BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari
otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet).
Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik (gerak) . Sedangkan rangka adalah
bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi (Sloane, 2004).
2.1.1 Fungsi Sistem Muskolosekletal
a) Fungsi Otot
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot
tersebut melekat dan bergerak dalam bagian-bagian organ internal
tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang
rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri
atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan
panas untuk mempertahankan tubuh (Sloane, 2004).
b) Fungsi Tulang
1. Tulang memberikan topangan dan bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan. Tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah
persendian dan berfungsi sebagai pengungkit. Jika otot-otot (yang
tertanam pada tulang) berkontraksi, kekuatan yang diberikan pada
pengungkit menghasilkan gerakan.
3. Perlindungan. Sistem rangka melindungi organ-organ lunak yang
ada dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah Sumsum tulang merah, yang ditemukan
pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan
vertebra, tulang pipih pada kranium, dan pada bagian ujung
panjang, merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit darah.
Otot
1. Otot rangka
Dapat ditemukan
3. Otot jantung
Merupakan kombinasi otot rangka dan otot polos.
Miofilamen disusun dalam pola pemitaan regular sehingga otot
jantung berlurik. Filamen aktin tipis mengandung troponin dan
tropomiosin. Otot jantung memiliki tubulus T dan retikulum
sarkoplasma yang terbentuk dengan baik (Sloane, 2004).
2.1.3 Otot yang Berperan dalam Sistem Muskuloskeletal
3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk
membuka banyak kanal bergerbang asetilkolin melalui molekulmolekul protein yang terapung pada membran.
4. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah besar
ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot.
Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara
yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut
saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak
aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Disini
potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah
besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum ini.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan
miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama
lain, dan menghasilkan proses kontaksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali di dalam
retikulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap
disimpan dalam retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang
lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi
otot terhenti (Sloane, 2004).
B. Sistem rangka
Rangka manusia dewasa tersususn dari 206 tulang yang membentuk suatu
kerangka tubuh yang kokoh.
a. Komposisi Jaringan Tulang
1.
2.
Ca
(OH)2.
c) Persenyawaan antara kolagen dan kristal hidroksiapatit bertanggung
jawab atas daya regang dan daya tekan tulang yang besar. Cara
penyusunan tulang serupa dengan pembuatan palang beton: serat
serat kolagen seperti batangbatang baja pada beton; garamgaram
tulang sama seperti semen, pasir, dan batu pada beton tersebut
3.
(Sloane, 2004).
Kedua jenis jaringan tulang, tulang cancellus (berongga) dan tulang
kompak. Kedua jenis tulang ini memiliki komposisi yang sama, tetapi
porositasnya berbeda.
a) Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama
ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang cancellus.
Porositasnya bergantung pada saluran mikroskopik (kanakuli) yang
mengandung pembuluh darah, yang berhubungan dengan saluran
havers.
b) Tulang cancellus tersusun dari batangbatang tulang halus dan
ireguler yang bercabang dan saling bertumpang tindih untuk
membentuk jaringanjaringan spikula tulang dengan ronggarongga
yang mengandung sumsum.
c) Jumlah tulang cancellus dan tulang kompak relatif bervariasi
bergantung pada jenis tulang dan bagian yang berbeda dari tulang
yang sama (Sloane, 2004).
Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular dan
persendian antar tulang. Tulang tengkorak terdiri dari 22 tulang , 8 tulang
cranial dan 14 tulang fasial (Sloane, 2004).
1) Tulang cranial
Tulang cranial berfungsi menutupi dan melindungi otak dan organ organ
panca indera.
10
11
2.1.5 Osteogenesis
A. Osteogenesis intrakartilaginosa/endokondral
Tulang dibentuk pada kartilago pada fetus. Kebanyakan tulang
panjang dikembangkan dengan metode ini. Seperti vertebrae, costae,
sternum, dan eksteremitas. Zona ini terdiri dari 5 zona penulangan, yaitu
(Teguh dkk, 2011):
1. Zona kondrosit cadangan,, proses pertama diawali dengan masuknya
sel-sel
mesenkim
ke
dalam
kartilago,
mengalami
dewasa,
kondrosit
mengalami
pendewasaan,
Gambar 8. Osteogenesis
12
B. Osteogenesis intramembranosa/ekkondral
Yakni pembentukan tulang dengan jalan transformasi jaringan
pengikat fibrosa. Terdapat pada tulang sebelah luar, seperti tengkorak.
Serat kolagen mula-mula dimasuki zat ossein, lalu fibroblas mengalami
transformasi menjadi osteoblas dan osteosit. Osteoblas pembentuk tulang,
osteoklas peresap zat yang mau dirombak jadi tulang. Terbentuklah
jaringan tulang yang mengandung osteosit. Sel-sel mesenkim sekitar
kemudian membentuk lapisan luar tulang :periosteum. Ada 3 tipe
penulangan intramembranosa, yaitu (Teguh dkk, 2011):
1. Tulang dermal: langsung terbentuk saat osifikasi mesenkim.Seperti
pada tengkorak. Sel-sel mesenkim untuk pertumbuhan tulang dermal
datang dari dermis.
2. Tulang sesamoid: tumbuh bersama tendon, yang terbentk dari jaringan
ikat. Contohnya adalah patella dan tulang pinggang.
3. Tulang perikondral: terbentuk dari lapisan basal jaringan ikat yang
menyelubungi kartilago dan tulang, osteoblas terbentuk di lapisan ini
(Teguh dkk, 2011).
rongga
persendian
diantara
tulang-tulang
yang
13
14
dikenal
dengan
sendi
biaksial,
membentuk
tendo
yang
dibungkus
oleh
15
16
c. Fossa glenoidalis
Kondilus mandibula membentuk persendian dengan bagian tulang
temporal pada dasar kranium. Bagian dari tulang temporal ini berbentuk
cekungan yang ditempati kondilus mandibula. Bagian inilah yang
dikenal sebagai fossa glenoidalis. Pada bagian dalam dari fossa ini,
tulangnya sangat tipis (Dipoyono, 2008).
d. Kapsul sendi
Kapsul sendi menutupi diskus artikularis. Kapsul ini pada bagian
atas menempel pada rim fossa glenoidalis dan eminensia artikularis.
Pada bagian bawah menempel pada leher kondilus (Dipoyono, 2008).
e. Ligamen-ligamen sendi
Ligamen merupakan jaringan ikat fibrous avaskuler yang kuat. Ada
tiga
ligamen
yang
temporomandibula,
berkaitan
ligamen
dengan
TMJ,
yaitu
ligamen
sphenomandibula,
dan
ligamen
lateralis
dan otot
17
18
19
2.
Condylar hipoplasia
Hipoplasia dari condule mandibula mungkin bawaan di asal, tetapi
biasanya hasil dari trauma, infeksi, atau iradiasi selama periode
pertumbuhan postnatal. Pertumbuhan condylar berkurang menghasilkan
deformitas wajah yang ditandai dengan sesak yang mandibula tubuh,
20
kepenuhan sepihak wajah, dan deviasi dari dagu ke sisi yang terkena. Di
sisi kontralateral, tubuh mandibula yang memanjang dan wajah muncul
diratakan. Tingkat deformitas mandibula dan wajah berhubungan dengan
tingkat keparahan hipoplasia dan usia di mana itu terjadi. Diagnosis
didasarkan pada sejarah progresif wajah cacat selama masa pertumbuhan,
bukti radiografi condylar deformitas dan bentukan antegonial, dan sejarah
sering trauma. Jika kondisi ini diakui selama masa pertumbuhan,
penggantian kondilus tersebut dengan cangkok costochondral dapat
diindikasikan
Condylar hiperplasia
Gangguan ini ditandai dengan lambat berkembang, berlebih
sepihak dari mandibula sehingga wajah asimetris, maloklusi, dan
penyimpangan dagu ke sisi terpengaruh. Kondisi ini biasanya pertama
menjadi jelas pada dekade kedua kehidupan ketika salah satu kondilus
terus tumbuh sementara sisi lain tidak lagi aktif. Pada pemeriksaan
radiografi, kondilus memiliki bentuk normal, tetapi leher rahang bawah
yang memanjang, atau seluruh Proses elipsoidea dapat diperbesar
simetris. Hal ini contradinstiction ke osteoma atau osteochondroma dari
kondilus, yang dapat menghasilkan deformitas wajah yang mirip, namun
yang menghasilkan condylar asimetri. Pengobatan hiperplasia condylar
tergantung pada apakah kondilus masih tumbuh yang dapat ditentukan
dengan menggunakan skintigrafi. Jika pertumbuhan masih terjadi secara,
condylectomy adalah pengobatan pilihan. Jika pertumbuhan telah
berhenti, kondisi ini dikoreksi dengan operasi ortognatik, biasanya
diawali dengan penyelarasan ortodontik pada gigi (Parker, 1990).
4. Trauma cedera
Proses elipsoidea merupakan salah satu situs yang paling sering
trauma fraktur mengikuti ke mandibula. Diagnosis umumnya didasarkan
pada temuan fisik dan radiografi. Biasanya timbul nyeri preauricular dan
21
22
TBC; berkembang sebagai perluasan dari infeksi lokal, atau, kadangkadang, karena melalui darah organisme. Secara klinis, ada tanda-tanda
lokal peradangan dan gerakan rahang yang terbatas. Ada juga mungkin
tanda-tanda dan gejala terkait penyakit sistemik. Para radiografi negatif
pada awalnya, tapi kemudian mungkin menunjukkan ekstensif destruksi
tulang. Perawatan termasuk antibiotik, hidrasi yang tepat, pengendalian
rasa sakit, dan pembatasan gerakan rahang. Infeksi supuratif mungkin
memerlukan aspirasi, insisi dan drainase, atau sequestrectomy (Parker,
1990).
7. Rheumatoid arthritis
Gejala awal dari rheumatoid arthritis kadang-kadang dapat terjadi
dalam TMJ, biasanya sendi lain yang terlibat terlebih dahulu. Ketika TMJ
yang terlibat, biasanya ada bilateral nyeri, nyeri dan pembengkakan, dan
keterbatasan gerak rahang. Pada tahap awal, mungkin ada perubahan
radiografi, tetapi dengan perkembangan penyakit permukaan artikular
dari Kondilus ini hancur dan ruang sendi yang dilenyapkan, sebagai
akibat dari kehancuran ini suatu open bite anterior dapat terjadi. Pada
anak-anak, kerusakan tersebut juga dapat menyebabkan pertumbuhan
mandibula keterbelakangan dan deformitas wajah. Pada semua pasien ada
kemungkinan ankilosis. Pengobatan rheumatoid arthritis di TMJ adalah
mirip dengan yang di sendi . Obat anti-inflamasi yang digunakan selama
fase akut, dan latihan rahang ringan digunakan untuk mencegah hilangnya
berlebihan gerak ketika akut gejala mereda. Dalam parah kasus, obatobatan seperti hydrochloroquine, emas, dan penicillamine juga digunakan
untuk mengontrol rasa sakit dan peradangan. Pembedahan mungkin
diperlukan jika ankilosis berkembang (Parker, 1990).
8. Internal derangements
Derangements Internal TMJ mengambil dua bentuk: perpindahan
hard anterior dengan pengurangan pada membuka mulut, yang ditandai
dengan mengklik atau muncul suara, dan disk yang anterior perpindahan
tanpa pengurangan pada pembukaan mulut percobaan, yaitu ditandai
dengan penguncian. Sebagai hasil dari kekacauan internal, pasien juga
23
24
25
26
pada
malam
hari
menjelang
tidur,
untuk
fungsi
mandibula.
Sebagai
contoh
dapat
27
perawatan
kliking,
pencegahan
bruxism,
dan
28
C. Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu tekhnik yang dapat digunakan
untuk membawa pasien ke kondisi relaks dan dalam alam bawah
sadar
pasien
dibawa
untuk
mengetahui
masalahnya
serta
intra-artikular
dari
kortikstreoid
pada
sendi
29