SPL Bag 1
SPL Bag 1
Si)
C. Indikator
BAB 1
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN MATRIK
A. Pengantar
Dalam bidang kimia, sistem persamaan linear dibutuhkan untuk menyelesaikan
perhitungan terkait dengan prinsip kesetimbangan kimia. Sebagai contohnya, pada proses
penyampuran toluene C7H8 dan nitric acid HNO3 yang menghasilkan trinitrotoluene
C7H5O6N3. Berdasarkan persamaan kimia
7 8 + 3 7 5 6 3 + 2
diperoleh beberapa persamaan linear
untuk
untuk
untuk
untuk
unsur
unsur
unsur
unsur
:
:
:
:
C
H
N
O
7
= 7
8 + = 5 + 2
= 3
3 = 6 +
Keempat persamaan di atas di sebut dengan persamaan linear karena setiap variabelnya
mempunyai pangkat satu, dan bukan merupakan fungsi trigonometri, logaritma maupun
eksponensial. Himpunan dari beberapa persamaan linear yang jumlahnya berhingga disebut
dengan sistem persamaan linear.
Secara umum suatu sistem sebarang dari m persamaan linear dengan n variabel
(faktor yang tidak diketahui) dapat ditulis sebagai
a11x1 + a12x2 + + a1nxn = b1
a21x1 + a22x2 + + a2nxn = b2
a 11
a
21
a m1
a 12
a 22
a m2
a 1n b1
a 2n b 2
a mn b m
hal 2
Dan penyelesaiannya dapat diperoleh dengan melakukan operasi yang sesuai terhadap
matriks ini. Metode yang digunakan adalah
1. metode matriks yang diperbesar
2. metode eliminasi Gauss
3. metode invers matriks
4. aturan Cramer
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai metode matriks yang diperbesar, eliminasi Gauss
dan invers matriks, terlebih dahulu kita bahas mengenai matriks. Untuk metode keempat
akan dibahas pada bab berikutnya, yaitu pada pembahasan determinan.
B. Matriks
Matriks adalah suatu kumpulan data yang disusun menurut baris dan kolom dan
dituliskan di dalam tanda kurung [
a 11
a
A 21
a m1
a 12
a 22
a m2
a 1n
a 2n
a mn
a 11
a
A T 12
a 1n
a 21 a m1
a 22 a m2
a 2n a mn
Suatu matriks A dengan jumlah baris n dan jumlah kolom n disebut matriks
bujursangkar ordo n dan entri a11, a22, , ann disebut sebagai diagonal utama. Jika A
adalah sebuah matriks bujursangkar maka trace dari A, yang dinyatakan sebagai tr(A),
didefinisikan sebagai jumlah entri-entri pada diagonal utama A.
hal 3
1 1 2 9
A3 x 4 = 2 4 3 1 dan B4 x 1 =
3 6 5 0
8
AB = 17
25
1
2
2
1
diperoleh dari
2.1 + 4.2 + (-3).(-2) + 0.1
A 11
A 21
A=
A 12
A 22
dan
B11 B12
B 21 B 22
B=
hal 4
A 11B11 A 12 B 21
A 21B11 A 22 B 21
AB =
A 11B12 A 12 B 22
A 21B12 A 22 B 22
dengan syarat ukuran-ukuran submatriks A dan B sedemikian rupa sehingga operasioperasi yang disebutkan dapat dilakukan.
Metode perkalian matriks yang dipartisi ini disebut sebagai perkalian blok.
a 11x 1 a 12 x 2 ... a 1n x n b 1
a x a x ... a x b
22 2
2n n
21 1
2
a m1 x 1 a m2 x 2 ... a mn x mn b m
Matriks m x 1 pada ruas kiri persamaan dapat ditulis sebagai hasilkali, sehingga kita
memperoleh
a 11
a
21
a m1
a 12
a 22
a m2
a 1n x 1 b 1
a 2n x 2 b 2
a mn x n b m
Jika kita menyebut matriks-matriks di atas masing-masing sebagai A, x dan b, maka sistem
asli yang terdiri dari m dari persamaan dengan n faktor yang tidak diketahui telah digantikan
dengan persamaan matriks tunggal berikut ini.
Ax = b
Matriks A pada persamaan ini disebut matriks koefisien dari sistem tersebut. Matriks yang
diperbesar dari sistem tersebut diperoleh dengan menggabungkan b ke A sebagai kolom
terakhir, sehingga bentuk matriks yang diperbesar menjadi
hal 5
a 21
[A|b] =
a m1
a 12
a 22
a m2
a 1n
a 2n
a mn
b1
b2
b m
a 11
a
21
a m1
a 12
a 22
a m2
a 1n b 1
a 2n b 2
a mn b m
1 1 2 9
2 4 3 1
3 6 5 0
Ketika menyusun suatu matriks yang diperbesar, faktor-faktor yang tidak diketahui harus
ditulis dengan urutan yang sama untuk setiap persamaan dan konstanta harus berada pada
bagian paling kanan.
Metode dasar untuk menyelesaikan sistem persamaan linear adalah dengan
menggantikan sistem yang ada dengan suatu sistem baru yang memiliki himpunan solusi
yang sama tapi penyelesaiannya lebih mudah. Sistem baru ini biasanya diperoleh dengan
melalui beberapa langkah dengan cara menerapkan tiga jenis tipe operasi berikut untuk
mengeliminasi faktor-faktor yang tidak diketahui secara sistematis.
1. mengalikan persamaan dengan konstanta tak nol
2. menukarkan posisi dua persamaan
3. menambahkan kelipatan satu persamaan ke persamaan lainnya.
hal 6
=1
x2
=2
x3 = 3
hal 7
1 1 2 9
2 4 3 1
3 6 5 0
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan sistem di atas adalah
1. tambahkan -2 kali baris pertama ke baris kedua untuk memperoleh
9
1 1 2
0 2 7 17
3 6 5 0
2. tambahkan -3 kali baris pertama ke baris ketiga untuk memperoleh
9
1 1 2
0 2 7 17
0 3 11 27
3. kalikan baris kedua dengan untuk memperoleh
2
9
1 1
0 1 7 / 2 17 / 2
0 3 11
27
4. tambahkan -3 kali baris kedua ke baris ketiga untuk memperoleh
hal 8
2
9
1 1
0 1 7 / 2 17 / 2
0 0 1 / 2 3 / 2
5. kalikan baris ketiga dengan -2 untuk memperoleh
2
9
1 1
0 1 7 / 2 17 / 2
0 0
1
3
6. tambahkan -1 kali baris kedua ke baris pertama untuk memperoleh
1 0 11 / 2 35 / 2
0 1 7 / 2 17 / 2
0 0
1
3
7. tambahkan -11/2 kali baris ketiga ke baris pertama dan 7/2 kali baris ketiga ke baris
kedua untuk memperoleh
1 0 0 1
0 1 0 2
0 0 1 3
jadi diperoleh penyelesaian x1 = 1, x2 = 2, dan x3 = 3.
1 0 0 1
0 1 0 2
0 0 1 3
Atau dengan kata lain diperoleh penyelesaian x1 = 1, x2 = 2, dan x3 = 3. Ini merupakan
contoh matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi. Sifat-sifat dari matriks ini adalah
1. Jika satu baris tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka bilangan tak nol pertama pada
baris itu adalah 1. Bilangan 1 ini disebut 1 utama.
2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka baris-baris ini akan
dikelompokkan bersama pada bagian paling bawah dari matriks.
hal 9
3. jika terdapat dua baris berurutan yang tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka 1
utama pada baris yang lebih rendah terdapat pada kolom yang lebih kanan dari 1
utama pada baris yang lebih tinggi.
4. setiap kolom yang memiliki 1 utama memiliki nol pada tempat-tempat lainnya.
Matriks yang memiliki tiga sifat pertama di atas merupakan matriks dalam bentuk eselon
baris. Jadi matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi sudah pasti merupakan matriks
dalam bentuk eselon baris, tetapi tidak sebaliknya.
Contoh 5. Misalkan suatu matriks yang diperbesar dari suatu sistem persamaan linear telah
direduksi melalui operasi baris menjadi bentuk eselon baris tereduksi berikut ini. Selesaikan
sistem tersebut.
1 0 0 4 1
a. 0 1 0 2 6
0 0 1 3 2
1 0 0 0
b. 0 1 2 0
0 0 0 1
Penyelesaian.
a. sistem persamaan yang bersesuaian adalah
a + 4d = -1
b + 2d = 6
c + 3d = 2
karena a, b, c bersesuaian dengan 1 utama pada matriks yang diperbesar maka
ketiganya disebut sebagai variabel utama. Variabel-variabel yang bukan utama
(dalam hal ini d) disebut sebagai variabel bebas. Dengan menyelesaikan variabelvariabel utama dalam bentuk variabel bebas akan diperoleh
a = -1 4d
b = 6 2d
c = 2 - 3d
dari bentuk persamaan-persamaan ini terlihat bahwa dapat kita tetapkan nilai
sebarang untuk variabel bebas d, misalnya t, yang selanjutnya akan menentukan
nilai variabel-variabel utama a, b, dan c. Jadi akan terdapat takterhingga banyaknya
penyelesaian dengan penyelesaian umumnya dinyatakan dalam rumus-rumus
a = -1 - 4t,
b = 6 2t,
c = 2 3t,
dan
d = t.
hal 10
METODE ELIMINASI. Berikut adalah prosedur eliminasi tahap demi tahap yang dapat
digunakan untuk mereduksi matriks menjadi bentuk eselon baris tereduksi. Untuk memberi
gambaran supaya mudah dipahami kita ambil sebuah contoh, yaitu
0 0 2 0 7 12
2 4 10 6 12 28
2 4 5 6 5 1
Langkah 1. Perhatikan kolom paling kiri yang tidak seluruhnya terdiri dari nol.
0 0 2 0 7 12
2 4 10 6 12 28
2 4 5 6 5 1
Langkah 2. Jika perlu, pertukarkan baris paling atas dengan baris lain untuk menempatkan
entri taknol pada puncak kolom yang kita peroleh pada langkah 1.
2 4 10 6 12 28
0 0 2 0 7 12
2 4 5 6 5 1
B1 B2
Langkah 3. Jika entri yang kini berada pada puncak kolom yang kita peroleh pada langkah
1 adalah a, kalikan baris pertama dengan 1/a sehingga terbentuk 1 utama.
1 2 5 3 6 14
0 0 2 0 7 12
2 4 5 6 5 1
B1
Langkah 4. Tambahkan kelipatan yang sesuai dari baris paling atas ke baris-baris di
bawahnya sehingga semua entri di bawah 1 utama menjadi nol.
14
1 2 5 3 6
0 0 2 0 7
12
0 0 5 0 17 29
B3 2 B1
Langkah 5. Sekarang tutuplah baris atas dari matriks dan mulailah lagi dengan langkah 1
pada submatriks yang tersisa. Lanjutkan langkah ini hingga seluruh matriks berada dalam
bentuk eselon baris.
14
1 2 5 3 6
0 0 2 0 7
12
0 0 5 0 17 29
hal 11
6
14
1 2 5 3
0 0 1 0 7 / 2 6
0 0 5 0 17 29
-1/2 b1
6
14
1 2 5 3
0 0 1 0 7 / 2 6
0 0 0 0 1 / 2
1
b2 5 b1
6
14
1 2 5 3
0 0 1 0 7 / 2 6
0 0 0 0 1 / 2
1
6
14
1 2 5 3
0 0 1 0 7 / 2 6
0 0 0 0
1
2
2b
Keseluruhan matriks kini berada dalam bentuk eselon baris. Untuk memperoleh bentuk
eselon baris tereduksi kita membutuhkan langkah tambahan berikut.
Langkah 6. Mulai dengan baris taknol terakhir dan bergerak ke atas, tambahkan kelipatan
yang sesuai dari tiap baris di atasnya untuk memperoleh nol di atas 1 utama.
1 2 5 3 6 14
0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 2
B2 + 7/2 B3
1 2 5 3 0 2
0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 2
B1 - 6 B3
1 2 0 3 0 7
0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 2
B1 + 5 B2
+ 2x5
=0
hal 12
5x3 + 10x4
2x1 + 6x2
+ 15x6 = 5
Penyelesaian.
Matriks yang diperbesar untuk sistem tersebut adalah
1
2
-1B2
3 2 0 2 0
0
6 5 2 4 3 1
0 5 10 0 15 5
6 0
8 4 18 6
3 2
0 1
1
0
0
0
1
0
B3 B4
0
0
1
0
B2 3B3
0
5
4
0
1
10 0 15 5
8 0 18 6
0
2
2
0
0
3
B4 2B1
1
0
B3 - 5B2
B4 4B2
3 2 0 2 0 0
0 1 2 0 3 1
1/6 B3
0 0 0 0 6 2
0 0 0 0 0 0
1
0
3 2 0 2 0
0 1 2 0 0
0
0
0
0
3 2 0 2 0
0
0 1 2 0 3 1
0 5 10 0 15 5
0 4
8 0 18 6
1
0
B2 - 2B1
0
0
B1 + 2B2
0 0 1 1 / 3
0 0 0 0
3 2 0 2 0 0
0 1 2 0 3 1
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 6 2
3 2 0 2 0
0 1 2 0 3
0
0
1
0
0
0
0
1
0 0 1 1 / 3
0 0 0 0
0
0
0 0 0 0 1 1 / 3
0 0 0 0 0 0
3 0 4 2 0
0 1 2 0 0
+ 4x4 + 2x5
x3 + 2x4
=0
=0
x6 = 1/3
x2 = r,
x3 = -2s,
x4 = s,
x5 = t,
dan
x6 = 1/3
hal 13
eselon baris tereduksi. Jika langkah ini dipilih, selanjutnya sistem persamaan yang
bersesuaian dapat diselesaikan dengan metode yang disebut substitusi balik.
Contoh 7. Bentuk eselon baris dari matrik yang diperbesar pada contoh 6 adalah
1
0
3 2 0 2 0
0 1 2 0 3
0
0
0
0
0
1
0 0 1 1 / 3
0 0 0 0
2x5
x3 + 2x4
=0
+ 3x6 = 1
x6 = 1/3
x2 = r,
x3 = -2s,
x4 = s,
x5 = t,
dan
x6 = 1/3
hal 14
1 4 0
3 6 0
Sifat-sifat invers:
1. Jika B dan C kedua-duanya adalah invers dari matriks A, maka B = C.
a b
dapat dibalik jika ad bc 0, dan inversnya dapat dihitung
c d
2. Matriks A =
1 d - b
A-1 =
= ad - bc
c
ad - bc - c a
ad - bc
b
ad - bc
a
ad - bc
3. Jika A dan B adalah matriks-matriks yang dapat dibalik dengan ukuran yang sama,
maka AB dapat dibalik dan (AB)-1 = B-1A-1.
METODE MENENTUKAN A-1. Untuk mencari invers dari matriks A yang dapat dibalik, kita
harus mencari suatu urutan operasi baris elementer yang mereduksi A menjadi identitas dan
melakukan urutan operasi yang sama terhadap I untuk memperoleh A-1.
Contoh 8. Tentukan invers dari
1 2 3
2 5 3
1 0 8
Penyelesaian.
Matriks A direduksi menjadi matriks identitas melalui operasi-operasi baris dan secara
simultan melakukan operasi yang sama terhadap I untuk memperoleh A-1. Caranya adalah
matriks dengan bentuk
[A|I]
Matriks A (sisi kiri) direduksi menjadi I dengan menggunakan operasi-operasi baris sehingga
diperoleh
[I|A-1]
hal 15
1 2 3 1 0 0
2 5 3 0 1 0
1 0 8 0 0 1
1 2
3 1 0 0
0 1 3 2 1 0
0 2 5 1 0 1
B2 2B1 dan B3 B1
1 2 3 1 0 0
0 1 3 2 1 0
0 0 1 5 2 1
B3 + 2B2
1 2 3 1
0
0
0
0 1 3 2 1
0 0 1 5 2 1
-B3
1 2 0 14 6
3
0 1 0 13 5 3
0 0 1 5
2 1
1 0 0 40 16 9
0 1 0 13 5 3
0 0 1 5
2 1
B1 2B2
Jadi
40 16 9
A-1 = 13 5 3
5
2 1
Suatu matriks A yang tidak dapat dibalik , tidak dapat direduksi menjadi matriks I
melalui operasi baris elementer. Dengan kata lain bentuk eselon baris tereduksi dari A
memiliki paling tidak satu baris bilangan nol. Jadi jika terdapat satu baris bilangan nol saja
pada sisi kiri maka dapat disimpulkan bahwa matriks tersebut tidak dapat dibalik dan
perhitungan dapat dihentikan
Contoh 9. Dapatkan invers matriks
1 6 4
A = 2 4 1
1 2 5
Jurusan Kimia FMIPA UNS
hal 16
Penyelesaian.
1 6 4 1 0 0
2 4 1 0 1 0
1 2 5 0 0 1
1 6
4 1 0 0
0 8 9 2 1 0
0 8
9 1 0 1
B2 2B1 dan B3 + B1
1 6
4 1 0 0
0 8 9 2 1 0
0 0
0 1 1 1
B3 + B2
Karena terdapat satu baris bilangan nol pada sisi kiri maka A tidak dapat dibalik (A tidak
mempunyai invers).
n x 1,
+ 8x3 = 17
Penyelesaian. Dalam bentuk matriks sistem di atas dapat ditulis sebagai Ax = b di mana
1 2 3
A= 2 5 3
1 0 8
x1
x = x2
x 3
5
b= 3
17
40 16 9
A = 13 5 3
5
2 1
-1
40 16 9 5
1
x = A b = 13 5 3 3 = 1
5
2
2 1 17
-1
atau x1 = 1, x2 = -1 dan x3 = 2.
hal 17
CATATAN : Ingat bahwa metode pada contoh di atas hanya berlaku pada sistem yang
memiliki persamaan sebanyak faktor yang tidak diketahui dan matriks koefiennya dapat
dibalik.
Referensi:
1. Anton, H. and C. Rorres, 2005, Elementary Linear Algebra, 9 th ed, John Wiley &
Sons, Inc.
2. http://en.wikibooks.org/wiki/Linear_Algebra/Solving_Linear_Sistems
hal 18