Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KERJA LEMBUR DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU PADA PROYEK

KONSTRUKSI
Abriyani Sulistyawan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sains Al-Quran Wonosobo dan Mahasiswa Program Doktor
Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang, email : abriyanis05@yahoo.com

Abstract
The purpose of this research is to evaluate the relationships between scheduled overtime
towards labor productivity in construction projects. The research was carried out from
Pebruary to May 2007 to identify reasons of scheduled overtime and its relation to labor
productivity. A total of fifty nine site managers and seventy three bricklayers foreman in
central java were surveyed based on a structured questionnaire. The information was
analyzed by ranking techniques. The result of the analyses show that the factors caused
scheduled overtime from owners perspective are 1) crash program 2) change of work 3)
chasing of project target 4) officer interest and 5) acceleration of work. Where as the main
reasons of scheduled overtime from contractors opinion are 1) delayed activities 2) critical
path section 3) close to finish date weather condition 4) chasing delivery date and 5) limited
resources. Five major factors according to bricklayers response are 1) physical condition 2)
weather condition 3) physical condition of site 4) insufficiency of material and 5)
uncomfortable work condition . The research indicates that scheduled overtime is going to
reduce labor productivity to 12.99% per hour for one labor team and 12.01% per hour for
two labors teams.
Key Word : overtime, productivity, bricklayer, construction
PENDAHULUAN
Pembangunan saat ini umumnya membutuhkan
waktu pelaksanaan yang cepat. Waktu
pelaksanaan yang cepat ini antara lain
mempunyai tujuan untuk mengejar target
pelaksanaan sesuai kontrak kerja atau atas
permintaan dari pemilik proyek atau karena
suatu alasan tertentu. Untuk mengimbangi hal ini
biasanya di lakukan kerja lembur.
Pekerjaan kerja lembur harus diimbangi dengan
kesiapan faktor-faktor penunjangnya antara lain
berupa tenaga kerja, material dan alat kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan tersebut.
Untuk mengatasi faktor-faktor penunjang ini
diperlukan pembiayaan berupa pembayaran
tenaga kerja, pengadaan material dan
penguasaan alat-alat kerja.
Kerja lembur merupakan salah satu rencana
kerja proyek dimaksudkan untuk menyelesaikan
operasi yang tidak mungkin diselesaikan dalam
hari kerja normal. Dengan kerja lembur ini akan
menggunakan tenaga kerja yang lebih ekstra,
baik dalam kualitas maupun kuantitas.
150

Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Business


Roundtable tahun 1980 bahwa kerja lembur
berakibat terhadap penurunan produktivitas
tenaga kerja pada proyek konstruksi. Demikian
pula penelitian yang dilakukan oleh Thomas dan
Raynar tahun 1997, Dyah tahun 1998
menyatakan bahwa kerja lembur berakibat pada
penurunan produktivitas tenaga kerja.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah
dikemukakan tersebut, muncul permasalahan
faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya kerja lembur, factor-faktor apa saja
yang menyebabkan menurunya produktivitas
tukang batu saat kerja lembur dan berapa
penurunan produktivitas tukang batu saat kerja
lembur?
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisis
faktor-faktor yang dominan yang menyebabkan
terjadinya kerja lembur, menganalisis faktorfaktor apa saja yang dominan yang
menyebabkan menurunya produktivitas tukang
batu saat kerja lembur, menentukan besarnya

penurunan produktivitas tukang batu saat kerja


lembur.
Batasan masalah pada bangunan gedung yang
sedang berjalan maupun yang baru selesai,
penelitian dilakukan pada proyek yang berlokasi
di Jawa Tengah, obyek yang diamati adalah
tukang batu pada saat pemasangan batu bata
pada dinding.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran bagi pelaksana pekerjaan apabila akan
memberlakukan kerja lembur, untuk mengambil
langkah-langkah yang pasti sehingga tidak
terjadi kerugian-kerugian (misalnya kerugian
biaya dan waktu) akibat hasil yang dicapai tidak
memuaskan.
Menurut Thomas (2002), pengertian kerja
lembur adalah jadual kerja yang melebihi 40 jam
kerja per minggu atau kerja yang dilakukan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak
mungkin diselesaikan dalam hari kerja normal.
Menurut Donald S. Barrie, Boyd C. Paulson, et
al. (1995), pengertian kerja lembur adalah jadual
kerja yang direncanakan merujuk pada situasi
dimana operasi itu telah dijadualkan secara
teratur untuk melampaui hari yang terdiri dari 8
jam yang normal, 40 jam seminggu.
Di Indonesia, ketentuan kerja lembur diatur oleh
Menteri Tenaga Kerja dengan dikeluarkannya
SK
Menteri
Tenaga
Kerja
No.
580/M/BM/BK/1992 pasal 2 dan 3, yang
menyebutkan bahwa kerja lembur merupakan
waktu dimana seorang pekerja bekerja melebihi
dari jadual waktu yang berlaku, yaitu 7 jam
sehari dan 40 jam seminggu.
Pengertian dari waktu lembur pada proyek
konstruksi yaitu pekerjaan yang dimulai dari
pukul 16.00 sampai selesai atau pekerjaanpekerjaan yang dilaksanakan pada hari libur.
Terjadinya kerja lembur dapat atas permintaan
pemilik atau dari pihak kontraktor, tergantung
dari situasi dan kondisi dimana proyek itu
berada. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
kerja lembur atas permintaan pemilik, antara lain
: untuk mengejar target penjualan atau produksi

dari bangunan tersebut, adanya perubahan


pekerjaan, untuk tujuan tertentu oleh pejabat
yang berwenang, adanya waktu yang terbatas,
adanya pemendekan durasi aktivitas/ percepatan
pekerjaan, adanya bencana alam (banjir, gempa,
dan lainnya), adanya pergantian musim
(penghujan/ kemarau).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kerja lembur yang berasal dari kontraktor, antara
lain
mendekati
waktu
penyelesaian,
keterlambatan dari jadual rencana, mengejar
prestasi pekerjaan, adanya keterbatasan sumber
daya (tenaga, material dan peralatan), adanya
pergantian musim (penghujan/ kemarau), adanya
kesalahan pelaksanaan
Pengertian
produktivitas
pada
dasarnya
mencakup sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih
baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih
baik dari hari ini. Cara kerja hari ini harus lebih
baik dari cara kerja kemarin dan hasil yang
dicapai besok harus lebih baik dari yang
diperoleh hari ini (Ravianto, 1999).
Menurut Thomas (2002), Ravianto (1999),
pengertian produktivitas tenaga kerja adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
peran serta tenaga kerja persatuan waktu.
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan
tenaga itu sendiri maupun yang berhubungan
dengan lingkungan perusahaan dan kebijakan
pemerintah secara keseluruhan.
Menurut Soeharto (1995), variabel-variabel yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
lapangan dapat dikelompokkan sebagai berikut
kondisi fisik lapangan, sarana bantu, supervisi,
perencanaan
dan
koordinasi,
komposisi
kelompok kerja, kerja lembur, ukuran besar
proyek, kurva pengalaman (learning curve),
pekerja
langsung
versus
subkontraktor,
kepadatan tenaga kerja.
Menurut Ravianto (1999), variabel-variabel yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat
digolongkan dalam 6 (enam) faktor utama, yaitu
pendidikan dan latihan, gizi dan kesehatan,

ANALISIS KERJA LEMBUR DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU (Abriyani Sulistyawan )

151

penghasilan dan jaminan sosial, kesempatan


kerja, kemampuan manajerial pimpinan,
kebijakan Pemerintah
Sering kerja lembur atau jam kerja yang panjang
lebih dari 40 jam per minggu tidak dapat
dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran
jadual, meskipun hal ini akan menurunkan
efisiensi kerja dan produktivitas kerja lembur.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survei pada
proyek-proyek bangunan gedung bertingkat yang
sedang berlangsung maupun yang baru saja
selesai untuk daerah Jawa Tengah. Subyek
penelitian ini adalah tukang batu saat melakukan
kerja lembur pada bangunan gedung bertingkat
yang ada di daerah Jawa Tengah. Obyek
penelitian ini adalah faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kerja lembur, faktorfaktor
yang
menyebabkan
penurunan
produktivitas tenaga kerja saat kerja lembur dan
besarnya penurunan produktivitas tenaga kerja
terhadap kerja lembur.
Penelitian survei ini dilakukan dengan
mengambil sampel dari suatu daerah dan
menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat

pengumpul data yang pokok. Kuesioner yang


dipergunakan sebagai sarana pengumpulan data
dari responden disusun dalam 2 (dua) versi, yaitu
versi site manager dan mandor yang isi
keduanya berbeda.
HASIL
Responden yang terlibat dalam penelitian ini,
jika dilihat dari asal daerah tenaga kerja adalah
sebagai berikut Purwodadi (44, 26%), Semarang
(21,31%), Surakarta (9,84%) dan lainnya
(24,59%). Pendidikan terakhir rata-rata para
responden tersebar sebagai berikut SD (26,23%),
SMP (55,74%), SMU (13,11%) dan lainnya
(4,92%). Dari pengalaman kerja para responden
didapat hasil sebagai berikut kurang dari tiga
tahun (13,11%), 3 s/d kurang dari 5 tahun
(22,95%), 5 s/d kurang dari 10 tahun (55,74%)
dan lebih dari 10 tahun (8,20%).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kerja lembur yang berasal dari pemilik diperoleh
dari ranking berdasarkan mean dan hasil dari
analisis data terdapat pada Tabel 1. Tabel 1
disusun dari mean yang terbesar yang berarti
faktor yang paling berpengaruh sampai pada
mean
terkecil.

Tabel 1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kerja Lembur Yang Berasal Dari Pemilik
(Owner)
Faktor penyebab kerja lembur
Mean
Standar deviasi
Adanya waktu yang terbatas sehingga melakukan pekerjaan 4,38
0,91
dengan crash program
Perubahan pekerjaan dan harus dibongkar
3,91
1,41
Untuk mengejar target penjualan atau produksi dari bangunan 3,84
1,07
tersebut
Untuk tujuan tertentu oleh pejabat yang berwenang
3,51
0,97
Adanya percepatan pekerjaan
3,47
1,08
Adanya pemendekan durasi pekerjaan
3,38
1,59
Adanya bencana alam (banjir, gempa dan lainnya)
2,04
1,02
Sumber data : Data primer yang diolah, 2007
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kerja lembur yang berasal dari kontraktor
diperoleh dari ranking berdasarkan mean dan
hasil dari analisis data terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2 disusun dari mean yang terbesar yang
berarti faktor yang paling berpengaruh sampai
mean terkecil.
152

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 12 No. 3 Desember 2007: 150-159

Tabel 2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan


Terjadinya Kerja Lembur Yang Berasal Dari
Kontraktor
Faktor-faktor yang
Mean Standar
menyebabkan kerja lembur
deviasi
Keterlambatan
dari
jadual 4,36
0,90
rencana
Pekerjaan yang ada pada 4,08
1,11
lintasan kritis
Mendekati waktu penyelesaian 4,07
0,89
proyek
Mengejar prestasi pekerjaan
4,03
1,03
Adanya keterbatasan sumber 3,97
1,22
daya
Kurang produktifnya tenaga 3,59
0,90
kerja
Kondisi alam/ cuaca
3,23
1,30
Adanya persyaratan tertentu 3,10
1,03
dari suatu pekerjaan
Kesalahan pelaksanaan
2,62
1,24
Sumber data : Data primer yang diolah, 2007
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan
produktivitas tukang batu saat kerja lembur
diperoleh dari ranking berdasarkan mean dan
hasil dari analisis data terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3 disusun dari mean yang terbesar yang
berarti faktor yang paling berpengaruh sampai
mean terkecil.
Tabel 3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
Penurunan Produktivitas Tukang Batu
Saat Kerja Lembur
Faktor-faktor yang
Mean Standar
menyebabkan penurunan
deviasi
produktivitas tukang batu saat
kerja lembur
Kondisi fisik pekerja
4,10
0,94
Cuaca, iklim, musim
3,92
0,94
Kondisi fisik lapangan
3,90
0,96
Kondisi tidak nyaman dalam 3,89
0,88
bekerja
Kurang tersedianya material
3,74
1,14
Kurang tersedianya alat bantu 3,72
1,42
kerja
Adanya perubahan pekerjaan
3,69
1,09
Ketidak jelasan perintah kerja
3,52
1,30
Kurva pengalaman
3,52
1,07
Motivasi tukang batu
3,46
1,21
Adanya pekerjaan tambah
3,43
1,01

Adanya pekerjaan ulang


3,41
1,15
Adanya kerja lembur
3,38
1,02
Komunikasi di lapangan
3,34
1,11
Kemampuan tukang batu di 3,31
1,47
bawah standar
Absensi tukang batu
3,10
1.29
Kurang koordinasi dengan 3,07
1,25
rekan sekerja
Kurang tersedianya tukang batu 3,03
1,37
Kurang
tersedianya 2,98
1,30
perlengkapan kerja
Gaji atau upah
2,97
1,34
Pekerja langsung versus pekerja 2,95
1,13
borongan
Komposisi kelompok kerja
2,80
1,00
Besar/ kecil pekerjaan
2,79
1,11
Kelembaban, debu
2,49
1,09
Pengawasan yang sangat ketat
2,31
0,90
Jumlah tenaga kerja yang lebih 2,30
1,10
banyak dari
Sumber data : Data primer yang diolah, 2007
Penurunan produktivitas tukang batu saat kerja
lembur, dengan keadaan 1 tim waktu kerja
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Pada satu jam pertama penurunan sebesar
5,29%.
b. Pada dua jam pertama penurunan sebesar
6,62%.
c. Pada tiga jam kerja lembur penurunan sebesar
9,34%.
d. Pada empat jam kerja lembur penurunan
sebesar 11,59%.
e. Pada lima jam kerja lembur penurunan
sebesar 14,09%.
f. Pada enam jam kerja lembur penurunan
sebesar 16,65%.
g. Pada tujuh jam kerja lembur penurunan
sebesar 18,76%.
h. Pada delapan jam kerja lembur penurunan
sebesar 21,56%.
Penurunan produktivitas tukang batu pada dua
tim waktu kerja (dua shift) diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Pada satu jam pertama penurunan sebesar
5,14%.
b. Pada dua jam pertama penurunan sebesar
5,99%.

ANALISIS KERJA LEMBUR DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU (Abriyani Sulistyawan )

153

c. Pada tiga jam kerja lembur penurunan sebesar


7,94%.
d. Pada empat jam kerja lembur penurunan
sebesar 10,27%.
e. Pada lima jam kerja lembur penurunan
sebesar 13,23%.
f. Pada enam jam kerja lembur penurunan
sebesar 14,94%.
g. Pada tujuh jam kerja lembur penurunan
sebesar 17,82%.
h. Pada delapan jam kerja lembur penurunan
sebesar 20,78%.
Rata-rata penurunan produktivitas tukang batu
pada satu tim waktu kerja adalah sebesar
12,99%, sedang untuk dua tim waktu kerja
adalah sebesar 12,01%. Jadi keduanya
mempunyai selisih rata-rata penurunan sebesar
0,98%.
PEMBAHASAN
Hasil analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 1
adalah sebagai berikut :
a. Adanya waktu yang terbatas sehingga
melakukan pekerjaan dengan crash program,
sering dijadikan alasan untuk melakukan kerja
lembur. Hal ini dilakukan mengingat
beberapa kepentingan, diantaranya mengejar
prestasi pekerjaan karena keterlambatan
maupun tujuan tertentu dari pemilik.
b. Adanya
perubahan
pekerjaan
yang
disebabkan
kesalahan
disain
maupun
pekerjaan tambah, menyebabkan pekerjaan
yang telah dilaksanakan harus dibongkar. Hal
ini menyebabkan adanya pekerjaan ulang
sehingga akan menambah hari kerja dan
pembengkakan biaya.
c. Mengejar target penjualan dari bangunan,
khususnya bangunan untuk komersial (mall,
supermarket, minimarket dan sejenisnya)
sering dijadikan alasan dilakukan pekerjaan
lembur. Hal ini dilakukan selain mengejar
prestasi pekerjaan, mendekati Lebaran atau
hari besar lainnya dan juga alasan untuk
memperkecil overhead.
d. Kerja lembur yang dilakukan karena ada
permintaan tertentu dari pemilik kadang
sering dilakukan. Sebagai contoh karena
pejabat yang berwenang yang akan
meresmikan
bangunan
tersebut
akan
dialihtugaskan ke suatu daerah tertentu, maka
154

pemilik menghendaki penyelesaian proyek


secepatnya diselesaikan sebelum pejabat yang
berwenang tersebut dipindahkan
e. Kerja lembur sering dilakukan bila ada
percepatan pekerjaan. Hal ini terjadi bila
pemilik dengan pertimbangan tertentu
menghendaki pekerjaan secepatnya dapat
diselesaikan. Misalnya : bila bangunan
tersebut direncanakan dapat berfungsi
sebelum Lebaran, Natal atau bila bangunan
tersebut merupakan bangunan monumental,
agar dapat diresmikan pada hari Nasional
tertentu.
f. Adanya pemendekan durasi pekerjaan disini
adalah pemendekan satu atau beberapa durasi
jenis pekerjaan tertentu saja baik yang berada
pada lintasan kritis maupun yang tidak. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan untuk
menekan biaya overhead, keterbatasan
sumber daya manusia, peralatan maupun
material.
g. Kerja lembur sering dilakukan bila bangunan
yang dikerjakan tertimpa bencana alam,
misalnya terkena banjir, gempa dan lainnya.
Hal ini dimaksudkan antara lain untuk
mengejar prestasi pekerjaan dan bangunan
yang terkena bencana supaya secepatnya
dapat berfungsi.
Hasil analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 2
adalah sebagai berikut :
a. Keterlambatan dari jadual rencana, untuk
mengejar prestasi pekerjaan dan kekhawatiran
akan dikenakan denda bila pekerjaan tidak
dapat diselesaikan tepat waktu atau sesuai
dengan rencana jadual pelaksanaan.
b. Pekerjaan yang ada pada lintasan kritis atau
pekerjaan yang tidak dapat ditunda, hal ini
disebabkan karena memperpanjang durasi
pada pekerjaan kritis berarti memperpanjang
waktu
pelaksanaan
proyek,
sehingga
pekerjaan yang ada pada lintasan kritis harus
dapat diselesaikan tepat waktunya dan tidak
dapat ditunda.
c. Mendekati waktu penyelesaian proyek, untuk
memenuhi tepat waktu selesainya proyek
sesuai dengan kontrak, biasanya sering
dilakukan kerja lembur. Hal ini disebabkan
antara lain untuk mengejar prestasi pekerjaan,
memperkecil biaya overhead maupun
kekhawatiran
terkena
klaim
karena
keterlambatan.

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 12 No. 3 Desember 2007: 150-159

d. Mengejar prestasi pekerjaan sering dijadikan


alasan utama untuk melaksanakan kerja
lembur, selain memang mengejar prestasi ada
juga karena alasan untuk memperkecil
overhead. Hal ini terjadi karena pelaksanaan
yang berubah atau tidak sesuai dengan time
schedule yang telah direncanakan, kurangnya
sumber daya manusia, peralatan, material
maupun alasan yang lainnya.
e. Adanya keterbatasan sumber daya, hal ini
sering terjadi pada pelaksanaan proyek, karena
pada awal perencanaan tenaga kerja
dipandang sudah mencukupi tetapi saat
pelaksanaan ternyata kekurangan tenaga kerja
untuk menyelesaikan pekerjaan karena adanya
penambahan volume pekerjaan yang harus
cepat diselesaikan.
f. Kurang produktifnya tenaga kerja, hal ini
disebabkan karena kebanyakan tenaga kerja
khususnya tukang batu tidak memiliki
ketrampilan sebagai tukang batu secara baik
dan terampil. Tenaga kerja ini dalam
melaksanakan pekerjaan bangunan tidak
memiliki latar belakang pendidikan yang
mendukung, mereka hanya ikut rekan
sekampungnya yang telah bekerja pada
bangunan, sedangkan dirinya sendiri punya
ketrampilan mencangkul sebagai petani
misalnya. Dengan kondisi yang demikian
maka tenaga kerja tersebut kurang produktif.
g. Kondisi alam terutama pada musim penghujan
perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan di
lapangan, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan
yang tidak dapat dilaksanakan pada saat hujan,
misalnya saat pengecoran beton.
h. Adanya persyaratan tertentu suatu pekerjaan,
misalnya saat pengecoran beton. Saat
pengecoran beton pada bagian-bagian tertentu
dari struktur bangunan tidak diperkenankan
dihentikan sementara dan dilanjutkan hari
berikutnya. Untuk itu pekerjaan tersebut harus
dapat diselesaikan sampai volume yang
dibutuhkan terpasang seluruhnya dan hal ini
sering dilakukan kerja lembur.
i. Kesalahan pelaksanaan, dikarenakan kurang
teliti dan cermat dalam menerjemahkan
bestek, terkadang tenaga kerja melakukan
kesalahan dalam pelaksanaan di lapangan.
Kesalahan pelaksanaan khususnya kesalahan
kualitas material dan penggunaan peralatan di
lapangan sering menyebabkan dilakukan

pekerjaan ulang, sehingga akan menambah


jam kerja. Hal ini disebabkan antara lain
kurang teliti personil di lapangan yang
bertanggung jawab saat pelaksanaan.
Hasil analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 3,
adalah sebagai berikut :
a. Kondisi fisik pekerja yang tua dan yang muda
saat kerja lembur tentu saja sangat berbeda,
tenaga kerja yang lebih muda akan lebih kuat
fisiknya. Selain itu pada saat lembur kondisi
tubuh yang seharusnya istirahat tetapi tetap
harus bekerja saat kerja lembur walaupun
masih kuat bekerja tetapi kecepatan dan
kegesitan kerja tidak sama dengan saat
bekerja biasa
b. Cuaca, iklim, musim, ini disebabkan hujan
sangat berpengaruh pada pelaksanaan
pekerjaan bangunan yaitu pekerjaan yang
tertunda, sehingga pekerjaan proyek pada
musim
penghujan
mempunyai
resiko
penurunan produktivitas tenaga kerja lebih
besar dibanding musim kemarau. Selain itu
pengaruh temperatur udara panas dan dingin.
Temperatur udara yang tinggi (panas) dapat
mempercepat rasa lelah tenaga kerja, sehingga
produktivitas tenaga kerja akan menurun.
c. Kondisi fisik lapangan kerja seperti rawarawa, padang pasir maupun tanah berbatu
keras akan berpengaruh pada produktivitas
tenaga kerja, terutama bila dilakukan pada
saat kerja lembur. Hal ini disebabkan karena
kondisi lapangan tidak seperti yang biasa
dijumpai tenaga kerja, sehingga timbul rasa
keengganan dalam bekerja.
d. Kondisi tidak nyaman dalam bekerja, saat
kerja lembur dengan kondisi fisik yang
semakin lelah bila tidak ditunjang adanya
kenyamanan dalam bekerja misalnya sabuk
pengaman, topi dan lainnya akan membuat
tenaga kerja dalam bekerja tidak optimal.
e. Kurang tersedianya material, bila material
kurang akan menunda pekerjaan, padahal
pekerjaan harus segera diselesaikan ini
berakibat pada penurunan produktivitas
tenaga kerja. Waktu tenaga kerja yang
seharusnya dapat digunakan semaksimal
mungkin terhambat karena menunggu
datangnya material.
f. Kurang tersedianya alat bantu kerja, alat bantu
yang dibawa dan digunakan pekerja saat

ANALISIS KERJA LEMBUR DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU (Abriyani Sulistyawan )

155

bekerja (misalnya serap) apabila tidak tersedia


akan menghambat pekerjaan.
g. Adanya perubahan pekerjaan, perubahan
pekerjaan saat kerja lembur pada tenaga kerja
akan menurunkan produktivitas, misalnya
perubahan pekerjaan ditengah pelaksanaan
kerja karena keinginan dari pemilik untuk
mengubah disain semula.
h. Ketidakjelasan perintah kerja dari atasan
kepada
tenaga
kerja
bawahannya
mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan tidak
cepat dikerjakan karena tenaga kerja
mengalami keragu-raguan dalam bekerja.
i. Kurva pengalaman, saat kerja lembur apabila
tenaga kerja baru pertama kali mengerjakan
suatu pekerjaan maka akan memerlukan
waktu yang relatif lama dibandingkan tenaga
kerja yang telah mengerjakan dan berulangulang.
j. Motivasi tenaga kerja, saat kerja lembur
biasanya motivasi tenaga kerja rendah dan
akan menurunkan produktivitas tenaga kerja.
Hal ini dikarenakan pikiran tenaga kerja
sudah ingin segera pulang dan berkumpul
dengan
keluarga
(bila
yang
sudah
berkeluarga),
tiba-tiba
diminta
untuk
melaksanakan kerja lembur. Hal demikian
akan menurunkan produktivitas tenaga kerja
saat melaksanakan pekerjaan.
k. Adanya pekerjaan tambah, pekerjaan tambah
akan menurunkan produktivitas tenaga kerja
karena dengan jumlah orang yang sama
dengan pekerjaan yang lebih banyak, kerja
mereka tidak akan secepat dan sebaik yang
sesuai dengan porsi kerja tenaga kerja seharihari.
l. Adanya pekerjaan ulang saat kerja lembur
mengakibatkan penurunan produktivitas. Hal
ini disebabkan antara lain adanya kejenuhan
pada pekerja karena melakukan pekerjaan
yang sejenis dan harus membongkar terlebih
dahulu yang membutuhkan waktu yang lebih
lama dari pada memulai pelaksanaan
pekerjaan. Sebagai contoh, lantai tegel diganti
dengan keramik. Waktu untuk memasang
keramik lebih lama dari pada memasang tegel,
karena harus membongkar tegelnya dahulu
dari memasang keramiknya.
m. Adanya
kerja
lembur
mengakibatkan
kenaikan total jam orang dan ini menunjukkan
penurunan produktivitas tenaga kerja.
156

n. Komunikasi di lapangan, saat kerja lembur


ketidaklancaran komunikasi di lapangan akan
menurunkan produktivitas tenaga kerja,
karena dengan kondisi fisik tenaga kerja yang
telah menurun menyebabkan segala informasi
tidak mudah dapat dimengerti. Selain itu bila
kerja lembur, waktu yang tersedia banyak
digunakan oleh tenaga kerja untuk berbicara
yang tidak penting antara rekan sekerja.
o. Kemampuan tenaga kerja di bawah standar,
bila tenaga kerja yang dipersiapkan untuk
kerja lembur memiliki kemampuan sumber
daya manusianya rendah, maka akan
menurunkan produktivitas tenaga kerja. Hal
ini disebabkan karena kerja lembur
dilaksanakan di luar jam kerja biasa yang
mana kondisi fisik tenaga kerja yang memiliki
kemampuan nornal saja kadang-kadang
menurun apalagi bila kemampuan tenaga
kerja di bawah standar, jauh akan mengalami
penurunan.
p. Absensi tenaga kerja, ketidakhadiran tenaga
kerja mengakibatkan keterlambatan dalam
memahami teknologi pelaksanaan. Misalnya
satu hari sebelum tenaga kerja absen, mereka
melaksanakan pekerjaan galian dan begitu
kembali kerja pekerjaan di lapangan sudah
sampai pada pemasangan pondasi batu,
sehingga tenaga kerja yang bersangkutan pada
saat masuk belum lancar dalam pekerjaan
pemasangan batu dan ini akan menurunkan
produktivitas tenaga kerja.
q. Kurang koordinasi dengan rekan sekerja akan
menghambat kelancaran dalam bekerja,
terutama bekerja dalam suatu tim. Hal ini
disebabkan karena bila ada kekurangjelasan
perintah kerja tidak langsung dikonfirmasikan
dengan rekan sekerja sehingga ada waktu
menunggu bahkan tidak bekerja saat itu hanya
karena tidak ada koordinasi dengan rekan
sekerja.
r. Kurang
tersedianya
tenaga
kerja
menyebabkan pekerjaan yang seharusnya
dapat diselesaikan lebih cepat akan terhambat
apalagi saat kerja lembur biasanya
membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak
karena volume pekerjaan bertambah.
s. Kurang tersedianya perlengkapan, saat kerja
lembur akan dilaksanakan peralatan yang
digunakan (misalnya beton molen) belum
datang atau tidak tersedianya perlengkapan

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 12 No. 3 Desember 2007: 150-159

sehingga tidak dapat melaksanakan pekerjaan


dan akhirnya menurunkan produktivitas.
t. Gaji atau upah, atau bonus yang diberikan bila
diberlakukan kerja lembur tidak sebanding
dengan volume pekerjaan yang harus
diselesaikan atau upah yang diberikan di
bawah aturan yang berlaku, maka akan
menurunkan produktivitas tenaga kerja. Hal
ini disebabkan pekerjaan yang dilakukan pada
saat kerja lembur memerlukan waktu di luar
jam kerja, yang semestinya waktu tersebut
bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang
lainnya tetapi digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
u. Pekerja langsung versus pekerja borongan,
tenaga kerja borongan saat kerja lembur
memiliki produktivitas tenaga kerja lebih
besar dibandingkan dengan tenaga kerja
langsung. Hal ini disebabkan tenaga kerja
borongan telah terbiasa dalam pekerjaan yang
relatif terbatas lingkup dan jenisnya, ditambah
lagi prosedur dan kerja sama telah dikuasi dan
terjalin lama antara para pekerja maupun
penyelia. Namun demikian dari segi biaya
kemungkinan tenaga kerja borongan lebih
besar dari tenaga kerja langsung karena ada
biaya
overhead
dari
perusahaan
subkontraktor.
v. Komposisi kelompok kerja yang tidak
sebanding akan menurunkan produktivitas
tenaga kerja, karena rentang kendali seorang
penyelia terhadap tenaga kerja semakin luas
dan tidak terkontrol.
w. Besar/ kecil pekerjaan proyek dinyatakan
dalam jam-orang. Semakin besar proyek
semakin banyak jumlah jam-orang. Hal ini
menyebabkan lingkup kerja per tenaga kerja
semakin sempit dan kurang leluasa dalam
bekerja, sehingga menyebabkan penurunan
produktivitas tenaga kerja.
x. Kelembaban, debu, bekerja dalam kondisi
berdebu, kelembaban udara yang kurang
nyaman akan lebih mudah lelah dan
menjemukan bagi pekerja, terutama bagi
pekerja yang memiliki alergi untuk kondisi
tersebut, sehingga dengan kondisi tersebut
akan menurunkan produktivitas tenaga kerja.
y. Pengawasan yang sangat ketat saat kerja
lembur memang perlu dilakukan supaya
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan baik,
tetapi bagi tenaga kerja sendiri kadang merasa

tidak nyaman sehingga mereka seakan bekerja


giat tetapi hasil yang dicapai tidak maksimal.
z. Jumlah tenaga kerja lebih banyak dari
pekerjaannya, saat kerja lembur bila jumlah
tenaga lebih banyak dari pekerjaannya akan
menurunkan produktivitas karena dengan
jumlah tenaga yang banyak pekerjaan yang
diselesaikan sedikit, membuat setiap tenaga
kerja akan menyelesaikan volume pekerjaan
yang lebih sedikit dan cenderung oleh tenaga
kerja pekerjaan itu diperlambat. Selain itu
karena dalam lokasi proyek tempat sejumlah
tenaga kerja bekerja selalu ada kesibukkan
manusia, gerakan peralatan serta kebisingan
yang menyertai. Sehingga makin tinggi
jumlah tenaga kerja per area atau makin luas
per tenaga kerja maka makin sibuk kegiatan
per area. Akhirnya akan mencapai titik
dimana kelancaran pekerjaan terganggu dan
mengakibatkan
penurunan
produktivitas
tenaga kerja.
Hasil analisis uji korelasi dan regresi hubungan
penurunan produktivitas tukang batu dengan jam
lembur diuraikan sebagai berikut :
a. Untuk satu tim waktu kerja
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
program SPSS metoda korelasi mengatakan
bahwa antara penurunan produktivitas tukang
batu (= faktor y, yaitu sebagai variable tidak
bebas) dengan jam lembur (= faktor x, yaitu
sebagai variabel bebas) mempunyai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,998. Karena koefisien
korelasi memiliki harga mendekati +1, maka
dapat diartikan bahwa terdapat tingkat
pengaruh yang kuat antara hubungan
penurunan produktivitas tukang batu untuk
satu tim waktu kerja dengan jam lembur.
Persamaan regresi, persamaan ini untuk
menyatakan pengaruh lembur terhadap
penurunan produktivitas tukang batu satu tim
waktu kerja dengan menggunakan program
SPSS diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut : Y = -0,833 + 0,413X, dari hasil
persamaan tersebut diketahui bahwa antara
variabel y yaitu penurunan produktivitas
produktivitas tukang batu dan variabel x yaitu
jam lembur terdapat pengaruh positif. Hal ini
dapat dilihat dari koefisien regresi (b) yang
positif. Artinya bila jam lembur bertambah

ANALISIS KERJA LEMBUR DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU (Abriyani Sulistyawan )

157

banyak maka penurunan produktivitas tukang


batu bertambah sebaliknya bila jam lembur
berkurang maka penurunan produktivitas
tukang batu berkurang.
Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi
dan regresi menunjukkan hubungan yang
signifikan, maka dilakukan pengujian
signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
program SPSS, dari perhitungan diperoleh
hasil uji signifikan (sig T) sebesar 0. Karena
harga sig T<0,05, maka dapat disimpulkan
koefisien korelasi dan regresi adalah
signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal
ini mempunyai arti bahwa hipotesa yang
menyatakan terdapat pengaruh positif antara
kerja lembur dengan penurunan produktivitas
tukang batu terbukti. Regresi antara
penurunan produktivitas tukang batu satu tim
waktu kerja dengan jam lembur dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Regresi antara penurunan


produktivitas satu tim waktu kerja dengan
jam lembur
b. Dua tim waktu kerja
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
program SPSS metoda korelasi mengatakan
bahwa antara penurunan produktivitas tukang
batu (= faktor y, yaitu sebagai variabel tidak
bebas) dengan jam lembur (= faktor x, yaitu
sebagai variabel bebas) mempunyai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,991. Karena koefisien
korelasi memiliki harga mendekati +1, maka
dapat diartikan bahwa terdapat tingkat
pengaruh yang kuat antara hubungan
penurunan produktivitas tukang batu untuk
dua tim waktu kerja dengan jam lembur.
Persamaan regresi, persamaan ini untuk
menyatakan pengaruh lembur terhadap
penurunan produktivitas tukang batu dua tim
waktu kerja. Dari hasil perhitungan dengan
158

menggunakan program SPSS diperoleh


persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,325 + 0,408X
Dari hasil persamaan tersebut diketahui
bahwa antara variabel y yaitu penurunan
produktivitas tukang batu dan variabel x yaitu
jam lembur terdapat pengaruh positif. Hal ini
dapat dilihat dari koefisien regresi (b) yang
positif. Artinya bila jam lembur bertambah
banyak maka penurunan produktivitas tukang
batu bertambah sebaliknya bila jam lembur
berkurang maka produktivitas tukang batu
berkurang.
Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi
dan regresi menunjukkan hubungan yang
signifikan, maka dilakukan pengujian
signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
program SPSS, dari perhitungan diperoleh
hasil uji signifikan (sig T) sebesar 0. Karena
harga sig T<0,05, maka dapat disimpulkan
koefisien korelasi dan regresi adalah
signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal
ini mempunyai arti bahwa hipotesa yang
menyatakan terdapat pengaruh positif antara
kerja lembur dengan penurunan roduktivitas
tukang batu terbukti. Regresi antara
penurunan produktivitas tukang batu dua tim
waktu kerja dengan jam lembur dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2. Regresi antara penurunan


produktivitas tukang batu dengan jam
lembur untuk dua tim waktu kerja.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang terkumpul dan setelah
dianalisis, dapatlah disimpulkan sebagai berikut.
Lima faktor penyebab kerja lembur yang berasal
dari pemilik (owner) adalah adanya waktu yang
terbatas sehingga melakukan pekerjaan dengan
crash program, adanya bencana alam, adanya
percepatan pekerjaan, adanya pemendekan

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 12 No. 3 Desember 2007: 150-159

durasi pekerjaan dan adanya perubahan


pekerjaan. Lima faktor penyebab kerja lembur
yang berasal dari kontraktor adalah pekerjaan
yang ada pada lintasan kritis, keterlambatan dari
jadual rencana, kondisi alam, mendekati waktu
penyelesaian proyek dan mengejar prestasi
pekerjaan. Lima faktor yang berpengaruh pada
penurunan produktivitas tukang batu saat kerja
lembur adalah pengaruh cuaca, kondisi fisik
lapangan, ketidak jelasan perintah kerja, kondisi
fisik pekerja dan adanya perubahan pekerjaan.
Rata-rata penurunan produktivitas tukang batu
saat kerja lembur untuk satu tim kerja sebesar
12,99% dan dua tim waktu kerja sebesar
12,01%. Jadi selisih penurunan produktivitas
tukang batu satu tim kerja dengan dua tim kerja
sebesar 0,98%. Persamaan regresi antara
penurunan produktivitas tukang batu dengan jam
lembur untuk satu tim waktu kerja adalah Y = 0,833 + 0,413X. Persamaan regresi antara
penurunan produktivitas tukang batu dengan jam
lembur untuk dua tim waktu kerja adalah Y = 0,325 + 0,408X.
Manajemen proyek merupakan salah satu bagian
penting dalam pelaksanaan proyek apalagi saat
kerja lembur. Untuk itu pihak-pihak yang
berwenang di dalamnya dapat mempersiapkan
dan merencanakan sebaik mungkin untuk
memberlakukan kerja lembur, karena kerja
lembur akan menurunkan produktivitas tenaga
kerja, tetapi bila sesuatu hal akan diberlakukan
kerja lembur sebaiknya tidak lebih dari empat
jam, setelah jam kerja.

DAFTAR PUSTAKA
A Dale Timpe, (2002). Produktivitas, Penerbit
PT Elex Media Komputindo kelompok
Gramedia Jakarta
Anonim, (2006). Analisis Statistik Non
Parametrik SPSS 14, Penerbit Wahana
Komputer Semarang dan Andi Yogyakarta
Halligan, D.W., Demzets, L. A., & Brown, J.D.
(2004). Action Respon Model and Loss of
Productivity in Construction. Journal of
Construction Management in Engineering,
ASCE, 120. (1)
J. Ravianto, (1999). Produktivitsa dan Tenaga
Kerja Indonesia, Penerbit Lembaga Sarana
Informasi dan produktivitas Jakarta
Kezner, H. (1999). Project Management : a
system approach to planning, schedulling,
Conbtrolling (5nd end).ITP
Sekaran, U., (2002). Research Methods for
Business : A Skill Building Approach (2nd
ed)
Suharto, I., (1995) Manajement Proyek : Dari
Konseptual sampai Operasional. Erlangga
Suprananto, J., (2003). Statistik Teori dan
Aplikasi, Edisi kelima, jilid 2, Erlangga,
Jakarta
Thomas, R., Raynar, K.A. (1999, June).
Schedulling
Overtime
and
Labor
Productivity : Quantitative Analysis.
Journal of Construction Engineering and
Management, ASCE, 123 (2)
Thomas, R. (2002). Effects of Scheduled
Overtime on Labor Productivity. Journal
of
Construction
Engineering
and
Management, ASCE, 118 (1)

ANALISIS KERJA LEMBUR DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU (Abriyani Sulistyawan )

159

Anda mungkin juga menyukai