Audit Pengadaan Barang Dan Jasa
Audit Pengadaan Barang Dan Jasa
penggunaan,
pemanfaatan,
pengamanan
dan
pemeliharaan,
penilaian,
Daerah/Institusi
yang
unit
berfungsi
organisasi
melaksanakan
APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi.
8. Penyedia Barang/Jasa
Penyedia barang/jasa adalah badan usaha/orang perseorangan yang kegiatan usahanya
menyediakan barang/layanan jasa.
Beberapa pengertian mengenai cara pelaksanaan berdasarkan jenis pengadaan
barang/jasa pemerintah pemborongan/jasa lainnya dan jasa konsultansi, adalah sebagai
berikut :
1. Pengadaan barang/jasa pemerintah pemborongan/jasa lainnya
Pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan
melalui pelelangan umum, dimana pemilihan penyedia barang/jasa ini dilakukan secara
terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional
dan/atau satu surat kabar provinsi. Selain metoda pelelangan umum, pemilihan penyedia
barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dapat juga dilakukan sebagai berikut:
a) Pelelangan Terbatas
Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas
dan untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas sekurangkurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan
mencantumkan penyedia barang/jasa yang mampu, guna memberi kesempatan kepada
penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi
b) Pemilihan langsung
Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari
segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan
metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga)
penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet;
c) Penunjukan langsung
Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa
dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga
yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria penunjukan
langsung dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan khusus yang ditentukan dalam
Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 telah mengalami perubahan
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007
(sampai dengan 20 Oktober 2008).
2. Pengadaan jasa konsultansi
Pemilihan penyedia jasa konsultansi pada prinsipnya harus dilakukan melalui seleksi
umum. Seleksi umum merupakan metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi yang
daftar pendek (short-list) pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi yang
diumumkan secara luas sekurangkurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu
surat kabar provinsi. Selain metoda seleksi umum, pemilihan penyedia jasa konsultansi
dapat juga dilakukan sebagai berikut :
a) Seleksi terbatas
Merupakan metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang
kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan
tersebut jumlahnya terbatas, dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu
surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan
penyedia jasa yang mampu guna memberikan kesempatan kepada penyedia jasa
lainnya yang memenuhi kualifikasi
b) Seleksi langsung
Dalam hal metoda seleksi umum atau seleksi terbatas dinilai tidak efisien dari segi
biaya seleksi, maka pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan
seleksi langsung, yaitu: metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar
pendek pesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasi terhadap penyedia jasa
konsultansi yang dipilih langsung dan diumumkan sekurang-kurangnya di papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum dan diupayakan diumumkan di website
pengadaan nasional;
c) Penunjukan langsung
Dalam keadaan tertentu dan khusus, pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat
dilakukan dengan menunjuk satu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasi
dan dilakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya sehingga diperoleh biaya
yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria penunjukan
langsung dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan khusus yang ditentukan dalam
Keppres No. 80 Tahun 2003 telah mengalami perubahan beberapa kali, terakhir
dengan Perpres No 95 Tahun 2007 (sampai dengan 20 Oktober 2008).
III. Etika dan Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah ada etika yang harus
dipatuhi oleh pelaksana yang mengadakan pengadaan barang/jasa pemerintah, etika tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
2. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan barang/jasa pemerintah yang seharusnya dirahasiakan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan
menghindari terjadinya persaingan tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggugjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan para pihak;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah
(conflict of interest);
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan
untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk member atau menerima
hadiah atau imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat
diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pengadaan barang/jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip yang dipraktikkan secara
internasional yaitu prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak
diskriminasi dan akuntabel. Pengertian masing-masing prinsip tersebut, sebagai berikut:
1. Efisien
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya
dan dapat dipertanggungjawabkan;
2. Efektif
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus sesuai dengan dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan yang
ditetapkan;
3. Terbuka dan bersaing
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang
memenuhi persyaratan, dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara para penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas dan transparan;
4. Transparan
Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah, termasuk
syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, serta penetapan
calon penyedia barang/jasa yang berminat maupun masyarakat luas pada umumnya;
5. Adil/tidak diskriminatif
Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak
mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan/atau
alasan apapun;
6. Akuntabel
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun
manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan
masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip dan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah.
IV. Proses Pengadaan Barang dan Jasa
Proses Pengadaan adalah rangkaian kegiatan untuk mencapai kesepakatan harga dan
kesepakatan lainnya dalam rangka memperoleh layanan jasa konsultansi, layanan jasa
semborongan/barang/jasa lainnya. Secara umum proses pengadaan barang/jasa pemerintah
dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Proses
pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilihat dalam bagan alur pada gambar berikut :
Dari bagan alur tersebut, proses pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dijabarkan secara rinci
berikut ini:
1. Tahap persiapan pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi kegiatan:
a. Perencanaan Pengadaan barang/jasa pemerintah
Perencanaan pengadaan barang /jasa pemerintah merupakan tahap awal kegiatan yang
peranannya sangat strategik dan menentukan. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan
secara detail mengenai hal sebagai berikut:
1) Merencanakan Pemaketan Pekerjaan
2) Merencanakan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
3) Biaya Pengadaan
4) Pelaksana Pengadaan
5) Mengumumkan Paket-Paket Pengadaan
b. Pembentukan Panitia Pengadaan atau Penunjukan Pejabat Pengadaan
Panitia pengadaan/pejabat pengadaan merupakan unsur pelaksana pengadaan yang
personilnya harus memahami tatacara pengadaan, substansi pekerjaan dan bidang lain yang
diperlukan. Panitia pengadaan/pejabat pengadaan diangkat oleh PA/KPA.
c. Penetapan sistem pengadaan yang dilaksanakan penyedia barang/jasa
dengan mempertimbangkan jenis, sifat, dan nilai barang/jasa serta kondisi lokasi,
kepentingan masyarakat dan jumlah penyedia barang/jasa yang ada, panitia/pejabat
pengadaan bersama dengan PPK terlebih dahulu harus menetapkan sistem pengadaan yang
meliputi sebagai berikut:
1) Metode pemilihan penyedia barang/jasa
2) Metode penyampaian dokumen penawaran
3) Metode evaluasi penawaran
4) Jenis Kontrak
d. Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan
Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan disesuaikan dengan waktu yang diperlukan &
memperhatikan alokasi waktu yang diperlukan untuk tiap tahapan proses pengadaan.
Jadwal pengadaan mulai dari pengumuman s/d penunjukan penyedia barang/jasa.
e. Penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS)
Penyusunan HPS oleh panitia/ personel yg memahami dan disahkan oleh PPK dan harus
diperhitungkan penggunaan produksi dalam negeri
f. Penyusunan Dokumen Pengadaan barang/jasa pemerintah
Dokumen pengadaan disiapkan oleh Panitia dan di sahkan oleh PPK. Nilai jaminan
penawaran ditetapkan Panitia (1% - 3%). Dokumen pengadaan untuk penyedia barang/jasa
meliputi undangan, petunjuk/instruksi kepada peserta lelang, syarat umum kontrak, syarat
khusus kontrak, daftar kuantitas dan harga, spesifikasi teknis dan gambar, bentuk
penawaran, bentuk kontrak, bentuk surat jaminan penawaran, bentuk surat jaminan
pelaksanaan dan bentuk surat jaminan uang muka.
Dokumen pengadaan untuk jasa konsultansi terdiri dari:
1) Dokumen pemilihan penyedia jasa yang meliputi :
a) Surat Undangan;
b) KAK yang sudah disetujui PPK;
c) Rencana kerja dan syarat;
d) Konsep kontrak;
2) Dokumen prakualifikasi yang berupa formulir isian yang memuat data administrasi
keuangan, personil dan pengalaman kerja.
2. Tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi kegiatan:
a. Pemilihan penyedia barang/jasa
Pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan
melalui Pelelangan Umum. Selain pelelangan umum, pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah dapat juga dilakukan melalui Pelelangan Terbatas, Pemilihan Langsung dan
Penunjukan Langsung, dengan rincian tahapan sebagai berikut:
1) Pelelangan Umum
a) Pengumuman dan Pendaftaran Peserta;
Panitia/Pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas melalui media cetak,
papan pengumuman resmi dan bila memungkinkan melalui media elektronik.
b) Pasca Kualifikasi dan Prakualifikasi;
Penilaian kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha peserta lelang dilakukan
dengan Pasca Kualifikasi, untuk pekerjaan yang kompleks dapat dilakukan dengan
Prakualifiaksi.
Petunjuk
Perencanaan
Pemeriksaan
Barang/Jasa Pemerintah
Perencanaan pemeriksaan terdiri atas 5 (lima) langkah yaitu:
1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan,
Pengadaan
aktivitas, dan (6) hasil pemeriksaan dan studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan
berkaitan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pemeriksa harus memperoleh informasi tindak lanjut yang telah dilakukan
berkaitan dengan temuan dan rekomendasi yang signifikan dari entitas yang diperiksa
atas pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, pemeriksaan dengan tujuan tertentu
atau studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan berkaitan dengan hal yang diperiksa.
Informasi yang diperoleh digunakan untuk menentukan: (1) periode pemeriksaan
sebelumnya yang harus diperhitungkan, (2) lingkup pekerjaan yang diperlukan untuk
memahami tindak lanjut temuan signifikan, dan (3) pengaruh periode dan lingkup
pekerjaan tersebut terhadap penilaian risiko dan prosedur pemeriksaan dalam
perencanaan pemeriksaan.
Pemahaman pemeriksa atas entitas harus didokumentasikan dalam KKP. Contoh
dokumentasi pemahaman pemeriksa atas entitas dapat dilihat pada Lampiran III.2.
C. Penilaian Resiko dan SPI
Penilaian risiko dan SPI untuk menentukan area-area yang berisiko tinggi yang akan
dijadikan fokus pemeriksaan. Langkah-langkah dalam penilaian risiko adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi risiko yang dihadapi entitas serta dampak risiko tersebut terhadap
pencapaian tujuan entitas. Langkah ini di dokumentasikan dalam kertas kerja yang dapat
dilihat pada lampiran III.3;
b. Mempertimbangkan pengaruh peraturan perundangan dan risiko kecurangan yang
mungkin terjadi;
c. Memastikan apakah entitas telah memiliki sistem pengendalian yang memadai untuk
mengidentifikasi dan memitigasi risiko-risiko yang tersebut. Jika entitas diketahui
memiliki sistem pengendalian yang lemah, maka pemeriksa dapat: (1) menghentikan
pengujian SPI dan membuat simpulan atas SPI atau (2) melakukan pengujian substantive
dengan memperluas lingkup pemeriksaan dan pengumpulan bukti. Langkah ini di
dokumentasikan dalam kertas kerja yang dapat dilihat pada lampiran III.4.;
d. Menentukan fokus pemeriksaan yang memiliki potensi risiko tinggi untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut setelah mempertimbangkan point a,b,c tersebut di atas yang
berpengaruh terhadap pengadaan barang/jasa pemerintah. Untuk menentukan area kunci,
pemeriksa melakukan penilaian (pemahaman dan pengujian) SPI terhadap potensi risiko
dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara uji petik berdasarkan
tingkat risiko.
pengendalian
Mengidentifikasi
dampak
(pencegahan,
penanggulangan,
penting;
Mempertimbangkan
(3)
dan
pemulihan);
faktor-faktor
(2)
yang
dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah tanggal pekerjaan
lapangan tersebut.
Tanggal penyampaian temuan pemeriksaan tersebut merupakan tanggal laporan hasil
pemeriksaan
ketentuan yang berlaku, informasi rahasia tidak dapat diungkapkan dalam LHP. Namun,
LHP harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan dan ketentuan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut.
Penanggung jawab menyampaikan konsep LHP yang telah dianalisis dan direviu kepada
Tortama/Kalan, termasuk informasi rahasia dan indikasi TPK. Laporan Hasil
Pemeriksaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang merupakan Pemeriksaan Dengan
Tujuan Tertentu terdiri dari:
a. Simpulan Hasil Pemeriksaan atas hal yang diuji dan temuan pemeriksa atas pengujian
bukti-bukti selama pelaksanaan pemeriksaan.
b. Temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan yang mengungkapkan yang
akan mempengaruhi simpulan pemeriksaan.
c. Simpulan mengenai kelemahan SPI yang ditemukan selama proses pemeriksaan
Laporan Hasil Pemeriksaan yang berupa hasil pemeriksaan harus memuat hal-hal berikut:
a. Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan.
Pemeriksa dalam menjalankan tugas pemeriksaannya diwajibkan untuk mengikuti standar
pemeriksaan yang ada. Dalam pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara, pemeriksa
BPK dan/atau yang berkerja untuk dan atas nama BPK berpegang pada SPKN.
b. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan. Suatu laporan hasil pemerikaan harus
memuat tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan. Pemeriksa harus menjelaskan
alasan mengapa suatu entitas diperiksa, apa yang diharapkan tercapai dari pelaksanaan
pemeriksaan, apa yang diperiksa, dan bagaimana cara pemeriksaan itu
dilakukan.
c. Hasil temuan berupa temuan pemeriksaan dan simpulan. Salah satu bagian pokok dari
LHP merupakan temuan pemeriksaan yang merupakan potret kenyataan yang ditemui
pemeriksa dalam melaksanakan suatu pemeriksaan kinerja. Selain itu LHP juga harus
memuat suatu simpulan pemeriksaan.
d. Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan.
Tanggapan tertulis dan resmi harus didapatkan pemeriksa atas temuan, simpulan dan
pemeriksaan.
e. Tindakan perbaikan yang direncanakan entitas. Pemeriksa harus memperoleh tindakan
perbaikan yang direncakan entitas atas temuan dan simpulan pemeriksa. Tindakan
tersebut harus diungkapkan dalam laporan.
f. Pelaporan informasi rahasia bila ada. Berdasarkan ketentuan perundangan
dimungkinkan beberapa informasi yang bersifat rahasia tidak diungkapkan dalam LHP.
2. Perolehan Tanggapan dan Tindakan Perbaikan yang Direncanakan.
Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab selanjutnya dibahas bersama dengan
manajemen entitas yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan dan rencana perbaikan
yang akan dilakukan, secara resmi dan tertulis. Tujuan pembahasan adalah untuk
membicarakan simpulan hasil pemeriksaan secara menyeluruh dan kemungkinan
tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas. Hasil pembahasan
Konsep LHP harus dituangkan dalam Risalah Pembahasan Konsep LHP yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak dan harus didokumentasikan. Pemeriksa harus
meminta tanggapan tertulis dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab dalam
entitas yang diperiksa mengenai temuan dan simpulan serta tindakan perbaikan yang
direncanakan. Dalam hal terdapat temuan yang bersifat kecurangan, pemeriksa
diperkenankan untuk tidak meminta tanggapan dari pejabat entitas yang berwenang
dengan pertimbangan bahwa permintaan tanggapan tersebut akan mengganggu proses
penyidikan di masa yang akan datang dan untuk temuan yang berupa kerugian negara,
pemeriksa harus memasukkan tindakan otomatis dari auditee sebagai tindak lanjut atas
temuan tersebut.
3. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan.
Penyusunan LHP diawali dengan mengevaluasi tanggapan yang berupa suatu janji atau
rencana untuk tindakan perbaikan tidak boleh diterima sebagai alasan untuk
menghilangkan temuan yang signifikan atau simpulan yang diambil. Setelah ada
kesesuaian antara tanggapan dengan konsep LHP, LHP Final yang telah disusun
kemudian direviu dan ditandatangani oleh penanggung jawab dan harus dilengkapi
dengan tanggapan yang berupa tindakan perbaikan yang direncanakan dari pejabat entitas
yang bertanggung jawab.
LHP Final yang telah ditandatangani oleh penanggung jawab didistribusikan kepada
pihak yang secara resmi berkepentingan atau pihak yang telah disepakati sebagai
penerima laporan antara lain:
a. Lembaga Perwakilan: DPR/DPD atau DPRD.
b. Entitas yang diperiksa.
c. Pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut pemeriksaan.
d. Pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima LHP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Pimpinan Departemen/Lembaga Negara yang terkait dengan entitas yang diperiksa.
f. Dan pihak terkait lainnya yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.