Anda di halaman 1dari 6

Penafsiran Peta Geologi Kotamobagu

Dilihat dari peta geologi tersebut, sebagian besar daerah Kotamobagu didominasi oleh
batuan dari jaman tersier berupa Batuan Gunungapi bilungala (warna kuning emas) yang
bercirikan breksi, tuf dan lava bersusunan andesit, dasit dan riolit. Zeolite dan kalsit sering
dijumpai pada kepingan batuan penyusun breksi. Tuf umumnya bersifat dasitan, agak kompak
serta berlapis buruk di beberapa tempat. Di daerah pantai selatan dekat Bilungala, satuan ini
didominasi oleh lava dan breksi yang umumnya bersusunan dasit, dan dicirikan oleh warna
alterasi kuning sampai coklat. Selanjutnya batuan gunungapi pinogu (warna putih kekuningan)
yang terdiri dari tuf, tuf lapilli, breksi dan lava. Breksi gunungapi di Peg. Bone, G. Mongadalia
dan Pusian bersusunan andesit piroksin dan dasit. Tuf yang terseingkap di G. Lemibut dan G.
Lolombulan umumnya berbatu apung, kuning muda, berbutir sedang sampai kasar. Tuf dan tuf
lapilli di sekitar S. Bone bersusunan dasitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua,
pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin.
Yang berwana ungu adalah formasi Diorit Bone dari jaman tersier yang terdiri atas diorit
kuarsa, diorite, granodiorite, dan granit. Diorite kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa,
dengan keragaman diorite, granodiorite dan granit. Sedangkan granit utamanya dijumpai di
daerah S. Bone. Satuan ini menerobos batuan gunungapi bilungala maupun formasi tinombo.
Umur satuan ini sekitar miosen akhir. Yang berwarna putih adalah endapan pantai, yang terdiri
atas pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal. Daerah yang berwarna kuning dan
bersimbolkan Tmts adalah formasi tapadaka dari jaman tersier masa miosen yang terdiri atas
batupasir, grewake, batupasir terkersikkan dan serpih. Batupasir berwarna kelabu muda hingga
tua dan hijau, berbutir halus sampai kasar, mengandung batuan gunungapi hijau dan serpih
merah, setempat-setempat gampingan. Batupasir yang tersingkap di S. Tapadaka mengandung
urat kalsit 0,5-1 cm. batupasir yang tersingkap di sebelah selatan Maela terkersikkan, hijau,
kompak, mengandung feldspar serta sedikit pirit dan kalkopirit. Di daerah selatan Dumisili
detemukan batupasir yang kea rah samping bergantin menjadi batugamping.
Daerah yang berwarna orange dengan kode Terv adalah formasi Tinombo Fasies
Gunungapi dari jaman tersier yang terdiri dari lava basal, lava andesit, selingan batupasir hijau,
sedikit konglomerat, batugamping merah dan kelabu. Lava basal umumnya berstruktur bantal,
banyak zeolite, barik-barik silica, serta batulumpur merah gampingan yang mengisi antara

struktur bantal. Lava bantal tersingkap baik di S. Sogitia Kiki, di daerah dekat pantai utara, dan
banyak tersingkap di daerah Lembar Tilamuta. Umur satuan ini sekitar 50 juta tahun lalu atau
Eosen. Daerah berwarna putih kemerahan dengan kode Qav adalah batuan gunungapi formasi
ambang dari jaman kuarter masa holocene yang terdiri atas tufa, aglomerat, lava dan endapan
belerang di dalam kawah. Tufa berwarna kelabu muda, lava pejal, bersusunan andesit hipersten
hornblende dan andesit hornblende. Gunung api Ambang masih aktif, berbentuk strato dengan
lima lapangan fumarole
Sedangkan daerah berwarna biru muda dengan kode Ql adalah daerah dengan batugamping
terumbu. Batugamping terumbu terangkat dan batugamping klastik dengan komponen utama
koral, setempat berlapis, terutama dijumpai di daerah pantai selatan dan setempat di dekat
Panong, daerah pantai utara. Daerah yang berwarna kuning dengan kode Qpl adalah batuan dari
jaman kuarter masa holocene berasal dari endapan danau. Satuan ini dikuasai oleh batulempung
kelabu, setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batupasir berbutir halus sampai kasar
serta kerikil di jumpai di beberapa tempat
Daerah berwarna kuning muda dengan kode QTs adalah Molasa Selebes yang merupakan
endapan pasca orogeny yang terbentuk di cekungan-cekungan kecil, terdiri atas konglomerat,
breksi, serta batupasir, umumnya termampatkan lemah. Daerah berwarna putih kekuningan
dengan kode Tpwv adalah daerah dengan Breksi Wobudu, yang terdiri atas breksi gunung api,
aglomerat, tufa, tufa lapilli dan lava. Breksi gunung api berwarna kelabu, tersusun oleh andesit
dan basal berukuran kerikil sampai bongkah. Tufa dan tufa lapilli berwarna kuning kecoklatan,
berbutir halus sampai kerikil, umumnya lunak dan berlapis. Lava berwarna kelabu, bersusunan
andesit sampai basal. Sedangkan daerah yang berwarna birumuda dengan kode Tmtl adalah
anggota Batugamping formasi Tapadaka yang merupakan merupakan batugamping kelabu
terang, pejal, mengandung pecahan batuan gunung api hijau. Batugamping ini sebagian
membentuk lensa lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian berganti fasies ke arah
samping menjadi batupasir.
Serta daerah yang berwarna kuning keputihan dengan kode Tets adalah formasi Tinombo
Fasies Sedimen dari jaman tersier masa eosen yang terdiri dari serpih dan batupasir dengan
sisipan batugamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah, sebagian gampingan. Rijang
mengandung radiolarian. Batupasir berupa Greywacke dan Batupasir kuarsa berwarna kelabu

hijau, pejal, berbutir halus sedang, sebagian mengandung pirit. Sisipan batugamping di sungai
Mayambak berwarna merah, pejal, dan berlapis baik. Satuan ini diterobos oleh granit, diorite dan
trakit seperti yang terlihat di sungai Bayau.
Pada wilayah ini memiliki kontur yang terjal akibat banyak terdapat wilayah pegunungan
dengan ketinggian dimulai dari 1250 km hingga mencapai ketinggian 5000 km yang berada di
puncak gunung gambutan
Batuan jaman tersier kala miosen formasi Bilungalan berada hampir diseluruh lembar
dengan warna kecoklatan dengan kode Tmbv dimana formasi ini terdiri dari breksi, tuf dan lava
bersusunan andesit, dasit dan riolit. Zeolit dan kalsit sering dijumpai pada kepingan batuan
penyusun breksi. Tuf umumnya bersifat dasitan. Agak kompak dan berlapis buruk di beberapa
tempat. Di daerah pantai selatan dekat Bilungala, satuan ini dikuasai oleh lava dan breksi yang
umumnya bersusunan dasit, dan dicirikan oleh warna laterasi kuning sampai cokelat,
mineralisasi pirit, perekahan yang intensif, serta banyak dijumpai pada lava. Tebal satuan
diperkirakan lebih dari 1000 meter, sedangakn umurnya antara Miosen bawah-miosen akhir.

Struktur Geologi
Struktur geologi yang dapat diamati antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya
kurang beraturan, namun di bagian barat lembar cenderung berarah timur barat. Sesar mendatar
berpasangan dengan arah UUB SST (sesar menganan) dan UUT SSB (sesar mengiri). Sesar
mendatar terbesar adalah sesar Gorontalo yang berdasarkan analisa kekar penyertanya
menunjukkan arah pergeseran menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30o dapat
diamati di beberapa tempat khususnya pada batuan gunung api Bilungala. Daerah pemetaan telah
mengalami lebih dari satu kali periode tektonik kompresi yang menghasilkan lipatan. Bongkahan
batuan terkersikkan berukuran sampai 5 meter yang dijumpai di beberapa tempat di hulu Dutuna
Iya dan diperkirakan berasal dari formasi Tinombo menunjukkan paling sedikit dua kali
perlipatan.
Tektonika
Daerah pemetaan terletak di lengan utara Sulawesi yang merupakan busur gunungapi
yang terbentuk karena adanya tunjaman ganda, yaitu Lajur Tunjaman Sulawesi Utara di sebelah

utara lengan utara Sulawesi dan Lajur Tunjaman Sangihe Timur di sebelah timur dan selatan
dengan Utara (Simandjuntak, 1986). Penunjaman tersebut mengakibatkan terjadinya kegiatan
magmatisma dan kegnungapian yang menghasilkan batuan plutonik dan gunung api yang
tersebar luas. DI lembar ini Tunjaman Sulawesi Utara diduga aktif sejak awal Tersier dan
menghasilkan busur gunung =api Tersier aktif sejak awal Kuarter dan menghasilkan lajur
gunungapi Kuarter di bagian timur dengan utara Sulawesi dan menerus ke arah baratdaya hingga
daerah G. Una-una.
Potensi Sumber daya
Beberapa penelitian terdahulu,misalnya oleh PT. Tropic Endeavour(1971-1973),BHP
Utah Pacific telah melokalisir beberapa daerah prospek endapan tembaga porfiri dan emas,
misalnya di daerah Tapadaa, daerah Tombuililato- Motomboto,daerah Atingola dan di beberapa
tempat lainnya, terutama pada batuan gunung apai Tersier. Pada saat ini banyak penduduk lokal
yang menambang emas primer pada Formasi Bilungala di daerah Suwawa S. Bilungala
sebagaimana ditunjukkan adanya pirit yang melimpah. Endapan belerang ditemukan di awah G.
Ambang dengan cadangan sekitar 121.456 ton metrik (Hadian,drr. 1974).
Adanya potensi tenaga panas bumi didaerah ini ditunjukkan oleh banyaknya mata air
panas yang kemunculannya dikontrol oleh sistem sesar yang ada.Beberapa mata air panas yang
telah diukur suhunya menunjukkan kisaran suhu dari 40 oC sampai 80oC, misalnya mata air panas
di Lombongo(50oC), di Binggele(81oC), di Hunggayono (40oC) dan Tulabado (80oC). Mata air
panas dijumpai tersebar pada daerah seluas sekitar 1 hektar,merupakan lokasi yang berpotensi
untuk dikembangkan sebagai lapangan panas bumi.
Pada peta geologi tersebut banyak penafsiranya yang dapat dijelaskan, berikut beberapa
penjelasan lainnya:
1. Pada peta geologi terdapat peta topografi yang mengambarkan dimana garis-garis yang
sama menghubungkan suatu titik-titik ketinggian yang sama.
a. Garis-garis yang berdekatan atau rapat menunjukan keadaan atau kondisi daerah yang
curam, sedangkan daerah yang landai ditandai dengan jarak antar garis yang
renggang. Contohnya pada topografi daerah G. Towango dengan G. Masingi yang
dimana daerah G. Towango memiliki jarak titik yang lebih rapat daripada G. Masingi.

b. Pada peta topografi tersebut topografi daerah aliran sungai ditandai dengan warna
biru.
c. Pada garis kontur yang mempunyai garis yang lebih tebal dengan garis kontur yang
lain menandakan warna garis tersbut merupakan indeks kontur.
d. Jarak antar indeks kontur terdapat skala kontur yang sama atau biasa disebut dengan
interval kontur dengan selisih ketinggian yang sama.
e. Pola aliran sungai yang ada di peta geologi adalah pola aliran dendritik.
2. Dalam peta geologi juga terdapat indeks pemetaan geologi. Indeks tersebut merupakan
suatu gambaran daerah-daerah yang telah dilakukan pemetaan oleh ahli atau lembaga
tertentu.
3. Pada peta geologi, terdapat penampang peta geologi yang telah dibuat sesuai dengan
umur batuan yang terbentuk.
a. Pada penampang A-B digambarkan bahwa kode endapan batuan Qal merupakan
endapan pantai yang berupa psair, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal. Terdapat
pula terobosan magma baru dari endapan batuan Tmb (jaman tersier kala miosen).
Terlihat endapan batuan TQpv lebih muda umur batuannya dibandingkan dengan
Tmbv. Serta juga terdapat beberapa sesar mendatar pada penampang tersebut.
b. Pada penampnag C-E digambarkan bahwa lapisan tertua merupakan Tets. Terdapat
intrusi magma pada batuan Tmb. Terdapat beberapa sesar mendatar pada penampang
tersebut..
c. Peta dibuat dengan skala 1:250.000
4. Terdapat indeks lokasi lembar yang berfungsi untuk mengambarkan lokasi peta yang
digambarkan.
5. Terdapat indeks citra yang mengambarkan kondisi peta geologi dengan penginderaan
jauh menggunakan citra satelit foto udara dan SLAR.
6. Terdapat lambang peta atau simbol yang berfungsi untuk mengetahui simbol-simbol yang
digunakan dalam peta geologi. Seperti simbol batas satuan litologi antar batuan, strike
and dip, sesar (normal, naik, mendatar), antiklin, sinklin, dan lain sebagainya. Agar dapat
mengetahui gejala-gejala yang didapatkan/terdapat di lapangan.
7. Terdapat penjelasan mengenai kode-kode setiap batuan pada bagian keterangan agar
mengetahui informasi yang terdapat di lapangan pada kode di peta.
8. Terdapat juga penjelasan mengenai data sumberdaya mineral dan energi. Karena setiap
tahun dalam skala tertentu suatu peta geologi dapat berubah sesuai dengan perubahan
struktur yang terjadi pada waktu ke waktu.
9. Terdapat penjelasan mengenai umur batuan. Dimana letak kode diletakkan sesuai dengan
umur batuan. Semakin atas letak kode batuan, semakin muda umur batuan tersebut.

Semakin bawah letak kode tersebut, semakin tua umur batuan tersebut pada kotak
korelasi satuan peta, sesuai dengan stratigrafinya.
10. Peta tektonik daerah sulawesi mengambarkan pergerakan lempeng pada daerah tersebut.
11. Judul peta penting dalam pembuatan peta geologi, karena akan menunjukan daerah mana
yang digambarkan kondisi geologinya.
12. Tahun pembuatan peta penting untuk dibuat, karena validnya data akan dapat berubah
sesuai dengan perubahan geologi dan batuan yang terjadi pada waktu tertentu sehingga
penting untuk dibuat.
13. Daftar pustaka dibuat untuk menghargai penulis sebelumnya yang tulisannya dikutip
untuk mengambil informasi tertentu yang telah dibuat sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai