Landasan Teori Sampling Auditor biasanya tidak melakukan audit secara seratus persen, sebagai gantinya mereka melakukan audit secara sampling, yaitu audit atas pos pos dalam laporan keuangan yang besarnya kurang dari 100%. Dengan kata lain, audit sampling adalah audit atas sebagian dari populasi dan menggunakan karakteristik dari sebagian populasi tersebuy untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh mengenai popuulasi yang sedang diperiksa. Audit sampling ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tidak menggunakan statistik dan menggunakan statistik. Audit samping yang menggunakan statistk adalah audit yang menggunakan matematika sebbagai sarana untuk menentukn perencanaan, pemilihan dan evaluasi sampel. Salam hal ini statistik sangat membantu kerana statistik mengediakan beberapa merode ang dapat digunakan oeh auditor untuk memilih dan mengunakan sampel sapel tersebut untuk kemudian membuat kesimpulan yang menyeluruh mengenai populasi yang diaudit. Pemilihan sampel atau sampling adalah suatu prosesmemperoleh informasi mengenai populasi secara keseluruhandengan cara menguji hanya sebgaian dari populasi tersebut. Konsep-konsep pemilihan sampel mencakup hal-hal seperti unit sampling, atribut, pemilhan secara cak (random), stratifiksi, risiko pemilihan sampel (sampling risk), tingkat ketepatan (precision) dan tingkat keyakinan (confidence level atau reliability). Suatu satuan atau unit sampling adalah unsur (elemen) di dalam populasi yang memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang akan diukur oleh auditor guna membuat estimasi mengenai karakteristik seluruh populasi, daftar dari seluruh unit sampling di dalam populasi disebut frame. Perlu diingat bahwa unsur atau elemen di dalam populasi itu sendiri mungkin memiliki atau tidak memiliki karakteristik tertentu yang biasa disebut dengan istilah atribut. Pemilihan sampel dilakukan setelah auditor mengetahui besarnya sampel yang akan dipilih dan diperiksa. Biasanya auditor membuat klasifikasi apakah sampel yang telah dipilihnya tersebut dikembalikan lagi ke populasinya sehingga dapat dipilih kembali (disebut dengan istilah sampling with replacement) ataukah setiap kali sampel telah dipili tidak dikembalikan lagi ke populasinya sehinga tidak dapat lagi dipilih kembali sebagai sampel (disebut dengan istilah sampling without replacement). Apabila sampel tersebut telah dipilih, maka langkah berikutnya adalah memeriksa sampelsampel yang telah dipilih tersebut untuk selanjutnya dibuat kesimpulan terhadap seluruh populasi yang diwakili oleh sampel-sampel tersebut. Dalam pekerjaan audit pada dasarnya terdapat dua metode pemilihan atau penarikan sampel, yaitu metode pemilihan secara statistik atau stastistical (random) sampling method dan metode pemilihan tidak secara statistik atau nonstatistical sampling (judgment) method.
Geri Putra Perdana 1206254795
Materiality Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu. FASB 2 (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan materialitas sebagai berikut: Besarnya nilai penghapusan atau kesalahan penyajian informasi keuangan yang dalam hubungannya dengan sejumlah situasi yang melingkupinya, membuat hal itu memiliki kemungkinan besar bahwa pertimbangan yang dibuat oleh seorang yang mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau kesalahan penyajian tersebut. Bila definisi FASB dibaca secara seksama akan menunjukkan kesulitan yang dihadapi oleh para auditor dalam menerapkan prinsip materialitaas ini dalam prakteknya. Definisi tersebut menekankan kepada para pengguna laporan yang menyandarkan diri mereka kepada laporan keuangan dalam membuat berbagai keputusan. Oleh sebab itu, para auditor harus memiliki pengetahuan tentang pihak-pihak yang akan memanfaatkan laporan keuangan klien mereka serta keputusan-keputusan apakah yang akan dibuat. Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material. Jika auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji yang material, maka ia akan menunjukannya pada sang klien sehingga kesalahan tersebut dapat dikoreksi. Jika sang klien menolak untuk mengoreksi kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan, maka suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar harus diterbitkan, tergantung pada tingkat materialitas dari kesalahan penyajian tersebut. Terdapat lima tahap berurutan yang saling terkait erat satu sama lainnya dalam penerapan materialitas. Yaitu sebagai berikut: 1. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas 2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini kedalam segmen-segmen 3. Mengestimasi totoal kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen 4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan 5. Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat meterialitas Tahap 1 dan 2 dilaksanakan sebagai bagian dari proses perencanaan serta merupakan topik-topik utama dalam pembhasana materialitas (perencanaan tentang rentang uji audit). Tahap 3,4 dan 5 dilaksanakan sebagai bagian dari proses evaluasi hasil-hasil yang diperoleh dari uji-uji audit yang telah dilakukan. Idealnya, auditor, pada awal masa penugasan audit, terlebih dahulu menetapkan nilai kesalahan penyajian gabungan dalam laporan keuangan yang menurutnya adalah material. Pertimbangan ini disebut pertimbangan awal tentang tingkat materialitas (preliminary judgment about materiality) karena pertimbangan ini merupakan suatu pertimbangan profesional dan dapat berubah selama masa penugasan jika ternyata situasi-situasi yang melingkupinya berubah. Alasan penetapan suatu pertimbangan
Geri Putra Perdana 1206254795
awal tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti audit yang memadai yang harus dikumpulkan. Auditor seringkali mengubah kembali pertimbangan awalnya tentnag tingkat materialitas selama berlangsungnya proses audit. Ketika hal tersebut dilakukan, pertimbangan yang baru itu disebut revisi atas pertimbangan tentang materialitas. Alasan-alasan dipergunakannya revisi pertimbangan dapat mencakup karena adanya perubahan salah satu faktor yang dipergunakan dalam menetukan pertimbangan awal atau karena adanya kebijaksanaan akibat dari auditor bahwa pertimbangan awal ternyata bernilai terlalu besar atau terlalu rendah.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda