Anda di halaman 1dari 3

Geri Putra Perdana 1206254795

Sampling dan Materiality


Landasan Teori
Sampling
Auditor biasanya tidak melakukan audit secara seratus persen, sebagai gantinya
mereka melakukan audit secara sampling, yaitu audit atas pos pos dalam laporan
keuangan yang besarnya kurang dari 100%. Dengan kata lain, audit sampling adalah
audit atas sebagian dari populasi dan menggunakan karakteristik dari sebagian
populasi tersebuy untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh mengenai popuulasi
yang sedang diperiksa.
Audit sampling ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tidak menggunakan
statistik dan menggunakan statistik. Audit samping yang menggunakan statistk adalah
audit yang menggunakan matematika sebbagai sarana untuk menentukn perencanaan,
pemilihan dan evaluasi sampel. Salam hal ini statistik sangat membantu kerana
statistik mengediakan beberapa merode ang dapat digunakan oeh auditor untuk
memilih dan mengunakan sampel sapel tersebut untuk kemudian membuat
kesimpulan yang menyeluruh mengenai populasi yang diaudit.
Pemilihan sampel atau sampling adalah suatu prosesmemperoleh informasi mengenai
populasi secara keseluruhandengan cara menguji hanya sebgaian dari populasi
tersebut. Konsep-konsep pemilihan sampel mencakup hal-hal seperti unit sampling,
atribut, pemilhan secara cak (random), stratifiksi, risiko pemilihan sampel (sampling
risk), tingkat ketepatan (precision) dan tingkat keyakinan (confidence level atau
reliability).
Suatu satuan atau unit sampling adalah unsur (elemen) di dalam populasi yang
memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang akan diukur oleh auditor guna membuat
estimasi mengenai karakteristik seluruh populasi, daftar dari seluruh unit sampling di
dalam populasi disebut frame. Perlu diingat bahwa unsur atau elemen di dalam
populasi itu sendiri mungkin memiliki atau tidak memiliki karakteristik tertentu yang
biasa disebut dengan istilah atribut.
Pemilihan sampel dilakukan setelah auditor mengetahui besarnya sampel yang akan
dipilih dan diperiksa. Biasanya auditor membuat klasifikasi apakah sampel yang telah
dipilihnya tersebut dikembalikan lagi ke populasinya sehingga dapat dipilih kembali
(disebut dengan istilah sampling with replacement) ataukah setiap kali sampel telah
dipili tidak dikembalikan lagi ke populasinya sehinga tidak dapat lagi dipilih kembali
sebagai sampel (disebut dengan istilah sampling without replacement). Apabila
sampel tersebut telah dipilih, maka langkah berikutnya adalah memeriksa sampelsampel yang telah dipilih tersebut untuk selanjutnya dibuat kesimpulan terhadap
seluruh populasi yang diwakili oleh sampel-sampel tersebut.
Dalam pekerjaan audit pada dasarnya terdapat dua metode pemilihan atau penarikan
sampel, yaitu metode pemilihan secara statistik atau stastistical (random) sampling
method dan metode pemilihan tidak secara statistik atau nonstatistical sampling
(judgment) method.

Geri Putra Perdana 1206254795


Materiality
Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan
audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu. FASB
2 (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan materialitas sebagai
berikut: Besarnya nilai penghapusan atau kesalahan penyajian informasi keuangan
yang dalam hubungannya dengan sejumlah situasi yang melingkupinya, membuat hal
itu memiliki kemungkinan besar bahwa pertimbangan yang dibuat oleh seorang yang
mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan
atau kesalahan penyajian tersebut.
Bila definisi FASB dibaca secara seksama akan menunjukkan kesulitan yang dihadapi
oleh para auditor dalam menerapkan prinsip materialitaas ini dalam prakteknya.
Definisi tersebut menekankan kepada para pengguna laporan yang menyandarkan diri
mereka kepada laporan keuangan dalam membuat berbagai keputusan. Oleh sebab itu,
para auditor harus memiliki pengetahuan tentang pihak-pihak yang akan
memanfaatkan laporan keuangan klien mereka serta keputusan-keputusan apakah
yang akan dibuat.
Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian yang material. Jika auditor memutuskan bahwa terdapat suatu
salah saji yang material, maka ia akan menunjukannya pada sang klien sehingga
kesalahan tersebut dapat dikoreksi. Jika sang klien menolak untuk mengoreksi
kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan, maka suatu pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar harus diterbitkan, tergantung pada
tingkat materialitas dari kesalahan penyajian tersebut.
Terdapat lima tahap berurutan yang saling terkait erat satu sama lainnya dalam
penerapan materialitas. Yaitu sebagai berikut:
1. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini kedalam
segmen-segmen
3. Mengestimasi totoal kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen
4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan
5. Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau
pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat meterialitas
Tahap 1 dan 2 dilaksanakan sebagai bagian dari proses perencanaan serta merupakan
topik-topik utama dalam pembhasana materialitas (perencanaan tentang rentang uji
audit). Tahap 3,4 dan 5 dilaksanakan sebagai bagian dari proses evaluasi hasil-hasil
yang diperoleh dari uji-uji audit yang telah dilakukan.
Idealnya, auditor, pada awal masa penugasan audit, terlebih dahulu menetapkan nilai
kesalahan penyajian gabungan dalam laporan keuangan yang menurutnya adalah
material. Pertimbangan ini disebut pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
(preliminary judgment about materiality) karena pertimbangan ini merupakan suatu
pertimbangan profesional dan dapat berubah selama masa penugasan jika ternyata
situasi-situasi yang melingkupinya berubah. Alasan penetapan suatu pertimbangan

Geri Putra Perdana 1206254795


awal tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti
audit yang memadai yang harus dikumpulkan.
Auditor seringkali mengubah kembali pertimbangan awalnya tentnag tingkat
materialitas selama berlangsungnya proses audit. Ketika hal tersebut dilakukan,
pertimbangan yang baru itu disebut revisi atas pertimbangan tentang materialitas.
Alasan-alasan dipergunakannya revisi pertimbangan dapat mencakup karena adanya
perubahan salah satu faktor yang dipergunakan dalam menetukan pertimbangan awal
atau karena adanya kebijaksanaan akibat dari auditor bahwa pertimbangan awal
ternyata bernilai terlalu besar atau terlalu rendah.

Anda mungkin juga menyukai