Aritmia
Aritmia
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
1.5 Patofisiologi
1.5.1 Narasi
Gangguan irama jantung (aritmia) merupakan jenis komplikasi yang paling
serign terjadi pada infark miokardium di mana insidennya sekitar 90 %.
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan ini bermanifestasi dengan perubahan bentuk potensial aksi, yaitu rekaman
grafik aktifitas listrik sel. Misalnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan
depolarisasi spontan, dengan meningkatkan kecepatan denyut jantung. Secara klinis,
diagnosis aritmia berdasarkan pada interpretasi elektrokardiogram. Kecepatan denyut
jantung normal berkisar antara 60 100 denyutan/menit (DPM)
Kecepatan denyut jantung di bawah 60 DPM dinamakan bradikardia,
sedangkan takikardia manyatakan kecepatan denyut jantung lebih dari 100 DPM.
Kedua kelainan kecepatan denyut jantung ini dapat mempengaruhi fungsi jantung.
Karena kecepatan denyut jantung merupakan penentu utama dari curah jantung
(curah jantung = frekuensi denyut jantung x curah sekuncup), maka
pengurangan/peningkatan berlebih pada kecepatan denyut jantung dapat mengurangi
curah jantung.
Takikardia mengurangi curah jantung dengan memendekkan waktu pengisian
ventrikel dan curah sekuncup, dan bradikardia mengurangi curah jantung dengan
mengurangi frekuensi ejeksi ventrikel. Karena curah jatnung turun, tekanan arteria
dan perfusi perifer berkurang. Lagipula takikardia dapat memperberat iskemia
dengan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium, sementara juga mengurangi
lama waktu diastolic, yaitu masa di mana aliran koroner paling besar, dan dengan
demikian mengurangi suplai oksigen ke arteri koronaria.
1.5.2
Pohon masalah
Infark miokardium
Perubahan elektrofisiologi sel miokardium
Perubahan potensial aksi
Perangsangan parasimpatis
perangsangan simpatis
Menurunkan depolarisasi
Bradikardia
takikardia
Resti
penurunan
curah jantung
Gangguan
perfusi
jaringan
Vasokontriksi perifer
- Edema.
- Haluaran urine.
c. Integritas Ego
DS:
- Pernafasan gugup, pernafasan terancam.
- Stressor sehubungan dengan masalah medik.
DO:
- Cemas
- Takut
- Menolak
- Marah
- Gelisah
- Menangis
d. Makanan / cairan
DS:
- Hilang nafsu makan, anoreksia
- Tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat)
- Mual/muntah
- Perubahan berat badan
DO:
- Perubahan berat badan
- Edema
- Perubahan pada kelembaban kulit / turgor.
- Pernafasan krekles.
e. Neurosensori
DS: Pusing. Berdenyut, sakit kepala
DO:
- Status sensori berubah, contoh: disorientasi, bingung, perubahan pola bicara /
kesadaran, pingsan, koma.
- Perubahan perilaku
- Perubahan pupil (reaksi terhadap sinar).
f. Nyeri / Ketidaknyamanan
DS: Nyeri dada ringan sampai akhirnya berat, di mana dapat atau tidak bisa hilang
dengan obat antiangina.
DO: Perilaku distraksi. Contoh: gelisah.
g. Pernafasan
DS:
- Penyakit paru kronis
- Penyakit atau penggunaan tembakau berulang.
- Nafas pendek
- Batuk (dengan atau tidak dengan produksi sputum)
DO:
-
3. LITERATUR
Junadi Purnawan, Soemasto S Akek, Amelz Husna. 1982. Kepita Selekta Kedokteran
Edisi Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
DR, Dr, Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Thorn, Adams, Braunwald. Issel Bacher. Petersdorf. 1981. Principles of Internal
Medicine Edisi 9: Gangguan gangguan jatnung bagian 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Marylin Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 1994. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit edisi 4.
Jakarta: EGC.