PENDAHULUAN
Kata anestesi (pembiusan), berasal dari bahasa Yunani, an yang berarti
tidak, tanpa; dan aesthetos yang berarti persepsi, kemampuan untuk
merasa. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit atau nyeri ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan
pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes pada tahun 1846.
Anestesiologi adalah ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi
untuk menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan
sesudah pembedahaan. Seiring dengan waktu definisi semakin berkembang,
dan terkahir ditegaskan oleh The American Board Of Anesthesiology pada
tahun 1989 mencakup semua kegiatan yang yang meliputi hal-hal berikut
1. Menilai, merancang dan menyiapkan pasien untuk anesthesia
2. Membantu menghilangkan nyeri saat pembedahan, persalinan dan
diagnostik-terapeutik.
3. Memantau dan memperbaiki homeostasis pasien perioperatif dan pasien
dalam keadaan kritis.
4. Mendiagnosa dan mengobati sindroma nyeri
5. Mengelola dan mengajarkan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
6. Mengevaluasi fungsi pernapasan dan mengatasi gangguan pernapasan.
7. Mengajarkan, memberi supervisi dan mengevaluasi penampilan personel
paramedik
dalam
bidang
anestesia,
perawatan
pemapasan
dan
BAB 2
PEMBAHASAN
adalah keadaan tidak sadar yang disertai hilangnya rasa sakit di seluruh tubuh,
melalui pemberian obat - obatan anestesi yang digunakan selama prosedur
pembedahan dan tindakan medis tertentu. Anastesi umum yang sempurna
menghasilkan ketidaksadaran, analgeisa, relaksasi otot tanpa menimbulkan
resiko yang tidak diinginkan dari pasien.
2.2.2 Tujuan
Tujuan dari anastesi umum adalah menghilangkan rasa nyeri pada waktu
pembedahan dan memungkinkan operator melakukan tindakan bedah secara
leluasa. Tujuan anestesi lainnya adalah menghilangkan ingatan (amnesia) dan
membuat tidur (narkosis).
tetapi
jumlahnya
sangat
kecil
sehingga
hampir
tidak
berpengaruh.
b. Ikatan dengan protein plasma
Sebagian besar obat berikatan dengan protein dalam plasma, sehingga
hanya obat yang bebas saja yang berdifusi ke tempat kerjanya. Albumin
berperan terutama mengikat obat yang bersifat netral dan asam.
c. Metabolisme
Sebagian besar obat anastesi dimetabolisme di hepar dan hasil
metabolismenya sebagian besar tidak aktif dan diekskresi melalui ginjal.
Tempat
metabolisme
lain
adalah
paru-paru
(prilokain),
plasma
Flouroksan,
Etil-vinil-eter,
Halotan,
Metoksi-fluran,
depresi
pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat yang tidak
larut dan lambat pada yang larut.
Kadar
alveolus
minimal
(KAM)
atau
MAC
(minimum
alveolar
concentration) ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan
satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50% pasien yang
dilakukan insisi standar. Pada umumnya immobilisasi tercapai pada 95%
pasien, jika kadarnya dinaikkan diatas 30% nilai KAM. Dalam keadaan
seimbang, tekanan parseil zat anestesi dalam alveoli sama dengan tekanan zat
dalam darah dan otak tempat kerja obat.
Konsentrasi uap anestesi dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh:
1. Konsentrasi Inspirasi
Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh,
maka ambilan paru berhenti dan konsentrasi uap inspirasi sama
dengan alveoli. Hal ini dalam praktek tak pernah terjadi. Induksi makin
cepat kalau konsentrasi makin tinggi, asalkan tak terjadi depresi napas
atau kejang laring. Induksi makin cepat juga disertai oleh N 2O (efek gas
kedua).
2. Ventilasi Alveolar
Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi dan
sebaliknya.
3. Koefisien Darah/Gas
Makin tinggi ankatannya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah
konsentrasi dalam alveoli dan sebaliknya.
4. Curah Jantung atau Aliran Darah Paru
Makin tinggi curah jantung, makin cepat uap diambil darah.
5. Hubungan Ventilasi-Perfusi
Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestetik.
Jumlah uap dalam mesin anestesi bukan merupakan gambaran yang
sebenarnya, karena sebagian uap tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi
atau ke atmosfer sekitar sebelum mencapai pernapasan.
Sebagian besar gas anestetik dikeluarkan lagi oleh badan lewat paru.
Sebagian lagi dimetabolisir oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450.
Sisa metabolisme yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal.
1. Halotan
Halotan (floutan) bukan turunan eter, melainkan turunan etan. Cairan
tidak berwarna, tidak mudah terbakar serta baunya yang enak dan tak
6
merangsang jalan napas, sehingga aman dan sering digunakan sebagai induksi
anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan harus disimpan dalam botol gelap
(coklat tua) supaya tidak dirusak oleh cahaya dan diawetkan oleh timol 0,01%.
A. Efek Farmakologi
1. Terhadap susunan saraf pusat
Halotan menimbulkan depresi pada sistem saraf pusat di semua
komponen otak. Depresi di pusat kesadaran akan menimbulkan efek hipnotik,
depresi pada pusat sensorik menimbulkan khasiat analgesia dan depresi
pada pusat motorik akan menimbulkan relaksasi otot. Tingkat depresinya
tergantung dari dosis yang diberikan.
Terhadap pembuluh darah otak, halotan menyebabkan vasodilatasi,
sehingga aliran darah otak meningkat, yang sulit dikendalikan dengan teknik
hiperventilasi, dan hal ini menyebabkan tekanan intrakranial meningkat, dan
oleh karena itu tidak dipilih untuk anestesi pada kraniotomi.
2. Terhadap sistem kardiovaskuler
Halotan menimbulkan depresi langsung pada S-A Node dan otot
jantung, relaksasi otot polos dan inhibisi baroreseptor. Keadaan ini akan
menyebabkan hipotensi yang derajatnya tergantung dari dosis dan adanya
interaksi dengan obat lain, misalnya dengan tubokurarin.
Gangguan irama jantung sering kali terjadi, seperti bradikardi,
ekstrasistol ventrikel, takikatrdi ventrikel, bahkan bisa terjadi fibrilasi ventrikel.
Hal ini disebabkan karena peningkatan eksitagen maupun eksogen serta
adanya retensi CO2.
Kombinasi dengan adrenalin sering menyebabkan disritmia, sehingga
penggunaan adrenalin harus di batasi. Adrenalin dianjurkan dengan
pengenceran 1:200,000 (5ug/ml) dan maksimal penggunaannya 2ug/kg.
Batas keamanan halotan terhadap kardiovaskuler sangat sempit,
maksudnya, konsentrasi obat untuk mencapai efek farmakologi yang
diharapkan sangat dekat dengan efek depresinya.
Terhadap sistem respirasi
sangat cepat asal pasien tidak mengalami depresi nafas. Produk metabolit
enfluran berupa fluorida organik dan anorganik.
B. Efek Farmakologi
1. Terhadap susunan saraf pusat
Pada dosis tinggi menimbulkan twitching (tonik-klonik) pada otot
muka dan anggota gerak. Hal ini terutama dapat terjadi bila pasien
mengalami hipokapnea. Kejadian ini bisa dihindari dengan mengurangi dosis
obat dan mencegah terjadinya hipokapnea. Dalam jumlah presetasi yag kecil
pada pasien ormal, pengunaan enfluran menimbulkan adanya pembentuka
pola EEG yang menyerupai tanda epilepsy. Bukti klinik perubahan EEG yang
abnormal tampaknya meragukan, terutama karena lebih jarang disbanding
dengan pasien epilepsi. Karena itu, lebih baik menghindari penggunaan pada
pasien epilepsy. Walaupun menimbulkan vasodilatasi serebral, tetapi pada
dosis kecil dapat dipergunakan untuk operasi intrakranial karena tidak
menimbulkan
peningkatan
tekanan
intrakranial.
Dibandingkan
dengan
tingkat plasma
fluoride
anorganik bersifat
11
12
mendepresi
miokardium
dan
sedikit
vasodilatasi.
Ethrane
13
B. Efek Farmakologi
Terhadap susunan saraf pusat
Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan dosis yang diberikan.
Isofluran tidak menimbulkan kelainan EEG seperti yang ditimbulkan oleh
enfluran. Pada dosis anestesi tidak menimbulkan vasodilatasi dan
perubahan sirkulasi serebrum serta mekanisme autoregulasi aliran darah
otak tetap stabil Efek terhadap SSP adalah saat konsentrasi lebih besar
dari 1 MAC, isofluran dapat meningkatkan TIK, namun menurunkan
kebutuhan oksigen.
2.
14
Terhadap ginjal
Pada dosis anestesi, isofluran menurunkan aliran darah ginjal dan laju
fitrasi glomerulus sehingga produksi urin berkurang, akan tetapi masih
dalam batas normal.
4.
5.
Terhadap hati
Isofluran tidak menimbulkan perubahan fungsi hati. Sampai saat ini
belum ada laporan hasil penelitian yang menyatakan bahwa isofluran
hepatotoksik.
C. Penggunaan Klinik
Sama seperti halotan dan enfluren, isofluran digunakan terutama
sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan anestesi umum. Disamping
efek hipnotik, juga mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi ringan.
Untuk mengubah cairan isofluran menjadi uap, diperlukan alat
penguap (vaporizer) khusus isofluran.
D. Dosis
a. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah
2-3% bersama-sama dengan N2O.
b. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya
berkisar antara 1-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara
0,5-1%.
E. Kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi yang unik. Hati-hati pada hipovolemik berat.
F. Keuntungan Dan Kelemahan
15
16
pada
pasien
yang
sensitif
terhadap
drug
induced
5. Sevoflurane
Adalah
obat
anestesi
inhalasi
berbentuk
cairan
yang
mudah
salivasi
meningkat,
gangguan
respirasi,
hypertensi
hypoxia,
apnoe,
leukositosis,
ventriculer
extrasystole,
anestesi
berubah
dengan
cepat,
segera
setelah
sebanyak 2%, kelarutan darah / gas yang rendah (0,68) menghasilkan induksi
dan recovery yang cepat, karena bau yang enak maka jadi pilihan induksi
untuk pasien anak dan dewasa.
6. N2O
N2O adalah anestesi lemah dan harus diberikan dengan konsentrasi
besar (lebih dari 65%) agar efektif. Paling sedikit 20% atau 30% oksigen
harus diberikan sebagai campuran, karena konsentrasi N 2O lebih besar dari
70-80% dapat menyebabkan hipoksia. N 2O tidak dapat menghasilkan
anestesia yang adekuat kecuali dikombinasikan dengan zat anestesi yang
lain, meskipun demikian, karakteristik tertentu membuatnya menjadi zat
anestesi yang menarik, yaitu koefisien partisi darah / gas yang rendah, efek
analgesi pada konsentrasi subanestetik, kecilnya efek kardiovaskuler yang
bermakna klinis, toksisitasnya minimal dan tidak mengiritasi jalan napas
sehingga ditoleransi baik untuk induksi dengan masker.
Nitrous oksida ditemukan oleh Priestley pada tahun 1772, kemudian
pada tahun 1779, oleh Humphrey Davy menyatakan bahwa N 2O mempunyai
efek anestesia. Pada tahun 1844 Cotton dan Wells mempergunakannya
dalam praktik klinik. Nitrous oksida lebih populer dengan nama gas gelak.
N2O adalah satu-satunya gas inorganik yang masih dipakai dalam praktek
anestesia.
Efek anestesi N2O dan zat anestesi lain bersifat additif, sehingga
pemberian N2O dapat secara substansial mengurangi jumlah zat anestesi lain
yang
seharusnya
digunakan.
Pemberian
N 2O
akan
menyebabkan
peningkatan konsentrasi alveolar dari zat anestesi lain dengan cepat, oleh
karana sifat efek gas kedua dan efek konsentrasi dari N 2O. Efek
konsentrasi terjadi saat gas diberikan dengan konsentrasi tinggi. Semakin
tinggi konsentrasi gas diinhalasi, maka semakin cepat peningkatan tekanan
arterial gas tersebut. Seorang pasien menerima 70-75% N 2O akan menyerap
sampai 1.000 ml/menit N2O saat fase awal induksi. Pemindahan volume N 2O
dari paru ke darah, menyebabkan aliran gas segar seperti disedot masuk dari
mesin anestesi ke dalam paru-paru, sehingga meningkatkan laju gas lain.
Pasien menerima hanya 10-25% N2O, pengambilan N2O oleh darah hanya
150 ml/menit, hal ini tidak menghasilkan perubahan yang signifikan pada laju
penyerapan agen/gas lain. Efek gas kedua terjadi saat agen inhalasi kedua
diberikan bersama dengan N 2O. Efek ini berkaitan dengan pengambilan N 2O
20
yang cepat, sekitar 1.000 ml/menit saat induksi anestesi. Pengambilan cepat
volume N2O yang besar, menimbulkan suatu keadaan vakum di alveolus,
sehingga memaksa lebih banyak gas segar (N 2O bersama dengan agen
inhalasi lain) masuk ke dalam paru-paru.
MAC bangun N2O adalah 65% diatas konsentrasi tersebut pasien tidak
sadar atau lupa terhadap tindakan pembedahan. Analgesia yang dihasilakan
oleh 50% N2O kira-kira sama dengan 10 mg morfin.
1. Kemasan Dan Sifat Fisik
N2O dibuat dengan cara mereaksikan besi (Fe) dengan asam nitrat,
terbentuk nitrit oksida (NO), kemudian bereaksi kemablidngan besi sehingga
terbentuk N2O. Secara komersial, N2O dihasilkan dari pemanasan kristal
amonium nitrat pada suhu 240oC dan akan terurai menjadi N2O dan H2O,
dimana gas yang dihasilkan ditampung, dipurifikasi dan dekompresi ke dalam
silinder metal warna biru pada tekanan 51 atm.
N2O merupakan gas yang tidak bewarna, berbau harum manis, tidak
bersifat iritasi, tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak tetapi
membantu proses kebakaran akibat gas lain meskipun tidak ada oksigen.
N2O mempunyai berat molekul 44, titik didih 89 oC dan umumnya disimpan
dalam bentuk cair serta tekanan kritis 71,7 atm, suhu kritis 36,5 oC, berat jenis
1,5 (udara 1). N2O tidak bereaksi dengan soda lime, obat anestesi lain dan
bagian metal peralatan tetapi bisa meresap dan berdifusi melalui peralatan
dari karet. Kelarutan N2O 15 kali lebih larut dibandingkan dengan oksigen,
mempunyai koefisien partisi darah / gas 0,47 dan koefisen partisi darah / otak
1,0.
2. Absorpsi, Distribusi Dan Eliminasi
Absorbsi dan eliminasi nitrous oksida relatif lebih cepat dibandingkan
dengan obat anestesi inhalasi lainnya, hal ini terutama disebabkan oleh
koefisien partisi gas darah yang rendah dari N 2O. total ambilan N2O oleh
tubuh manusia diteliti oleh Severinghause. Pada menit pertama, N 2O (75%)
dengan cepat akan diabsorbsi kira-kira 1.000 ml/menit. Setelah 5 menit,
tingkat absorbsi turun menjadi 600 ml/menit, setelah 10 menit turun menjadi
350 ml/menit dan setelah 50 menit tingkat absorbsinya kira-kira 100 ml/menit,
kemudian pelan-pelan menurun dan akhirnya mencapi nol. Konsentrasi N 2O
21
3. Efek Farmakologi
Terhadap susunan saraf pusat
Berkhasiat analgesia dan tidak mempunyai khasiat hipnotik.
Khasiat analgesianya relatif lemah akibat kombinasinya dengan
oksigen. Pada konsentrasi 25% N2O menyebabkan sedasi ringan.
Peningkatan konsentrasi menyebabkan penurunan sensasi perasaan
khusus seperti ketajaman, penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan
diikuti
penurunan
respon
sensasi
somatik
seperti
sentuhan,
tanpa
meningkatkan
resiko
terjadinya
spasme
bronkus.
lebih
disebabkan
karena
efek
sedasi
dan
hilangnya
ketegangan.
Terhadap sistem gastrointestinal
N2O tidak mempengaruhi tonus dan motilitas saluran cerna.
Distensi dapat terjadi akibat masuknya N 2O ke dalam lumen usus.
Pada gangguan fungsi hepar, N2O tetap dapat digunakan.
Terhadap ginjal
N2O tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada ginjal
maupun pada komposisi urin.
Terhadap otot rangka
N2O tidak menyebabkan relaksasi otot rangka. Karena tonus
otot tetap tidak berubah sehingga dalam penggunaannya mutlak
memerlukan obat pelumpuh otot.
Terhadap uterus dan kehamilan
Kontraksi uterus tidak terpengaruh baik pada kekuatan maupun
frekuensinya. N2O melewati barrier plasenta dengan mudah masuk ke
dalam sirkulasi fetus yang dapat mengakibatkan konsentrasi O 2 di
darah fetus turun dengan drastis bila kurang dari 20% O 2 diberikan
bersama dengan N2O. kehamilan bukan merupakan kontra indikasi
penggunaan N2O O2 sebagai sedasi inhalasi.
Terhadap sistem hematopoietic
Dilaporkan pada pemakaian jangka panjang secara terus
menerus lebih dari 24 jam bisa menimbulkan depresi pada fungsi
hemato-poietik. Anemia megaloblastik sebagai salah satu efek
samping pada pemakaian nitrous oksida jangka lama.
4. Penggunaan Klinik
Dalam praktik anestesia, N2O digunakan sebagai obat dasar dari
anestesia umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan oksigen dengan
24
oksigen,
tetapi
yang
dialirkan
justru
N 2O.
pada
saat
megurangi
resiko
kecelakaan
dalam
penggunaan
N 2O,
Nitrous
Oksida
Halotan
Enfluran
Isofluran
Desfluran
Sevofluran
44
197
184
184
168
200
-68
50-50,2
56,6
48,5
22,8-23,5
58,5
5200
243-244
172-174,5
238-240
669-673
160-170
Bau
Manis
Organik
Eter
Eter
Eter
Eter
Turunan eter
Bukan
Bukan
Ya
Ya
Ya
Ya
Pengawet
Perlu
0,47
2,4
1,9
1,4
0,42
0,65
Stabil
Tidak
Stabil
Stabil
Stabil
Tidak
104-105
0,75
1,63-1,70
1,15-1,20
6,0-6,6
1,80-2,0
Koef. Partisi
darah/gas
Dengan
kapur soda
40oC
MAC 37oC
usia 30-55
tahun
(tekanan 760
mmHg)
26
Anestetik
inhalasi
CO
Nitrous
Oksida
0
Halotan
Enfluran
-*
--*
Isofluran/
Desfluran
0
HR
++*
BP
-*
--*
--*
--
Kontraktilitas
-*
---*
--*
--*
--
SVR
--
PVR
TIK
++
++
CBF
++
Kejang
Aliran Darah
Hepar
RR
--
--
++
++
VT
PaCO2
++
Sevofluran
0
27
1. Thiopental
kesadaran.
Beberapa
jenis
barbiturat
seperti
thiopental,
thiobarbiturates,
sedangan
methohexital
(Brevital)
adalah
boleh disimpan.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
adalah segera suntikan obat anestesia lokal isobarik atau hipobarik ke dalam
jaringan yang mengalami ekstravasasi.
Keuntungan dan kerugian
Keuntungan penggunaan tiopental adalah induksi mudah dan cepat, tidak
ada delirium, masa pemulihan cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas,
sedangkan kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan,
depresi kardiovaskular, cenderung menyebabkan spasme laring, relaksasi
otot perut kurang.
Efek samping. Larutan ini sangat alkalis dengan pH 10 11, sehingga
suntikan keluar vena akan menimbulkan nyeri hebat apalagi masuk ke arteri
akan menyebabkan vasokonstriksi dan nekrosis jaringan sekitar
2. Propofol
Waktu
paruh
24-72
jam.
Dosis
induksi
cepat
menimbulkan sedasi (30-45 detik) dengan durasi berkisar antara 20-75 menit
tergantung dosis dan redistribusi dari sistem saraf pusat. Sebagian besar
propofol terikat dengan albumin (96-97%). Setelah pemberian bolus intravena,
konsentrasi dalam plasma berkurang dengan cepat dalam 10 menit pertama
(waktu paruh 1-3 menit) kemudian diikuti bersihan lebih lambat dalam 3-4 jam
(waktu paruh 20-30 menit). Kedua fase ini menunjukkan distribusi dari plasma
dan ambilan oleh jaringan yang cepat.
Metabolisme terjadi di hepar melalui konjugasi oleh konjugasi oleh
glukoronida dan sulfat untuk membentuk metabolit inaktif yang larut air yang
kemudian diekskresi melalui urin (6). Eliminasi propofol sensitif terhadap
30
perubahan aliran darah hepar namun tidak dipengaruhi oleh ikatan protein
ataupun aktivitas enzim. Propofol diketahui menghambat metabolisme obat oleh
sitokrom p450 oleh karena itu dapat menyebabkan perlambatan klirens dan
durasi yang memanjang pada pemberian bersama dengan fentanyl, alfentanil
dan propanolol.
Farmakodinamik. Propofol adalah modulator selektif dari reseptor gamma
amino butiric acid (GABAA) dan tidak terlihat memodulasi saluran ion ligand
lainnya pada konsentrasi yang relevan secara klinis. Propofol memberikan efek
sedatif hipnotik melalui interaksi reseptor GABAA. GABA adalah neurotransmiter
penghambat utama dalam susunan saraf pusat. Ketika reseptor GABAA
diaktifkan, maka konduksi klorida transmembran akan meningkat, mengakibatkan
hiperpolarisasi membran sel postsinap dan hambatan fungsional dari neuron
postsinap. Interaksi propofol dengan komponen spesifik reseptor GABAA terlihat
mampu meningkatkan laju disosiasi dari penghambat neurotransmiter, dan juga
mampu meningkatkan lama waktu dari pembukaan klorida yang diaktifkan oleh
GABA dengan menghasilkan hiperpolarisasi dari membran sel.
Pada sistem saraf pusat, dosis induksi menyebabkan pasien kehilangan
kesadaran dengan cepat akibat ambilan obat lipofilik yang cepat oleh SSP,
dimana dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai
efek analgetik. Pada pemberian dosis induksi (2mg/kgBB) pemulihan kesadaran
berlangsung cepat. Dapat menyebabkan perubahan mood tapi tidak sehebat
thiopental. Propofol dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke otak dan
konsumsi oksigen otak sehingga dapat menurunkan tekanan intrakranial dan
tekanan intraokular sebanyak 35%.
Pada sistem kardiovaskuler,Induksi bolus 2-2,5mg/kg dapat menyebabkan
depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun. Hal ini
disebabkan oleh efek dari propofol yang menurunkan resistensi vaskular sistemik
sebanyak 30%. Namun penurunan tekanan darah biasanya tidak disertai
peningkatan denyut nadi. Pernafasan spontan (dibanding nafas kendali) serta
pemberian drip melalui infus (dibandingkan dengan pemberian melalui bolus)
mengurangi depresi jantung. Sedangkan usia berbanding lurus dengan efek
depresi jantung.
Pada Sistem pernafasa, apnoe paling banyak didapatkan pada pemberian
propofol dibanding obat intravena lainnya. Umumnya berlangsung selama 30
31
pasien
mengalami
agitasi.
Selain
itu,
ketamin
menyebabkan
aktivitas saraf simpatis yang meningkat dan depresi baroreseptor. Efek ini dapat
dicegah dengan pemberian premedikasi opioid, hiosine. Namun aritmia jarang
terjadi.
Sistem pernafasan. Depresi pernafasan kecil sekali dan hanya sementara,
kecuali
dosis
terlalu
besar
dan
adanya
obat-obat
depressan
sebagai
4.
Opioid
Opioid bertindak sebagai suatu agonis pada sterotipik reseptor opioid di
neuron presinaptik dan postsinaptik sistem saraf pusat/SSP (terutama di batang
otak dan sumsum tulang belakang/spinal cord) serta di luar SSP pada jaringan
periferal. Efek utama aktivasi reseptor opioid adalah menurunkan neurotransmisi.
Penurunan neurotrasnmisi ini dapat terjadi karena adanya penghambatan
pelepasan neurotransmiter presinaptik (acetylcholine, dopamine, norepinephrine,
substance P), dan terkadang juga terjadi penghambatan bangkitan aktivitas di
post-synaptic.
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dosis
tinggi. Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan
untuk induksi pasien dengan kelainan jantung. Fentanil mempunyai potensi 1000
kali lebih kuat dibandingkan dibanding petidin dan 50-100 kali lebih kuat dari
morfin. Mulai kerjanya cepat dan masa kerjanya pendek. Untuk anestesia opioid
digunakan fentanil dosis analgesia, 1-2 g/kgBB diberikan intramuskuler. Untuk
induksi anestesia 100-200 g/kgBB intravena. Untuk suplemen analgesia 1-2
g/kgBB diberikan intravena.
a. Morfin
Morfin adalah alkaloid golongan fenantren. Morfin memiliki gugus OH
fenolik dan gugus OH alkoholik. Atom hidrogen pada kedua gugus itu dapat
diganti oleh berbagai gugus membentuk berbagai alkaloid opium.
35
36
(CTZ) di area postrema medula oblongata bukan oleh stimulasi pusat emetik
sendiri.
Morfin berefek langsung ke saluran cerna bukan memalui SSP. Morfin
menghambat sekresi HCl secara lemah, menyebabkan pergerakan lambung
berkurang, sehingga pergerakan isi lambung ke duodenum diperlambat.
Morfin juga mengurangi sekresi empedu dan pankreas, dan memperlambat
pencernaan makanan diusus halus. Diusus besar morfin mengurangi atau
menghilangkan gerakan propulsi usus besar, meninggikan tonus usus besar
dan menyebabkan spasme usus besar akibatanya penerusan isi kolon
menjadi lambat dan tinja menjadi keras. Morfin menyebabkan peningkatan
tekanan dalam duktus koledokus daan efek ini dapat menetap dalam 2 jam
keadaan ini disertai dengan perasaan tidak enak di epigastrium sampai nyeri
kolik berat. Dosis terapi morfin tidak berpengaruh ke kardiovaskular,
perubahan kardiovaskular terjadi akibat efek depresi pada pusat vagus dan
pusat vasomotor yang baru terjadi pada dosis toksik. Yang mungkin dialami
pasien adalah hipotensi orthostatik dan dapat jatuh pingsan akibat
vasodilatasi perifer yang terjadi karena efek langsung terhadap pembuluh
darah kecil. Morfin merendahkan tonus uterus pada masa haid dan
menyebabkan uterus lebih tahan terhadap renggangan oleh karena itulah
morfin digunakan untuk obat dismenore. Karena pelepasan histamin,
menyebabkan pelebaran pembuluh darah kulit sehingga kulit tampak merah
dan terasa panas, berkeringat, dan kadang gatal-gatal. Setelah pemberian
morfin volume urin berkurang, disebabkan merendahnya laju filtrasi
glomerulus, alir aliran ginjal dan penglepasan ADH.
Dosis dan sediaan. yang biasa digunakan ialah garam HCl, garam sulfat,
atau fosfat alkaloid morfin, dengan sediaan 1 amp 10mg/ml. dosis yang
digunakan 0,1 mg/KgBB. Efektivitas morfin peroral hanya 1/6-1/5 kali morfin
subkutan. Pemberian 60 mg morfin per oral memberi efek analgetik sedikit
lebih lemah dan masa kerja lebih panjang dari pada pemberian 8 mg morfin
IM.
Efek
samping.
Morfin
menyebabkan
idiosinkrasi
dan
alergi
yaitu
c. Fentanyl
Fentanil merupakan obat dari golongan opioid yang banyak digunakan
dalam anestesi, kekuatannya 100 X morfin. Dalam dosis kecil (1g/kgBB, IV)
fentanil memiliki onset dan durasi kerja yang singkat (20-30 menit) dan
menimbulkan efek sedasi sedang. Dalam dosis besar (50-150g/kgBB, IV)
didapatkan sedasi yang dalam serta penurunan kesadaran, dan kadang
didapatkan kekakuan otot dada.
Farmakokinetik. Farmakokinetik fentanil bervariasi pada tiap individu.
Setelah pemberian melalui bolus intravena, konsentrasi plasma turun dengan
39
cepat (waktu paruh distribusi sekitar 13 menit). Waktu paruh berkisar antara
3-4 jam dan dapat memanjang hingga 7-8 jam pada beberapa pasien. (5)
Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya hampir sama dengan
morfin tetapi fraksi terbesar dirusak oleh paru ketika pertama kali
melewatinya. Fentanil dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan
hidroksilasi, metabolit dapat didapatkan di darah dalam 1-2 menit setelah
pemberian. Sisa metabolisme dieksresikan di urin dalam beberapa hari.
Farmakodinamik. Fentanil bekerja pada reseptor spesifik di otak dan
medulla spinalis untuk menurunkan rasa nyeri dan respons emosional
terhadap nyeri. Sistem kardiovaskuler. Kardiovaskular cenderung tidak
mengalami perubahan signifikan setelah pemberian fentanil, namun kadang
dalam dosis besar dapat menyebabkan bradikardi yang memerlukan terapi
atropin. Sistem pernafasan. Seperti analgesik opioid yang lain, fentanil
mendepresi pernafasan bergantung dosis pemberiannya. Efek depresi
pernafasan berlangsung lebih lama dari efek analgesiknya.
Dosis. Fentanil dosis 1-3g/kgBB memiliki efek analgetik yang hanya
berlangsung 30 menit, karena itu hanya digunakan dalam pembedahan dan
tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50-100g digunakan untuk induksi dan
pemeliharaan anestesi dengan kombinasi dengan benzodiazepine dan
anestetik inhalasi dosis rendah pada bedah jantung selain itu juga dapat
mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH, rennin,
aldosteron dan kortisol.
Efek samping. Efek yang kurang disukai akibat pemberian fentanil adalah
kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian
pelumpuh otot
2.2.6 Obat Pelumpuh Otot
Obat pelumpuh otot merupakan obat yang di gunakan untuk melemaskan atau
merileksasikan otot. Obat pelumpuh otot bukan merupakan obat anestesi, tetapi
obat ini sangat membantu dalam membantu pelaksanaan anestesi umum, antara
lain memudahkan dan mengurangi cidera tindakan laringoskopi dab intubasi
40
trakea serta memberikan relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dan
ventilasi kendali.
A. Fisiologi Transmisi Syaraf Otot
Transmisi rangsang syaraf ke otot terjadi melalui hubungan syaraf otot.
Hubungan ini terdiri atas bagian ujung syaraf motor yang tidak brtlapis mielin
dan membran otot. Ujung syraf motor merupakan gudang pesendian kalsium,
vesikel atau asetil kolin, mitokondria, dan retikulum endoplasmik. Pada
membran otot terdapat reseptor asetilkolin.
Asetilkolin merupakan bahan perangsang syaraf (neurotransmiter) yang
dibuat dalam ujung syaraf motor dan disimpan dalam kantong atau gudang
yang disebut vesikel.Ada 3 bentuk asetilkolin, yaitu bentuk bebas, cadangan
belum siap pakai, dan bentuk siap pakai. Faktor faktor yang mempengaruhi
pelepasan asetilkolin adalah kalsium, magnesium, nutrisi, oksigenasi, suhu,
analgetik lokal, antibiotik golongan aminoglikosida.
Potensial membran ujung syaraf motor terjadi karena membran bersifat
permiabel terhadap ion kalium ekstrasel dari pada natrium. Pada saat
pelepasan asetilkolin (transmiter saraf) yang dipicu oleh kalsium, membran
tersebut menjadi lebih permiabel terhadap ion natrium dan kalsium sehingga
kalsium dan natrium masuk sedangkan kalium keluar sel, maka terjadi reaksi
depolarisasi. Bila depolarisasi ini cukup kuat maka akan diikuti oleh kontraksi
otot. Setelah itu akan terjadi repolarisasi membran ujung syataf motor karena
kerja asetilkolin cepat di hidrolisis oleh asetilkolin-esterase menjadi asetil dan
kolin.
B. Obat Pelumpuh Otot Ada 2 Jenis, yaitu:
1. Depolarisasi
Terjadi karena serabut otot mendapat rangsangan depolarisasi yang menetap
sehingga akhirnya kehilangan respon berkontraksi yang menyebabkan
kelumpuhan. Pulihnya fungsi syaraf otot sangat tergantung pada kemampuan
daya hidrolisis enzim kolinesterase.
2. Hambatan Kompetisi Atau Blok Non Depolarisasi
Terjadi karena aseptor asetilkolon diduduki oleh molekul-molekul obat
pelumpuh otot non depolarisasi sehingga proses depolarisasi membran otot
41
tidak terjadi dan otot menjadi lumpuh(lemas). Pemulihan fungsi syaraf otot
kembali jika molekul obat yang menduduki reseptor asetikolin telah
berkurang, antara lain terjadi karena eliminasi dan atau distribusi. Pemulihan
dapat lebih cepat dibantu dengan memberikan obat antikolineseterase
(neostigmin) yang menyebabkan peningkatan jumlah asetilkolin.
Hambatan Lain:
a. Hambatan fase II atau blok desentisisasi/bifasik (blok ganda).
Disebabkan karena pemberian obat pelumpuh otot depolarisasi yang
berulang-ulang sehingga fase I (depolarisasi ) membran berubah menjadi
fase II (non depolarisasi ). Mekanisme perubahan ini belum diketahui.
Pemberian
suksinil
kolin
hingga
dosis
500
mg
daat
karena
memberikan
penyuntikan
obat
pelumpuh
otot
Dosis awal
Dosis
Durasi
(mg/kg)
rumatan
(menit)
Efek samping
(mg/kg)
Nondepol longacting:
0.40-0.60
0.10
30-60
Histamin
1. D-tubokurarin
0.08-0.12
0.15-0.020
30-60
hipotensi,
0.20-0.40
0.05
40-60
natural
2. Pankuronium
0.05-0.12
0.01-0.015
40-60
Vagolitik,
3. Metakurin
0.02-0.08
0.005-0.010
45-60
takikardi,
4. Pipekuronium
0.15-0.30
0.05
40-60
tensi >
(tubarin)
5. Doksakurium
Histamin
6. Alkurium(alloferin)
hipotensi
+,
-,
Kardiovaskule
r stabil
42
Kardiovaskule
r stabil
Vagolitik,
takikardi
Nondepolintermediat
e acting:
1. Gallamin (flaxedil)
4-6
0.5
30-60
Histamin +,
2. Atrakurium
0.5-0.6
0.1
20-45
hipotensi
(tracrium)
0.1-0.2
0.015-0.02
25-45
Aman
untuk
0.6-1.0
0.10-0.15
30-60
hepar
dan
0.15-0.20
0.02
30-45
ginjal
3. Vekuronium
(norcuron)
4. Rokuroniuim
(esmeron)
5. Cistacuronium
Isomer
atrakurium
Nondepol shortacting:
0.20-0.25
0.05
10-15
Histamin
1. Mivakurium
1.5-2.0
0.3-0.5
15-30
hipotensi
3-10
Lihat teks
+,
(mivacron)
2. Repokuronium
Depol short-acting:
1. Suksinilkolin
1.0
(scolin)
2. Dekametonium
D. Pilihan pelumpuh otot
a. Gangguan faal ginjal
b.
Gangguan faal hati
c.
Miestenia gravis
d.
Bedah singkat
e.
Kasus obstetri
: atrakurium, vekuronium
: atrakurium
: jika dibutuhkan dosis 1/10 atrakurium
: atrakurium, rokkuronium, mivakuronium
: semua dapat digunakan kecuali gallamin
0,04-0,08
mg/kg,
piridostigmin
0,1-0,4
mg/kg,
(otomatik).
Pasien
sering
meronta-ronta,
45
BAB 3
KESIMPULAN
Anestesi umum adalah keadaan tidak sadar yang disertai hilangnya
rasa sakit di seluruh tubuh, melalui pemberian obat-obatan anestesi yang
digunakan selama prosedur pembedahan dan tindakan medis tertentu.
Tujuan utama anestesi yaitu menghilangkan rasa nyeri pada waktu
pembedahan. Tujuan anestesi yang lain adalah menghilangkan ingatan
(amnesia), membuat tidur (narkosis), dan melemaskan otot agar pembedahan
berjalan lebih baik.
Anestesi umum dilakukan dengan obat yang diberikan secara inhalasi
maupun secara parenteral. Obat anestesi inhalasi yang umum digunakan
untuk praktek klinik saat ini ialah N 2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Desfluran
dan Sevofluran. Pada umumnya obat-obat anestesi inhalasi hanya memberi
sedikit efek relaksasi otot, sehingga untuk mencapai relaksasi yang baik
dilakukan dengan menambah obat pelumpuh otot.
Obat pelumpuh otot yang digunakan adalah golongan depolarisasi
(suksinil-kolin
(diasetil-kolin),
dekametonium)
maupun
golongan
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief, SA, et all. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi: edisi kedua. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
2. M. J Neal. Medical Phacmacology at a Glance .Sixth Edition. 2009.
3. Muhiman, Muhardi; M. Roesli Thaib; S. Sunatrio; Ruswan Dahlan,
1989,Anestesiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
4. Omoigui S. Buku Saku Obat-Obatan Anestesia Ed.2. Jakarta: EGC, 1997.
5. Wahjoeningsih, Sri. Panduan Kepaniteraan Klinik. Block Course
Anesthesia and Analgesia Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi FK
Unair/RSU dr. Sutomo.
6. Wirjoatmodjo, Karjadi. Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar untuk
Pendidikan S1 Kedokteran. 1999/2000. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23306/4/Chapter%20II.pdf
8. http://www.google.co.id/search?hl=id&source=hp&q=anastesi+inhalasi+
+steven+jonathan+&gbv=2&oq=anastesi+inhalasi+
+steven+jonathan+&gs_l=heirloom-
47
hp.12...0.0.1.342.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1ac..34.heirloomhp..1.0.0.1LoS0QZew0E
9. http://www.rxlist.com/fluothane-drug/medication-guide.htm
10. http://anesthesiageneral.com/halothane/
48