Anda di halaman 1dari 23

Profil Yayasan Damandiri

Yayasan Dana Sejahtera Mandiri atau disebut Yayasan Damandiri didirikan pada tanggal 15 Januari
1996 oleh HM Soeharto sebagai pribadi, yang kebetulan saat itu menjabat Presiden RI. Sebagai
pendiri, HM Soeharto dipercaya sebagai ketua yayasan, dibantu oleh Prof. Dr. Haryono Suyono
sebagai Wakil Ketua I, Sudwikatmono sebagai Wakil Ketua II, dan Liem Soei Liong sebagai Wakil
Ketua III.
Tujuan utama yayasan adalah membangun sumber daya manusia, utamanya dari keluarga kurang
mampu, dengan menempatkan yayasan sebagai wadah bagi masyarakat untuk bergotong-royong
mewujudkan tingkat kesejahteraan sejati dan taraf hidup mandiri. Modal awal Yayasan dihimpun dari
sumbangan yang ikhlas dari wajib pajak yang berasal dari keuntungan setelah dipotong pajak untuk
membantu mewujudkan keluarga sejahtera secara merata.
Kiprah Yayasan ini diawali dengan memberdayakan Keluarga, utamanya Ibu-Ibu, yang telah menjadi
akseptor KB dengan mengajak mereka bergabung dalam kelompok Usaha Peningkatan Keluarga
Sejahtera atau UPPKS atau kelompok Pengetasan Kemiskinan atau Taskin yang diharapkan menjadi
embrio gerakan koperasi. Melalui kelompok ini para anggota bergerak dalam berbagai program
pemberdayaan keluarga Program ini dilaksanakan bersama BKKBN, Bank BNI dan pemerintah
daerah. Para ibu-ibu anggota dilatih belajar menabung berupa Tabungan Keluarga Sejahtera
(Takesra). Mereka yang mempunyai tabungan Takesra diberi kesempatan untuk mengambil kredit
dengan bunga rendah karena disubsidi yaitu Program Kredit Usaha Kelurga Sejahtera (Kukesra).
Harapannya adalah bahwa dengan kemampuan ekonomi yang lebih baik keluarga Indonesia mampu
memberi perhatian yang baik pada kegiatan KB, kesehatan, dan sekolah anak-anaknya.
Yayasan Damandiri memberi prioritas pada pemberdayaan perempuan (ibu-ibu) karena sehari-hari
kaum ibu bergulat mengembangkan sosialisasi anak-anaknya.
Dalam masyarakat atau keluarga miskin biasanya sumber penghasilan keluarga mengandalkan
suami. Peran istri terbatas mengurus anak atau keadaan rumah tangga di rumah. Padahal keluarga
kurang beruntung umumnya berpendidikan rendah. Keterampilan juga rendah. Jarang berfikir untuk
jangka panjang. Dalam keadaan keluarga miskin anak-anak lebih banyak diharapkan membantu
orang tua dengan kesibukan sehari-hari di rumah. Keluarga miskin tidak berdaya akibat pendidikan
dan ketrampilan rendah, tidak memiliki modal dan jaringan usaha. Umumnya keluarga miskin yang
hanya mengandalkan penghasilan suami, sulit bahkan tidak bisa bangkit dari himpitan kemiskinaa
Dengan latihan menabung dan dukungan kredit keluarga sejahtera diharapkan seorang istri bisa
bangkit membantu suami berwirausaha. Jika suami istri sama-sama berusaha, berarti menyatukan
dua kekuatan yang tentu saja lebih baik dan membuka kesempatan untuk hidup lebih sejahtera.
Dalam kelompok UPPKS dan adanya bantuan kredit Kukesra, ibu-ibu belajar bersama dan membuka
usaha secara mandiri. Program tersebut mendapat sambutan yang luar biasa. ffingga tahun 2002
jumlah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I yang mempunyai tabungan Takesra mencapai
lebih dari 13,6 juta keluarga dengan jumlah tabungan Takesra lebih dari Rp 250 milyar. Dari jumlah

tersebut ada sekitar 10,4 juta keluarga telah mengambil kredit Kukesra dengan jumlah mencapai lebih
dari Rp. 1,7 triliun.
Dalam perkembangannya, pada tahun 2001-2002 ada sekitar 21.000 sampai 25.000 kelompok yang
berhasil mengembangkan usaha mandiri. Diantara mereka ada yang usahanya yang menonjol dan
berkembang menjadi usaha kecil, usaha menengah, atau bergabung dalam koperasi dan relatif
berhasil dengan baik. Kepada yang berhasil, dengan koordinasi Menkokesra (pada pemerintahan
Presiden BJ Habibie) diberi kesempatan mengambil kredit bara yaitu Kredit Pengembangan
Kemitraan Usaha (KPKU), Kredit Taskin, dan skiin kredit lain yang dikelola bersama dengan berbagai
departemen dan instansi daerah.
Untuk melanjutkan kebutuhan masyarakat yang makin meningkat, khususnya melayani kelompokkelompok yang makin mandiri tersebut, Yayasan Damandiri menyalurkan skim kredit baru bernama
Pembinaan Usaha Keluarga Sejahtera Mandiri atau Pusaka Mandiri (Pundi) dan Kredit Sudara Kredit
tersebut adalah kredit bidang usaha, perluasan usaha, peningkatan kemampuan manajemen,
pemasaran, dan petigembangan modal. Oleh karena itu kredit ini diutamakan untuk kelompok atau
perorangan yang dinilai berhasil memanfaatkan kredit Kukesra atau skim kredit lainnya Sampai tahun
2007 jumlah peserta kredit Pundi dan Sudara telah mencapai lebih dari 250.000 nasabah dengan
jumlah dana bergulir sebagai modal awal sebesar Rp 827,8 milyar. Kedua jenis kredit dengan bunga
pasar dan subsidi bunga untuk kelompok tertentu tersebut disalurkan melalui 44 bank mitra Yayasan,
yaitu 2 bank umum, 12 Bank Pembangunan Daerah, dan 30 Bank Perkreditan Rakyat.
Dalam bidang kesehatan, Yayasan Damandiri memberikan bantuan berupa anjuran kepada lebih dari
100 Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk memberikan perhatian dan komitmen
terhadap pembangunan mutu sumber daya manusia melalui ceramah pencerahan, anjuran untuk
membangun dengan menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan, dan mengajak bidan
kembali ke desa. Ajakan kepada bidan kembali ke desa itu disertai dukungan kredit mikro untuk bidan
desa melalui bank mitra. Dengan membawa bidan kembali ke desa diharapkan perhatian pemerintah
daerah dan masyarakat akan kesehatan ibu dan anak bertambah tinggi. Dengan perhatian yang
makin tinggi itu bidan di pedesaan tidak hanya melayani masalah persalinan saja tetapi juga semua
aspek kesehatan ibu dan anak. Untuk membantu tugas itu Yayasan Damandiri memberikan kredit
untuk menyelesaikan syarat sertifikasi bidan praktek dan modal untuk penyediaan obat-obatan dan
peralatan praktek yang berkulaitas di pedesaan. Dengan bantuan kredit itu, bidan di desa bisa
mengikuti pendidikan sesuai dengan tuntutan kualifikasi yang dipersyaratkan dalam profesi
kebidanan, membuka praktek di desa, dan akhimya betah tinggal di desa walaupun berada di daerah
terpencil. Hingga awal tahun 2007, Yayasan Damandiri telah memberikan bantuan dan kredit kepada
sekitar 4.000 bidan di desa.
Dalam bidang pendidikan atau pengembangan SDM, Yayasan Damandiri mengembangkan
kerjasama dengan lebih dari 30 Perguruan Tinggi di Indonesia. Kerjasama awal dilakukan dengan
membantu mahasiswa anak keluarga kurang mampu yang telah memasuki semester ke 7 atau ke 8
untuk segera menyelesaikan kuliahnya dengan mengganti biaya SPP mereka agar dana yang
mereka miliki dapat dipergunakan untuk keperluan lain yang biasanya meningkat menjelang masa

akhir kuliah. Selama tiga tahun setiap perguruan tinggi mendapat jatah bantuan SPP untuk 50 - 100
mahasiswa kurang mampu dari Yayasan Damandiri. Setelah timbul pengertian yang mendalam
tentang pemberdayaan dan peningkatan mutu SDM dengan berbagai perguruan tinggi tersebut,
Yayasan Damandiri mengajak PT mitra untuk bekerja sama mengembangkan mutu anak-anak didik
pada 200 Sekolah Menengah Atas (SMA) di 100 kabupaten/kota. Metoda yang dipergunakan adalah
mengembangkan SMA yang kualitasnya biasa-biasa saja itu menjadi SMA Unggul yang diukur dari
kualitas siswanya. Pada setiap sekolah yang terpilih, 10-20 guru dan kepala sekolahnya diberikan
kesempatan untuk magang di sekolah yang dianggap unggul.
Disamping itu pada setiap sekolah dipilih 20 - 60 siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu
untuk diberikan pelatihan keterampilan dan dititipkan untuk magang pada pengusaha di sekitar
sekolah. Kepada pengusaha yang bersedia dititipi siswa magang anak keluarga kurang mampu
diberikan pinjaman modal usaha bergulir Rp 500 ribu/siswa. Disamping itu, untuk menunjang kegiatan
akademik, setiap sekolah dianjurkan mengembangkan perpustakaan virtual dengan mengjrim
pengurus perpustakaan sekolah untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan
Damandiri. Setelah latihan dan ada kesediaan untuk mengembangkan perpustakaan, setiap sekolah
diberikan bantuan perangkat komputer dan buku-buku ketrampilan untuk kegiatan pelatihan lifeskills.
Melalui upaya ini diharapkan mutu akademik dan keterampilan anak-anak akan meningkat. Kenaikan
mutu akademik dan keterampilan siswa yang lulus merupakan indikator keberhasilanya atau
keunggulan sekolah yang dikembangkan. Siswa sekolah unggul yang berkembang tidak menganggur,
karena dapat melanjutkan sekolah ke PT pavorit atau bekerja atau menjadi wiraswasta.
Keberhasilan usaha ini adalah karena adanya kerjasama Yayasan Damandiri dengan Perguruan
Tinggi ternama membina SMA yang dikembangkan menjadi SMA Unggul. Dalam kerjasama ini para
mahasiswa S-l dari keluarga kurang diberikan bantuan SPP untuk bersama dosennya membimbing
siswa-siswa dari program SMA Unggul. Untuk merangsang perhatian dan pemikiran yang memihak
kepada upaya pemberdayaan sumber daya manusia dan pengentasan kemiskinan, kepada
mahasiswa pascasarjana Yayasan Damandiri menyediakan hadiah bagi Tesis atau Disertasi yang
memenuhi syarat dan terbaik tentang pemberdayaan sumber daya manusia, penanganan masalah
sosial pada umumnya dan pengentasan kemiskinan. Hadiah yang disediakan besamya antara Rp
5.000.000,- sampai Rp. 50.000.000,- untuk setiap mahasiswa, yang setiap tahun disediakan untuk
200 mahasiswa.
Untuk menjamin partisipasi yang aman dan mantab, kepada para peserta program, Yayasan
Damandiri, bekerjasama dengan Perusahaan Asuaransi Bumi Putera dan Bumi Putera Muda
(Bumida), dijamin dengan asuransi kecelakaan. Asuransi itu adalah Asuransi Usahakoe yang
diberikan kepada lebih dari 100.000 nasabah Kredit Pundi dan Sudara yang disalurkan oleh Yayasan
Damandiri kepada Bank mitranya. Kepada sekitar 4.500 orang tua keluarga kurang mampu dari siswa
SMA terpilih disediakan Asuransi Siswakoe atau asuransi pendidikan agar apapun yang terjadi pada
orang tuanya anak mereka tetap menyelesaikan sekolah secara tuntas. Untuk merangsang semangat
pembangunan kepada para wartawan, mitra kerja Yayasan diberikan, diberikan juga asuransi
kecelakaan yang memadai. Asuransi Usahakoe atau Siswakoe memberikan jaminan kecelakaan
kepada pelaku usaha Kredit Pundi dan Kredit Sudara dan orang tua siswa Mitra Yayasan Damandiri.

Bagi nasabah yang mengalami resiko meninggal dunia akibat kecelakaan akan mendapat bantuan
untuk keluarganya sebesar Rp 5.000.000,-ditambah sumbangan pemakaman Rp 1.000.000. Nasabah
yang mengalami resiko cacat tetap akibat kecelakaan akan memperoleh bantuan setinggi-tingginya
Rp 5.000.000.
Sebagai upaya pemberdayaan keluarga dan pembangunan manusia untuk mencapai sasaran MDGs
yang telah dicanangkan pemerintah, sekaligus sebagai ajang pelatihan untuk para mahasiswa dan
siswa yang mengikuti program Yayasan Damandiri, mulai tahun 2007 dikembangkan program
pemberdayaan tingkat pedesaan melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya adalah
forum kebersamaan yang anggotanya diharapkan mengambil prakarsa dan melakukan kegjatan
nyata memberdayakan dan membangun SDM dalam lingkungannya, yaitu RT, RW, dukuh atau
dusunnya. Upaya pembangunan ini diarahkan untuk memperkuat ketahanan dan kemampuan peran
keluarga dalatn melaksanakan 8 fungsinya, yaitu fungsi keagamaan, fungsi budaya, ftmgsi cinta
kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau
wirausaha, dan fungsi lingkungan.
Program yang berkelanjutan ini disambut baik oleh berbagai kalangan terkait. Walaupun masih
seumur jagung, Posdaya tumbuh subur di berbagai daerah. Pemerintah pusat dan daerah, perguruan
tinggi, perbankan, lembaga-lembaga terkait lainnya, serta masyarakat luas menyambut baik
kehadiran program ini. Mereka seolah berlomba mengembangkan Posdaya dengan ciri khas
daerahnya masing-masing.
Untuk lebih memperkuat pengembangan Jaringan Posdaya ini secara global, Yayasan Damandiri
mendirikan Nasional and Internasional Strategic Cooperation and Training on Social Development.
Lembaga ini dikembangkan sebagai fonim dari Yayasan Damandiri untuk mengajak dunia
intemasional bersama-sama mengembangkan sumber daya manusia dengan menempatkan manusia
sebagai titik sentral pembangunan. Forum itu sekaligus menjadi wahana untuk merancang dunia
yang pemih dengan kesejukan karena suasana keakraban dan perdamaian antar bangsa.
Dengan niat yang luhur dan melalui berbagai program itu Yayasan Damandiri selalu terbuka dan
sangat ingin bekerja sama dan membangun manusia tanpa pandang bulu. Manusia Indonesia yang
bermutu merupakan modal awal yang sangat berharga dalam pembangunan keluarga sejahtera yang
secara mandiri akan menyelesaikan kemiskinan dan membentuk keluarga yang bahagia dan
sejahtera, Yayasan Damandiri optimis bahwa dengan kerjasama dan kerja keras semua hambatan
akan bisa diatasi dan cita-cita masyarakat yang adil dan makmur dapat diraih bersama
1. Bidang Kewiarusahaan
Kemiskinan adalah masalah kompleks yang dihadapi masyarakat yang harus diselesaikan oleh
masyarakat sendiri dengan dukungan pemerintah. Masyarakat atau keluarga miskin biasanya
mempunyai tingkat kesehatan yang rawan, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah dan
mengandalkan kehidupan sehari-harinya pada penghasilan suami semata. Apabila isteri berperan,
peranan itu terbatas pada mengurus anak atau urusan rumah tangga lain di rumah. Apabila isteri
ingin membantu suami bekerja di luar rumah biasanya terkendala tidak dimilikinya ketrampilan dan
tnodal kerja. Kendala itu menjadikan usaha untuk melepaskan keluarga dari lembah kemiskinan sulit

untuk dilaksanakan. Oleh karena itu Yayasan Damandiri mengembangkan konsep pemberdayaan
keluarga dengan titik berat pada kaum perempuan. Upaya yang dilakukan memberi kesempatan pada
para istri untuk bangkit dan membantu suami berwirausaha. Jika suami istri berusaha bersama-sama,
diharapkan bisa menyatukan dua kekuatan yang lebih kuat dibandingkan hanya mengandalkan
kekuatan suami saja.
Melalui pendekatan itu banyak kaum ibu telah berhasil mendongkrak ekonomi keluarganya. Mereka
bermitra dengan perbankan untuk memanfaatkan kredit mikro (Kredit Pundi dan Sudara) dari bank
mitra Yayasan Damandiri. Bantuan kredit yang didukung kerja keras terbukti bisa membantu keluarga
yang tertinggal keluar dari himpitan ekonomi keluarga dan menjadi keluarga sejahtera. Keberhasilan
itu sekaligus menunjukkan bahwa melalui pemberdayaan yang terarah kaum perempuan bisa
memiliki peran ekonomi dalam pembangunan keluarga sejahtera.
2. Bidang Kesehatan
Dengan keberhasilan pembangunan bidang KB dan Kesehatan selama tigapuluh tahun terakhir ini,
usia harapan hidup bangsa Indonesia meningkat dengan drastis dari di bawah 50 tahun menjadi
diatas 65 tahim. Namun angka ini masih rawan dan bisa dengan mudah turun kembali karena tingkat
kematian ibu hamil dan melahirkan masih tinggi, angka kematian anak dan bayi tinggi, dan beberapa
penyakit menular mengancam kesehatan rakyat. Perlu dilakukan upaya terus menenis dan terpadu
agar angka kematian ibu hamil dan melahirkan tersebut segera bisa diturunkan Demikian pula rakyat
di pedesaan perlu dibantu untuk memelihara kesehatan dan melakukan pencegahan penyakit
menular dengan benar dan berkelanjutan. Dimasa lalu program pencegahan berbagai penyakit itu
dilakukan dengan penyediaan bidan terlatih di pedesaaa Karena itu program ini perlu disegarkan
(direvitalisasi) agar keluarga di pedesaan mendapat dukungan yang diperlukan. Para bidan di desa
dituntut mengembangkan program preventif dan membantu ibu hamil dengan gizi yang baik dan
membantu persalinan dengan pelayanan sedekat mungkin dengan tempat tinggalnya dan sekaligus
memelihara kesehatan bayi dan bayinya.
Menyadari hal itu Yayasan Damandiri merangsang tumbuhnya Pos Pemberdayaan Keluarga
(Posdaya) di pedesaan dan merangsang bidan untuk kembali ke desa menampung pelayanan yang
dimotivasi oleh Posdaya tersebut. Untuk menarik minat bidan kembali ke desa atau membuka praktek
mandiri Yayasan Damandiri memberikan bantuan kredit mikro untuk bidan desa melalui bank mitra.
3. Bidang Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk kita sangat rendah. Upaya untuk mengajak anak muda dan remaja
mengikuti pendidikan setinggi-tingginya masih dihadapkan pada berbagai masalah. Wajib belajar
sembilan tahun belum dapat diselesaikaa Wajib belajar ini secara tidak langsung membawa dampak
negatif, seakan-akan wajib belajar hanya sembilan tahun saja Pendidikan penduduk cukup hanya
sembilan tahun, akibartnya partisipasi pendidikan pada tingkat SMA masih sangat rendah. Salah satu
masalah yang dihadapi tamatan SMA adalah kualitasnya rendah, tidak dapat meneruskan kuliah, dan
menganggur. Untuk meneraskan kuliah sulit karena tidak mampu atau miskin. Dengan ijazah SMA
tanpa keterampilan, karena tidak mendapat latihan ketrampilan selama sekolah, sukar mendapatkan
pekerjaan yang menguntungkan. Kalau memiliki ijazah SMA dan dipaksakan bekerja akan diperoleh

pendapatan yang kecil. Pendapatan tersebut tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan
suatu keluarga untuk menyekolahkan anaknya.
Untuk membantu mengatasi masalah kompleks tersebut Yayasan Damandiri mengembangkan model
program SMA Unggul. Model SMA Unggul mulai dikembangkan pada sekitar 200 SMA di 100
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. SMA yang dikembangkan bukan yang terbaik di kabupaten atau
di kotanya, tetapi SMA Negeri atau swasta biasa yang prestasinya biasa-biasa saja Sebanyak 10
sampai 20 guru dan Kepala Sekolah dari setiap sekolah yang terpilih diberi kesempatan untuk
magang di sekolah lain yang dianggap unggul. Kepada guru dan Kepala Sekolah yang magang
ditugasi untuk menyerap ilmu dan cara-cara mengajar yang baik dan menghasilkan anak-anak didik
yang unggul dalam bidang akademis. Pada setiap sekolah terpilih, kepada siswa yang berasal dari
keluarga kurang mampu diberikan pelatihan keterampilan dan sesudah sekolah dititipkan pada
usaha-usaha ekonomi produktif di sekitar sekolah. Penitipan itu disertai dengan modal bergulir untuk
pengusaha yang bersedia menjadi pendamping sebanyak Rp. 500.000,-. Targetnya adalah bahwa
setelah lulus mereka bisa bekerja dengan baik karena pengalaman selama masa magang tersebut.
Dengan cara tersebut para lulusan mendapat pelajaran dengan mutu yang lebih baik dan setelah
lulus memiliki kemampuan akademis yang tinggi dan juga keterampilan sebagai bekal untuk hidup
mandiri di masyarakat.

DAMANDIRI FOUNDATION
DANA SEJAHTERA MANDIRI Foundation was established on January 15, 1996 by the Board of
founders comprising of the former President Soeharto, in his personal capacity, Mr Sudwikatmono, Mr
Liem Soe Liong and Professor Dr Haryono Suyono. The vision of DAMANDIRI is to develop human
resources through the eradication of poverty in Indo-nesia, empowering the community, families and
indi-viduals towards sustained self-reliance.
BREAKING THE POVERTY CHAIN
It was in 1996 when Professor Dr HaryonoSuyono, then as Chairman of BKKBN, issued an executive
decision to institutionalize the Family Registration System. This registration categorizes all Indonesian
families into five welfaregroups, i.e. Pre-prosperous, Prosperous Stage, Prosperous Stage 2,
Prosperous Stage 3, and Prosperous stage 3+. The categorization included measurements in their
physical features, in economic, in spiritual as well as aspiration variables. With these categories
apropriate intervention variables are identified for each and every individual poor family in the country,
by names and adresses.
Convinced that poverty alleviation is a national and even more so, a global concern, DAMANDIRI
alligns itself with other stakeholders with similar aims, both at the national as well as in the
international arena. DAMANDIRI is egually convinced that poverty and its alleviation are community
and location specific. Therefore DAMANDIRI advocates for local community empowerment with
strong facilitation from concerned stakeholders.

DAMANDIRI AND INCOME SECURITY


At the national level OAMANDIRI alligns with local/district governments and with local banking
system, particularly those operating in small rural areas. A case in point is the local market at the city
of Karanganyar, Central Java (Bank Pasar Karanganyai). With the local government, the goal of the
alignment is to obtain their commitment to the noble efforts in poverty alleviation and in improving the
human resources for further development. This, among others is done through credit and micro-credit
schemes for small and medium businesses, and loans to the village midwives to broaden their
clientele base for family-maternal-child health services.
Alignment with the banking system is also done with provincial development banks and "savings and
loan associations" (Bank Perkreditan Rakyat = BPR). In so doing DAMANDIRI places itself as
collateral to the BPR. The principle is local community group participation; the larger and more groups
participate, the speedier povertyalleviation.
DAMANDIRI AND THE EDUCATIONAL SYSTEMS
DAMANDIRI also collaborates with numerous state and private universities, forthem to give guidance
and facilitation to families in the vaccinity of those universities to embark on small home industries.
This is one avenue to provide employment opportunities for school dropouts in local communities,
secondary school or graduates who are unable to continue to higher learning. Thus, another approach
to breakthe poverty chain in the community. The partner universities are also encouraged to provide
knowledge and skills enhancement to model secondary schools, in order to enhance guality education
to the secondary schools. Important to highlight is the three principles DAMANDIRI holds in its
contribution to the education sector, i.e. (i) to expand universal education opportunities to the general
population, especially to the poor and girl-children of the poor; (2) to keep those children in the schoolsystem over extended period; and (3) enhancing the guality of the educational systems.
DAMANDIRI embarks in a large scheme to provide scholarships to promising children of the poor so
that they areable to complete secondary schooling. To those who are unable to continue to higher
education, they are given skills training and small loans to assist them earn decent living and trade.
MDGS AND THE EIGHT FUNCTIONS OF THE FAMILY
Indonesia has since the mid-1980's formulated the history-old credo that there are eight functions of
the Indonesian families in the overall social fabric. Those functions are:
1. Religiosity function,
2. Social function,
3. Love and affection,
4. Sanctuary to every member of the family,
5. Reproductive and family health,

6. Education function,
7. Economicfunction,
8. Preserving the environment,
Carrying those functions to the family's daily life will assuredly enhance their betterment and
wellbeing. Yet, one should also recognize that in the present conditions of community life, the dire
need for support and nurturing of the authorities are tangible.
In essence, the fulfillment of those eight functions percolates into family involvement and participation
in local community social development This is one of the obsessions of DAMANDIRI.
EDUCATION AND HEALTH: TOWARDS PUALITY HUMAN RESOURCES
It is the conviction of DAMANDIRI that whereas focusing on poverty alleviation is essential, other
efforts to enhance the quality of human resources in Indonesia are of no less importance. In this,
DAMANDIRI has numerous programs. First deserving mention is fellowship to final semester lessprivileged college students to finish their education and to write their thesis. To earn this fellowship the
students are assigned the task as facilitators to small loan recipients and to teach them practical
managerial skills. In turn, the experiences gained by those students can be written as their thesis and
are then made available for wide disseminaton.
As earlier mentioned fellowships are also given to less-privileged high school students to learn
specific trade and skills should they fail to continue to higher education.Funds arealso provided
forteachersto improve teaching skills in internship program at a model high school. On a different
track DAMANDIRI in collaboration with Ikatan Bidan Indonesia (Indonesian Midwives Association)and
provincial developmentbanks, provide professional loan to private practicing midwives, especially in
rural areas. In addition those midwives are given periodic skills upgrading through workshops and
seminars.
THE POSDAYA PROGRAM:
Family empowerment for Sodal Development at the grass roots In the early 1980'$ Indonesia initiated
the POSYANDU, integrating FP/RH services with Family Health, including Nutrition and immunization
programs. POSYANDU was jointly undertaken by BKKBN, Ministry of Health, Ministry of Interior, PKK,
Ministry of Cooperative, Ministry of Agriculture. Which later involved other government agencies and
major NGOs. POSYANDU became the major feature of the Indonesian FP/RH program, attracting the
attention of the international communities. It was most unfortunate that with the onset of the
Indonesian monetary and socio-political crisis the POSYANDU declined and became want in many
areas of the nation. Hence, the present emphasis in revitalizingthis integrated program.
Participating actively in this intensification scheme, DAMANDIRI carries the idea further into
embracingthetargetgroupsandthebeneficiariesofthe presentschemetoall sementsofthepopulation.
Thus, came the inception of the POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga = Integrated Post for Family
Empowermentl. This new integrated grass roots post provides services for those in-need and a forum

for participation and empowerment for expectant mothers, infants and children, school-going children
and youth and adolescents, parents, and the elderly. This is a local community movement and
empowerment.
JOINING THE DEVELOPMENT MAINSTREAM
With all of the above DAMANDIRI is continuously endeavoringtoplacethemajorityoflndonesianfamilies
and human resources into the mainstream of develop-ment. This is done through establishing the
Indonesian Institute for Human Development (IIHD) housed at the Airlangga University in Surabaya.
Similar arrangement will also be made with the Bogor Agricutural Institute. As things stand todate
DAMANDIRI is networking more than 22 state and private universities in the country.
CAPACITY ENHANCEMENT IN SOCIAL DEVELOPMENT
DAMANDIRI's obsession to empower all seg-ments of the society and all members of the families is
also manifested in the setting-up of the Center for National and International Training and Cooperation
in Social Development. This center endeavors to enhance the capacity of all categories of providers
and beneficiaries to participate in the great, complex and global effort of social development.
NETWORKS AND NETWORKING
An important highlight is that DAMANDIRI places high priority on forging partnership with national and
international institutions endeavoring similar goals. In the national scene links are nurtured with the
Coordianting Ministry for People's Welfare, Ministry of Health, Ministry of Interior, State Ministry for
Women Empowerment, BKKBN, to mention some examples. Special cooperative arrangements are
established with Provincial and Municipal/Regency governments, and with national and local banking
communities. With the NGOs collaborative links are forge with The Family Welfare Movement (PKK),
the White Ribbon Alliance (APPI), YKB (Kusuma Buana Foundation). In the international spheres links
are maintaained with AUICK, ICOMP, PARTNERSIN POPULATION AND DEVELOPMENT, UNFPA,
UNDP, and various others. This partnership place Indonesia in the global arena of human resources
development.
DAMANDIRI'S ORGANIZATIONAL ARRANGEMENT
The DAMANDIRI foundation is Chaired by the former President Soeharto. The Vice Chairman is
Professor Dr Haryono Suyono, the former Coordinating Minister for Peoples's Welfare and Minister for
Population and Chairman of BKBN. The Foundation's Secretary is Mr Subiakto Tjakrawerdaya, former
Minister for Cooperatives and Small and Middle Enterprises. The foundation is manned by able and
professional staff, and is housed at the following address:
DAMANDIRI FOUNDATION
Granadi Building, 11 Floor, Jl H rasuna Said Blok X - Kav, 8- 9, Kuningan South Jakarta 12950 Indonesia
Phone (62 21) 2524981. 2524984, 2524985, 5279606
Web Site: www.damandiri.or.id
Email : haryono_syn@yahoo.com
Fax : (62 21) 2524980

Visi dan Misi Yayasan Damandiri


Para pendiri Yayasan Dana Sejahtera Mandiri memahami:

bahwasanya sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, setiap orang


berhak atas kehidupan yang layak

bahwasanya kesejahteraan sejati bagi kehidupan keluarga Indonesia merupakan cita-cita


rakyat yang harus diperjuangkan bersama oleh Pemerintah dan segenap masyarakat
Indonesia

bahwasanya keluarga sebagai kesatuan inti dalam masyarakat mempunyai peran yang
menentukan dalam pembangunan nasional sehingga perlu dikembangkan agar senantiasa
menjadi keluarga sejahtera yang bercirikan kemandirian dan ketahanan serta berperan
sebagai sumber daya manusia yang berhasil guna dan berdaya guna bagi pembangunan

bahwasanya pencapaian keluarga sejahtera mandiri perlu diupayakan dengan segala daya
dan dana masyarakat terutama melalui tabungan gotong royong

Karenanya pengentasan kemiskinan dari keluarga tertingggal maupun peningkatan kesejahteraannya


haruslah diupayakan secara bersama oleh segenap lapisan masyarakat yang terlebih dahulu
mencapai kesejahteraan sejati yang mandiri.
Visi
Memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka Yayasan menetapkan visinya yaitu menggerakkan
kepedulian dan kebersamaan masyarakat untuk membantu pemerintah dalam
penanggulangan dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Jadi, Yayasan Dana Sejahtera
Mandiri menjadi wadah bagi masyarakat untuk bergotong royong dan bermitra usaha guna
mewujudkan tingkat kesejahteraan sejati dan taraf hidup mandiri dari keluarga keluarga Prasejahtera,
Sejahtera I atau Keluarga kurang mampu.
Misi
1. Turut berperan serta bersama Pemerintah dan masyarakat dalam membangun keluargakeluarga Indonesia agar dapat berperan sebagai subyek pembangunan yang handal
2. Menggali, menerima dan mengelola sumber dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia khususnya bagi keluarga pra sejahtera dan sejahtera I

3. Memberikan pengayoman, kemudahan dan bantuan bagi pengabdi pembangunan dan


keluarga-keluarga yang berjasa dalam mengentasan keluarga pra sejahtera dan keluarga
sejahtera I
4. Bekerja sama dengan instansi-instansi, lembaga-lembaga baik pemerintah maupun swasta
yang memungkinkan terhimpunnya dana dan sarana guna mencapai tujuan Yayasan

Program Yayasan Damandiri


Sejak berdirinya pada tanggal 15 Januari 1996, Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (DAMANDIRI)
berusaha keras untuk mewujudkan maksud dan tujuannya dibidang sosial dan kemanusiaan dengan
aktif berperan dalam memberdayakan keluarga dan masyarakat, terutama mereka yang tertinggal,
yang sering kali disebut sebagai keluarga prasejahtera dan sejahtera I.
Pada mulanya upaya-upaya pemberdayaan tersebut diwujudkan dalam program Takesra (Tabungan
Keluarga Sejahtera) dan Kukesra (Kredit Usaha Keluarga Sejahtera). Kemudian pada penghujung
tahun 2000, program tersebut dimodifikasi bentuk penerapannya menjadi skim Kredit Pundi dan
Pundi Kencana. Kerja sama dengan Lembaga Keuangan dilakukan dengan mengadakan Kredit
Pundi, Kredit Pundi Rakyat, Kukesra dan Takesra.
Kredit Pundi adalah kredit yang diberikan melalui Bank kepada usahawan yang telah mampu
menyediakan persyaratan perbankan (bankable) dengan bunga yang sedikit lebih rendah dari bunga
yang berlaku di pasar. Adapun Kredit Pundi Rakyat adalah Kredit Pundi yang diberikan melalui
perbankan dan lembaga non-bank kepada pengusaha-pengusaha kecil dan mikro yang tidak mampu
menyediakan persyaratan perbankan (non bankable). Sedangkan Kukesra, adalah kredit yang
diberikan kepada mereka yang sangat memerlukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Takesra adalah pinjaman kepada mereka yang sangat
memerlukan bantuan dengan syarat bahwa mereka harus memiliki tabungan. Pinjaman ini sangat
kecil, dan diberikan tanpa syarat apapun. Untuk itu Yayasan Damandiri membuka tabungan yang
pertama sebesar Rp.10.000 (sepuluh ribu rupiah). Tabungan ini merupakan pancingan agar mereka
mau menabung.
Dalam perkembangan selanjutnya dalam lima tahun terakhir ini, dengan bekerjasama dengan
berbagai mitra, seperti: Perguruan-perguruan Tinggi/Universitas, Lembaga Keuangan Bank dan NonBank, Organisasi Masyarakat (Orsos), dan jajaran Pemerintah Daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota). Yayasan Damandiri juga telah mengembangkan pendekatan baru dengan
memberdayakan keluarga/masyarakat melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Sampai
dengan akhir tahun 2011 kerjasama tersebut telah dilakukan dengan 35 Lembaga Keuangan, yang

meliputi perbankan dan BPR, lembaga keuangan non-bank, serta 86 Universitas/Perguruan Tinggi,
baik negeri maupun swasta di 20 Propinsi dan 100 Kabupaten/Kota.
Posdaya merupakan suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, dan edukasi, sekaligus sebagai
wadah koordinasi kegiatan-kegiatan untuk penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya
adalah wahana untuk pemberdayaan fungsi-fungsi keluarga dengan merevitalisasi modal sosial yang
dimiliki masyarakat, seperti semangat kegotongroyongan.
Upaya-upaya yang dilakukan melalui Posdaya dikembangkan secara bertahap, dan terutama
ditujukan untuk peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM/HDI). Untuk itu, kegiatan-kegiatan
diprioritaskan pada empat bidang yaitu: bidang pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, dan
lingkungan.
Bidang Pendidikan
Melalui Posdaya telah dibentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan adanya PAUD di daerah
pedesaan, maka disamping sejak dini anak-anak telah mengenal pendidikan formal, para ibu muda
juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan dirinya menghadiri berbagai macam kegiatan,
seperti: belajar membuat berbagai macam handy craft yang pada gilirannya akan bisa dimanfaatkan
untuk menambah penghasilan.
Disamping itu ditingkatkan pula kegiatan seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja
(BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL).
Bidang Kesehatan
Melalui Posdaya diupayakan agar bayi dan anak balita serta ibu hamil secara teratur mengunjungi
Posyandu dan Puskesmas atau bidan-bidan yang telah tersebar di daerah pedesaan untuk
mengurangi jumlah kematian bayi dan ibu yang melahirkan.
Disamping itu digiatkan pula kegiatan-kegiatan untuk menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Bidang kewirausahaan
Dengan adanya Posdaya maka para anggotanya dapat didorong untuk saling belajar melakukan
usaha-usaha yang produktif yang memanfaatkan sumber daya yang terdapat di daerah tempat
tinggalnya, misalnya: dengan membuat kripik pisang di daerah yang menghasilkan banyak pisang,
membuat selai mangga di daerah yang menghasilkan mangga, membuat telur asin, dstnya. Untuk
mengatasi kekurangan modal, Yayasan telah menyediakan berbagai macam skim kredit,
sebagaimana telah diuraikan di atas.
Bidang lingkungan hidup
Dalam upaya memperbaiki lingkungan hidup daerah pedesaan melalui posdaya dibangun kebun
bergizi. Masyarakat pedesaan didorong untuk memanfaatkan petak-petak tanahnya yang kurang
produktif yang berada disekitar rumahnya untuk ditanami tanaman yang bermanfaat, seperti: terungterungan, cabe, tomat, bayam, kecipir serta tanam-taman obat, misalnya: jahe, kunyit, kencur dan
seterusnya.

KIAT-KIAT MEMBANGUN POSDAYA MASJID


DIPERKENALKAN
Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

kiat

Menghadiri dan memberikan paparan tentang


Posdaya di Rapim Departemen Agama, minggu
lalu,

atas

undangan

Menteri

Agama

RI,

Suryadharma Ali, Ketua Yayasan Damandiri, Prof.


Dr. Haryono Suyono, melakukan penyajian tentang
kiat-kiat

pembangunan

dan

Pemberdayaan

Keluarga

Masjid

kesempatan

dalam

pengisian

(Posdaya)

Pos

berbasis

Rapat

Pimpinan

Kementerian Agama di Jakarta. Rapim itu dihadiri oleh seluruh jajaran Pimpinan Eselon I dan II
Kementerian Agama, para kepala Dinas dari seluruh Indonesia, Rektor UIN dan jajaran Pimpinan
Lembaga

Pendidikan

Agama

yang

bernaung

dibawah

Kementerian

Agama.

Dalam paparannya tentang peran yang dilakukan oleh Masjid, khususnya oleh alim ulama dalam
pengembangan keluarga sejahtera, Haryono secara khusus mengucapkan terima kasih yang sangat
besar karena semasa menjabat sebagai Kepala atau Menteri Kependudukan di masa lalu mendapat
dukungan yang sangat besar dalam mengantar suksesnya program KB di Indonesia.

Jajaran

Departemen Agama serta para alim ulama dari seluruh pelosok tanah air ikut aktif dalam gerakan
yang gegap gempita. Berkat dukungan yang gegap gempita itu gerakan KB sangat sukses sehingga
banyak sekali ulama dari negara lain belajar pada ulama di Indonesia. Pengalaman sukses tersebut
telah dicoba ulang bersama beberapa lembaga untuk mensukseskan upaya pengentasan kemiskinan
dan pelaksanaan program dan kegiatan menuntaskan sasaran dan target-target Millennium
Development

Goals

(MDGs)

di

Indoensia.

Upaya yang dilakukan di 50 Masjid yang dikembangkan menjadi pusat Posdaya dan dikelola oleh
Yayasan Tatang Nana dan LKM NU ternyata membawa hasil yang luar biasa. Sebagian besar dari 50
Masjid tersebut memiliki Posdaya yang mandiri dan bergerak membantu keluarga miskin di sekitar
Masjid melaksanakan kegiatan dengan baik. Posdaya berbasis Masjid bergerak dalam bidang
kesehatan melalui Posyandu yang dibentuk di sekitar Masjid. Tidak jarang Posyandunya
memanfaatkan halaman Masjid untuk kegiatan penimbangan balita dan pelayanan KB secara
mandiri. Posdaya mempergunakan halaman dan fasilitas Masjid untuk menggelar Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) sekaligus mengajarkan pemahaman Al-Quran dan kewajiban keagamaan lain
secara rutin. Mereka mengadakan pelatihan ketrampilan serta membantu anggota melakukan usaha
ekonomi

secara

gotong

royong.

Dalam paparan dihadapan Rapim yang dihadiri lengkap oleh para Dirjen dan Rektor UIN/IAIN yang

sebagian sudah sepakat akan mengadakan Kuliah Kerja Nyata pengembangan Posdaya berbasis
Masjid, antara lain UIN Maulana Malik Ibrahim di Malang dan UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta,
Haryono menjelaskan bahwa pelajaran agama yang diperoleh para jamaah Masjid langsung
dipraktekkan oleh Pengurus Posdaya menjadi kegiatan sehari-hari dengan percontohan di sekitar
Masjid. Di Masjid Al Amin di Pacitan misalnya, Pengurus Posdaya mendirikan tempat untuk kegiatan
PAUD di belakang bangunan Masjid. Orang tua yang mengantar anak balitanya ke sekolah PAUD
memperoleh kesempatan untuk memperdalam pengetahuan agama di ruangan lain di Masjid. Sambil
menunggu anaknya sekolah di PAUD, disamping pendalaman keagamaan mereka juga belajar
ketrampilan seperti menanam tanaman yang berguna untuk gizi anak-anaknya. Mereka belajar
memelihara

ternak

dan

belajar

mengolah

kolam

untuk

ditebar

dengan

ikan

dan

lele.

Melalui pembinaan keluarga secara gotong royong bersama keluarga yang lebih mampu, keluarga
muda yang kurang terampil bisa belajar ketrampilan menjahit dan membuat produksi makanan kecil
yang dengan mudah dijajakan di warung-warung di kampung. Mereka juga belajar mengubah jajanan
makanan kecil yang biasanya harus habis dimakan satu hari menjadi jajanan yang tahan lama dan
bisa

dipasarkan

ke

wilayah

yang

lebih

jauh

dari

kampungnya.

Sungguh menakjubkan, percontohan yang dilakukan di sekitar Masjid, di banyak Posdaya Masjid
yang sedang dikembangkan, ditiru di dukuh lain di luar Masjid. Seperti pengalaman para ulama
dimasa menjelaskan program KB di masa lalu yang meluas, contoh kegiatan ketrampilan, pendidikan
dan usaha ekonomi mikro yang dilakukan di Masjid-masjid ternyata menular ke desa atau ke
perkampungan lainnya. Secara spontan keluarga di kampung yang tidak dekat dengan Masjid dan
merasa sanggup meniru kegiatan yang dilihatnya di Masjid-masjid yang menjadi pusat
pengembangan Posdaya, mencontoh dan mendirikan Posdaya berbasis kekompakkan persatuan dan
kesatuan diantara sesama keluarga yang bertetangga. Posdaya Masjid menjadi anutan gerakan
pemberdayaan

keluarga

dan

pengentasan

kemiskinan.

Disampaikan juga kepada para peserta Rapim bahwa pengembangan Posdaya berbasis Masjid
sebenarnya merupakan perwujudan Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2010 yang menggariskan
pembangunan yang berkeadilan. Pembangunan berkeadilan intinya adalah pembangunan pro rakyat
dengan program utama pengentasan kemiskinan berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan
ekonomi mikro dan kecil. Begitu juga pembangunan berkeadilan dengan prioritas pada anak,
perempuan serta keluarga miskin akan diukur keberhasilannya melalui suksesnya pelaksanaan
MDGs.
Secara ringkas dijelaskan bahwa dalam tahun ini Program Posdaya didukung melalui pengembangan
KKN oleh banyak sekali perguruan tinggi, antara lain UIN Maulana Malik Ibrahim di Malang dan UIN
Sunan Kalijaga di Yogyakarta. Setelah pemaparan usai secara spontan beberapa UIN dan IAIN ingin
bergabung dan menyatakan kesiapannya untuk ikut terjun dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik
Posdaya berbasis Masjid atau pusat-pusat permukiman penduduk yang beragama Islam. Semoga
mendapat rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan semoga program ini menjadi sarana

pembangunan keluarga sejahtera melalui upaya pengentasan kemiskinan dan terbentuknya keluarga
sejahtera yang lebih cepat. Insya Allah.

(Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS,

www.haryono.com)

UNIVERSITAS TRILOGI BERBASIS TEKNOPRENEUR

test

Kemarin, dengan restu Kementerian Pendidikan


Nasional RI, yang diwakili oleh Bapak Menteri dan
Bapak Wakil Menteri Pendidikan Nasional RI,
rancangan pendirian suatu universitas baru
bernama Universitas Trilogi berbasis Teknopreneur
diumumkan secara resmi di Jakarta.
Dr. (HC) Subiakto Tjakrawerdaja pimpinan
Yayasan Pendidikan Indonesia (Yapindo) Jakarta yang bersama Team khususnya merancang
pengembangan Universitas ini dengan menggandeng tenaga ahli dari Institute Teknologi Bandung
(ITB) dan segera bekerjasama dengan Institute Pertanian Bogor (IPB), berbagai perguruan tinggi lain
serta lembaga masyarakat seperti Taman Buah Mekar Sari dan lainnya untuk menanggapi kebutuhan
masa depan bangsa secara profesional dan hati-hati.
Dijiwai semangat UUD 1945 dan Pancasila, Universitas Trilogi akan mendorong, memberi dukungan
kepada dan mengembangkan budaya yang kondusif agar setiap mahasiswa nyaman belajar secara
kolaboratif melalui kelompok kecil sampai akhirnya mampu mengembangkan usaha-usaha ekonomi
dalam bidang pertanian, pangan, industri dan perdagangan dalam usaha bersama yang kolaboratif
dan sanggup menanggapi pasar berskala dunia yang penuh tantangan. Melalui kerja kolaboratif
antara para mahasiswa, dosen dan ahli-ahli lapangan dari kalangan industri, para mahasiswa
didorong mengembangkan inovasi teknologi untuk mengangkat kearifan lokal yang memberi manfaat
bagi kesejahteraan rakyat banyak. Disamping itu para mahasiswa dengan dukungan dosennya
didorong menciptakan teknologi yang mampu mendongkrak peningkatan produktifitas kekayaan alam
yang secara melimpah dimiliki bangsa Indonesia menjadi andalan dunia.
Dalam hubungan ini Universitas Trilogi bercita-cita menggalang kerjasama yang erat dan saling
menguntungkan bersama perguruan tinggi lain serta bersinergi bersama tenaga ahli dari berbagai
industri dan dunia usaha pada umumnya. Para dosen dan tenaga akademis diharapkan bersifat
proaktif menjemput bola menggalang kerjasama yang saling menguntungkan dengan semangat
kolaboratif bersama rekan-rekan dari dalam maupun luar negeri untuk memajukan persaudaraan
dunia. Universitas Trilogi juga mengharapkan adanya kuliah bersama perguruan tinggi di dalam dan
di luar negeri untuk merapatkan sinergi yang menguntungkan semua kalangan.

Agenda kolaborasi juga dikembangkan dalam cakupan yang sangat luas meliputi antara lain agenda
Riset, Praktikum, penggunaan atau bahkan tukar menukar bahan Riset serta bahan Praktikum. Akan
diusahakan kolaborasi dalam mengembangkan proses dan jadwal Riset dan Praktikum agar
nenghasilkan keluaran yang tepat tanpa hambatan serta membawa manfaat untuk ikut memajukan
negara dan kesejahteraan bangsa. Untuk itu, tenaga mahasiswa dan dosen, seirama dengan
keahlian masing-masing, akan menjadi bagian dari upaya kolaborasi yang kental dan jujur semata
untuk mendorong keberhasilan yang membawa manfaat kepada kemajuan bangsa, negara dan
rakyat banyak. Dengan model kolaborasi tersebut diharapkan Universitas Trilogi akan menghasilkan
lulusan yang mampu membangun Super-Team yang peduli terhadap sesama anak bangsa dan
mengangkatnya dalam kolaborasi yang saling menguntungkan agar kearifan dan kekayaan lokal bisa
diangkat kepermukaan dengan penuh kebanggaan. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan
Damandiri).

GERAKAN MAHASISWA MENDONGKRAK PARTISIPASI


Oleh: Prof Dr Haryono Suyono
Minggu ini persada Nusantara dipenuhi berbagai kejutan yang tidak banyak disambut seperti halnya
peristiwa negatif atau kontroversial. Yang pertama adalah Peringatan Hari Disabilitas Internasional
yang ditayangkan melalui Acara Gemari Show TVRI Nasional, Peringatan resmi dengan
mendatangkan Menko Kesra dan Menteri Sosial RI, Gerak Jalan bersama Ibu Negara RI yang diikuti
puluhan ribu penyandang Disabilitas di seluruh tanah air serta menghasilkan Rekor Muri. Kedua,
Seminar Nasional Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bersama Yayasan Damandiri.
Kedua peristiwa besar tersebut tujuannya adalah untuk meningkatkan partisipasi semua kalangan
agar peduli terhadap sesama anak bangsa, utamanya memperlakukan para penyandang disabilitas
tidak lagi sebagai penderita, dengan diberikan bantuan karena belas kasian, tetapi secara inklusif
para penyandang disabilitas ditempatkan sebagai insan terhormat melalui upaya pengembangan dan
pemberdayaan atas dasar hak-hak azasi manusia, yang memberi kebanggaan dan kesejahteraan.
Siaran Gemari Show TVRI Nasional dan Gerak Jalan di seluruh Indonesia yang setiap langkahnya
disiarkan secara langsung oleh Radio Republik Indonesia (RRI), Radio DFM, radio swasta di seluruh
tanah air dan media lainnya itu adalah upaya besar merangsang kepedulian dan langkah nyata
seluruh anak bangsa.
Peristiwa kedua adalah mengangkat kepermukaan upaya mahasiswa, utamanya yang tergabung
dalam 85 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia, dan selama ini menyelenggarakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) tematik Posdaya. Dukungan untuk para mahasiswa dan dosen pembimbing itu telah
digelar di Universitas Negeri Semarang dengan kehadiran Menko Kesra dan Mendikbud RI, dan di
ITB dengan kehadiran ribuan mahasiswa, para Rektor, wakil-wakil Pemda dan Pimpinan Posdaya.

Acara puncaknya adalah Seminar Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
menghargai dan merumuskan lebih lanjut Program KKN tematik Posdaya.
Seperti diketahui, dalam KKN tematik Posdaya para mahasiswa dan dosen pembimbing selama satu
atau dua bulan penuh tinggal di desa melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, untuk membantu
dan mendampingi keluarga dan masyarakatnya membentuk, mengisi dan mendorong Posdaya di
desa dan pedukuhan mengentaskan kemiskinan melalui berbagai program pemberdayaan. Melalui Tri
Dharma Perguruan Tinggi, mahasiswa ditugaskan seperti seorang pemimpin gerakan pembangunan
yang santun dan mahir. Mahasiswa dan dosen pembimbingnya berkerja keras melakukan penelitian
dan pemetaan wilayah, budaya, keluarga dan para pemimpin masyarakat di tempat tugasnya. Atas
dasar pengenalan itu, para mahasiswa bekerja keras melakukan kegiatan pendidikan mengajak
partisipasi semua kalangan untuk mendalami masalah kemiskinan dan upaya penanggulangannya
melalui pemberdayaan keluarga. Para mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil dengan sopan
menyediakan diri berbhakti sosial berjuang membentuk Posdaya sebagai forum silaturahmi,
pengembangan kepedulian serta wadah menggodok upaya bersama memberdayakan keluarga
tertinggal.
Keseluruhan gerak itu dipaparkan dalam Seminar yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan bersama para Rektor, Ketua LPPM, para Gubernur, Bupati dan Walikota serta
jajaran Yayasan Damandiri. Kebersamaan itu menghasilkan kesepakatan bahwa Gerakan Mahasiswa
mendongkrak partisipasi dalam upaya pengentasan kemiskinan dan pembangunan sumber daya
manusia perlu dilanjutkan. Indonesia bangkit untuk masa depan yang lebih cemerlang. (Prof. Dr.
Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri).

PEMBERDAYAAN SECARA TERFOKUS


Oleh: Prof Dr Haryono Suyono
Pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga bagi para dosen pembimbing lapangan untuk kegiatan
kuliah kerja nyata (KKN) tematik Posdaya, telah selesai dilakukan pada bulan Maret 2015. Tidak
kurang dari 325 perguruan tinggi yang selama ini ikut dalam kegiatan kuliah kerja nyata telah
mengirimkan dosen dan mahasiswa senior ikut pelatihan, baik tentang falsafah, teori maupun praktek
pendataan dan pemetaan keluarga di desa. Banyak kejutan yang mereka alami dalam pelatihan dan
praktek lapangan. Umumnya keluarga desa yang lugu dan penuh harapan menerima para dosen
melakukan praktek di lapangan dengan senang hati dan harapan baru. Keluarga desa berharap nasib
mereka bisa berubah karena dosen dan mahasiswa, yang kelak menjadi pemimpin bangsa, bisa
memperbaiki nasib mereka. Para dosen muda dan mahasiswa, melalui pendataan itu akhirnya
memetakan seluruh keluarga di Posdaya dan di pedesaan dalam suatu peta sederhana, mudah
dibaca tetapi dengan jelas menggambarkan keadaan seluruh keluarga di wilayahnya.
Keluarga prasejahtera sebagai sebuah keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar yang
sangat minimum ternyata masih banyak di desa dan di kelurahan di perkotaan. Bangunan mewah

yang berjejer di jalan-jalan di perkotaan, dengan keluarga dan anggotanya yang keluar masuk rumah
dengan mobil atau sepeda motor, di belakangnya ternyata masih menyembunyikan puluhan keluarga
lain yang memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh untuk bisa menikmati kemerdekaan di
tanah air tercinta ini. Keluarga-keluarga prasejahtera tidak terlalu kelihatan secara fisik, karena
terlindung oleh bangunan dan kemewahan yang kadang tidak mengenal tetangganya yang
menderita.
Di pedesaan, biarpun sepintas tidak terlalu menyolok adanya perbedaan seperti itu, tetapi sering kita
lihat kesenjangan juga bertambah menganga. Keluarga yang gagal membebaskan diri dari
kemiskinan, anaknya yang dianggap dewasa segera dinikahkan. Keluarga baru ini jadi tambahan
karena umumnya belum bisa secara sungguh-sungguh memenuhi kebutuhan dasarnya yang sangat
menimal. Keluarga baru itu ikut orang tuanya, bekerja seadanya dan akhirnya ikut menambah,
bahkan menurunkan tahapan keluarga yang semula pada posisi keluarga sejahtera I, kembali
menjadi keluarga prasejahtera.
Di daerah yang relatif gersang karena ditinggalkan anak mudanya, situasinya bertambah ruyem.
Orang tua yang tertinggal tidak bisa mengolah sawah atau ladang yang terbatas dengan teknologi
mahal. Anak-anak muda dengan pendidikan seadanya tidak lagi mau tinggal di desa. Dengan bekal
seadanya mencari kerja di kota atau di tempat-tempat yang menurut pengetahuan terbatas bisa
memberi kemudahan hidupnya. Mereka melepaskan diri dari kungkungan pedesaan yang secara
turun menurun menghasilkan keluarga yang hampir tidak pernah berubah. Anak-anak muda mencoba
hidup baru yang menjanjikan. Yang ditinggalkan, karena idak ada tenaga kerja muda, menjadi lebih
sengsara. Anak muda yang menggabung pada keluarga lain di kota menyebabkan keluarga tempat
bergabung merosot menjadi keluarga prasejahtera baru karena tanggungannya bertambah berat.
Pendataan dan pemetaan keluarga dengan tepat menempatkan keluarga prasejahtera dengan jelas
di dalam peta. Para dosen dan mahasiswa senior semester ke 7 yang sebentar lagi akan lulus
menjadi sarjana bertamah pengetahuannya bahwa gemerlapan keluarga di kota yang tinggal di
rumah mewah tidak berarti di belakang rumahnya tidak ada masalah bangsa yang perlu segera
dipecahkan. Keluarga yang ikut bergabung dengan keluarga lain yang lebih dulu ke kota membawa
masalah bagi keluarga yang ditinggalkan di desa, dan menurunkan tahapan keluarga desa yang lebih
dulu pindah ke kota. Belum sampai keluarga sanak saudara di kota berkembang dan berubah
menjadi keluarga sejahtera III sudah terpaksa menjadi keluarga sejahtera III plus, uaitu menolong
kerabatnya yang ikut arus pindah ke kota. Akibatnya, keluarga pelopor kepindahan itu gugur, berubah
kembali menjadi keluarga sejahtera II, atau bahkan merosot menjadi keluarga prasejahtera. Alasan
sangat sederhana, karena berbaik hati menolong anggota keluarga dari desa, anaknya sendiri,
terpaksa tidak melanjutkan pendidikan, dan jadilah keluarganya masuk dalam kategori keluarga
prasejahtera.
Insha Allah, seperti halnya pada saat kita gencar-gencarnya mengatasi kemiskinan di Indonesia pada
tahun 1990-an, peta yang secara seksama dibuat oleh rakyat sendiri, akan bisa mempersatukan
seluruh keluarga di suatu kawasan untuk menyegarkan kembali budaya hidup gotong royong, bersatu

bekerja bersama menolong keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasarnya yang sangat
menimal. Kita tidak perlu malu, karena ternyata di tanah air tercinta ini memang masih ada peristiwa
keluarga yang naik tingkat tetapi juga ada keluarga turun dari suatu fase kemajuan ke tingkatan yang
lebih rendah. Ada alasan yang didorong rasa kemanusiaan yang sangat luhur ingin menolong
saudaranya yang masih menderita, karena belum mapan, rasa kemanusiaan itu justru bisa menyeret
keluarganya mundur ke posisi lebih rendah. Disamping itu, ada karena alasan kesombongan,
membuat batasan untuk keluarganya. Keluarga ini tidak mau peduli sesama, takut kehilangan gengsi
dan merasa sudah bekerja keras kenapa yang lain mau enaknya sendiri saja. Ada ribuan alasan lain
yang bisa diurai dengan panjang lebar. Pendataan dan pemetaan keluarga mengundang hati nurani
kita untuk berbagi bukan dengan gratis, tetapi melalui pemberdayaan kerja cerdas dan keras. Marilah
berbagi untuk keluarga Indonesia yang masih tertinggal. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan
Damandiri,www.haryono.com).

UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI SIAPKAN POSDAYA


DI NTB
Oleh: Prof Dr Haryono Suyono
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Posdaya yang sementara ini telah dilakukan oleh sekitar 300 perguruan
tinggi di seluruh Indonesia, setiap minggu jumlahnya bertambah dengan beberapa perguruan tinggi di
berbagai daerah. Salah satu yang menarik adalah partisipasi awal dari Universitas Gunung Rinjani di
Lombok Timur. Rektor Universitas ini, Drs. H. Ayip Rosidi, SH., MM., sudah duakali berkunjung ke
Jakarta dan bertemu Pimpinan Yayasan Damandiri untuk mengembangkan Posdaya di Lombok
Timur. Pada kunjungan kali ini, Rektor yang didampingi oleh Wakil Rektor I, Drs. Rizal, beberapa
dosen dan mahasiswanya, langsung mengikuti pelatihan pengembangan Posdaya di Haryono Center
di Jakarta. Robongannya juga akan meninjau kegiatan Posdaya yang berjalan baik di daerah
Kebayoran Lama di Jakarta.
Seperti diketahui, sebagian Posdaya yang dewasa ini berjumlah tidak kurang dari 45.000 sudah
selesai mengadakan pedataan dan pemetaan keluarga di banyak daerah yang dianggap maju.
Melalui pendataan itu, Posdaya yang rajin, mengadakan kegiatan pemetaan keluarga dalam
lingkungan Posdaya binaannya. Keluarga anggotanya dibagi dalam beberapa kelompok sesuai
tahapan perkembangan kemajuannya, mulai dari keluarga prasejahtera, keluarga sejahtera I,
keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III dan keluarga sejahtera III plus.
Pembagian keluarga menurut tahapan kemajuannya itu diperlukan agar dengan system gotong
royong dalam lingkungannya, setiap Posdaya secara bertahap dapat membantu keluarga
prasejahtera memacu kemajuan keluarganya yang tertinggal. Dengan peduli dan gotong royong itu,
keluarga yang lebih mampu dianjurkan peduli dan menolong pemberdayaan keluarga yang dianggap
bisa diajak maju. Mereka diselidiki apa saja yang menyebabkan sebuah keluarga belum bisa maju.
Keluarga dianggap sebagai keluarga prasejahtera kalau belum bisa memenuhi kebutuhan dasar yang
sangat minimal. Keluarga seperti itu belum tentu miskin, tetapi dengan goncangan sedikit saja bisa

jatuh miskin. Ada kalanya sebuah keluarga tidak bisa makan secara teratur dua kali sehari, atau
keluarga yang bersangkutan, biarpun untuk sekolah sekarang tidak dipungut bayaran atau gratis
tetapi ada saja yang tidak menyekolahkan anaknya karena berbagai alasan. Ada juga kalanya tidak
mempunyai pekerjaan tetap sehingga kebutuhan primairnya tidak bisa terpenuhi. Alasan-alasan
seperti itu, yang menjadi indikator suatu keluarga dianggap prasejahtera, melalui pendataan dan
pemetaan bisa menjadi bahan diskusi dan silaturahmi keluarga kelurga yang menjadi anggota
Posdaya.
Para utusan dari Lombok Timur, minggu lalu telah mempelajari konsep itu selama tiga hari.
Rombongan mereka dipimpin langsung oleh Rektor dan Wakil Rektor Universitas Rinjani Lombok
Timur juga mempelajari pengembangan Posdaya di Jakarta. Setelah kembali, mereka diajak oleh
Pemda untuk mengembangkan Posdaya di wilayahnya bersama-sama. Bupati Lombok Timur, Moch.
Ali bin Dachlan, yang menaruh perhatian yang tinggi terhadap upaya pengentasan kemiskinan dan
kemajuan keluarga di daerahnya telah memberikan komitmennya untuk memadukan upaya
pengentasan kemiskinan itu melalui proses pemberdayaan yang terpadu. Pengembangan Posdaya
sekaligus diharapkan bisa menjadi pemicu upaya pengentasan kemiskinan untuk keluarga tertinggal
di daerah Lombok Timur.
Oleh karena itu, para pejabat dari Lombok Timur itu sekaligus dikirim ke Universitas Trilogi untuk
mengikuti studi lanjutan dalam bidang Manajemen Pemerintahan dan Pembangunan Desa.
Diharapkan

mereka

bisa

segera

memahami

teori-teori

manajemen

modern,

termasuk

pengemgbangan pendekatan Reiventing Government yang dimasa lalu menjadi bahan diskusi untuk
pendekatan pembangunan dengan menyertakan kearifan lokal serta inovasi yang dikembangkan
dengan gencar sesuai perkembangan daerah atau kekayaan local wisdom. Seperti diketahui daerah
bagian utara Lombok Timur merupakan daerah pertanian yang subur yang dengan lereng Gunung
Rinjani banyak menjanjikan. Daerah itu berpotensi untuk pengembangan agro industry yang
menjanjikan.
Daerah Lombok Timur juga mempunyai potensi kelautan yang menjajikan. Selain untuk
pembudayaan kerang mutiara, daerah ini juga merupakan potensi penghasil ikan yang cukup
menjajikan. Yang menjadi masalah adalah bahwa potensi itu belum sepenuhnya dikembangkan
menjadi komoditas yang memberi keuntungan besar bagi pendudukanya. Karena itu melalui
Posdaya, keluarga desa bisa dipacu untuk mengembangkan potensi itu sebagai bagian dari ekonomi
kerakyatan yang bisa mendongkrak sumber daya lokal yang tersedia di kawasan yang mempunyai
harapan

masa

depan

yang

tinggi

itu.

(Prof.

Dr.

Haryono

Suyono,

Ketua

Yayasan

Damandiri, www.haryono.com).

TAHAPAN PEMBERDAYAN KELUARGA DI POSDAYA

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono


Setelah mengikuti pelatihan yang intensif, mulai tanggal 11 Maret 2015, sekitar 300 perguruan tinggi
di Indonesia mulai melakukan pendataaan keluarga pada Posdaya binaannya. Sebagian sudah
menyelesaikan persiapan pengiriman mahasiswa untuk kuliah kerja nyata tematik Posdaya di desadesa. Sebagai contoh, di Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya (UNESA), yang mulai tahun ini
mengirim mahasiswa KKN setiap bulan, sudah melengkapi mahasiswa semester ke 7 yang KKN
dengan pembekalan untuk pendaftaran dan pemetaan keluarga. Di Jawa Tengah, Universitas Negeri
Semarang (UNNES), juga siap dengan pendataan. Mereka mempersiapkan ribuan mahasiswa terjun
ke desa-desa di Jawa Tengah dan beberapa kabupaten di Jawa Timur. Di Jawa Barat, IPB yang
merupakan salah satu pelopor, dan bertindak sebagai koordinator gerakan pemberdayaan keluarga
bagi banyak perguruan tinggi, telah selesai mengadakan pelatihan tenaga tutor secara tuntas.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), di Bandung, dengan puluhan ribu mahasiswa telah siap
memberikan dukungan pendidikan luar sekolah dan KKN tematik posdaya yang paripurna.
Pendataan keluarga dilakukan oleh anggota Posdaya dengan pendampingan para mahasiswa dari
perguruan tinggi yang mulai bulan ini mengadakan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) tematik
Posdaya di seluruh desa hampir di seluruh Indonesia. Karena waktu pelaksanaan kuliah kerja nyata
bagi setiap perguruan tinggi tidak sama, maka pelaksanaan pendataan tidak dilakukan serentak,
tetapi hampir bersamaan. Pendataan yang hampir bersamaan itu akan disusul dengan gerakan
masyarakat mengentaskan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I dari lembah kemiskinan.
Untuk melakukan pendataan keluarga, setiap Perguruan Tinggi yang tergabung dalam 300 perguruan
tinggi yang melakukan KKN tematik Posdaya mengirimkan tenaga ahlinya untuk dilatih secara intensif
pada pusat pusat pelatihan di berbagai daerah. Tenaga ahli yang umumnya merupakan tenaga inti
dari setiap LPPM Perguruan Tinggi bertindak sebagai tutor utama untuk melatih ribuan dosen
pembimbing dan mahasiswa semester ke 7 atau semester ke 8 mengikuti kuliah kerja nyata ke
pedesaan.
Para mahasiswa dibekali buku petunjuk dan peralatan dasar seperti kertas dan beberapa peralatan
lain termasuk sticker warna warni yang dipergunakan sebagai tanda bagi setiap keluarga dalam
pembuatan peta. Setiap keluarga didata sesuai indikator yang telah disepakati menurut UU nomor 10
tahun 1992, dan diperbaharui dengan UU nomor 52 tahun 2009. Hasil pendataan itu tidak
dikumpulkan di tingkat provinsi, kabupaten/kota atau di tingkat pusat. Hasil pendataan yang dilakukan
oleh setiap Posdaya dengan pendampingan mahasiswa yang mengikuti kuliah kerja nyata akan
menjadi milik Posdaya. Hasil pendataan yang kemudian dituangkan dalam peta keluarga itu akan
menjadi bahan baku untuk dibahas pada setiap Posdaya. Apabila pada Posdaya itu terdapat keluarga
prasejahtera dan keluarga sejahtera I, maka keluarga yang lebih mampu akan dihimbau untuk
membantu

bagaimana

mengentaskan

keluarga

yang

tertinggal

tersebut.

Setiap Posdaya, karena rata-rata nasional tingkat kemiskinan berada pada tingkat sekitar 11 persen,

dalam setiap 100 keluarga hampir pasti ada sekitar 89 keluarga yang bisa dianggap tidak miskin atau
mampu. Setiap Posdaya diharapkan berusaha agar keluarga mampu secara gotong royong
memikirkan dan memberikan dukungan kepada keluarga prasejathera dan sejahtera I, utamanya
yang miskin. Keluarga yang miskin didorong mengikuti roadmap yang ditetapkan bersama oleh
seluruh anggota Posdaya agar keluarga sasaran bekerja cerdas dan keras, yang dengan bantuan
dan

dukungan

keluarga

mampu

berkembang

menjadi

keluarga

yang

lebih

sejahtera.

Karena sasarannya adalah keluarga prasejahtera yang umumnya buta aksara atau pendidikannya
sangat rendah, dan biasanya tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar yang sangat minimal, maka
upaya pemecahannya harus disesuaikan dengan kemampuan sasarannya. Pemberian dukungan
harus menempatkan keluarga sasaran yang sederhana itu menjadi pemain utamanya. Keluarga lain,
anggota Posdaya, atau mahasiswa KKN, tidak boleh menjadi wakilnya, atau bahkan menggantikan
peranan keluarga sasaran yang sederhana biarpun proses pelaksanaan untuk berubah itu relatif
lamban. Para mahasiswa yang keberadaannya di desa bersifat sementara hanya diharapkan
memberi petunjuk, mendampingi dan kalau perlu memberikan percontohan agar lama kelamaan
setiap keluarga sasaran makin percaya diri dan akhirnya menjadi pemain yang berhasil.
Penggunaan peta keluarga yang secara terperinci telah menempatkan seluruh keluarga dalam suatu
Posdaya akan menolong setiap pengurus dan anggota Posdaya dan keluarga mampu mengetahui
secara teliti apakah keluarga sasaran bisa bergerak maju atau memerlukan motivasi dan bantuan
lebih lanjut agar bisa maju. Dukungan massal dari seluruh anggota dan semangat tidak pantang
mundur dari kebersamaan dalam Posdaya akan menolong setiap keluarga sasaran maju pesat
mengikuti

roadmap

yang

ditetapkan.

Berdasarkan pengalaman yang ada, dukungan itu harus diberikan secara sangat sederhana. Di
daerah Bogor misalnya, suatu Posdaya dengan lima anggota keluarga prasejahtera yang miskin,
diajari untuk memelihara ayam kampung. Setiap keluarga diberi tidak lebih dari 10 anak ayam yang
siap untuk diberikan makanan setiap hari. Dalam waktu dua tiga bulan anak ayam itu tumbuh dengan
baik dengan berat sekitar 0,8 onz sampai 1,2 onz. Pada tingkat seberat itu ayam sudah siap dijual.
Pengalaman dengan beberapa ayam itu memberi kepercayaan kepada Pengurus dan anggota
Posdaya lain untuk menambah ayam yang dipelihara keluarga sasaran itu. Kepercayaan yang makin
tinggi itu kemudian menghasilkan pemberian anak ayam bukan sepuluh setiap keluarga tetapi bisa
ditingkatkan sampai limapuluh ekor. Sehingga lima keluarga itu bisa menghasilkan ayam potong
sekali

musim

sekitar

250

ekor.

Pada saat yang sama keluarga sasaran diajari untuk menghasilkan olahan makanan ayam disamping
pellet bikinan pabrik yang biasa diberikan kepada ayam tersebut. Pengalaman dua kali melihara
ayam itu menghasilkan kepercayaan dari Posdaya dan pengurusnya untuk memberi bahan baku
ayam lebih 100 bibit ayam kepada setiap keluarga sasaran. Karena itu lima keluarga miskin itu pada
waktu ini telah bisa dan Insha Allah akan menghasilkan sekitar 500 ayam potong sekali panen.
Dengan jumlah yang mamadai itu setiap keluarga akan meraih cukup nilai tambah sehingga dari

keluarga miskin bisa berubah menjadi keluarga yang bisa mandiri dan sejahtera. (Prof. Dr. Haryono
Suyono, Ketua Yayasan Damandiri, www.haryono.com).

Anda mungkin juga menyukai