Anda di halaman 1dari 6

Gambar 1 : Peta Geologi Bersistem Indonesia. Lembar Tilamuta 2216 & 2217.

Skala 1 : 250.000
Tatatanan Stratigrafi
Satuan batuan tertua di Lembar Tilamuta adalah Formasi Tinombo (Teot)
dengan penyusun utama berupa batuan gunungapi berselingan dengan batuan
sedimen dan sedikit batuan malihan lemah. Batuan gunungapi terdiri dari lava
basal, lava spilitan, lava andesite dan breksi gunung api. Batuan sedimen terdiri
dari batupasir wake, batulanau, batupasir hijau, batugamping merah dan
batugamping abu-abu. Sebagian dari batuan sedimen ini mengalami pemalihan
derajat rendah. Formasi ini terbentuk pada lingkungan laut dalam dan
diperkirakan berumur Eosen hingga Oligosen. Secara tak selaras formasi ini
ditindih oleh Formasi Dolokapa (Tmd), Formasi Randangan (Tmr) dan batuan
gunungapi Bilungala (Tmbv)
Formasi Dolokapa terutama tersusun oleh batuan sedimen dengan selingan
batuan gunungapi. Batuan sedimennya terdiri dari batupasir wake, batulanau,
batulumpur dan konglomerat. Batuan gunungapinya terdiri dari tuf, tuf lapilli,
aglomerat, breksi dan lava, dengan susunan andesitan sampai basalan. Formasi
randangan terdiri dari konglomerat, batupasir wake, batulanau dan batulumpur,
sedangkan batuan gunungapi Bilungala terdiri dari breksi gunungapi, tuf dan lava
bersusunan asam sampai basa. Ketiga satuan batuan tersebut diperkirakan

berumur Mieosen Akhir. Formasi Dolokapa dan batuan gunungapi Bilungala


berhubungan menjemari, sedangkan hubunganya dengan formasi Randangan tidak
diketahui.
Batuan gunungapi Pani (Tppv) dan breksi Wobudu (Tpwv), keduanya
diduga berumur Pliosen Awal dan menindih takselaras satuan batuan yang
berumur lebih tua. Batuan gunungapi Pani terdiri dari dasit, andesit, tuf dan
aglomerat; Breksi Wobudu terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, konglomerat,
tuf, abu gunungapi, dan lava.
Tak selaras diatas satuan batuan tersebut, terendapkan Formasi Lokodidi
(TQls), batuan Gunungapi Pinogu (TQpv), dan batugamping klastika (TQl) yang
berumur Pliosen Akhir sampai Plistosen Awal.
Formasi Lokodidi merupakan batuan seri molasa yang diendapkan pada
lingkungan darat hingga laut dangkal; terdiri dari konglomerat, batupasir tufan,
tuf, tuf pasiran, batulempung, dan serpih. Adapun batuan gunungapi Pinogu terdiri
dari aglomerat, tuf dan lava, yang bersusunan dasitan, andesitan dan basalan.
Batugamping klastika terdiri dari kalkarenit dan kalsirudit yang terbentuk dalam
lingkungan pengendapan laut dangkal.
Diperkirakan pada Plistosen Awal terbentuk Endapan Danau (Qpl),
endapan sungai Tua (Qpr). Endapan Danau terdiri dari batulempung, batupasir
dan kerikil. Endapan sungai Tua terdiri dari konglomerat anekan bahan, batupasir
dan batupasir konglomeratan.
Batuan beku terobosan tertua di daerah ini adalah satuan Gabro (Teog),
yang terdiri dari gabro, mikrogabro dan diabas, yang berumur Eosen-Oligosen
pada Miosen Awal hingga Miosen Tengah, Diorite Bone (Tmb) menerobos batuan
gunungapi Bilungala Diorit Boliohuto (Tmbo) berumur Miosen Tengah hingga
Miosen Akhir, dan menerobos Batuan Gunungapi Pani. Sejumlah retas basal (Tb)
dan andesit (Ta), yang berumur Miosen Awal sampai Pliosen banyak dijumpai
menerobos Formasi Tinombo, Formasi Dolokapa, Breksi Wobudu, dan Batuan
Gunungapi Pinogu.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang utama di daerah telitian adalah sesar, berupa sesar
normal dan sesar jurus mendatar. Sesar normal yang terdapat di G. Boliohuto

menunjukkan pola memancar, sedang sesar jurus mendatar umumnya bersifat


menganan tetapi adapula yang mengiri. Sesar tersebut memotong batuan yang
berumur tua (Formasi Tinombo) hingga batuan yang berumur muda (Satuan
Batugamping Klastik). Struktur lipatan hanya terdapat setetmpat, terutama pada
Formasi Dolokapa dan Formasi Lokodidi, dengan sumbu lipatan secara umum
berarah barat-timur. Kelurusan banyak terdapat di daerah ini dengan arah yang
sangat beragam. Kelurusan ini terlihat baik pada citra radar dan potret udara.
Kegiatan tektonik di daerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen
sampai Oligosen, yang diawali dengan kegiatan magmatik yang menghasilkan
satuan gabro. Masih pada Eosen, terjadi pemekaran dasar samudera yang
berlangsung hingga Miosen Awal, dan ini menghasilkan lava bantal yang cukup
luas. Kegiatan tersebut diikuti pula oleh terjadinya retas-retas yang umumnya
bersusuna basa, dan banyak menerobos Formasi Tinombo.
Pada Miosen, selain terjadi pengendapan Formasi Randangan dan Formasi
Dolokapa, terjadi pula kegiatan magma yang meghasilkan Diorit Bone. Diduga
pada waktu itu terjadi pula penunjaman dari utarah ke arah selatan di Laut
Sulawesi, yang dikenal sebagai Jalur Tunjaman Sulawesi Utara (Simandjuntak,
1986). Diduga penunjaman ini mengakibatkan kegiatan gunungapi yang
menghasilkan Batuan Gunungapi Bilungala dan batuan gunungapi yang
menyusun Formasi Dolokapa.
Kegiatan magmatik Diorit Bone yang berlangsung sampai Miosen Tengah
dilanjutkan oleh kegiatan magmatik Diorit Boliohuto yang berlangsung hingga
Miosen Akhir. Bersamaan dengan kegiatan magmatik tersebut, terjadilah
pengangkatan pada akhir dari Miosen Akhir.
Pada akhir kegiatan magmatik Diorit Boliohuto, terjadilah kegiatan
gunungapi yang menghasilkan Batuan Gunungapi Pani dan Breksi Wobudu. pada
waktu itu, Jalur Tunjaman Sulawesi Utara diduga masih aktif, dan menghasilak
sejumlah sesar jurus mendatar di bagian barat daerah telitian.
Pada Pliosen terjadi pula kegiatan magmatk yang menghasilkan batuan
trobosan Granodiorit Bumbulan, yang kemudian diikuti oleh kegiatan gunungapi.
Kegiatan gunungapi ini berlangsung hingga Plistosen Awal, dan menghasilkan
Batuan Gunungapi Pinogu. pada saat itu juga terjadi pengendapan batuan sedimen

laut yang membentuk Formasi Lokodidi. Sementara itu, retas-retas yang


bersusunan basal, andesit, dan dasit masih terbentuk, yang kemudian tidak lama
lagi berhenti setelah berakhirnya kegiatan gunung api tersebut.
Pada akhir Pliosen hingga Plistosen, di daerah ini terdapat pengendapan
yang membentuk satuan Batugamping Klastik pada laut dangkal. sedangkan pada
Plistosen awal, terbentuklah endapan danau dan endapan sungai tua. Ketiga satuan
batuan tersebut telah mengalami pengangkatan pada sekitar akgir Plistosen.
Pada akhir Plistosen hingga sekarang terjadi proses pendataran serta
kegiatan tektonik yang masih aktif. Proses pendataran manghasilkan endapan
aluvium, sedang kegiatan tektonik menghasilkan beberapa sesar jurus mendatar di
bagian timur Lembar, serta mengakibatkan terangkatnya satuan Batugamping
Terumbu.

Gambar 2 : Peta Geologi Bersistem Indonesia. Lembar Kotamobagu


2316,2317.Skala 1 : 250.000
Berdasarkan stratigrafi regional terdiri dari beberapa formasi dari muda ke
tua yaitu :
Qal (Aluvium dan Endapan Pantai) : Pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal.

Ql (Batugamping Terumbu) : Batugamping terumbu terangkat dan batugamping


klastik dengan komponen utama koral, setempat berlapis, terutama dijumpai di
daerah pantai selatan dan setempat di dekat Panong daerah pantai Utara.
Qpl (Endapan Danau) : Satuan ini dikuasai oleh batulempung kelabu, setempat
mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batupasir berbutir halus sampai kasar dan
kerikil dijumpai di beberapa tempat. Satuan ini termampatkan lemah, tebalnya
menurut data bor mencapai 94 meter (Trail, 1974).
TQpv (Batuan Gunungapi Pinogu) : Tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi
gunungapi di Pegunungan Bone, Gunung Mongadalia dan Pusian bersusunan
andesit piroksin dan dasit. Tuf yang tersingkap di Gunung Lemibut dan Gunung
Lolombulan umumnya berbatuapung, kuning muda berbutir sedang sampai kasar,
diselingi oleh lava bersusunan menengah sampai basa. Tuf dan tuf lapili di sekitar
Sungai Bone bersusun dasitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua,
pejal, umumnya bersusun andesit piroksin. Satuan ini secara umum termampatkan
lemah sampai sedang, umumnya diduga Pliosen - Plistosen (John dan Bird, 1973)
atau Tropic Endeavour 1973.
Tmb (Diorit Bone) : Diorit kuarsa, diorit, granodiorit dan granit. Diorit kuarsa
banyak dijumpai di daerah Sungai Taludaa, dengan keragaman diorit, granodiorit
dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai di daerah Sungai Bone. Satuan ini
menerobos Batuan Gunungapi Bilungala maupun Formasi Tinombo. Umur satuan
ini sekitar Miosen Akhir.
Tmtl (Anggota Batugamping Formasi Tapadaka) : batu gamping kelabu terang,
pejal, mengandung pecahan batuan gunungapi hijau. Batugamping ini sebagian
membentuk lensa lensa didalam Formasi Tapadaka dan sebagian terlihat
berganti faies ke arah samping menjadi batupasir. Umur satuan ini adalah Mioesen
Awal Mioesen Akhir.
Tmbv (Batuan Gunungapi Bilungala) : Breksi, tuf dan lava bersusun andesit, dasit
dan riolit. Zeolit dan kalsit sering dijumpai pada kepingan batuan penyusun
breksi. Tuf umumnya bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis buruk di
beberapa tempat. Di daerah pantai Selatan dekat Bilungala, satuan ini didominasi
oleh lava dan breksi yang umumnya bersusunan dasit, dan dicirikan oleh warna
alterasi kuning sampai coklat, mineralisasi pirit, perekahan yang intensif, serta

banyak dijumpai batuan terobosan diorit. Propilitisasi, kloritisasi, dan epidotisasi


banyak dijumpai pada lava. Tebal satuan diperkirakan lebih dari 1000 meter,
sedang umurnya berdasarkan kandungan fosil dalam sisipan batugamping adalah
Miosen Awal - Miosen Akhir. Nama satuan pertama kali diajukan oleh PT. Tropic
Endeavour (1972).
Tets Formasi Tinombo Fasies Sedimen (Ahlburg,1913) : serpih dan batupasir
dengan sisipan batugamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah, getas, sebgaian
gampingan; rijang mengandung radiolaria. Batupasir berupa grewake dan
batupasir kuarsa, kelabu dan hijau, oejal berbutir halus sampai sedang, sebagian
mengandung pirit. Satuan ini mempunyai hubungan menjemari dengan formasi
tinombo fasies gunungapi. Umur formasi ini menurut Ratman (1976) dan Brower
(1934) adalah kapur akhir sampai eosen awal.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang dapat diamati dilapangan dan pada citra
penginderaan jauh antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya
kurang beraturan, namun dibagian barat lembar cenderung berarah lebih kurnag
barat. Sesar mendatar berpasangan dengan arah UUB SST (sesar menganan)
dan UUT SSB (sesar mengiri). Sesar mendatar terbesar adalah sesar Gorontalo
yang berdasarkan analisis kekar penyertanya menunjukkan arah pergeseran
menganan. Beberapa zone sesar naik bersudut sekitar 30 0 dapat diamati di
beberapa tempat, khususnya pada batuan Gunungapi Bilungala.

Anda mungkin juga menyukai