Dermatitis Kontak2 PDF
Dermatitis Kontak2 PDF
com
Dermatitis Kontak
Swamedikasi
Oleh:
A. PENDAHULUAN
Dermatitis berasal dari kata derm/o- (kulit) dan itis (radang/inflamasi),
sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit
mengalami inflamasi. Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut
diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis belum cukup jelas. Namun,
makalah ini cenderung untuk membagi klasifikasi dermatitis secara umum
berdasarkan sumber agen penyebab dermatitis: dermatitis eksogen dan dermatitis
endogen. Hal tersebut sesuai dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Buxton
(2005). Salah satu jenis dermatitis eksogen adalah dermatitis kontak. Dermatitis
kontak merupakan inflamasi non-infeksi pada kulit yang diakibatkan oleh senyawa
yang kontak dengan kulit tersebut (Hayakawa, 2000). Ciri umum dari dermatitis
kontak ini adalah adanya eritema (kemerahan), edema (bengkak), papul (tonjolan
padat diameter kurang dari 5mm), vesikel (tonjolan berisi cairan diameter kurang dari
5mm), vesikel (tonjolan berisi cairan diameter lebih dari 5mm), crust (Freedberg,
2003). Secara umum, dermatitis kontak dibagi menjadi dua: dermatitis kontak iritan
dan dermatitis kontak alergi. Walaupun demikian, beberapa pustaka lain ada yang
B. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja
diakibatkan oleh dermatitis kontak. Konsultasi dengan dokter kulit akibat dermatitis
kontak adalah sebesar 4-7%. Di Skandinavia yang telah lama memakai uji tempel
sebagai standar, terlihat insiden dermatitis kontak lebih tinggi dari pada di Amerika.
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka
(hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita
dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 10 - 20%.
Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik diperkitakan terjadi pada 0,21% dari
populasi penduduk. (Keefner, 2004). Secara umum, usia tidak mempengaruhi
timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik jarang dijumpai pada anakanak. Bila dilihat dari jenis kelamin, prevalensi pada wanita adalah dua kali lipat
dibanding pada laki-laki. Selain itu, bangsa kaukasian lebih sering terkena dermatitis
kontak alergi dari pada ras bangsa lain.
Di Indonesia laporan dari Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin FK Unsrat
Manado dari tahun 1988-1991 menunjukkan insiden dermatitis kontak sebesar 4,45%.
Di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat pada tahun 1991-1992
dijumpai insiden dermatitis kontak sebanyak 17,76%. Sedangkan di RS Dr. Pirngadi
Medan insiden dermatitis kontak pada tahun 1992 sebanyak 37,54% tahun 1993
sebanya 34,74% dan tahun 1994 sebanyak 40,05%. Dari data kunjungan pasien baru
di RS Dr. Pirngadi Medan, selama tahun 2000 terdapat 3897 pasien baru di Poliklinik
alergi dengan 1193 pasien (30,61%) dengan diagnosis dermatitis kontak. (Nasition
dkk, 1994). Dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat 2122 pasien alergi dengan
645 pasien (30,40%) menderita dermatitis kontak. Di RSUP H. Adam Malik Medan,
selama tahun 2000 terdapat 731 pasien baru dipoliklinik alergi dimana 201 pasien
(27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat
270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak. Walaupun
demikian, kasus dermatitis sebenarnya diperkirakan 10-50 kali lipat dari data statistik
yang terlihat karena adanya kasus yang tidak dilaporkan. Selain itu, perkiraan yang
lebih besar tersebut juga diakibatkan oleh semakin meningkatnya perkembangan
industri (Keefner, 2004).
C. FISIOLOGI
Kulit merupakan organ aktif secara metabolik yang memiliki fungsi vital, yaitu
dalam perlidungan dan homeostasis tubuh. Secara alami, kulit merupakan organ
immunologis yang penting dan mengandung seluruh elemen immunitas seluler,
kecuali sel B limfosit. Komponen immunologis dari kulit dibagi atas tiga bagian:
struktur organ, sistem fungsional dan immunogenetik.
Secara struktur, sawar epidermis merupakan contoh immunitas bawaan yang
penting karena dengannya banyak mikroorganisme yang tidak mampu penetrasi ke
dalam tubuh. Selain itu, dengan adanya suplai dari darah dan limfatik memungkinkan
sel immun melakukan migrasi dari dan menuju kulit. Beberapa sel yang memegang
peranan penting yaitu: sel Langerhan, sel T limfosit, sel Mast dan Keratinosit. Sel
Langerhan (gambar 1) pada epidermis merupakan bagian terluat dari sestem immun
seluler. Sel tersebut merupakan sel dendritik yang memiliki organel sitoplasmik yang
unik, yaitu granul Birbeck. Sel Langerhan mampu melakukan fagositosis, sekresi
sitokin dan sebagai antigen presentation (pengenalan antigen). Sel T merupakan sel
yang bertanggung jawab dalam respon seluler, dan dibagi menjadi dua yaitu sel T
yang memiliki reseptor CD4+ dan CD8+. Sel T CD4+ dibagi lagi menjadi dua: sel
Th1 (promosi inflamasi, sekresi IL3, If dan TNF) dan sel Th2 (stimulasi sel B
membentuk antibodi, sekresi IL4, IL 6, IL10), sedangkan sel T CD8+ merupakan sel
Tc yang berperan dalam sitolitik. Selain itu, ada juga sel Ts (CD4+ ataupun CD8+)
yang meregulasi sel limfosit lainnya. Di lapisan kulit juga terdapat sel mast yang
berperan dalam proses inflamasi dan sel keratinosit yang juga mampu melepaskan
sitokin proinflamasi (IL1).
Gambar 1. Lapisan epidermis terdiri dari beberapa lapis dan mengandung sel keratinosit, sel
Langerhan yang berperan dalam immunitas.
Secara sitem fungsional, perangkat immun kulit terdiri dari: jaringan limfoid
yang terhubung kulit (aliran limfatik, kelenjar limfatik regional), sitokin dan eicosanoid,
komplemen dan molekul adhesi. Sitokin merupakan molekul terlarut yang
memperantarai aksi antar sel (misal: aktivasi jalur NFB dalam proses inflamasi), dan
diproduksi oleh: sel T limfosit, keratinosit, fibroblas, sel endotelia; dan makrofag.
Sedangkan eicosanoid yang diproduksi dari asam arakidonat oleh sel mast,
makrofag, keratinosit merupakan mediator inflamasi non-spesifik (prostaglandin,
tromboksan, leukotrien). Komplemen berperan dalam opsonisasi, lisis, degranulasi
sel mast. Molekul adhesi, khususnya ICAM1, berperan dalam membantu limfosit, sel
endotelial ataupun keratinosiy untuk menempel pada sel T.
Secara immunogenetik, perlindungan kulit terlihat dengan adanya gen HLA
pada kromosom 6 manusia yang dapat ditranslasi menjadi Major Histocompatibility
Complex (MHC) di sel Langerhan, sel T, makrofag dan keratinosit. Selain itu, dengan
adanya gen HLA spesifik dihubungkan dengan sejumlah penyakit autoimun tertentu
(tabel 1).
Tabel 1
Penyakit
Angtigen HLA
Risiko relatif
Behcets desease
B5
10
Dermatitis
B8
15
Herpetiformis
DRw3
>15
Phempigus
DRw4
10
Psoriasis
B13
Cw6
12
Artropati psoriatik
B27
10
Reiters desease
B27
35
D. ETIOLOGI
1. Dermatitis Kontak Iritan (Irritant Contact Dermatitis)
Sekitar 80-90% kasus Dermatitis Kontak Iritan (DKI) disebabkan oleh
pemaparan iritan berupa bahan kimia dan pelarut. Inflamasi dapat terjadi setelah
satu kali pemaparan ataupun setelah pemaparan yang berulang (Keefner, 2004).
Dermatitis kontak iritan yang terjadi setelah pemaparan pertama kali disebut DKI
akut, dan biasanya disebabkan oleh iritan yang kuat, seperi asam kuat (Tabel 2).
Sedangkan, dermatitis kontak iritan yang terjadi setelah pemaparan berulang disebut
DKI kronis, dan biasanya disebabkan oleh iritan lemah (Hayakawa, 2000). Pada
tempat kerja, dermatitis kontak iritan biasanya terjadi akibat dari suatu kecelakaan
kerja atau karena kecerobohan sehingga tidak menggunakan pelindung (Ket dan
Leok, 2002).
Tabel 2 Iritan yang Sering Menimbulkan DKI
Asam kuat (hidroklorida, hidroflorida, asam nitrat, asam sulfat)
Basa kuat (Kalsium Hidroksida, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida)
Detergen
Resin epoksi
Etilen oksida
Fiberglass
Minyak (lubrikan)
Pelarut-pelarut organik
Agen oksidator
Plasticizer
Serpihan Kayu
(Keefner, K.P., 2004)
Pada bayi, dermatitis kontak iritan yang terjadi biasa dikenal sebagai diaper
dermatitis (Anonim, 2008). Faktor yang berpegaruh pada diaper dermatitis ini adalah:
kelembaban (akibat urinasi yang sering), perubahan pH kulit (akibat feses atau urin).
2. Dermatitis Kontak Alergi (Allergic Contact Dermatitis)
Banyak senyawa di dunia kita ini yang dapat berperan sebagai alergen pada
individu tertentu. Urushiol (dari racun tanaman oak/ovy/sumac), garam nikel (pada
perhiasan) dan parfum (pada kosmetik) merupakan contoh alergen yang mampu
mengakibatkan ACD. ACD akibat senyawa uroshiol dari racun ivy/oak/sumac
merupakan hal penting karena memberikan kontribusi yang besar dalam jenis
dermatitis tersebut di Amerika Serikat. Racun ini berasal dari tanaman genus
toxicodendron. Selain itu, tanaman lain yang dapat menyebabkan ACD adalah
kacang cashew (Anacardium occidentale L.), mangga (Magnifera indica L.), Lacquer
(T. Vernicifluum) dan gingko bilobba (Ginkgo biloba L.) (Tabel 3 dan Gambar 2).
Tabel 3 Alergen yang Sering Menimbulkan ACD
Alergen
Uji Patch positif
Sumber Antigen
Benzokain
Garam kromium
2,8
Lanolin
3,3
Latex
7,3
Bacitracin
8,7
Kobal klorida
Formaldehid
9,3
Tiomersal
10,9
Pewangi
11,7
Balsam Peru
11,9
Neomisin sulfat
13,1
Nikel sulfat
14,2
Tanaman
Tidak
ditentukan
E. Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak Iritan (Irritant Contact Dermatitis)
ICD tampak setelah pemaparan tunggal atau pemaparan berulang pada agen
yang sama. Beberapa mekanisme dapat menjadi penyebab terjadinya ICD. Pertama,
bahan kimia mungkin merusak sel dermal secara langsung dengan absorpsi
langsung melewati membran sel kemudin merusak sistem sel. Mekanisme kedua,
setelah adanya sel yang mengalami kerusakan maka akan merangsang pelepasan
mediator inflamasi ke daerah tersebut oleh sel T maupun sel mast secara nonspesifik. Misalnya, setelah kulit terpapar asam sulfat maka asam sulfat akan
menembus ke dalam sel kulit kemudian mengakibatkan kerusakan sel sehingga
memacu pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dengan bantuan fosfolipase.
Asam
arakidonat
prostaglandin,
kemudian
tromboksan)
dirubah
dan
oleh
siklooksigenase
lipoosigenase
(menghasilkan
(menghasilkan
leukotrien).
Gambar 3. Sel Langerhans memberi sinyal kepada sel limfosit mengenai informasi antigen dan
kemudian sel limfosit berproloferasi menghasilkan sel T limfosit tersensitisasi. Setelah sistem
imun tersensitisasi, maka dengan pemaparan selanjutnya akan menginduksi hipersensitifitas
tertunda tipe IV
Gambar 4. Lesi dengan batas yang jelas pada dermatitis kontak iritan akut pada kasus
penggunaan kosmetika (A) dan dermatitis kontak iritan kronis pada kasus pengguunaan
detergen oleh pembantu rumah tangga (B) serta Diaper dermatitis pada bayi (C)
(Ket dan Leok, 2002)
Gambar 5. Pada dermatitis kontak alergi ada umumnya, kulit tampak kemerahan dan bulla (A),
Bulla yang pecah tersebut dalam beberapa hari akan mengering dan membentuk crust. Urishiol
yang tertinggal di permukaan kulit dapat mengalami oksidasi oleh udara sehingga tampak
kehitaman pada beberapa daerah kulit yang mengalami dermatitis
Secara umum, tingkat keparahan ACD dapat dibagi menjadi tiga: dermatitis ringan,
dermatitis sedang dan dermatitis berat.
a. Dermatitis ringan
Dermatitis ringan secara karakteristik ditandai oleh adanya daerah gatal dan
eritema yang terlokalisasi, kemudian diikuti terbentuknya vesikel dan bulla yang
biasanya letaknya membentuk pola linier. Bengkak pada kelopak mata juga
sering terjadi, namun tidak berhubungan dengan bengkak di daerah terpapar,
melainkan akibat terkena tangan yang terkontaminasi urosiol. Secara klinis,
pasien mengalami reaksi di daerah bawah tubuh dan lengan yang kurang
terlindungi.
10
b. Dermatitis sedang
Selain rasa gatal, eritema, papul dan vesikel pada dermatitis ringan, gejala dan
tanda dermatitis sedang juga meliputi bulla dan bengkak eritematous dari bagian
tubuh.
c. Dermatitis berat
Dermatitis berat ditandai dengan adanya respon yang meluas ke daerah tubuh
dan edema pada ekstremitas dan wajah. Rasa gatal dan iritasi yang berlebihan;
pembentukan vesikel, blister dan bulla juga dapat terjadi. Selain itu, aktivitas
harian pasien dapat terganggu, sehingga kadangkala membutuhkan terapi yang
segera
(sistemik
atau
parenteral),
khususnya
dermatitis
yang
telah
G. Sasaran Terapi
Sasaran terapi dermatitis kontak iritan adalah:
1. Menghilangkan inflamasi, rasa sakit saat kulit ditekan dan iritasi
2. Mencegah pemaparan lebih lanjut pada agen iritan
3. Edukasi pada pasien mengenai metode untuk mencegah recurrent
Sasaran terapi dermatitis kontak alergi adalah:
1. Melindungi area yang terpapar selama fase akut ruam
2. Mencegah gatal dan garukan yang berlebihan yang dapat memicu
membukanya luka dan berpotensi menyebabkan infeksi kulit sekunder
3. Mencegah penyebaran dermatitis dengan cara menjaga akumulasi debris
vesikel
H. Strategi Terapi
Dermatitis Kontak Iritan (Irritant Contact Dermatitis)
Pendekatan terapi ICD tergantung keparahan reaksi. Selain itu, area yang terpapar
pada substansi iritan, seharusnya dicuci dengan air dan dibersihkan dengan sabun
hipoalergenik ringan. Pencegahan iritan seharusnya menjadi diagnosa primer dan
edukasi pada pasien. Penggunaan kompres basah dengan astringent alumunium
asetat dapat digunakan untuk mendinginkan dan mengeringkan lesi. Hidrokortison
dan losion kalamin, membantu untuk meringankan rasa gatal. Penggunaan topikal
anastesi lokal tipe caine perlu dihindari atau diawasi karena dapat menyebabkan
kontak dermatitis yang lebih luas.
11
I. Penatalaksanaan Terapi
Eksklusi pengobatan sendiri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Rujuk ke dokter
Rekomendasikan satu atau lebih
saran di bawah ini:
1. Krim hidrokortison, non salep
2. Kompres alumunium asetat
3. Rendaman atau kompres
sodium bikarbonat
4. Rendaman atau kompres air
dingin
5. Shower hangat
6. Colloidal oatmeal baths
12
Tidak
Gatal berkurang?
Ya
Ya
Lanjutkan perawatan
sampai sembuh
Rujuk ke dokter
Tidak
13
Gambar 6. Fase lanjut dari DKI akut menunjukkan adanya eritema dan crust (A), sedangkan
setelah beberapa hari fase perbaikan dari DKI lanjut menunjukkan adanya sisa kemerahan dan
kulit terkelupas (B) (Ket dan Leok, 2002)
luka
bakar
tingkat
kedua..Pencucian
menggunakan
sabun
14
Apabila terpapar agen allergen maka untuk mencegah terjdinya ruam-ruam di kulit
adalah dengan:
a.
b.
c.
d.
Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada
sabun bilas dengan air.
e.
f.
Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian lain
g.
h.
J. Evaluasi Produk
Kortikosteroid topikal
Hidrokortison merupakan kortikosteroid topikal yang paling efektif dalam mengatasi
gejala pada Dermatitis kontak ringan hingga sedang yang tidak meliputi daerah yang
sangat luas. Kortikosteroid lainnya adalah: betametason, fluticasone, clobetasol,
prednison, prednisolon.
Indikasi
Keamanan
15
Efek samping
: Penggunaan kortikosteroid
dalam
jangka lama
akan
Perhatian
Sediaan di Indonesia :
1. Berlicort : komposisi, hidrokortison acetate
Dosis
Harga
2. Dermacort
Dosis
Harga
: Krim 15 g = Rp 13.000,-
Antihistamin/antipruritus topikal
Preparat ini mengandung antihistamin topikal (chlorpheniramine, chlorpenoxamine,
dimethindene, difenhidramin, mepiramin) atau antipruritus (calamine, champor,
mentol, phenol) secara tunggal atau kombinasi
Mekanisme
Indikasi
Perhatian
memperparah
rasa
terbakar.
Antihistamin
karena
dapat
16
Sediaan di Indonesia:
1. Regata
Komposisi
Penggunaan
Perhatian
Harga
2. Caladryl
Komposisi
Penggunaan
Perhatian
Harga
Anastetik topikal
Anastetik topikal yang dapat diberikan tanpa resep adalah benzokain.
Indikasi
Penggunaan
Mekanisme aksi
Perhatian
17
Sediaan di Indonesia :
Benzomid
Komposisi
Penggunaan
Harga
(Anonim, 2006)
Terapi Farmakologi lainnya:
Antiinfeksi topikal
Antiinfeksi topikal digunakan untuk mengatasi infeksi sekunder yang dapat terjadi
pada dermatitis. Antiinfeksi tersebut adalah: bacitracin, kloramfenikol, gentamicin,
nitrofurazon, clotrimazole, neomycin.
Contoh produk di Indonesia:
Dermagen
Komposisi
: Gentamicin sulfat
Indikasi
: Krim 0,1% x 5 g (Rp 5.500), 10g (Rp 8250), Krim forte: 0,3% x5g (Rp
7.700), 10g (Rp 10.450)
Farsycol
Komposisi
: Kloramfenikol
Indikasi
: Infeksi kulit karena gram positif dan gram negatif serta kuman yang
peka lainnya
Astringent
Astringent diketahui merupakan agen presipitasi protein yang digunakan untuk
menghentikan dan mengurangi cairan mengalir dari kapiler maupun cairan yang
dikeluarkan dari blister akibat inflamasi. Zat ini membantu mengeringkan dermatitis
basah serta mempercepat kesembuhan. Beberapa astringet adalah: Burrows
18
solution (alumunium asetat), zinc oxide, zinc acetat, calamine, natrium bicarbonat.
Mereka biasa digunakan dengan cara pengompresan.
Obat Tradisional
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.)
Khasiat
19
Resep 5
2 jari temu hitam
Ditumbuk halus
2 jari kunyit
1 jari temu lawak
2 jari brotowali
1 helai daun sirih
semua bahan direbus dengan 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas, dan diminum 1 kali
sehari. (Wijayakusuma, 2008)
K. KESIMPULAN
Kejadian dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan maupun alergi
memiliki hubungan dengan suatu pekerjaan, sehingga orang-orang yang memiliki
bekerja di suatu aktivitas yang memiliki risiko tersebut harus mempersiapkan dirinya
agar terhindar dari dermatitis kontak. Pada dermatitis kontak iritan, iritan yang kuat
seperti asam kuat atau basa kuat dapat mengakibatkan dermatitis kontak iritan akut,
sedangkan iritan yang lemah seperti deterjen keras memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mengakibatkan dermatitis kontak iritan kronik. Dermatitis kontak alergik
merupakan jenis dermatitis kontak terbesar kedua setelah dermatitis kontak iritan.
Penanganan diaper dermatitis pada bayi memerlukan perhatian yang khusus sebab
bayi memiliki daya tahan yang masih lemah.
Farmasis diharapkan mampu tidak hanya menentukan terapi farmakologi
yang tepat, melainkan juga mampu memberi edukasi kepada pasien untuk
menghindari dan mencegah terjadinya pemaparan yang dapat menyebabkan
dermatitis kontak. Tahap pertama yang penting dilakukan untuk memberika terapi
yang tepat adalah dengan beupaya menggali informasi mengenai kemungkinan
penyebab dari timbulnya dermatitis kontak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2008,
Contact
Dermatitis,
http://www.edermatitis.com/,
diakses
17
November 2008
Anonim, 2006, MIMS Petunjukuk Konsultasi 2006/2007, PT Info Master, Jakarta
Buxton, P.K.,2005, ABC of Dermatology, BMJ Publishing Group, London
Crowe, M.A., dan James, W.D., 2001, Alergic and Irritant Contact Dermatitis,
Madigan Army Medical Center, Washington
Darsow, U. Dan Ring, J., 2005, British Contact Dermatitis Society: Summaries of
Papers, British Association of Dermatologist, Munich
20
21