Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM

PROGRAM STUDI
STUDI S1
S1 FARMASI
FARMASI
FAKULTAS
FAKULTAS TEKNOLOGI
TEKNOLOGI DANDAN SAINS
SAINS
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS MANDALA
MANDALA WALUYA
WALUYA
KENDARI
KENDARI

NAMA
NAMA KELOMPOK
KELOMPOK ::
1.
1. NUR
NUR ISMAYANI
ISMAYANI
2.
2. NINDITA
NINDITA MEISYA
MEISYA PUTRAWAN
PUTRAWAN
3.
3. IIN
IIN ANGGELIA
ANGGELIA ARNIDHA
ARNIDHA
4.
4. FINGKY
FINGKY ENGGAR
ENGGAR PRATIWI
PRATIWI
5.
5. ANUGRAH
ANUGRAH AL AL SUHRI
SUHRI
6.
6. RIA
RIA WAHYU
WAHYU NINGSIH
NINGSIH

TUGAS KELOMPOK IV - FARMAKOTERAPI ARITMIA


Pengertian Aritmia

Aritmia jantung atau gangguan irama jantung, merupakan


kondisi denyut jantung yang tidak menentu atau tidak teratur
(menjadi terlalu cepat atau terlalu lambat). Aritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan
oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia timbul
akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel Gangguan
irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut.
Etiologi aritmia pada umumnya disebabkan oleh
beberapa factor antara lain :

1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan


miokard (miokarditis karena infeksi).

2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme


arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan


obatobat anti aritmia lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).

Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang


5.
mempengaruhi kerja dan irama jantung.

6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).


8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

Gangguan irama jantung karena kardiomiopati


9.
atau tumor jantung

Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi


10.
(fibrosis sistem konduksi jantung)
Patogenesis Atau Patofisiologi

Patofisiologi terjadi apabila perubahan tonus susunan


saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit di
Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia. Dalam
keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di
denyut nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per
menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali per menit,
yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu
keserabut purkinje.
Manifestasi Klinis

1. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi) nadi mungkin tidak teratur;


defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.

2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,


letargi, perubahan pupil
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.

4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;


bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

5. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema


(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
Tata Laksana Terapi Non-farmakologi

1. Menghentikan konsumsi alkohol dan marijuana


2. Olahraga teratur
3. Istirahat cukup
4. Hindari merokok
5. Hindari garam dan makanan kolesterol
6. Perubahan gaya hidup
Tata Laksana Terapi Farmakologi

Obat Anti-aritmia (Antiarrhythmic drugs) Obat-obat ini cukup


1. ampuh untuk mengurangi gejala takikardia. Berikut adalah nama
obat untuk gejala aritmia dan biasa nya obat ini diresepkan:
amiodarone, Ibutilide, lidocaine.

Calcium channel blockers Obat-obatan ini membantu


2. menurunkan pemompaan jantung sehingga pembuluh darah akan
rileks dan memperlambat denyut jantung. Obatobatan calcium
channel blockers yang umum diresepkan untuk mengelola aritmia
jantung diantaranya: Nisoldipine, Verapamil.
Beta blockers Obat ini memblokir efek adrenalin sehingga
3. mengurangi kemungkinan hipertensi dan dapat mempengaruhi
jantung dan peredaran darah. Berikut adalah beberapa obat-obatan
beta blockers yang sering diresepkan : Acebutolol dan Atenolol.

Antikoagulan Antikoagulan dikenal sebagai obat pengencer darah.


4. Artinya, antikoagulan berfungsi untuk mencegah darah dari
pembekuan atau koagulasi. Sebagian besar serangan jantung
terjadi akibat adanya penggumpalan darah.
Jadi, penggunaan obat-obatan ini penting untuk mencegah
komplikasi aritmia jantung. Termasuk obat antikoagulan
diantaranya: Warfarin, Aspirin. Efek-efek sampingan, yang sering
terjadi jika mengonsumsi ke empat obatobat aritmia diatas adalah:
1. sembelit, mual, sakit kepala, ruam, edema (pembengkakan
kaki-kaki dengan cairan), tekanan darah rendah, keadaan
mengantuk, dan kepusingan, kelelahan.
2. Disfungsi hati dan pertumbuhan lebih dari gusi-gusi mungkin
juga terjadi gagal jantung.
3. Gejala-gejala dari gagal jantung mungkin memburuk karena
obat-obat ini mengurangi kemampuan dari jantung untuk
memompa darah.
Alogaritma Aritmia
Contoh Kasus
Identitas pasien : Tn. R usia 48 tahun
Keluhan pasien : mengeluh dadanya selalu terasa bergemuruh, sering lelah dan
pusing.
Riwayat penyakit keluarga : -
Riwayar penyakit penderita : gagal jantung
Riwayat pengobatan : -
Kebiasaan/ perilaku :Objective 
Data Vital
Heart Rate : ireguler, 130x/menit.
RR : 30x/menit.
Suhu tubuh : 37,5˚C.
Tekanan darah : 120/90mmHg
Pemeriksaan Fisik : Sianosis pada ekstremis bawah
Pemeriksaan Laboratorium :
Kolesterol total : 200mg/dL
Glukosa darah sewaktu : 100mg/Dl
EKG : aritmia
Assament
problem medik : diagnosa fibrilasi atrium / aritmia
Terapi yang diperoleh :
- digoxin : 0,25mg 2x1
- amiodaron : 200mg 3x1
DRP
Interaksi obat
Plan
a. Penetapan tujuan terapi Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, dan untuk
mencegah serta menurunkan perburukan pasien.
b. Solusi dari problem DRPsDigoxin diganti dengan obat golongan beta bloker yaitu
bisoprolol dimana obat beta bloker ini memiliki fungsi yang sama dengan digoxin
yaitu untuk mengatasi heart failur.
c. Pemilihan terapi farmakologi berdasarkan farmakoterapi rasional meliputi:
- 4T1W
- Amiodaron
Tepat indikasi : gangguan ritme nodal, gangguan ritme ventricular, gangguan ritme
yang berhubungan dengan syndrome wolf-parkinson-white
Tepat dosis : 300mg IV, 800 -1600 mg PO
Tepat obat : Mekanisme Aksi Antiaritmia Kelas III dengan menghambat stimulasi
Adrenergik (Alfa dan Beta Bloker), berefek pada Kanal sodium (natrium),
Potassium (kalium) dan Calcium (Kalsium),. Memperpanjang potensial aksi dan
periode refraktori pada jaringan miokard, menurunkan konduksi AV dan fungsi
sinus node.
Tepat pasien : pasien tidak memiliki kontraindikasi
Efek samping : pusing
- Bisoprolol 
Tepat indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Tepat dosis : 1,25mg/hari PO, meningkat secara bertahap jika perlu tidak melebihi
10mg/hari
Tepat obat : terutama memblok reseptor adrenergik ß1. Menurunkan frekuensi
jantung dan curah jantung dan penurunan pelepasan rennin. Efek bronkokonstriksi
kurang dibandng zat-zat yang berikatan dengan reseptor ß2.
Tepat pasien : pasien tidak memiliki kontraindikasi
Efek samping :bradikardi
d. Pemberian informasi kepada penderita (KIE)
- Amiodaron 
Dengan dosis 600 mg diberikan selama 7-14 hari sampai aritmia dapat
dikontrol lalu dosis diturunkan menjadi 400-800 mg/hari untuk 1-3
minggu berikutnya
e. Pilihan Obat yang tepat untuk pasienAmiodaron Dosis 200 mg
3x1Bisoprolol dosis 1.25 mg /oral/hari
f. Memonitor - memonitor fungsi tiroid
- TD
- HR
- RR
g. Terapi non farmakologi
- mengurangi asupan lemak berlemak
- mengurangi kebiasaan merokok
- mengurangi berat badan 
- Perbanyak minum air putih- Rajin olahraga
- Pola makan DA`
Kasus supraventricular arrhythmia mempunyai banyak modalitas terapi.
Jika terdapat SVT yang stabil, maka terapi awalnya adalah manuver vagal (class
I, LoE B). Ada banyak manuver vagal, namun yang direkomendasikan adalah
pijat sinus karotis. Manuver lain yang bisa dicoba dan cukup aman adalah
batuk-batuk, reflek muntah, facial immersion, valsava, atau modified valsava.
Memang angka keberhasilannya tidak tinggi (sekitar 20% pada kasus typical
AVNRT).
Selanjutnya jika vagal maneuver tidak berhasil dapat diberikan CCB non
dyhidropyridine (seperti diltiazem atau verapamil) (class I, LoE A). Verapamil
lebih efektif namun diltiazem lebih banyak ditemukan di praktek sehari-
hari.Dosis diltiazem untuk terapi SVT adalah 0,25 mg/kgBB, diberikan bolus
lambat dalam 2 menit (pastikan tidak ada kontraindikasi diltiazem seperti gagal
jantung advanced). Amiodaron (class IIb, LoE C) dan digoxin juga dapat
menjadi alternatif terapi pilihan.
Jika praktek di daerah perifer dimana obat-obat kardiovaskuler injeksi
sangat sulit didapatkan, dapat juga memakai diltiazem oral 120 mg atau
propranolol oral 80 mg atau kombinasi keduanya. Jika sangat terpaksa, dapat
juga menggunakan lidocain 1 mg/kgBB bolus lambat dalam 2 menit.
Dibawah ini rangkuman aspek farmakologis beberapa obat yang
dapat diberikan untuk pasien SVT

1. Lidokain.
• Indikasi: dapat diberikan pada kasus-kasus takikardi atau
takiaritmia dan henti jantung dengan irama VF/VT sebagai terapi
alternatif amiodaron.
• Cara pemberian: dosis awal 1-1.5 mg/kgBB, bisa diulang 10-15 menit
kemudian, dengan dosis maksimum sebanyak 3 kali atau total dosis
3 mg/kgBB, pada kasus henti jantung dosis tunggal 1,5 mg/kgBB/IV.
• Perhatian: pemberian dihentikan jika menimbulkan tanda-tanda
toksisitas, dosis dikurangi pada psien dengan fungsi hati yang
menurun, maupun fungsi ventrikel yang menurun. Pemberian
dengan tujuan pencegahan infark miokard akut tidak disarankan.
β Blocker.
Golongan Penyekat β yang dapat diberikan antara lain:
1. Propanolol.
• Indikasi : dapat diberikan pada kasus takikardi atau
takiaritmia, angina pectoris tidak stabil, dan infark
miokard akut sebagai anti angina.
• Cara pemberian : total dosis 0.5 mg-1 mg/kgBB selama 1
menit diulang sampai total 0,1 mikrogram/kgBB/menit,
diberikan IV lambat dibagi dalam 3 pemberian dengan
interval waktu 2-3 menit, dosis oral 10-20 mg selama 6-18
jam.
• Perhatian : dapat menyebabkan depresi miokard, tidak
boleh diberikan pada blok AV derajat II dan III, syok
kardiogenik, dan asma
2. Metoprolol.
• Indikasi : dapat diberikan pada kasus takikardi atau
takiaritmia, angina pectoris tidak stabil, dan infark
miokard akut sebagai anti angina.
• Cara pemberian: dosis awal 5 mg IV setiap 5 menit secara
lambat dan dapat diulang 3 kali. Dititrasi sesuai dengan
denyut jantung dan tekanan darah, dosis oral 25-50 mg
selama 6-12 jam, kemudian setelah 2-3 hari dinaikkan 2
kali dosis awal, dapat dititrasi sampai dosis 200 mg/hari.
• Perhatian : dapat menyebabkan depresi miokard,tidak
boleh diberikan pada blok AV derajat II dan III, syok
kardiogenik, dan asma.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai