menampung air sekitar 750 juta meter kubik sehingga mampu mengairi
lahan seluas 63.624 hektar secara kontinu sepanjang tahun, yang meliputi 4
Kabupaten yaitu Kabupaten Grobogan, Demak , Kudus dan Pati.
Waduk Kedung Ombo, selesai dibangun pada tahun 1989, merupakan
waduk multifungsi dan telah beroperasi sejak tahun 1991. Daerah genangan dan
layanan Waduk Kedung Ombo meliputi sebagian wilayah Kabupaten Grobogan,
Boyolali, Sragen, Demak, Kudus, Pati, dan sebagian kota Semarang.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika

1.2.Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana cara mengendalikan banjir
yang terjadi pada saat musim penghujan dan pada saat musim kemarau tidak
mengalami kekeringan.

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah analisa routing aliran sehingga
mengetahui efektifitas fungsi waduk sebagai bangunan pengendali banjir.

1.4. Batasan Penelitian


Karena

luasnya

permasalahan,

keterbatasan

kemampuan,

dan

keterbatasan biaya, maka studi kasus ini dibatasi dengan pembatasan-pembatasan


sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini sistem analisa yang digunakan adalah analisa
hidrologi termasuk metode penelusuran banjir (Flood Routing).
2. Hanya menjelaskan tentang apakah debit air yang tersedia di Waduk
Kedung Ombo mampu ditampung pada saat terjadinya banjir.
3. Sedimentasi merupakan salah satu masalah yang sering kali dialami oleh
waduk. Akan tetapi dalam penelitian ini sedimentasi hanya dibahas
secara umum.
4. Tidak menjelaskan tentang volume waduk secara mendetail.
5. Tidak menjelaskan mengenai Waduk Kedung Ombo secara mendetail.
6. Tidak menjelaskan unsur-unsur pembuat Waduk Kedung Ombo.
7. Tidak menjelaskan kegunaan Waduk Kedung Ombo secara mendetail.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB I PENDAHULUAN

3
Perpustakaan Unika

1.5. Sistematika Penyusunan

Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab yang sistematika penyusunannya
adalah sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat,


batasan masalah, dan sistematika penyusunan.

Bab II

Tinjauan Pustaka menguraikan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari


pengetahuan yang berhubungan dengan pengertian waduk, banjir, dan
pengendali banjir serta rumus routing.

Bab III Metodologi yaitu cara analisa routing aliran.


Bab IV Pembahasan, perhitungan dan hasil analisa menggunakan metode flood
routing dari data Waduk Kedung Ombo.
Bab V

Kesimpulan menguraikan kesimpulan yang didapat dari pembahasan


hasil analisa Waduk Kedung Ombo.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika

Sumber: Balai PSDA Seluna


Gambar 1.1 Peta Wilayah Kedung Ombo.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

5
Perpustakaan Unika

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Bendungan
Bendungan adalah sebuah bangunan air yang berfungsi sebagai penangkap air
dan menyimpannya di musim penghujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah
besar, berbeda dengan fungsi sebuah bendung yang tidak dapat menyimpan air
melainkan hanya untuk meninggikan muka air sungai. Dalam perencanaan waduk
dibutuhkan penelitian ataupun survey awal secara cermat dan teliti dari fungsi dan
efek yang ditimbulkan dari pembangunan waduk. Dalam perancangan waduk
tidaklah mudah karena badan dari waduk tidak boleh ada celah sedikitpun.
Fungsi utama sebuah bendungan adalah untuk menstabilkan atau menciptakan
pemerataan aliran sungai baik dengan cara menampung persediaan air sungai
yang berubah sepanjang tahun maupun dengan melepas air tampungan itu secara
terprogram melalui saluran air yang dibuat khusus didalam tubuh bendungan
sesuai kebutuhan.
Berdasarkan tujuan pembangunan bendungan dibagi menjadi 2 macam yaitu
1. Bendungan tunggal guna (single purpose), khusus untuk satu manfaat
misalnya waduk untuk irigasi, PLTA, pengendali banjir.
2. Bendungan multiguna (multi purpose), adalah satu waduk dapat memenuhi
berbagai keperluan sekaligus antara lain keperluan : irigasi, PLTA,
rekreasi, air minum, perikanan.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

6
Perpustakaan Unika

2.2 Tampungan
2.2.1. Tampungan aktif
Tampungan aktif dari reservoir adalah air yang tersimpan diatas batas offtake
terendah. Jadi ini sama dengan volume total air yang tersimpan dikurangi volume
dead storage ( volume dibawah batas offtake ).
2.2.2. Tampungan tahunan
Beberapa reservoir yang kecil terisi lebih dan melimpah rata-rata beberapa
kali dalam setahun. Reservoir ini dibangun untuk menyediakan air melebihi
periode aliran yang hanya satu atau dua bulan dari aliran rendah. Perkiraan
tampungan yang diperlukan adalah dengan analisis tampungan dalam satu tahun.
2.2.3. Tampungan bawaan
Dimana reservoir kelebihan isi dan melimpah rata-rata hanya beberapa
tahun, air yang tersimpan pada akhir satu tahun terbawa ke tahun selanjutnya
dinamakan tampungan bawaan. Dengan kata lain tampungan musiman tergantung
fluktuasi masukan dan keluaran dalam satu tahun. Di dalam prosedur
penggunaannya hanya data tahunan. Akibat musiman tidak diperhitungkan.
Prosedur seperti ini dikenal sebagai prosedur bawaan. Perbedan antara tampungan
tahunan dan tampungan bawaan dapat dilihat dalam gambar 2.1.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

7
Perpustakaan Unika

penuh

kandungan
reservoir

tampungan bawaan

tampungan musiman

kosong
n

waktu (bulanan)

n+2

Gambar 2.1. Tampungan bawaan dan tampungan tahunan dimana terlihat peningkatan
kebutuhan yang dilayani tampungan sesuai dengan fluktuasi musiman.
(Sumber : Kumpulan Mata Kuliah Operasi Waduk)

2.2.4. Pengertian tampungan


Tampungan terbatas adalah tampungan biasa yang dapat melimpah dan
kering. Tidak semua prosedur reservoir storage-yield diartikan sebagai
tampungan terbatas. Tampungan semi terbatas adalah satu yang dapat melimpah
tetapi tidak akan pernah kering. Pengertian lain tampungan adalah tampungan
yang terbatas yang dapat kosong tetapi tidak melimpah.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

8
Perpustakaan Unika

2.3 Sedimentasi Waduk


Sungai mengalir membawa sejumlah sedimen. Sedimen dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
1. Sedimen melayang (suspended load sediment)
2. Sedimen yang berupa bahan padat yang bergerak disekitar dasar sungai
(bed load sediment)
(sumber : Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA), 1997)
Sedimen dari bahan pasir yang halus mempunyai berat jenis ringan akan naik
keatas akibat turbulen dan terbawa arus masuk waduk, karena kecepatan air di
dalam waduk relatif kecil, maka sedimen akan mengendap di waduk. Partikelpartikel yang lebih halus dan sampah akan terapung lebih lama dan mengendap di
bagian hilir waduk.
Muatan sedimen melayang dinyatakan dalam part per milion (ppm). Cara
mengetahui kandungan sedimen dengan mengambil contoh air sedimen
dipisahkan, dikeringkan, dan ditimbang beratnya dibagi dengan berat sedimen dan
air (contoh air) dikalikan 10 juta. Produksi sedimen adalah jumlah total sedimen
yang melewati setiap penampung sungai, laju produksi sedimen adalah volume
sedimen tahunan rata-rata. Yang disebut umur rencana waduk adalah waktu
sampai penuhnya volume tampungan mati oleh sedimen yang masuk ke waduk.
Apabila dilihat dari kapasitas waduk kedungombo dalam 12 tahun terakhir
yaitu dimulai tahun 1982 sampai dengan tahun 1994 Waduk kedung ombo
mengalami sedimentasi kurang lebih 6 juta m per tahunnya.
Perkiraan sedimentasi Waduk = Volume sedimentasi waduk/ waktu
Perkiraan sedimentasi waduk =
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

72
= 6 juta mper tahun
1994 1982

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

9
Perpustakaan Unika

2.4 Kapasitas Waduk Kedung Ombo

Pemutakhiran data kapasitas Waduk Kedung Ombo dilakukan melalui


pengukuran data waduk yang dilakukan dengan dua metode, echosounding di
daerah genangan dan pengukuran teristris di daerah genangan sekitar waduk. Pada
saat pengukuran echosounding, muka air waduk berada pada El. +68,10 m. posisi
muka air ini merupakan elevasi muka air waduk yang cukup rendah, hanya 60 cm
di atas elevasi muka air operasi terendah untuk suplai irigasi, El. +67,50 m.
pengukuran teristis dilakukan di daerah diatas genangan waduk El. +68,10 m
sampai ketinggian El. +90,00 m.

Gambar 2.2 Kapasitas Tampungan Air Waduk Kedung


Gambar 2.2 Kapasitas Waduk Kedungombo
(Sumber : Istiarto, 2003)

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

10
Perpustakaan Unika

Tabel 2.1. Data Teknis Waduk dan Bendungan Kedung Ombo


( Sumber : Pengelolaan Sumber Daya Air, 2006)

Kondisi

WADUK
Luas
Elevasi
Genangan
(m)
(ha)

Volume (juta m3)

m.a. banjir

95

4,950.00

986

m.a. normal

90

4,600.00

723

m.a. minimum

64.5

1,000.00

88.4

BENDUNGAN
Tipe Bendungan

Urugan batu dengan inti tanah

Panjang Puncak (m)

1,600.00

Lebar Puncak (m)

12

Elevasi Puncak (m)

96
3

Vol. Bendungan (juta m )

6.2

2.5 Spillway Waduk Kedung Ombo


Spillway Waduk Kedungombo berada pada elevasi 90.00 m, yang terbuat dari

beton tanpa pintu, yang mempunyai panjang mercu 40.00 m. Menghitung debit
yang melalui spillway menggunakan rumus :
Q

= CLH

1 .5

(2.1)

Keterangan :
Q

= Debit ( m 3 / det )

= Koefisien limpasan ( C berkisar antara 2,0 s/d 2,1 )

= Lebar effektif spillway (m)

H = Total tinggi tekanan air diatas mercu bendung (m)


(sumber : Hidrologi Teknik, CD. Soemarto, 1986)

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

11
Perpustakaan Unika

Gambar 2.3 Spillway Waduk Kedung Ombo


(Sumber : BALITBANG)

Waduk Kedung Ombo yang merupakan waduk multipurpose, juga


difungsikan untuk pengendalian banjir di hilir, seperti Kabupaten Kudus dan
Kabupaten Demak yang rawan terhadap banjir. Teror banjir di Kudus, yang lebih
parah ketimbang yang berasal sungai-sungai asal Gunung Muria, terjadi pada
Februari 1993. Saat itu, Sungai Serang yang kemudian pecah menjadi dua kali di
pintu banjir Wilalung, Desa Kalirejo, Undaan, Kudus yakni menjadi Sungai
Wulan dan Juwana, melumpuhkan secara total Undaan, Mejobo, sebagian Jati,
Jekulo, dan Kaliwungu. Tahun berikutnya, Sungai Serang (berarti juga Sungai
Wulan dan Juwana) memang relatif lebih jinak arus banjirnya. Namun, wilayah
Kudus selatan, Pati selatan, dan sebagian Demak bukan berarti bebas dari
ancaman banjir.
Tiap hujan tiba, banjir selalu menghantui wilayah itu. Pintu banjir Wilalung
memiliki andil yang cukup besar dalam pengendalian banjir di hilir, disamping
Waduk Kedung Ombo sendiri. Namun sayangnya, tidak semua pintu bisa
digunakan karena kerusakan beberapa pintunya. Berdasarkan hasil dari
BALITBANG, ternyata prosentase kawasan yang sering mengalami banjir sekitar
18%, dan yang tidak pernah sama sekali 30%. Sedangkan tentang penyebab
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

12
Perpustakaan Unika

terjadinya banjir, 30% responden mengatakan karena hutan gundul, saluran


tersumbat 27%, sedimen 25%, dan karena saluran terlalu kecil 18%. Jika terjadi
banjir, sebagian besar responden (41%) tidak melakukan apaapa, sebagian lagi
gotong royong (29%), perbaiki saluran (14%), lapor RT/RW (12%), dan
mengungsi (4%). (Sumber : www.kompas.com)
Yang disebut banjiradalah apabila muka air di waduk menunjukan elevasi
lebih dari + 90,00m. Pada kondisi banjir, Petugas Pengoprasian Waduk segera
mengoprasikan katub dan atau pintu untuk pelepasan air waduk, sesuai pada
Manual Operasi Waduk.

2.6 Penelusuran Banjir (Flood Routing)


2.6.1 Cara-cara penelusuran banjir

Penelusuran banjir adalah merupakan peramalan hidrograf dari suatu titik


pada suatu aliran yang didasarkan atas pengamatan hidrograf dari suatu titik pada
suatu aliran yang didasarkan atas pengamatan hidrograf di titik lain.
Tujuan penelusuran banjir adalah untuk:
a. Peramalan banjir (forecasting) jangka pendek, misalnya digunakan untuk
sistem peringatan dini pada pengamatan banjir (early warning system)
b. Perhitungan hidrograf satuan pada berbagai titik sepanjang sungai dari
hidrograf satuan di titik sungai tersebut.
c. Peramalan terhadap perilaku sungai setelah terjadi perubahan keadaan
palung sungai (misalnya karena adanya pembangunan bendungan atau
pembuatan tanggul)
Teknik yang digunakan pada dasarnya ada dua, yaitu cara hidrolika (hidraulic
routing), dan cara hidrologi (hydrologic routing).Dalam penelitian ini cara yang
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

13
Perpustakaan Unika

digunakan adalah penelusuran banjir dengan cara hidrologi (hydrologic routing).


Hydrologic routing menggunakan persamaan kontinuitas dan penampungan.
Rumus yang digunakan adalah :

I O = ds atau
dt

S = I O dengan s = I t Qt ........(2.2)

Keterangan :
I

= Inflow,

= Outflow,

ds/dt, S

= Perubahan tampungan,

Q + Q2
I + I2
Sehingga : 1
t + 1

t = S 2 S1 ..........................(2.3)
2
2
Dari persamaan (2.3) maka akan didapatkan nilai :

= I1 + I

2 S 2
2 S1
....................(2.4)
+
t
t

(sumber : Hidrologi Teknik, CD. Soemarto, 1986)


Dari hasil penelusuran akan didapat hidrograf aliran , dengan mempunyai
sifat khusus, yaitu puncak hidrograf keluaran selalu jatuh pada kaki hidrograf
masukan.

Gambar 2.4 Hidrograf


(sumber://www.google/geogr.uni-jena.de/arsgisip/finalreport )
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

14
Perpustakaan Unika

2.6.2 Penelusuran Banjir lewat Waduk

Penelusuran lewat waduk dimana penampungannya adalah merupakan


fungsi langsung dari aliran keluar (outflow) dengan kata lain Q2 = F ( S 2 )
Data yang diperlukan untuk penelusuran waduk adalah:
1. Hubungan antara persamaan/kurva volume tampungan (S) dengan
ketinggian (H).
2. Hubungan

antara

persamaan/kurva

debit

keluaran

(Q)

dengan

ketinggian (H)
3. Hubungan antara persamaan/kurva volume tampungan (S) dengan debit
keluaran (Q)
4. Hidrograf aliran masuk, I=I (t )
5. Nilai awal (t=0) Untuk tampungan (S), aliran masuk (I) dan debit keluaran
(Q)
2.7 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara yang kemudian jatuh ke
permukaan tanah yang berupa air hujan dan akhirnya kembali mengalir ke laut
lagi. Air tersebut juga akan tertahan (sementara) di sungai, danau, waduk dan
dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia ataupun mahkluk
lainnya. Dalam daur hidrologi, energi matahari menyebabkan terjadinya proses
evaporasi di laut atau badan-badan air lainnya. Uap air tersebut akan terbawa oleh
angin melintasin daratan yang bergunung maupun datar. Dan apabila keadaan
atmosfer memungkinkan, sebagian uap air tersebut akan turun menjadi hujan.
Air hujan yang mencapai permukaan tanah sebagian akan masuk ke dalam
tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan
tertampung sementara

dalam cekungan-cekungan permukaan tanah, untuk

kemudian mengalir ke permukaan yang lebih rendah untuk selanjutnya masuk ke


J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

15
Perpustakaan Unika

sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang
selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air
tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang masuk ke dalam tanah akan bergerak
secara lateral (horisontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi
ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke sungai. Sedangkan air hujan yang
masuk ke dalam tanah akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam menjadi
bagian dari tanah (gound water). Air tanah tersebut terutama pada musim kemarau
akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau atau penampungan air alamiah
lainnya. Siklus hidrologi secara skematik seperti gambar 2.5 berikut :

2
3

1
5
6

Gambar 2.5 : Siklus Hidrologi

Keterangan :
1. Evaporasi
2. Awan dan uap air di udara
3. Hujan
4. Infiltrasi
5. Limpasan permukaan
6. Perkulasi
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

16
Perpustakaan Unika

2.8 DAS (Daerah Aliran Sungai)

Menurut Sri Br. Harto (1993), ada beberapan pengertian tentang DAS dan
beberapa yang terkait di dalamnya, antara lain :
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah tertentu yang bentuk
dan sifatnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut, dalam
fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber
air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utama;
2. Sub DAS
Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan
mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama;
3. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan
hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam
DAS dan segala aktivitasnya. Ini bertujuan untuk membina kelestarian dan
keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam
bagi manusia secara berkelanjutan;
4. Wilayah Sungai atau Wilayah DAS
Wilayah Sungai atau Wilayah DAS adalah suatu wilayah yang terdiri
dari dua atau lebih DAS yang secara geografi berdekatan dan karakteritik
yang sama serta secara fisik teknis layak digabungkan sebagai unit
perencanaan dalam rangka penyusunan rencana maupun pengelolaannya;
5. Tata Air DAS
Tata Air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur
hidrologis yang meliputi hujan, aliran permukaan dan aliran sungai,
peresapan, aliran air dan evapotranspirasi dan unsur yang lain.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

17
Perpustakaan Unika

2.9 Analisa Hidrologi

Intensitas hujan merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya


debit banjir (banjir kiriman dan banjir lokal) bagi daerah tersebut. Semakin besar
curah hujan yang ada maka semakin besar pula banjir yang terjadi. Dengan
diketahui besarnya curah hujan pada suatu daerah maka dapat diketahui pula
besarnya intensitas hujan pada daerah tersebut, yang dapat digunakan untuk
menghitung besarnya debit banjir pada daerah tersebut.
Untuk mendapatkan besarnya intensitas hujan rencana, perlu dilakukan
perhitungan data curah hujan rata-rata DAS. Dalam perhitungan hujan areal ini
ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitungnya. Metode tersebut
diantaranya adalah metode rata-rata aljabar, metode Polygon Thiessen dan metode

Isohyet. Metode tersebut dijelaskan sebagai berikut:


1. Metode Rata-rata Aljabar
Metode rata-rata aljabar ditentukan dengan cara menjumlahkan tinggi hujan
dari suatu tempat pengukuran selama jangka waktu tertentu, dibagi dengan
jumlah pos pengukuran hujan. Penggunaan metode ini mendapatkan hasil yang
memuaskan apabila dipakai pada daerah datar, serta curah hujan yang tidak
bervariasi banyak dari harga tengahnya dan penempatan alat ukur yang tersebar
merata. Metode ini disajikan dengan rumus :

1 n
R = R1
n i =1

..................................(2.5)

Keterangan :
R

= Curah hujan rata-rata (mm)

Ri = Curah hujan pada pos yang diamati (mm)


N

= Banyaknya pos hujan

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

18
Perpustakaan Unika

2. Metode Polygon Thiessen


Metode Thiessen ditentukan dengan cara membuat polygon antar pos hujan
pada suatu wilayah DAS kemudian tinggi hujan rata-rata dihitung dari jumlah
perkalian antara tiap-tiap luas polygon dan tinggi hujannya dibagi dengan luas
seluruh

DAS. Dalam penelitian Tugas Akhir ini menggunakan metode

polygon Thiesen untuk menghitung curah hujan rata-rata. Luas masing-masing


polygon tersebut diperoleh dengan cara sebagai berikut :
a) Semua stasiun yang terdapat di dalam atau di luar DAS yang berpengaruh
dihubungkan dengan garis sehingga terbentuk jaring-jaring segitiga.
b) Pada masing-masing segitiga ditarik garis sumbu tegak lurus, dan semua
garis sumbu tersebut membentuk polygon.
c) Luas daerah yang hujannya dianggap mewakili oleh salah satu stasiun
yang bersangkutan adalah daerah yang dibatasi oleh polygon tersebut.
Metode ini cocok untuk menentukan tinggi hujan rata-rata, apabila pos
hujannya tidak banyak dan tinggi hujannya tidak merata. Adapun rumus dari
metode tersebut adalah :

R=

A xR
A
i

........................................(2.6)

Keterangan :
R

= Curah hujan rata-rata (mm)

Ri = Curah hujan pada pos yang diamati (mm)


Ai = Luas yang dibatasi garis polygon (km2)

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

19
Perpustakaan Unika
2

A2
1

A3

A4

A1

4
A7
A5

A6

Gambar 2.6 Metode Polygon Thiessen.

3. Metode Rata-Rata Isohyet


Metode isohyet ditentukan dengan cara menggunakan kontur tinggi hujan
suatu daerah dan tinggi hujan rata-rata DAS dihitung dari jumlah perkalian
tinggi hujan rata-rata diantara garis isohyet tersebut dibagi luas seluruh DAS.
Metode ini cocok untuk daerah pegunungan dan yang berbukit-bukit. Adapun
rumus dari metode tersebut adalah :

A
A
A1
A
( R1 + R2 ) + 2 ( R2 + R3 ) + 3 ( R3 + R4 ) + N 1 ( R N + R N +1 )
2
2
2
......(2.7)
R= 2
Atotal
Keterangan :
R

= Curah hujan rata-rata (mm)

A1- An = Luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet (km 2 )


R1- Rn = Tinggi curah hujan pada setiap garis isohyet (mm)
At = Luas total DAS (km 2 )

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

20
Perpustakaan Unika

57 mm

A4

10 mm

A2

A3

45 mm

A5

A1

A6

mm

40
mm

65

d0 =

51 mm

d0 =

mm
30

36 mm

d0 =

20

d0

mm

=1
0m
m

20 mm

Gambar 2.7 Metode Rata-rata Isohyet.

2.10
2.10.1

Metode Perhitungan
Perhitungan Hujan Rancangan

Di dalam analisa dan perhitungan curah hujan rancangan, untuk


mendapatkan distribusi frekuensi maka data yang tersedia dianalisa
dengan 4 ( empat ) macam metode distribusi frekuensi yaitu :

Methode Distribusi Gumbel

Merthode Distribusi Log Pearson Type III

Methode Normal

Methode Distribusi Log Normal 2 Parameter.

Berdasarkan hasil perhitungan keempat distribusi tersebut dilakukan uji


besaran statistik data hujan dan uji sebaran Chi Kuadrat untuk
menentukan Methode Distribusi Frekuensi yang paling sesuai.
Dari hasil uji Chi Kuadrat akan dipilih nilai penyimpangan
distribusi terkecil akan digunakan sebagai hasil perhitungan hujan

rancangan yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan Debit Banjir


Rencana.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

21
Perpustakaan Unika

Uji Kesesuaian Distribusi

Pemeriksaan uji kesesuaian distribusi ini dimaksudkan untuk memberi


kepastian kebenaran dari suatu hipotesa dengan memperhatikan populasi
dari beberapa sample yang digunakan dalam analisa frekuensi.
Pengujian dilakukan dengan cara

Uji Chi Kuadrat dengan

penjabaran sebagai berikut :

(Ef
X =

Of )
Ef

Keterangan :
X
= harga Chi-kuadrat
Ef
= frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai
pembagian kelas
Of
= frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
Nilai X yang didapatkan haus lebih kecil dari harga Xcr ( harga ChiKuadrat kritik). Setelah didapat harga Chi-Kuadrat perlu dihitung
Derajat Kebebasan (DK). Secara umum perhitungan Derajat
Kebebasan sebagai berikut :

DK = K (P + 1)
Keterangan :
DK = derajat kebebasan (number of degree of freedom)
K
= banyak kelas
P
= banyaknya suatu keterikatan (constrain) atau sama dengan
banyaknya parameter, untuk sebaran Chi-Kuadrat = 2
Dari hasil perhitungan Uji Chi Kuadrat dapat ditentukan methode
distribusi frekuensi yang paling sesuai dari keempat methode yang ada
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

22
Perpustakaan Unika

dengan memilih nilai dari hasil perhitungan Uji Chi Kuadrat yang
paling kecil. Pada Tugas Akhir kami mengunakan distribusi normal.
(Sumber : Hidrologi Terapan Edisi 3, Dr. Ir. Sri Harto)
2.10.2 Perhitungan Banjir Rancangan

Oleh karena data yang tersedia berupa data hujan harian maksimum
maka perhitungan debit banjir berdasarkan data yang tersedia. Methode
perhitungan debit banjir rancangan sebagai berikut :
1. Methode Hidrograf Gama 1
2. Methode Nakayasu
Untuk mendapatkan debit banjir rancangan yang akan digunakan sebagai
dasar perhitungan selanjutnya, maka hasil perhitungan dengan 2 (dua)
methode diatas akan dibandingkan dengan debit banjir puncak ( PMF )
dan (1/2) PMF untuk menjamin keamanan bendungan dari bahaya
terjadinya limpasan ditubuh bendungan.

A. Methode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I ( HSS Gama I )

Satuan Hidrograf Sintetik GAMA I dibentuk oleh tiga komponen


dasar yaitu waktu naik ( Tr ), debit puncak ( Qp ) dan waktu dasar
( Tb ), dengan uraian sebagai berikut :
1.Waktu Naik ( Tr ) dinyatakan dengan persamaan :
Tr = 0,43 ( L/100.SF )3 + 1,0665 . SIM + 1,2775 .........(2.8)
Keterangan :
Tr = Waktu Naik ( jam )
L
= Panjang Sungai ( km )
SF = Faktor Sumber yaitu perbandingan antara jumlah
panjang sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang
sungai semua tingkat.
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

23
Perpustakaan Unika

SIM = Faktor Simetri yang ditetapkan sebagai hasil kali


antara factor lebar ( WF ) dengan luas relatif DAS
sebelah hulu ( RUA )
WF = Faktor Lebar adalah perbandingan antara lebar DPS
yang diukur dari titik disungai yang berjarak 0,75 L
dan lebar DPS yang diukur dari titik yang berjarak
0,25 L dari tempat pengukuran.
2. Debit Puncak ( Qp ), dihitung berdasarkan persamaan :
Qp

= 0.1836 . A0,5886 * JN0.2381 * Tr- 0,4008

Keterangan :
Qp
=
JN
=
Tr
=

Debit Puncak ( m3/det )


Jumlah Pertemuan Sungai
Waktu Naik ( jam )

3. Waktu Dasar ( Qb ), dihitung berdasarkan persamaan :


Tb =

27,4132 * Tr0.1457 * S- 0,0596 * SN0.7344 * RUA0,2574

Keterangan :
Tb
=
Tr
=
S
=
SN
=
RUA

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

Waktu Dasar ( jam )


Waktu Naik ( jam )
Kemiringan sungai rata-rata
Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara
jumlah segmen sungai-sungai tingkat 1
dengan jumlah sungai semua tingkat.
Luas DPS sebelah hulu ( km2 )

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

24
Perpustakaan Unika

4. Bentuk Grafis Hidrograf Satuan Sintetik GAMA I


Q
(m3/det)

Qp

Tr

t (jam)
Tb
Gambar 2.8 Bentuk grafis HSS GAMA I

5. Hujan Efektif ( Reff )


Perhitungan Hujan Efektif dengan menggunakan methode
indeks yaitu dengan mengasumsikan kehilangan hujan dari jam
ke jam adalah sama, sehingga kelebihan dari curah hujan akan
sama dengan hidrograf aliran dengan kata lain hirdrograf aliran
dihirung berdasarkan hujan efektif yaitu jumlah curah hujan
jam-jaman dikurangi dengan indeks. ( Standart Perhitungan
Debit Banjir, SK SNI M 18 1989 F )
Persamaan perhitungan hujan efektif dengan methode indeks
adalah :
indeks = 10,4903 3,859x10-6 * DPS2 + 1,6985 * 10- 13 * ( DPS/SN )4
Keterangan :
indeks = Kehilangan curah hujan ( mm/jam )
DPS
= Luas Daerah Pengaliran Sungai ( km2 )
SN
= Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen
sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat.
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

25
Perpustakaan Unika

6. Base Flow atau aliran dasar


Base Flow atau aliran dasar yang didekati dengan persamaan
yang merupakan fungsi dari dari Luas DPS dan krapatan jaringan
sungai, yang dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :
Qb = 0,4751 * DPS0,6444*A * D0,9430
Keterangan :
Qb

= Aliran Dasar ( m/det )

DPS

= Luas DPS ( km )

= Kerapatan Jaringan Sungai (km/km)

B. Hidrograf Satuan Nakaysu

0,8Tr Tg
Qmax

Tp

T0,3

1,5 T0,3

Gambar 2.9 Bentuk grafis HSS NAKAYASU

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB II STUDI PUSTAKA

26
Perpustakaan Unika

Tp

Tg + 0,8 Tr .(2.13)

Qmax

( 1/36 ) * A * Ro * (1/(0,3Tp + T0,3)) (2.14)

Keterangan :
Tp
=
Tg
=
Tr
=
A
=
Ro
=
L
=

=
Tg
=

Peak Time ( jam )


Time tag ( jam )
Satuan Waktu yang digunakan
Luas DPS ( km2 )
Curah Hujan Spesifik ( mm )
Panjang Sungai ( km )
Koefisien ( 1,50 3,50 )
0,4 + 0,058 L untuk L < 15 km

Tg

0,21* L0,7 untuk L > 15 km

T0,3

* Tg

Bentuk Grafik :
0 < t < Tp

( Q / Qmax ) = 0,3^( (t Tp)/T0,3 )

1 > ( Q/Qmax ) > 0,3

( Q / Qmax ) = ( t/Tp )^2,4

0,3 > ( Q/Qmax ) > 0,09

( Q / Qmax ) = 0,3^( (t Tp+0,5 T0,3)/1,5*T0,3 )


( Q/Qmax ) < 0,09 =( Q / Qmax ) = 0,3^( (t Tp+0,5 T0,3)/(2*T0,3 ))

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB III METODE PENELITIAN

27
Perpustakaan Unika

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Uraian Umum
Di dalam pembuatan tugas akhir, langkah-langkah yang dikerjakan antara
lain: Mulai, yaitu dengan berkonsultasi dengan dosen pembimbing mengenai
materi yang akan diambil. Mengumpulkan data, yaitu dengan mencari data yang
menjadi daerah penelitian. Data yang digunakan berupa data hujan harian
maksimum dari stasiun stasiun yang ada di Waduk Kedungombo. Sebelumnya
harus terlebih dahulu diketahui Catchment Area (daerah tangkapan). Dengan
mengumpulkan data yang ada, kita menentukan hujan rancangan dengan
menggunakan distibusi frekuensi dan menguji kesesuainya dengan uji ChiKuadrat.
Dari uji Chi-Kuadrat dapat ditentukan Metode Distribusi Frekuensi tersebut
diatas yang paling sesuai. Yang akan digunakan untuk menentukan hujan
rancangan sebagai dasar perhitungan Debit Banjir Rencana.
Pehitungan banjir rencana dengan menggunakan metode HSS GAMA I dan
metode HSS NAKAYASU. Perlu dihitung pula debit banjir puncak (PMF) yang
digunakan sebagai kontrol.
Untuk menghitung besarnya Probable Maximum Flood ( PMF ) digunakan rumus:
XPMP

= Xn + Km . Sn

Setelah itu melakukan Flood Routing dengan menggunakan prinsip


perhitungan penelusuran banjir dengan menggunakan persamaan kontinuitas
sebagai berikut :
Q inflow Q outflow = ds/d
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB III METODE PENELITIAN

28
Perpustakaan Unika

Perlu dihitung pula Kapasitas Spillway dihitung dengan menggunakan


rumus sebagai berikut :
Q =

C . B . H3/2

Dari perhitungan yang dilakukan akan mendapatkan hasil Flood Routing.


Hasil perhitungan penelusuran banjir (Flood Routing) dengan periode ulang
125 tahun, 1.000 tahun, PMF dan PMF. Disajikan dalam bentuk Hidrograf
aliran . Proses pengerjaan Tugas Akhir dalam penghitunganya menggunakan
bantuan program computer Microsoft Excel.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB III METODE PENELITIAN

29
Perpustakaan Unika

3.2 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir


MULAI

Pengumpulan data:
Hujan harian maksimum dari 3
Stasiun Hujan :
1. Sta. Nglangon
2. Sta. Wolo
3. Sta. Tawangharjo

Curah Hujan maksimum dengan


metode Polygon Theisen :

R =

Xrt =

x
n

A i xR

Ai

( Cv ) =

( Sx ) =

x x
n 1

Sx
X rt

Jenis jenis distribusi

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

( Cs )=

n
(n 1)(. n 2).S 3

( X Xrt )

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB III METODE PENELITIAN

30
Perpustakaan Unika

Uji Chi-Kuadrat
Chi < Chikritis

Tidak

Stop

Ya
Analisa Banjir Rencana

HSS Gama I

HSS NAKAYASU

Penelusuran Banjir
(Flood Routing)

Q2 = I1 + I 2 Q1

2S 2 2S1
+
t
t

Grafik Volume Vs Genangan


Keterangan :
Hidrograf Banjir
n = Banyaknya data
Xrt = Mean (harga rata rata)
Sx = Standart Deviasi
Cv = Koefisien variasi
Kesimpulan
Cs = Koefisien skewness
Ck = Koefisien kurtosis
Q = Debit (m/dtk)
C = Koefisien Spillway
SELESAI
H = Tinggi energi (m)
B = Panjang ambang bangunan (m)
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

Q = CBH 1,5

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

31
Perpustakaan Unika

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

Uraian Umum
Bendungan (waduk) mempunyai 2 fungsi utama yaitu menampung dan

menyimpan semua atau sebagian air yang masuk ( inflow ) yang berasal dari
daerah pengaliran sungainya (DPS). Sebagai penampung air bendungan dapat
mereduksi banjir sesuai dengan kapasitas tampungan dan kapasitas bangunan
pelimpahnya.
Sedangkan sebagai penyimpan, bendungan sangat bermanfaat menjadi
penyangga air, khususnya di daerah - daerah kering yang mana curah hujan
terpusat pada musim penghujan. Pada musim kemarau daerah tersebut sangat
membutuhkan air untuk berbagai keperluan.
Bertitik tolak dari fungsi bendungan tersebut, maka analisis hidrologi
merupakan faktor penting dalam perencanaan suatu bendungan. Analisis dalam
pekerjaan ini adalah menentukan debit banjir rancangan berdasarkan data hujan
aliran.

4.2

Analisa Hujan Rencana


Dalam analisis hidrologi dilakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data dan Peta
Pengumpulan data hidrologi meliputi semua data yang mempengaruhi
pada Daerah Pengaliran Sungai ( DPS ), antara lain data hujan, data
klimatologi, data karakteristik DPS, data pola operasi, dan Peta topografi
DPS atau peta rupa bumi skala 1 : 50.000
b. Pengujian Data
Pengujian terhadap semua data hidrologi yang telah dikumpulkan
dimaksudkan untuk mengetahui ketelitian dan kebenaran data, sehingga

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

32
Perpustakaan Unika

dalam analisis

perhitungan akan diperoleh hasil yang sesuai atau

mendekati kenyataan yang sebenarnya.


c. Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui aliran tinggi atau


debit banjir dengan cara pengalih ragaman data hujan historis menjadi
debit banjir rencana.

Gambar 4.1.Peta DAS, Stasiun hujan dan Pembagian Poligon Thiesen

4.2.1 Data Hujan


Oleh karena data - data yang tersedia hanya data hujan historis maka
perhitungan hidrologi berdasarkan data curah hujan tersebut yaitu pada
stasiun hujan yang berpengaruh terhadap DPS yang bersangkutan.
Stasiun Hujan yang dipakai sebagai dasar perhitungan hidrologi adalah
Stasiun Hujan Nglangon , Tawangharjo dan Wolo
Panjang data dari ketiga stasiun hujan tersebut adalah 15 tahun. Data
hujan yang dipergunakan adalah hujan harian maksimum tahunan dari
ketiga stasiun hujan tersebut.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

33
Perpustakaan Unika

4.2.2 Distribusi Curah Hujan Daerah


Kurva - kurva aliran (Rating Kurva) pada suatu daerah dapat
diperkirakan dari limpasan hujan dengan menggunakan data curah hujan.
Adapun data curah hujan yang digunakan tersebut adalah data curah
hujan yang dapat mewakili daerah pengaliran sungai ( DPS ).
Oleh karena data hujan yang diperoleh merupakan hujan titik dari stasiun
hujan maka harus dianalisa untuk menjadi hujan daerah dengan
mempertimbangkan data dari ketiga stasiun hujan tersebut luas daerah
tangkapan yang dipengaruhi oleh masing-masing stasiun hujan. Analisa
dilakukan dengan methode Poligon Thiessen, karena metode ini memiliki
kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan metode lain diantaranya:
a) Metode Poligon Thiessen lebih memiliki ketelitian yang cukup
tinggi.
b) Metode Poligon Thiessen lebih mudah dalam perhitungannya
dibandingkan dengan metode yang lain.
c) Metode Poligon Thiessen tidak memerlukan data yang banyak,
cukup dengan data tinggi curah hujan maximum dan data luas
daerah catchment area.
Tabel 4.1.
Pembagian luas daerah tangkapan dengan methode Poligon Thiesen.
No.

Nama Stasion Pos Hujan

Luas Daerah Tangkapan


Catchment Area (Ai = km2)

Nglangon

206,5

Wolo

155,5

Tawangharjo

133,5

Total

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

495,5

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

34
Perpustakaan Unika

Tabel 4.2.
Perhitungan Koefisien Thiesen
Stasion Pos

No.
1

Hujan
Nglangon

2
3

Koefisien

Ai (km2)
206,5

Theissen C (%)
41,675

Wolo

155,5

31,382

Tawangharjo

133,5

26,943

Ai

495,5

100,00

Tabel 4.3.
Curah hujan harian maksimum stasiun Nglangon (mm)
STASIUN NGLANGON
TAHUN

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGS

SEPT

OKT

NOV

DES

1991

38

63

18

67

29

71

31

106

78

1992

85

38

42

91

35

54

40

51

68

82

1993

84

55

49

74

25

72

36

23

19

64

66

1994

67

44

84

46

51

14

20

44

1995

70

84

54

57

45

66

28

26

54

131

1996

65

95

85

31

61

27

30

23

81

102

102

1997

59

60

80

69

39

28

32

65

88

123

1998

76

105

74

73

38

67

89

53

111

104

112

117

1999

151

68

31

110

80

45

73

29

35

89

61

116

2000

125

123

100

138

117

30

70

58

70

55

70

55

2001

106

118

116

70

40

108

45

2002

108

38

2003

67

44

84

46

51

14

20

44

2004

85

38

42

91

35

54

40

51

68

82

2005

115

38

87

63

28

27

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

72
48
72
47
39
51
(Sumber : PT ADICCON MULYA,2006 )

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

35
Perpustakaan Unika

Tabel 4.4.
Curah hujan harian maksimum stasiun Wolo (mm)
STASIUN WOLO
TAHUN

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGS

SEPT

OKT

NOV

DES

1991

29

90

52

135

10

1992

75

86

80

28

26

29

30

84

30

107

70

54

94

35

48

1993

160

160

40

37

18

47

16

30

43

25

1994

60

46

24

35

23

18

37

1995

42

32

36

30

13

20

1996

59

56

47

27

52

25

61

63

57

12

14

75

110

51

1997

54

40

80

51

61

28

20

57

1998

73

53

97

49

56

47

32

25

61

38

119

56

1999

42

42

24

2000

51

57

121

61

24

12

15

13

40

119

63

48

54

31

25

16

41

70

70

24

2001

110

38

105

27

98

42

37

71

54

2002

57

108

78

58

21

2003

37

69

84

48

32

26

66

46

78

2004

37

38

90

26

10

42

37

63

54

2005

57

21

75

53

15

29

53

43

27

78

42

46

(Sumber : PT ADICCON MULYA,2006 )

Tabel 4.5.
Curah hujan harian maksimum stasiun Tawangharjo (mm)
STASIUN TAWANGHARJO
TAHUN

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGS

SEPT

OKT

NOV

DES

1991

65

55

29

36

25

87

51

65

88

72

56

1992

51

44

89

75

55

61

22

28

65

65

50

1993

75

55

45

63

25

56

27

73

175

60

78

1994

125

53

125

52

37

35

32

56

1995

71

98

52

52

53

73

10

10

30

45

1996

113

173

62

98

49

15

67

26

23

82

97

79

1997

118

67

78

69

16

53

52

108

1998

72

137

115

89

49

43

20

65

65

50

41

1999

65

55

24

36

25

87

51

65

88

72

56

2000

60

63

137

65

60

12

21

51

38

83

145

71

2001

78

128

50

38

62

42

32

145

54

2002

66

110

50

45

2003

75

85

108

50

15

10

46

75

158

2004

61

55

112

102

42

22

37

69

2005

75

118

70

95

38

90

55

26

39

96

99

87

(Sumber : PT ADICCON MULYA,2006)


J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

36
Perpustakaan Unika

Cara perhitungan menggunakan metode Polygon Thiesen :

R =

A i xR

Ai

Contoh perhitungan curah hujan maksimum dengan metode Poligon Thiesen :

R1991 =

(38 206,5) + (29 155,5) + (65 133,5)


= 42,45
495,5

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Polygon Thiesen


maka didapatkan distribusi curah hujan pada masing-masing daerah yang telah
mempertimbangkan faktor-faktor yang terdapat pada Polygon Thiesen.
Perhitungan Curah Hujan Maximum dengan menggunakan metode Polygon
Thiesen dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6.
Curah hujan maksimum stasiun Nglangon,Wolo, Tawangharjo dengan metode
Polygon Thiesen
DATA HUJAN
MENGGUNAKAN POLYGON THIESSEN
TAHUN
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005

JAN
42,45
72,70
105,43
80,43
61,48
76,05
73,33
73,98
93,62
84,26
99,71
79,44
59,41
62,49
84,71

FEB
69,32
54,68
87,95
47,05
71,45
103,78
55,61
97,30
56,34
86,12
95,59
81,24
63,75
42,79
54,95

MAR
31,63
66,59
45,10
76,22
47,81
66,88
79,46
92,26
26,92
116,56
61,81
25,59
90,76
47,94
78,28

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

APR
79,99
66,92
59,42
44,16
47,18
47,80
63,35
69,78
74,69
91,97
72,36
33,11
47,78
93,77
68,73

MEI
21,96
37,56
22,80
31,22
37,11
27,41
23,39
43,79
47,61
74,65
41,85
19,56
34,63
34,02
26,55

JUN
24,69
14,47
59,84
0,00
53,45
5,29
11,67
49,55
45,96
23,58
87,08
0,00
0,00
12,99
45,40

JUL
13,74
25,85
0,83
0,00
16,32
33,07
36,40
50,32
48,87
39,85
31,93
0,00
0,00
13,78
60,98

AGS
17,51
54,79
22,28
0,00
0,00
23,90
0,00
23,66
33,68
37,91
0,00
0,00
0,00
21,08
40,16

SEPT
39,00
41,16
34,27
0,00
22,21
39,32
0,00
82,92
27,14
52,28
20,23
0,00
11,35
38,17
47,94

OKT
36,63
68,27
64,48
22,48
32,67
90,37
33,37
72,78
98,15
67,25
61,35
0,00
40,07
42,83
70,97

NOV
97,15
56,84
56,33
22,61
50,36
84,65
68,57
97,49
64,59
90,21
31,50
0,00
44,02
63,69
56,88

DES
69,56
62,71
56,37
45,04
72,48
82,94
97,93
77,38
78,49
49,58
0,00
0,00
87,26
32,00
59,50

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

37
Perpustakaan Unika

Tabel 4.7.
Curah Hujan Rata - Rata Maksimum dari perhitungan Polygon Thiesen
No.

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005

Hujan
Daerah
( mm )
97,15
72,70
105,43
80,43
72,48
103,78
97,93
97,49
93,62
116,56
99,71
81,24
90,76
93,77
84,71
1393

rata rata / mean( x rt ) =

n
1393
=
15
= 92,84

Koefisien Variasi ( Cv ) =

Standart Deviasi ( Sx ) =

2157,14
14
= 12,413

Sx
X rt

= 0,1337
n
( X Xrt )3
3
(n 1)(. n 2).S
15
=
.(3224)
(15 1)(. 15 2).12,4133
= -0,139

Koefisien Skweness ( Cs ) =

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

x x
n 1

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

38
Perpustakaan Unika

4.3 Perhitungan Hujan Rancangan

Analisa frekuensi dilakukan untuk mendapatkan lengkung kekerapatan


dari serangkaian data curah hujan disuatu daerah pengaliran sungai.
Lengkung ini menunjukan suatu nilai atau besaran harga yang kemungkinan
disamai atau dilampaui dalam suatu periode tertentu. Hujan rancangan
diperhitungkan dengan beberapa periode ulang yang meliputi Periode
Ulang100 tahun, 125 tahun dan 1000 tahun. Sedangkan untuk melakukan
kontrol terhadap tinggi muka air waduk maksimum maka diperhitungkan
terhadap hujan maksimum ( PMP ).
Di dalam analisa dan perhitungan curah hujan rancangan, agar diperoleh
distribusi frekuensi terbaik maka data yang ada dianalisa dengan 4 ( empat ) macam
methode distribusi frekuensi yaitu :

Methode Distribusi Gumbel


Syarat : Cs 1,14 dan Ck 5,4

Merthode Distribusi Log Pearson Type III


Syarat : Cs > 0 dan Ck 1,5 Cs + 3

Methode Normal
Syarat : Cs 0 dan Ck 3
X = S 68 % dan X = 2S 95 %

Methode Distribusi Log Normal 2 Parameter.


Syarat : Cs (ln X) 0 dan Ck (ln X) 3

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

39
Perpustakaan Unika

4.3.1

Uji Distribusi Frekuensi

Pengujian dengan menggunakan empat metode frekuensi sebagai berikut :


TABEL 4.8
ANALISIS DISTRIBUSI FREKUENSI METODE GUMBEL DAN LOG-PEARSON
STASIUN HUJAN NGLANGON, WOLO DAN TAWANGHARJO ( WADUK KEDUNGOMBO )

HUJAN MAKSIMUM
GUMBEL

No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

LOG PEARSON - III

X ( mm )

(X-Xrt)^2

(X-Xrt)^3

log X

97,15
72,70
105,43
80,43
72,48
103,78
97,93
97,49
98,15
116,56
99,71
80,68
90,47
93,65
86,02
1393

18,559
405,700
158,458
154,058
414,611
119,640
25,888
21,604
28,175
562,544
47,169
147914
5,626
0,653
46,540
2157

79,952
-8171,613
1994,666
-1912,165
-8442,310
1308,621
131,717
100,415
149,552
13342,407
323,960
-1798,933
-13,346
0,528
-317,494
-3224

1,9874
1,8615
2,0230
1,9054
1,8602
2,0161
1,9909
1,9890
1,9919
2,0665
1,9987
1,9068
1,9565
1,9715
1,346
29,460

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

(Log X-Log Xrt)^2


0,0005
0,0105
0,0035
0,0034
0,0108
0,0027
0,0007
0,0006
0,0008
0,0105
0,0012
0,0033
0,0001
0,0001
0,0009
0,050

(Log X-Log Xrt)^3


0,0000
-0,0011
0,0002
-0,0002
-0,0011
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0011
0,0000
-0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
-0,001

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

40
Perpustakaan Unika

1. Perhitungan Distribusi Gumbel

= 15

Jumlah

= 1393

Jumlah (X-Xrt)

= 2157,14

Jumlah (X-Xrt)

= -3224,04

Sx

= 12,413

Yn

= 0,5128 ( tabel 9.5. lampiran)

Sn

= 1,0206 ( tabel 9.5. lampiran)

Persamaan GUMBEL :
X = Xrt + Sx / Sn(Y Yn)

Contoh perhitungan persamaan Gumbel :


XT = 92,84 +

12,413
(0,367 0,5128) = 91,063 mm
1,0202
Tabel 4.9.

Perhitungan Hujan Rancangan Distribusi Distribusi Gumbel


T (tahun)

XT (mm)

0,367

91,063

1,500

104,848

10

2,250

113,975

20

2,996

123,040

50

3,912

134,185

100

4,605

142,615

125

4,828

145,329

1000

6,908

170,620

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

41
Perpustakaan Unika

2. Perhitungan Distribusi Log Pearson III


(lihat tabel 4.8)

= 15

Jumlah log x

= 29,460

Log Xrt

Logx
n

= 1,94
Jumlah (Log X-LogXrt) = 0,0495
Jumlah (LogX-LogXrt) = -0,0011

(LogX LogXrt )

Standart Deviasi ( S log X ) =

n 1

0,0495
14
= 0,0595

n
(LogX LogXrt )3
3
(n 1)(. n 2).S
15
.(0,0011)
=
(15 1)(. 15 2).0,05953
= -0,4198

Koefisien Skweness ( Cs ) =

Persamaan Log-Pearson III


Log X = Log Xrt + k. S Log X

Contoh perhitungan Log-Pearson III


Log XT = 1,968 + 0,070 * 0,0595
XT = 92,929 mm

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

42
Perpustakaan Unika

Tabel 4.10.
Perhitungan Hujan Rancangan Distribusi Log-Pearson III
T (tahun)
2
5
10
20
50
100
125
1000

Log XT (mm)

0,070
0,855
1,228
1,518
1,824
2,017
2,074
2,513

1,968
2,015
2,037
2,054
2,073
2,084
2,087
2,114

XT (mm)
92,929
103,477
108,907
113,315
118,174
121,344
122,291
129,872

Tabel 4.11.
Analisis distribusi Frekuensi Metode Normal dan Log-Normal Dua Parameter
Stasiun Hujan Nglangon, Wolo dan Tawangharjo (Waduk Kedungombo)
HUJAN MAKSIMUM
NORMAL

No.
X ( mm )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

97,15
72,70
105,43
80,43
72,48
103,78
97,93
97,49
98,15
116,56
99,71
80,68
90,47
93,65
86,02
1393

LOG

(X-Xrt)^2

(X-Xrt)^3

log X

18,559
405,700
158,458
154,058
414,611
119,640
25,888
21,604
28,175
562,544
47,169
147,914
5,626
0,653
46,540
2157,138

79,952
-8171,613
1994,666
-1912,165
-8442,310
1308,621
131,717
100,415
149,552
13342,407
323,960
-1798,933
-13,346
0,528
-317,494
-3224,043

1,9874
1,8615
2,0230
1,9054
1,8602
2,0161
1,9909
1,9890
1,9919
2,0665
1,9987
1,9068
1,9565
1,9715
1,9346
29,4601

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

(Log X-Log Xrt)^2


0,0005
0,0105
0,0035
0,0034
0,0108
0,0027
0,0007
0,0006
0,0008
0,0105
0,0012
0,0033
0,0001
0,0001
0,0009
0,0495

(Log X-Log Xrt)^3


0,0000
-0,0011
0,0002
-0,0002
-0,0011
0,0001
0,0000
0,0000
0,0000
0,0011
0,0000
-0,0002
0,0000
0,0000
0,0000
-0,0011

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

43
Perpustakaan Unika

3. Perhitungan Distribusi Normal sebagai berikut :

= 15

Jumlah

Jumlah (X-Xrt)

= 2157,14

Jumlah (X-Xrt)

= -3224,04
_

rata rata / mean( x rt ) =

x
n

Standart Deviasi ( Sx ) =

1393
15

= 92,84

Cv =

Sx
Xrt

= 0,134
a

n ( X Xrt ) 3
(n 1) (n 2)

15 ( 3224,04 )
(15 1) (15 2)

= -265,718
Cs =
=

a
Sx 3

265,718
12,4133

= -0,139

Persamaan Distribusi Normal


X = Xrt + k. S

k : Nilai Variabel Reduksi Gauss


J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

x
x


n 1

2157,14
14

= 12,413

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

44
Perpustakaan Unika

Contoh perhitungan Distribusi Normal :


XT = 92,84 + 1,177 * 12,413
= 107,457 mm
Tabel 4.12.
Perhitungan Hujan Rancangan Distribusi Normal
T (tahun)

k
2
5
10
20
50
100
125
1000

1,177
1,794
2,146
2,448
2,797
3,035
3,108
3,717

XT (mm)
107,457
115,112
119,480
123,226
127,563
130,513
131,415
138,980

4. Perhitungan Distribusi Log-Normal Dua Parameter

= 15

Jumlah Log x

= 29,460

Log Xrt

= 1,96

Jumlah (LogX-LogXrt) = 0,0495


Jumlah (LogX-LogXrt) = -0,0011

rata rata / mean( x rt ) =


=

Logx
n
29,460
15

= 1,96

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

45
Perpustakaan Unika

(LogX LogXrt )

Standart Deviasi ( S log X ) =


=

n 1

0,0495
14

= 0,0595
Cv =

SLogx
LogXrt

= 0,0303
a Logx

n ( LogX LogXrt ) 3
=
(n 1) (n 2)
=

15 ( 0,0011)
(15 1) (15 2)

= -0,0001
Cs

aLogx
LogSx 3

0,0001
0,0595 3

= -0,4198

Persamaan Log-Normal Dua Parameter


Log X = Log Xrt + k. S Log X

k : Nilai Variabel Reduksi Gauss


Contoh perhitungan Distribusi Log-Normal Dua Parameter:
Log XT = 1,96 + 0 * 0,0595
XT = 92,047 mm

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

46
Perpustakaan Unika

Tabel 4.13.
Perhitungan Hujan Rancangan Distribusi Log-Normal Dua Parameter
T (tahun)

Log XT (mm)

XT (mm)

0,000

1,964

92,047

0,841

2,014

103,292

10

1,282

2,040

109,713

20

1,645

2,062

115,313

50

2,054

2,086

121,958

100

2,327

2,102

126,598

125

2,409

2,107

128,038

1000

3,091

2,148

140,559

Dari hasil perhitungan keempat distribusi tersebut perlu dilakukan uji


besaran statistik data hujan dan uji sebaran Chi Kuadrat untuk menentukan
Metode Distribusi Frekuensi tersebut diatas yang paling sesuai.
Dari hasil uji sebaran tersebut maka akan dipilih nilai penyimpangan
distribusi terkecil yang akan dipakai sebagai hasil perhitungan hujan rancangan

yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan Debit Banjir Rencana


4.3.2

Uji Kesesuaian Distribusi

Pemeriksaan uji kesesuaian ini dimaksudkan untuk memberi kepastian


kebenaran dari suatu hipotesa dengan memperhatikan populasi dari masingmasing sample yang digunakan dalam analisa frekuensi.
Pengujian dilakukan dengan cara Uji Chi Kuadrat. Dari hasil perhitungan
Uji Chi Kuadrat maka dapat ditentukan jenis Distribusi atau methode
distribusi frekuensi yang paling sesuai dari keempat methode tersebut diatas
dengan memilih nilai dari hasil perhitungan Uji Chi Kuadrat yang paling
kecil. Berikut ini tabel UJI CHI KUADRAT dari masing masing
Frekuensi Distribusi :

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

47
Perpustakaan Unika

Tabel 4.14.
UJI CHI KUADRAT untuk DISTRIBUSI GUMBEL
Interval Hujan
P<= 20
P<= 40
104,8
P<= 60
92,808
P<= 80
86,848
P>
80
Jumlah
Derajad kebebasan =
Derajad kepercayaan =
Chi^2 kritis =
Hipotesa =

>
<

104,8
92,808
86,848
86,606
86,606

Jumlah
Oi
2
7
2
0
4
15

2
5%
-56,09 %
Hipotesa ditolak

Ei
3
3
3
3
3
15

Oi -Ei
-1,000
4,000
-1,000
-3,000
1,000

(Oi - Ei)^2
1,000
16,000
1,000
9,000
1,000

Chi^2
0,333
5,333
0,333
3,000
0,333
9,333

(Dari Tabel Chi kuadrad)

Perhitungan Uji Chi-Kuadrat :


2
(
Oi Ei )
X =
Oi
28
= 9,333
X=
3
Perhitungan Derajat Kebebasan:
DK = K ( P + 1)
DK = 5 2 1 = 2
Karena nilai Chi-Kuadrat > nilai Chi-Kuadrat kritis (9,333>5,991==>tabel 9.6
lampiran), maka Hipotesa ditolak
Tabel 4.15.
UJI CHI KUADRAT untuk DISTRIBUSI LOG PEARSON III
Interval Hujan
P <=
20
P <=
40
103.27
P <=
60
95.253
P <=
80
88.948
P>
80
Jumlah
Derajad kebebasan =
Derajad kepercayaan =
Chi^2 kritis =
Hipotesa =

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

>
<

103.27
95.253
88.948
82.042
82.042

Jumlah
Oi
3
5
2
1
4
15

Ei
3
3
3
3
3
15

Oi - Ei
0.000
2.000
-1.000
-2.000
1.000

(Oi - Ei)^2
0.000
4.000
1.000
4.000
1.000

2
5%
35.623 %
(Dari Tabel Chi kuadrad)
Hipotesa diterima

Chi^2
0.000
1.333
0.333
1.333
0.333
3.333

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

48
Perpustakaan Unika

Perhitungan Uji Chi-Kuadrat :


2
(
Oi Ei )
X =

Oi

10
= 3,333
3
Perhitungan Derajat Kebebasan:
X=

DK = K ( P + 1)
DK = 5 2 1 = 2
Karena nilai Chi-Kuadrat > nilai Chi-Kuadrat kritis (3,333>5,991==>tabel 9.6
lampiran), maka Hipotesa diterima
Tabel 4.16.
UJI CHI KUADRAT untuk DISTRIBUSI NORMAL
Interval Hujan

Jumlah
Oi

103,27

>
-

103,27
95,945

3
5

Ei
3
3

95,945

89,739

-1,000

1,000

0,333

P <=
80
89,739
P>
80
Jumlah
Derajad kebebasan =
Derajad kepercayaan =
Chi^2 kritis =

<

82,415
82,415

1
4
15

3
3
15

-2,000
1,000

4,000
1,000

1,333
0,333
3,333

P <=
P <=

20
40

P <=

60

Hipotesa =

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

2
5%
35,623

Hipotesa diterima

Oi - Ei
0,000
2,000

(Oi - Ei)^2
0,000
4,000

Chi^2
0,000
1,333

(Dari Tabel Chi kuadrad)

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

49
Perpustakaan Unika

Perhitungan Uji Chi-Kuadrat :


2
(
Oi Ei )
X =

Oi

10
= 3,333
3
Perhitungan Derajat Kebebasan:
X=

DK = K ( P + 1)
DK = 5 2 1 = 2
Karena nilai Chi-Kuadrat > nilai Chi-Kuadrat kritis (3,333>5,991==>tabel 9.6
lampiran), maka Hipotesa diterima

Tabel 4.17.
UJI CHI KUADRAT untuk DISTRIBUSI LOG NORMAL DUA
PARAMETER
Interval Hujan
Jumlah
Oi
P<=

20

P<=
40
103,27
P<=
60
95,253
P<=
80
88,948
P>
80
Jumlah
Derajad kebebasan =
Derajad kepercayaan =
Chi^2 kritis =

Ei

>

103,27

<

95,253
88,948
82,042
82,042

5
2
1
4
15

3
3
3
3
15

Hipotesa =

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

2
5%
35,623

Hipotesa diterima

Oi - Ei
0,000

(Oi - Ei)^2
0,000

Chi^2
0.000

2,000
-1,000
-2,000
1,000

4,000
1,000
4,000
1,000

1,333
0,333
1,333
0,333
3,333

(Dari Tabel Chi kuadrad)

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

50
Perpustakaan Unika

Perhitungan Uji Chi-Kuadrat :


2
(
Oi Ei )
X =

Oi

10
= 3,333
3
Perhitungan Derajat Kebebasan:
X=

DK = K ( P + 1)
DK = 5 2 1 = 2
Karena nilai Chi-Kuadrat > nilai Chi-Kuadrat kritis (3,333>5,991==>tabel 9.6
lampiran), maka Hipotesa diterima
Dari Hasil Uji Chi Kuadrat maka diperoleh nilai Chi Kuadrat terkecil adalah dari
distribusi Normal.

4.3.2 Probable Maximum Precipitation ( PMP )

Analisis hitungan Probable Maximum Precipitation ( PMP ) diperlukan


untuk menghitung besarnya Probable Maximum Flood ( PMF ) dengan
bantuan pengalih ragaman hujan aliran.
Besarnya PMP ditentukan berdasarkan Manual for Estimation of
Probable Maximum Precipitation ( WMO, 1973 ). Untuk daerah ini dimana
data yang tersedia hanya data hujan, maka methode yang digunakan adalah
methode statistik Hersfield.
Methode Hersfield dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut :
XPMP = Xn + Km * Sn

Keterangan :
XPMP

: Probable Maximum Precipitation ( PMP )

Xn
Sn
Km

: Rerata rangkaian hujan maksimum tahunan


: Standart Deviasi rangkaian hujan maksimum tahunan
: Faktor Frekuensi

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

51
Perpustakaan Unika

Perhitungan XPMP
Sn = 12,413
Xn = 92,84
XPMP

= Xn + Km * Sn
= 92,84 +20, 12,413
= 341,10
Tabel 4.18.

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan, Stasiun Hujan


Nglangon, Tawangharjo dan Wolo (Waduk Kedungombo)
KALA ULANG

GUMBEL

LOG-PEARSON III

2
5
10
20
50
100
125
1000
UJI CHI KUA.
Hipotesa

91,063
104,848
113,975
123,040
134,185
142,615
145,329
170,620
-0,561
Ditolak

92,929
103,477
108,907
113,315
118,174
121,344
122,291
129,872
0,356
Diterima

PMP

LOG-NORMAL-2
92,047
103,292
109,713
115,313
121,958
126,598
128,038
140,559
0,356
Diterima

NORMAL
107,457
115,112
119,480
123,226
127,563
130,513
131,415
138,980
0,356
Diterima
341,10

Berdasarkan hasil Uji Chi-Kuadrat, maka distribusi yang paling sesuai adalah
DISTRIBUSI NORMALSecara rinci perhitungan analisis curah hujan efektif
dapat dilihat pada lampiran I.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

52
Perpustakaan Unika

GRAFIK CURAH HUJAN RANCANGAN

C
U
R
A
H
H
U
J
A
N
R
A
N
C
A
N
G
A
N
(m
m

300

250

200

150

100

50

10

20

50

100

125

1000

KALA ULANG

Keterangan gambar :

Gambar 4.2.

= Curah Hujan Gumbel

Grafik Curah Hujan Rancanagan

= Curah Hujan Log Pearson III, =

4.4

Curah Hujan Log Nomal , =

Curah Hujan Normal

Analisa Banjir Rencana


4.4.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah tangkapan ( DPS ) Waduk Kedungombo merupakan daerah


perbukitan yang curam dengan elevasi sungai tertinggi + 250.00 meter dan
elevasi titik kontrol terendah + 65,5 meter mercu Spillway Waduk
Kedungombo. Sungai terpanjang adalah sungai Uter yang terukur dari
waduk Kedungombo sepanjang 15,08 km sehingga kemiringan rata-rata
sungai Uter adalah 0,0147546.
DPS Uter merupakan daerah pertanian dan hutan dengan kondisi yang
vegetasi yang tidak baik atau kurang terawat. Penebangan liar dan
pembukaan

lahan

untuk

pertanian

dengan

memanfaatkan

hutan

menyebabkan peningkatan laju sedimentasi pada Waduk Kedungombo. DPS


Waduk Kedungombo Dapat dilihat pada gambar 4.3.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

53
Perpustakaan Unika

Gambar 4.3. Karakteristik Aliran Sungai Waduk Kedung Ombo

Keterangan :

dan

= Tingkatan sungai

4.4.2 Perhitungan Banjir Rencana

Sebagai penyimpan atau storage, bendungan sangat bermanfaat


menjadi penyangga air, khususnya di daerah - daerah kering yang mana
curah hujan terpusat pada musim penghujan. Pada musim kemarau daerah
tersebut sangat membutuhkan air untuk berbagai keperluan.
Bertitik tolak dari fungsi bendungan tersebut, maka analisis hidrologi
merupakan faktor penting dalam perencanaan suatu bendungan. Analisis
dalam pekerjaan ini adalah menentukan debit banjir rancangan berdasarkan
data hujan aliran.
Perhitungan debit banjir rancangan waduk Kedungombo ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan hujan rancangan dan pendekatan secara
teoritis dengan persamaan-persamaan dan besaran-besaran yang lazim
digunakan dalam perhitungan hidrologi.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

54
Perpustakaan Unika

A. Periode Ulang

Perhitungan debit banjir rancangan dengan periode ulang 125 tahun,


1.000 tahun, PMF dan PMF. Perhitungan debit, Q125 tahun, Q1.000
tahun, PMF dan PMF digunakan untuk menentukan atau mengontrol
elevasi mercu bendungan terhadap tinggi jagaan atau free board.
Sedangkan untuk perhitungan hidrolika pada bangunan pelimpah
digunakan banjir rencana periode ulang 0.5 PMF.

B. Methode Perhitungan

Oleh karena data yang tersedia berupa data hujan historis maka
perhitungan debit banjir berdasarkan data yang tersedia. Methode
perhitungan debit banjir rancangan dengan methode sebagai berikut :
1. Methode Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1 ( HSS GAMA I )
2. Methode Hidrograf Satuan Nakayasu
Debit banjir rancangan yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan
selanjutnya, maka hasil perhitungan dari HSS GAMA I pada kondisi
hujan rencana 125 tahun, 1.000 tahun, PMP dan PMP. Sedangkan
methode Nakayasu akan dgunakan sebagai kontrol disamping hasil
perhitungan debit banjir puncak ( PMF ) dan setengah PMF.

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

55
Perpustakaan Unika

C. Methode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I ( HSS GAMA I )

Satuan Hidrograf Sintetik GAMA I dibentuk oleh tiga komponen dasar


yaitu waktu naik ( Tr ), debit puncak ( Qp ) dan waktu dasar ( Tb ),
dengan uraian sebagai berikut :
1. Waktu Naik ( Tr ) dinyatakan dengan persamaan :
Tr = 0,43 ( L/100*SF )3 + 1,0665 * SIM + 1,2775
Tr = 0,43 ( 15,08/100*0,592 )3 + 1,0665 * 0,373 +1,2775
= 1,682 jam
Keterangan :
Tr = Waktu Naik ( jam )
L = Panjang Sungai ( km )
SF = Faktor Sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang
sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua
tingkat.
SIM = Faktor Simetri yang ditetapkan sebagai hasil kali antara
factor lebar ( WF ) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (
RUA )
SIM = RUA * WF = 0,373
WF = Faktor Lebar adalah perbandingan antara lebar DPS yang
diukur dari titik disungai yang berjarak 0,75 L dan lebar
DPS yang diukur dari titik yang berjarak 0,25 L dari tempat
pengukuran.
2. Debit Puncak ( Qp ), dihitung berdasarkan persamaan :
Qp = 0,1836 * A0,5886 * JN0,2381 * Tr- 0,4008
Qp = 0,1836 *495,50

0,5886

* 1310,2381 * 1,682- 0,4008

Qp = 18,365 m3/det
Keterangan :
Qp = Debit Puncak ( m3/det )
JN = Jumlah Pertemuan Sungai
Tr = Waktu Naik ( jam )

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

56
Perpustakaan Unika

3. Waktu Dasar ( Tb ), dihitung berdasarkan persamaan :


Tb = 27,4132 * Tr0,1457 * S- 0,0596 * SN0,7344 * RUA0,2574
Tb = 27,4132*1,6820,1457*0,012234-0,0596 * 0,7660,7344 *73,880,2574
Tb = 133,566 jam
Keterangan :
Tb = Waktu Dasar ( jam )
Tr = Waktu Naik ( jam )
S = Kemiringan sungai rata-rata
SN = Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah
segmen sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai
semua tingkat.
RUA = Luas DPS sebelah hulu ( km2 )
4. Bentuk Grafis Hidrograf Satuan Sintetik GAMA I

Gambar 4.4. Bentuk grafis hidrogaf satuan sintetik GAMA I

Q
(m3/det)

Qp

Tr
t (jam)
Tb

Contoh perhitungan Hidrograf Satuan Gama I :


Gama I = T

Qp
Tr

Missal t = 1 jam, maka


Gama I = 1

18,356
1,682

= 10,912 m/det
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

57
Perpustakaan Unika

TABEL 4.19.
HIDROGRAF SATUAN GAMA I ( HUJAN 1 MM )
T ( Jam )

GAMA 1

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Satuan : m/det
GAMA 1

T (Jam)

0,000
10,912
21,824
18,356
11,974
9,958
8,282
6,888
5,729
4,764
3,962
3,295
2,741
2,279
1,896
1,577
1,311
1,091
0,907
0,754
0,627
0,522
0,434

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

0,361
0,300
0,250
0,208
0,173
0,144
0,119
0,099
0,083
0,069
0,057
0,048
0,040
0,033
0,027
0,023
0,019
0,016
0,013
0,011
0,009
0,008
0,006

HIDROGRAF SATUAN GAM A 1

25.000

Q(m
3/d
tk)

20.000

15.000

10.000

5.000

0.000
0

10

20

30

40

50

Waktu (Jam)

Gambar 4.5. Hidrograf satuan GAMA I


J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

58
Perpustakaan Unika

5. Hujan Efektif ( Reff )


Perhitungan Hujan Efektif dengan menggunakan methode indeks yaitu
dengan mengasumsikan kehilangan hujan dari jam ke jam adalah sama,
sehingga kelebihan dari curah hujan akan sama dengan hidrograf aliran
dengan kata lain hirdrograf aliran dihitung berdasarkan hujan efektif yaitu
jumlah

curah

hujan

jam-jaman

dikurangi

dengan

indeks.

( Standart Perhitungan Debit Banjir, SK SNI M 18 1989 F )


Persamaan perhitungan hujan efektif dengan methode indeks adalah :
indeks = 10,49033,859x10-6*DPS2+1,6985*10- 13 *( DPS/SN )4
indeks = 10,49033,859x10-6*495,52+1,6985*10-13 *( 495,5/0,766 )4
= 9,57
Keterangan
:
indeks
= Kehilangan curah hujan ( mm/jam )
DPS
= Luas Daerah Pengaliran Sungai ( km2 )
SN
= Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah
segmen sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai
semua tingkat.
6. Base Flow atau aliran dasar
Base Flow atau aliran dasar yang didekati dengan persamaan yang
merupakan fungsi dari dari Luas DPS dan kerapatan jaringan sungai,
yang dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :
Qb = 0,4751 * DPS0,6444 * D0,9430
Qb = 0,4751 * 495,50,6444 * 0,2930,9430
= 8,129 m3/det
Keterangan
Qb =
DPS =
D
=

:
Aliran Dasar ( m3/det )
Luas DPS ( km2 )
Kerapatan Jaringan Sungai (km/km2)

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

59
Perpustakaan Unika

D. Hidrograf Satuan Nakayasu

Gambar 4.6.
Bentuk grafis hidrogaf satuan sintetik NAKAYASU
0,8Tr

Tg
Qmax

Tp

T0,3

1,5 T0,3

Tp

Tg + 0,8 Tr

Qmax

( 1/36 ) * A * Ro * (1/(0,3Tp + T0,3))

Keterangan :
Tp
= Peak Time ( jam )
Tg
= Time tag ( jam )
Tr
= Satuan Waktu yang digunakan
A
= Luas DPS ( km2 )
Ro
= Curah Hujan Spesifik ( mm )
L
= Panjang Sungai ( km )

= Koefisien ( 1,50 3,50 ) diambil koefisien 2


Tg
= 0,4 + 0,058 L untuk L < 15 km
Tg
= 0,21* L0,7 untuk L > 15 km
T0,3
= * Tg
Tg

1,40 jam

Tr

0,70

T0,3

2 * 1,40

2,8

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

60
Perpustakaan Unika

Tp

Qmax

Tg + 0,8 Tr

1,40 + 0,8*0,70

1,96 jam

( 1/36 ) * A * Ro * (1/(0,3Tp + T0,3))

( 1/36 ) * 495,5 * (1/(0,3*1,96 + 2,80))

40,53 m3/det

Bentuk Grafik :
0 < t < Tp

( Q / Qmax ) = 0,3^( (t Tp)/T0,3 )


1 > ( Q/Qmax ) > 0,3

( Q / Qmax ) = ( t/Tp )^2,4


0,3 > ( Q/Qmax ) > 0,09

( Q / Qmax ) = 0,3^( (t Tp+0,5 T0,3)/1,5*T0,3


( Q/Qmax ) < 0,09

( Q / Qmax ) = 0,3^( (t Tp+0,5 T0,3)/(2*T0,3 ))

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

61
Perpustakaan Unika

TABEL 4.20.
HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU ( HUJAN 1 MM )
t

U (t,1)

U (t,1)

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

0,000
8,018
39,920
25,994
16,925
11,388
8,555
6,427
4,828
3,627
2,725
2,047
1, 538
1,155
0,868
0,652

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

0,490
0,368
0,276
0,208
0,156
0,117
0,088
0,066
0,050
0,037
0,028
0,021
0,016
0,012
0,009

Hidrograf Satuan NAKAYATSU


45.000

40.000

35.000

Debit(m
3/dtk)

30.000

25.000

20.000

15.000

10.000

5.000

0.000
0

10

15

20

25

30

35

W aktu (Jam)

Gambar 4.6 Hidrograf Satuan Nakayasu

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

62
Perpustakaan Unika

Dari uraian tersebut diatas maka dilakukan analisa dan perhitungan banjir
rancangan dengan rekapitulasi hasil sebagai berikut :
Tabel 4.21.
Rekapitulasi Banjir Rencana Waduk Kedungombo
Periode

Gama I

Nakayasu

Ulang

( m3/det )

( m3/det )

125 Tahun
1000 Tahun
PMF
(1/2) PMF

1835,845
1849,886
1775,261
1924,795

3154,304
3172,436
2719,796
3252,080

No.

1
2
3
4

Secara rinci perhitungan banjir rancangan metode GAMA I dan NAKAYASU dapat
dilihat pada lampiran VII.

4.4.3. Penelusuran Banjir ( Flood Routing )

Perhitungan Penelusuran banjir atau Flood Routing adalah merupakan


dasar untuk menghitung tinggi muka air waduk maksimum dan debit outflow
maksimum dari Spillway suatu bendungan. Perhitungan ini adalah merupakan
peramalan dari hidrograf banjir disuatu tititk pada suatu daerah pengaliran
sungai yang disebut sebagai hidrograf inflow kesuatu titik pengamatan atau
spillway untuk membentuk hidrograf banjir lain yang disebut hidrograf
outflow. Penelusuran banir ini dilakukan dengan fasilitas bangunan pelimpah
yang merupakan outflow yang nantinya akan membentuk hidrograf outflow.
Prinsip

dari

perhitungan

penelusuran

banjir

menggunakan persamaan kontinuitas sebagai berikut :

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

adalah

dengan

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

63
Perpustakaan Unika

Q inflow Q outflow = ds/dt


Keterangan :
Qinflow
=

Debit aliran masuk atau inflow ( m3/det )

Qoutflow

Debit aliran keluar atau Outflow ( m3/det )

S
t

= Tampungan Air dalam Waduk atau Storage ( m3 )


= Waktu sesuai hidrograf banjir ( detik )
Sebagai parameter outflow adalah kapasitas limpasan yang melewati

bangunan pelimpah ( spillway ) yang dipengaruhi oleh hidrograf inflow.


Keluaran dari outflow Spillway adalah hidrograf outflow.
Untuk keamanan bendungan, dengan melihat hasil perhitungan debit
banjir di atas, maka sebagai dasar perhitungan penelusuran banjir dipakai
banjir 125 tahun, 1000 tahun, (1/2)PMF dan PMF dari metode GAMA I

4.4.4.

Perhitungan Kapasitas Spillway

Tipe Spillway

: Urugan Hidrogen

Lebar ( L )

: 40 meter

El. Crest Spillway : 90 meter


El. Crest Dam

: 95 meter

Kapasitas Spillway dihitung dengan rumus sebagai berikut :


Q =

C . B . H3/2

Keterangan :
Q =
B =

Debit limpahan ( m3 / det )


Panjang ambang bangunan ( m )

H =
C =

Tinggi energi diatas ambang bangunan pelimpah ( m )


Koefisien debit bangunan pelimpah

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

64
Perpustakaan Unika

Dari rumus " Iwasaki " :


0 , 990

Hd
Cd = 2,200 0,0416

h
1 + 2 a

Hd

C = 1,60
h
1+ a

Hd
Keterangan :
Cd =
w
=
Hd =
C
=
h
=
a
=

Koefisien Limpasan pada saat h = Hd


tinggi Spillway dari dasar (m)
tinggi tekanan air di atas mercu (m)
Koefisien Limpasan
tinggi air di atas Spillway (m)
konstanta yang diperoleh pada saat h = Hd, sehingga
C = Cd

Contoh perhitungan Kapasitas Spillway, sebagai berikut :


Hd = 0
w=5m
L = 40 m
Hd
Cd = 2,200 0,0416

w
0
Cd = 2,200 0,0416
5

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

0 , 990

0 , 990

=0

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

65
Perpustakaan Unika

a=

Cd 1,6
Cd

a=

2,2 1,6
= 0,273
2,2

h
1 + 2 a

Hd

C = 1,60
h
1+ a

Hd

C = 1,6

(1 + 2 0,273)
1 + 0,273

= 1,943

Q = C . B . H3/2

Q = 1,943 40 0

Q = 0 m /det
Contoh tabel perhitungan kapasitas Spillway

Hd
(m)

w
(m)

Cd

L
(m)

Q
( m3/det )

Asumsi
Elevasi
(m)

0.000
0.020
0.040

5.000
5.000
5.000

2.200
2.200
2.200

0.273
0.273
0.273

1.943
1.943
1.943

40.000
40.000
40.000

0.000
0.220
0.622

90.000
90.020
90.040

Secara rinci perhitungan kapasitas Spillway dapat dilihat pada


lampiran XVII

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

66
Perpustakaan Unika

4.4.5. Perhitungan Elevasi dan Volume Waduk Kedung Ombo


(tabel perhitungan Elevasi dan Volume dapat di lihat pada lampiran )

Tabel 4.22.
Luas Genangan vs Volume Waduk
Elevasi

Luas

(m)

( m2 )

No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

47,178.00
272,696.00
376,378.00
597,011.00
796,163.00
941,877.00
1,237,077.00
2,006,131.00
2,363,838.00
2,732,906.00
3,258,391.00
3,948,008.00
4,608,542.00
5,415,811.00
5,896,144.00
6,394,586.00
7,137,868.00
7,692,584.00
8,173,542.00
8,666,619.00
9,017,969.00

Vol.
Tampungan
( m3 )
0
159,937.00
484,474.00
971,168.50
1,667,755.50
2,536,775.50
3,626,252.50
5,247,856.50
7,432,841.00
9,981,213.00
12,976,861.50
16,580,061.00
20,858,336.00
25,870,512.50
31,526,490.00
37,671,855.00
44,438,082.00
51,853,308.00
55,759,719.75
68,206,451.50
86,316,714.50

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

67
Perpustakaan Unika

Gambar 4.7.
Grafik Volume waduk vs Luas Genangan

92

90

88

86

84

82

80

78

76

74

72

Elevasi ( m )
1.00E+08

0.00E+00

y = 56694x 1.6919
R2 = 0.9916

2.00E+06

9.00E+07

8.00E+07

Luas ( m2 )

6.00E+07
6.00E+06

5.00E+07

4.00E+07
8.00E+06

3.00E+07

2.00E+07

1.00E+07

1.00E+07
1.20E+07

0.00E+00

Keterangan :
= Luas Vs Elevasi
= Volume Vs Elevasi

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

Volume ( m3 )

7.00E+07

4.00E+06

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

68
Perpustakaan Unika

4.4.6. Hasil Penelusuran Banjir (Flood Routing)

Hasil perhitungan penelusuran banjir (Flood Routing) dengan periode ulang 125
tahun, 1.000 tahun, PMF dan PMF dapat dilihat pada tabel 4.23.
Tabel 4.23.
Rekapitulasi hasil perhitungan penelusuran banjir Waduk Kedungombo
No.

Uraian

Debit Inflow

Debit Outflow

El. Muka Air

(m3/det)

(m3/det)

Waduk (m)

1
2

(1/2) PMF
PMF

1924,795
1775,261

88,892
350,668

+ 90,72
+ 91,80

3
4

125
1000

1835,845
1849,886

51,468
54,584

+ 90,50
+ 90,52

Secara rinci perhitungan penulusuran banjir (flood routing) Waduk Kedung


Ombo dapat dilihat pada lampiran XXVI.
Hasil Penelusuran banjir (Flood Routing) Waduk Kedungombo secara grafis dapat
dilihat pada gambar 4.8, 4.9, 4.10 dan 4.11

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

69
Perpustakaan Unika

Tabel 4.24.
Perhitungan Distribusi Debit Inflow dan Outflow Hasil Routing PMF
Waktu
(t jam)
1

U (t,1)
2

0.00

8,1291

1.00
2.00

Debit

Waktu

Inflow (m/dtk)

Outflow (m/dtk)

(t jam)
1

U (t,1)
2

Debit
Inflow (m/dtk)

Outflow (m/dtk)

8,1291

0,0000

34.00

8,1291

11,6029

45,4207

8,1291

853,3248

0,4121

35.00

8,1291

11,0182

45,4207

8,1291

1905,3083

2,1413

36.00

8,1291

10,5319

42,4926

3.00

8,1291

1924,7946

6,0558

37.00

8,1291

10,1274

42,4926

4.00

8,1291

1461,.9906

17,1245

38.00

8,1291

9,7836

42,4926

5.00

8,1291

1163,.5083

26,3609

39.00

8,1291

9,5095

39,6301

6.00

8,1291

898.,263

36,8347

40.00

8,1291

9,2779

39,6301

7.00

8,1291

660,2433

48,4130

41.00

8,1291

9,0850

39,6301

8.00

8,1291

446,5758

60,9980

42.00

8,1291

8,9243

39,6301

9.00

8,1291

317,6066

71,0511

43.00

8,1291

8,7906

39,6301

10.00

8,1291

277,8106

81,0611

44.00

8,1291

8,6794

36,8347

11.00

8,1291

249,0408

85,2242

45.00

8,1291

8,5869

36,8347

12.00

8,1291

208,4897

88,8992

46.00

8,1291

8,1064

36,8347

13.00

8,1291

174,7642

88,8992

47.00

8,1291

8,0116

36,8347

14.00

8,1291

146,7156

88,8992

48.00

8,1291

7,9926

36,8347

15.00

8,1291

123,3882

85,2242

49.00

8,1291

8,0080

34,1083

16.00

8,1291

103,9874

85,2242

50.00

8,1291

8,0338

34,1083

17.00

8,1291

87,8522

81,6011

51.00

8,1291

8,1291

34,1083

18.00

8,1291

74,4329

78,0307

52.00

8,1291

8,1291

34,1083

19.00

8,1291

63,2724

78,0307

53.00

8,1291

8,1291

34,1083

20.00

8,1291

53,9905

74,5137

54.00

8,1291

8,1291

34,1083

21.00

8,1291

46,2709

71,0511

55.00

8,1291

8,1291

34,1083

22.00

8,1291

39,8507

67,6436

56.00

8,1291

8,1291

31,4525

23.00

8,1291

34,5112

64,2923

57.00

8,1291

8,1291

31,4525

24.00

8,1291

30,0705

64,2923

58.00

8,1291

8,1291

31,4525

25.00

8,1291

26,3772

60,9980

59.00

8,1291

8,1291

31,4525

26.00

8,1291

23,3056

57,7618

60.00

8,1291

8,1291

31,4525

27.00

8,1291

20,7411

54,5848

61.00

8,1291

8,1291

31,4525

28.00

8,1291

18,6265

54,5848

62.00

8,1291

8,1291

31,4525

29.00

8,1291

16,8595

51,4682

63.00

8,1291

8,1291

28,8693

30.00

8,1291

15,3900

51,4682

64.00

8,1291

8,1291

28,8693

31.00

8,1291

14,1678

48,4130

65.00

8,1291

8,1291

28,8693

32.00

8,1291

13,1513

48,4130

33.00

8,1291

12,3060

45,4207

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

70
Perpustakaan Unika

Gam bar 4.8.

Hi drograf B an ji r (1/2) PMF


Has i l Rou ti n g

2050. 00
2000. 00
1950. 00
1900. 00
1850. 00
1800. 00
1750. 00
1700. 00
1650. 00
1600. 00
1550. 00
1500. 00
1450. 00
1400. 00
1350. 00
1300. 00
1250. 00

D
ebit ( m
3/det )

1200. 00
1150. 00
1100. 00
1050. 00
1000. 00
950. 00
900. 00
850. 00
800. 00
750. 00
700. 00
650. 00
600. 00
550. 00
500. 00
450. 00
400. 00
350. 00
300. 00
250. 00
200. 00
150. 00
100. 00
50. 00
0. 00
0. 00

10. 00

20. 00

30. 00

40. 00

50. 00

60. 00

W ak tu ( jam )

Gambar 4.8
Grafik Hidrograf Banjir PMF Hasil Routing
Keterangan :

Debit masukan (inflow),


Aliran dasar

Debit Keluar (outflow)

Berdasarkan penelusuran banjir debit masukan dan keluaran didapatkan :


Pergeseran waktu = 1835,8954 m/dtk
Pengurangan puncak hidrograf = 10 jam
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

71
Perpustakaan Unika

Tabel 4.25.
Perhitungan Distribusi Debit Inflow dan Outflow Hasil Routing PMF
Waktu
(t jam)
1

U (t,1)
2

0.00

8,1291

1.00
2.00

Debit

Waktu

Inflow (m/dtk)

Outflow (m/dtk)

(t jam)

U (t,1)
2

Debit
Inflow (m/dtk)

Outflow (m/dtk)

8,1291

0,0000

34.00

8,1291

0,2481

145,4333

8,1291

703,5332

0,4121

35.00

8,1291

1,5746

136,8057

8,1291

1627,0958

3,2966

36.00

8,1291

2,6779

128,3550

3.00

8,1291

1775,2606

15,0298

37.00

8,1291

3,5955

120,0850

4.00

8,1291

1530,6154

34,1083

38.00

8,1291

4,3525

111,9998

5.00

8,1291

1387,2033

67,6436

39.00

8,1291

4,9912

108,0279

6.00

8,1291

1249,7232

120,0850

40.00

8,1291

5,5198

100,0279

7.00

8,1291

1122,8487

167,7524

41.00

8,1291

5,9592

96,4020

8.00

8,1291

1007,0283

215,0942

42.00

8,1291

6,3245

96,4020

9.00

8,1291

882,3221

251,0942

43.00

8,1291

6,6283

88,8992

10.00

8,1291

753,0899

283,0599

44.00

8,1291

6,8809

85,2242

11.00

8,1291

639,6339

321,9189

45.00

8,1291

7,0910

81,6011

12.00

8,1291

543,1904

339,0715

46.00

8,1291

6,9343

74,5137

13.00

8,1291

462,8318

344,8541

47.00

8,1291

7,0265

71,0511

14.00

8,1291

398,3887

350,6688

48.00

8,1291

7,1449

67,6436

15.00

8,1291

328,9540

350,6688

49.00

8,1291

7,2659

64,2923

16.00

8,1291

244,7825

344,8541

50.00

8,1291

7,3779

60,9980

17.00

8,1291

181,0678

339,0715

51.00

8,1291

7,4786

60,9980

18.00

8,1291

151,2123

327,6037

52.00

8,1291

7,5663

57,7618

19.00

8,1291

129,0690

321,9189

53.00

8,1291

7,2659

54,5848

20.00

8,1291

90,0357

316,2670

54.00

8,1291

7,7178

54,5848

21.00

8,1291

39,0677

305,0630

55.00

8,1291

7,7802

54,5848

22.00

8,1291

-3,6188

293,9934

56.00

8,1291

7,8359

51,4682

23.00

8,1291

-42,2611

283,0599

57.00

8,1291

7,8823

51,4682

24.00

8,1291

-58,3883

272.,2643

58.00

8,1291

7,9208

48,4130

25.00

8,1291

-42,4342

261.,6084

59.00

8,1291

7,9528

48,4130

26.00

8,1291

-26,3015

245,8908

60.00

8,1291

7,9871

45,4207

27.00

8,1291

-20,5060

235,5929

61.00

8,1291

8,0191

45,4207

28.00

8,1291

-15,6861

220,4221

62.00

8,1291

8,0383

45,4207

29.00

8,1291

-11,6774

205,5893

63.00

8,1291

8,0543

42,4926

30.00

8,1291

-8,3435

191,1029

64.00

8,1291

8,0676

42,4926

31.00

8,1291

-5,5708

176,9714

65.00

8,1291

8,0862

42,4926

32.00

8,1291

-3,2648

167,7524

66.00

8,1291

8,1017

39,6301

33.00

8,1291

-1,3469

154,2340

67.00

8,1291

8,1146

39,6301

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

72
Perpustakaan Unika

Gam ba r 4.9 Hi dro graf B an ji r PMF


Has i l Ro u ti n g
1900. 00

1850. 00

1800. 00

1750. 00

1700. 00

1650. 00

1600. 00

1550. 00

1500. 00

1450. 00

1400. 00

1350. 00

1300. 00

1250. 00

1200. 00

1150. 00

1100. 00

1050. 00

1000. 00

D
e
b
it(m
3
/d
e
t)

950. 00

900. 00

850. 00

800. 00

750. 00

700. 00

650. 00

600. 00

550. 00

500. 00

450. 00

400. 00

350. 00

300. 00

250. 00

200. 00

150. 00

100. 00

50. 00

0. 00
0. 00

10. 00

20. 00

30. 00

40. 00

50. 00

60. 00

-50. 00

-100. 00

-150. 00

-200. 00

W a k tu ( jam )

Gambar 4.9.
Hidrograf Banjir PMF Hasil Routing
Keterangan :

Debit masukan (inflow),

Debit Keluar (outflow)

Berdasarkan penelusuran banjir debit masukan dan keluaran didapatkan :


Pergeseran waktu = 1424,5918 m/dtk
Pengurangan puncak hidrograf = 11 jam
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

73
Perpustakaan Unika

Tabel 4.26.
Perhitungan Distribusi Debit Inflow dan Outflow Hasil Routing Kala Ulang 125 tahun
Waktu
(t jam)
1

U (t,1)
2

0.00

8,1291

1.00

8,1291

2.00

8,1291

3.00

8,1291

4.00

8,1291

5.00

8,1291

6.00

8,1291

7.00

8,1291

8.00

8,1291

9.00

8,1291

10.00

8,1291

11.00

8,1291

12.00

8,1291

13.00

8,1291

14.00

8,1291

15.00

8,1291

16.00

8,1291

17.00

8,1291

18.00

8,1291

19.00

Debit

Waktu

Inflow (m/dtk)

Outflow (m/dtk)

4
8,1291

(t jam)
1

U (t,1)
2

Debit
Inflow (m/dtk)

Outflow (m/dtk)

0,0000

34.00

8,1291

13.1085

19.6452

831.9725

0.2198

35.00

8,1291

12.2703

19.6452

1835.8454

1.1420

36.00

8,1291

11.5732

18.1911

1831.9374

3.2298

37.00

8,1291

10.9935

18.1911

1365.3511

6.9483

38.00

8,1291

10.5041

18.1911

1077.6518

11.5081

39.00

8,1291

10.1088

18.1911

874.0135

15.3970

40.00

8,1291

9.7762

18.1911

18.1911

41.00

8,1291

9.4995

18.1911

608.4230

21.1360

42.00

8,1291

9.2688

18.1911

507.3794

22.6627

43.00

8,1291

9.0770

18.1911

423.3438

24.2244

44.00

8,1291

8.9174

16.7747

353.4534

25.8203

45.00

8,1291

8.7847

16.7747

25.8203

46.00

8,1291

8.2815

16.7747

246.9849

27.4497

47.00

8,1291

8.1700

16.7747

206.7799

27.4497

48.00

8,1291

8.1259

16.7747

173.3422

27.4497

49.00

8,1291

8.1291

15.3970

145.5330

27.4497

50.00

8,1291

8.1291

15.3970

122.4046

27.4497

51.00

8,1291

8.1291

15.3970

103.1694

25.8203

8,1291

87.1718

25.8203

20.00

8,1291

73.8671

25.8203

21.00

8,1291

62.8018

24.2244

22.00

8,1291

53.5991

24.2244

23.00

8,1291

45.9454

24.2244

24.00

8,1291

39.5800

24.2244

25.00

8,1291

34.2861

22.6627

26.00

8,1291

29.8832

22.6627

27.00

8,1291

26.2215

22.6627

28.00

8,1291

23.1761

21.1360

29.00

8,1291

20.6433

21.1360

30.00

8,1291

18.5369

21.1360

31.00

8,1291

16.7850

19.6452

32.00

8,1291

15.3280

19.6452

33.00

8,1291

14.1163

19.6452

729.9169

295.3271

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

74
Perpustakaan Unika

Gambar 4.9 Hi drograf Ban ji r 125 tah un


Hasi l Rou ti ng
1950. 00
1900. 00
1850. 00
1800. 00
1750. 00
1700. 00
1650. 00
1600. 00
1550. 00
1500. 00
1450. 00
1400. 00
1350. 00
1300. 00
1250. 00
1200. 00
1150. 00
1100. 00
1050. 00
1000. 00
950. 00
900. 00
850. 00
800. 00
750. 00
700. 00
650. 00
600. 00
550. 00
500. 00
450. 00
400. 00
350. 00
300. 00
250. 00
200. 00
150. 00
100. 00
50. 00
0. 00
0. 00

10. 00

20. 00

30. 00

40. 00

50. 00

Wa k t u ( j a m )

Gambar 4.10.
Hidrograf Banjir 125 tahun Hasil Routing
Keterangan :

Debit masukan (inflow),


Aliran dasar

Debit Keluar (outflow)

Berdasarkan penelusuran banjir debit masukan dan keluaran didapatkan :


Pergeseran waktu = 1808,3957 m/dtk
Pengurangan puncak hidrograf = 13 jam
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

75
Perpustakaan Unika

Tabel 4.27.
Perhitungan Distribusi Debit Inflow dan Outflow Hasil Routing Kala Ulang 1000 tahun
Waktu
(t jam)
1

U (t,1)
2

0.00

8,1291

1.00

8,1291

2.00

8,1291

3.00

8,1291

4.00

8,1291

5.00

8,1291

6.00

8,1291

7.00

8,1291

8.00

8,1291

9.00

8,1291

10.00

8,1291

11.00

8,1291

12.00

8,1291

13.00

8,1291

14.00

8,1291

15.00

8,1291

16.00

8,1291

17.00

8,1291

18.00

8,1291

19.00

8,1291

20.00

8,1291

21.00

8,1291

22.00

8,1291

23.00

8,1291

24.00

8,1291

25.00

8,1291

26.00

8,1291

27.00

8,1291

28.00

8,1291

29.00

8,1291

30.00

8,1291

31.00

8,1291

32.00

8,1291

33.00

8,1291

Debit

Waktu

Inflow (m/dtk)

Outflow (m/dtk)

8,1291

0,0000

836,0998

0,2198

1848,2272

1,1420

1849,8861

3,2298

1386,4530

6,9483

1098,8303
890,8746

11,5081
15,3970

742,6947

18,1911

619,0500

21,1360

516,2176

24,2244

430,6943

25,8203

359,5666

27,4497

300,4114

27,4497

251,2134

29,1119

210,2966

29,1119

176,2670

29,1119

147,9654

27,4497

124,4277

27,4497

104,8519

27,4497

88,5711

27,4497

75,0308

25,8203

63,7697

25,8203

54,4041

25,8203

46,6149

24,2244

40,1368

24,2244

34,7492

24,2244

30,2684

22,6627

26,5418

22,6627

23,4425

22,6627

20,8649

21,1360

18,7211

21,1360

16,9382

21,1360

15,4554

21,1360

14,2222

19,6452

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

(t jam)

U (t,1)
2

34.00

8,1291

35.00

8,1291

36.00

8,1291

37.00

8,1291

38.00

8,1291

39.00

8,1291

40.00

8,1291

41.00

8,1291

42.00

8,1291

43.00

8,1291

44.00

8,1291

45.00

8,1291

46.00

8,1291

47.00

8,1291

48.00

8,1291

49.00

8,1291

50.00

8,1291

51.00

8,1291

Debit
Inflow (m/dtk)

Outflow (m/dtk)

13,1966

19,6452

12,3436

19,6452

11,6342

19,6452

11,0442

19,6452

10,5462

18,1911

10,1438

18,1911

9,8053

18,1911

9,5238

18,1911

9,2890

18,1911

9,0937

18,1911

8,9314

18,1911

8,7963

16,7747

8,2892

16,7747

8,1744

16,7747

8,1283

16,7747

8,1291

16,7747

8,1291

16,7747

8,1291

16,7747

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

76
Perpustakaan Unika

Gambar 4.11 Hi drograf Banji r 1000 tahun


Hasi l Routi ng
1950. 00

1900. 00

1850. 00

1800. 00

1750. 00

1700. 00

1650. 00

1600. 00

1550. 00

1500. 00

1450. 00

1400. 00

1350. 00

1300. 00

1250. 00

1200. 00

1150. 00

D
eb
it(m
3/d
et)

1100. 00

1050. 00

1000. 00

950. 00

900. 00

850. 00

800. 00

750. 00

700. 00

650. 00

600. 00

550. 00

500. 00

450. 00

400. 00

350. 00

300. 00

250. 00

200. 00

150. 00

100. 00

50. 00

0. 00
0. 00

10. 00

20. 00

30. 00

40. 00

50. 00

W ak tu ( jam )

Gambar 4.11
Hidrograf Banjir 1000 tahun Hasil Routing
Keterangan :

Debit masukan (inflow),


Aliran dasar

Debit Keluar (outflow)

Berdasarkan penelusuran banjir debit masukan dan keluaran didapatkan :


Pergeseran waktu = 1820,7742 m/dtk
Pengurangan puncak hidrograf = 11 jam
J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB IV - PEMBAHASAN

77
Perpustakaan Unika

Gambar 4.12
Prosentase Penurunan Puncak Hidrograf Banjir Kala Ulang PMF, PMF,
125 tahun , dan 1000 tahun
25

P MF,
19.75308865

Prosentase(%
)

20

15
y = 2.3843x 0 .5 9 6 5
R2 = 0.0877

10

1/2 P MF,
4.618633074

0
0

125,
1.498397056

1000,
1.573713909

Pe ri ode (T)
P enurunan P uncak Hidrograf

P ower (P enurunan P uncak Hidrograf)

Gambar 4.13
Prosentase Penurunan Puncak Hidrograf dengan Lebar Spillway
40m, 50m,60m, dan 70 m
45
40

y = 0.5467x
R2 = 1

Prosentase (%)

35

38.2692313
32.80219826

30

27.33516521

25

21.86813217

20
15
10
5
0
0

10

20

30

40

50

60

70

Le bar S pi l l way (m)


P enurunan P uncak Banjir

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

P ower (P enurunan P uncak Banjir)

80

LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

77
Perpustakaan Unika

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa

mengenai

banjir rencana Waduk Kedung Ombo

dengan menggunakan metode Flood Routing, maka penulis dapat menyimpulkan


Waduk Kedung Ombo efektif sebagai bangunan pengendali banjir dengan kala
ulang PMF, 125 tahun, 1000 tahun, dan PMF, karena berdasarkan hasil
penelusuran banjir elevasi puncak bendungan mampu menampung sementara
hidrograf banjir yang kemudian melimpahkan melalui bangunan pelimpah
(spillway).
Dengan persamaan prosentase penurunan puncak hidrograf banjir kala ulang
PMF, 125 tahun, 1000 tahun, dan PMF sebagai berikut :
Y = 2 ,3843 X

0 , 5965

R = 0,0877

J.ADITYO.A.N 03.12.0032
IRVIANY P
03.12.0041

78

Anda mungkin juga menyukai