Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

STRUKTUR ANATOMI DAN UJI AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAUN KERSEN
(Muntingia calabura)
Evi Mintowati Kuntorini, Setya Fitriana dan Maria Dewi Astuti
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
email :evimintowati@yahoo.com
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati struktur anatomi dan kerapatan trikoma
serta mengetahui aktivitas aktioksidan ekstrak metanol daun kersen muda dan tua.
Pembuatan preparat struktur anatomis dan kerapatan trikoma dilakukan dengan metode
Parafin dan Leaf Clearing selanjutnya analisis aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil pengamatan struktur anatomi daun kersen muda dan tua
terdiri atas epidermis atas dan epidermis bawah, trikoma tidak bercabang/uniseluler (non
glanduler) dan bercabang/multiseluler (glanduler)), mesofil, kolenkim, kristal tipe drus dan
berkas pengangkut tipe kolateral. Jumlah rerata trikoma pada daun tua lebih banyak (7518)
dibandingkan pada daun muda (3529) per satuan luas (cm2). Hasil penetapan aktivitas
antioksidan diperoleh dari perhitungan Inhibition Concentracion (IC50). Nilai IC50 ekstrak
metanol daun kersen muda sebesar 21,786 ppm, sedangkan untuk daun kersen tua sebesar
18,214 ppm, vitamin C sebesar 2,72 ppm dan BHT 5,36 sebesar ppm. Aktivitas antioksidan
ekstrak metanol daun kersen tua lebih kuat dibandingkan daun kersen muda, namun lebih
lemah dibandingkan vitamin C dan BHT.
Kata kunci: anatomi, antioksidan, DPPH, Muntingia calabura

PENDAHULUAN
Tubuh
tidak
mempunyai
sistem
pertahanan antioksidatif yang berlebihan,
sehingga jika terjadi paparan radikal
berlebih tubuh membutuhkan antioksidan
eksogen. Kekhawatiran terhadap efek
samping
antioksidan
sintetik
maka
antioksidan alami menjadi alternatif yang
terpilih.
Kersen (Muntingia calabura) merupakan
tumbuhan yang banyak dijumpai, pohonya
yang rindang biasanya digunakan sebagai
peneduh. Berdasarkan hasil penelitian daun
kersen mengandung berbagai senyawa
bioaktif yaitu senyawa flavonoid, saponin,
triterpen, steroid, dan tannin.
Uji aktivitas antioksidan pada bagian
bunga, buah dan daun kersen telah
dilakukan dengan menggunakan pelarut
yang berbeda dan aktivitas antioksidan

tertinggi dihasilkan oleh bagian daun.


Komponen senyawa fenolik yang tinggi
dihasilkan oleh daun kersen ini diduga
bersifat sebagai antioksidan yang kuat.
Daun kersen diekstraksi menggunakan
metanol,
karena
metanol
biasanya
digunakan
sebagai
pelarut
untuk
mengekstrak senyawa yang bersifat polar.
Pada beberapa penelitian diketahui bahwa
ekstrak polar menghasilkan aktivitas
antioksidan tertinggi. Antioksidan yang
diekstrak dari tumbuhan dengan metanol
dan etanol memiliki aktivitas terbaik.
Pembentukan metabolit sekunder dapat
di dalam semua jaringan dan sel, tetapi
umumnya biosintesis pada jaringan atau sel
tertentu dan dipengaruhi pada tingkat
diferensiasi dan perkembangan tumbuhan
tersebut. Berdasarkan uji pendahuluan
pengamatan struktur anatomi daun kersen
memiliki sel trikoma, apabila diraba
terdapat getah dengan asumsi bahwa

Semirata 2013 FMIPA Unila |291

Evi Mintowati Kuntorini, dkk: STRUKTUR ANATOMI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK METANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura)

trikoma pada daun ini merupakan trikoma


glanduler yaitu penghasil sekret. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui struktur anatomi dan kerapatan
trikoma daun kersen sebagai tempat
akumulasi
senyawa
bioaktif
yang
berhubungan dengan aktivitas antioksidan
pada umur daun yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Pembuatan Preparat Anatomi Daun
Kersen
Pembuatan sediaan preparat awetan
dengan metode parafin pewarnaan tunggal.
Sampel daun dipotong dengan ukuran 2 x 1
cm di bagian tengah daun yang akan
diamati secara mikroskopik, difiksasi di
dalam alkohol 70% sebelum fiksasi dengan
FAA selama 24 jam. Dehidrasi dilakukan
dengan merendam sampel dalam alkohol
dari konsentrasi 70% , 80%, 95%, absolut I,
absolut II, masing-masing selama 30 menit.
Dealkoholisasi
dilakukan
dengan
perendaman dalam alkohol : xilol dengan
perbandingan 3:1, 1:1, 1:3, xilol I dan xilol
II masing-masing selama 30 menit. Setelah
sampel direndam dalam larutan xilol II,
selanjutnya dilakukan proses infiltrasi
dengan parafin : xilol (9:1) pada suhu 57o C
selama 24 jam. Campuran parafin : xilol
diganti dengan parafin murni pada suhu
tetap 57o C selama 24 jam. Setelah
dilakukan proses penyelubungan maka
sampel diblok dalam parafin murni, bila
telah mengeras parafinnya dipotong
berbentuk.
Balok parafin berisi sampel dilekatkan
pada alat pemegang dari kayu dan dipasang
pada mikrotom, dilakukan pengirisan
dengan ketebalan 20 m. Pita irisan sampel
diletakkan pada gelas benda yang telah
diolesi dengan campuran gliserin : albumin
dan telah ditetesi air. Selanjutnya
deparafinisasi, sampel yang sudah merekat
di atas gelas benda secara sempurna.
Selanjutnya pewarnaan sampel dengan

safranin. Terakhir, gelas benda yang berisi


sampel tersebut ditutup dengan balsam
kanada dan gelas penutup.
Pembuatan Preparat Daun dengan
Metode Leaf Clearing
Pembuatan sediaan leaf clearing
menggunakan modifikasi dari metode
menurut Berlyn dan Miksche (1976), daun
kersen muda dan tua masing-masing
sebanyak 5 daun kemudian dipotong
dengan ukuran 1 x 1 cm. Sampel daun yang
akan diamati secara mikroskopik dengan
metode leaf clearing direndam dalam
alkohol 70% hingga klorofil hilang.
Selanjutnnya alkohol diganti dengan larutan
NaOH 5 % hingga sampel terlihat jernih.
Sampel yang telah jernih dibilas dengan
air destilasi sebanyak 3 kali (masingmasing 5 menit), kemudian direndam dalam
larutan kloral hidrat (250 g/100 ml) selama
beberapa jam. Selanjutnya diulangi proses
pembilasan dengan air destilasi sebanyak 3
kali seperti sebelumnya.
Sampel kemudian direndam dalam
alkohol secara bertingkat 70%, 80% dan
95% masing-masing 5 menit. Selanjutnya
dilakukan proses pewarnaan dengan
safranin (1 g/100 ml alkohol 95%) selama
30-60 menit dan dibilas dengan alkohol
95%. Terakhir direndam dalam xilol
sebelum dilekatkan pada gelas benda dan
diberi balsam kanada serta ditutup dengan
gelas penutup.
Pengolahan Ekstrak Daun Kersen
Proses ekstraksi dilakukan dengan
metode maserasi yaitu daun kering yang
telah disortasi dan dikeringanginkan, serbuk
ditimbang sebanyak 200 g dan dimasukkan
ke dalam alat maserasi. Pelarut metanol
dituang secara perlahan-lahan ke dalam alat
maserasi yang berisi sampel sambil diaduk
sampai pelarut merata. Pelarut metanol
dibiarkan sampai 1 cm diatas permukaan
sampel, ekstraksi dilakukan selama 3 x 24
jam dan setiap 24 jam pelarut metanol
diganti sambil sekali-kali diaduk, filtrat

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

hasil penyaringan diuapkan menggunakan


Rotary Evaporator sampai diperoleh
ekstrak kental dan dikeringkan dengan
menggunakan Waterbath.
Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak daun kersen ditimbang 0,0025 g,
kemudian dilarutkan dengan metanol,
dimasukkan dalam labu takar 50 ml
ditepatkan sampai tanda batas sehingga
diperoleh konsentrasi 50 ppm. Dari larutan
induk konsentrasi 50 ppm dilakukan
pengenceran untuk konsentrasi 5 ppm, 10
ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm
sebanyak 10 ml. Untuk penentuan aktivitas
antioksidan masing-masing konsentrasi
larutan ditambahkan 1 ml DPPH campuran
dihomogenkan dan dibiarkan selama 30
menit ditempat gelap dengan suhu ruang,
serapan diukur dengan spektrofotometer
UV-VIS pada panjang gelombang 515 nm.
Sebagai kontrol positif dan untuk
pembanding
digunakan
vitamin
C
(konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm) dan BHT
(konsentrasi 1, 2, 4, 6, dan 8 ppm) yang
dilakukan dengan perlakuan yang sama
seperti pada ekstrak methanol.
Analisis Data
Data kualitatif yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif ditampilkan dalam bentuk
gambar yang meliputi struktur anatomi. Uji
aktivitas
antioksidan
dianalisis
menggunakan rumus persamaan regresi
linier (y=ax+b) sehingga diperoleh nilai
IC50. Analisis aktivitas antioksidan sampel
ditentukan oleh besarnya serapan radikal
DPPH melalui perhitungan persentase
penghambatan (inhibisi) serapan DPPH
dengan menggunakan rumus:
% penghamba tan (inhibisi )

( A blanko A sampel)
x100%
A blanko

keterangan:
A blanko : Serapan radikal DPPH 1 mM dalam
metanol pada panjang gelombang 515 nm
A sampel : Serapan radikal DPPH 1 mM yang
diberi perlakuan sampel dalam metanol pada
panjang gelombang 515 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN


STRUKTUR
ANATOMI
KERAPATAN
TRIKOMA
KERSEN MUDA DAN TUA

DAN
DAUN

Tumbuhan kersen merupakan tumbuhan


dikotil, secara mikroskopis struktur anatomi
daun kersen muda dan tua (Gambar 1 dan
2) yaitu terdiri dari epidermis atas dan
epidermis
bawah,
trikoma,
mesofil
(parenkim palisade/tiang dan parenkim
spons/bunga karang), jaringan penguat
(kolenkim), kristal, jaringan pembuluh
(xilem dan floem).

PP

EA

PS

EB

Gambar 1. Penampang melintang daun kersen


muda (perbesaran 10x40)
Keterangan :
EA (epidermis atas); EB
(epidermis bawah); T (trikoma); PP (parenkim
palisade); PS (parenkim spons)

EA
PP

T Penampang
PS
EB
Gambar 2.
melintang
daun kersen
tua (perbesaran 10x40)
Keterangan :
EA (epidermis atas); EB
(epidermis bawah); T (trikoma); PP (parenkim
palisade); PS (parenkim spons)

Semirata 2013 FMIPA Unila |293

Evi Mintowati Kuntorini, dkk: STRUKTUR ANATOMI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK METANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura)

Tabel 1. Jumlah rerata trikoma daun kersen per


cm 2

Daun Kersen
Daun muda
Daun tua

Jumlah rerata
trikoma / cm2
3529
7518

Jumlah rerata trikoma per cm2 pada daun


muda 3529, sedangkan pada daun tua 7518
(Tabel 1). Kerapatan jumlah trikoma daun
tua lebih banyak dibandingkan dengan daun
muda, hal ini berkaitan dengan umur daun
tersebut.
Daun
tua
pertumbuhan
jaringannya telah maksimal sehingga
trikoma sebagai derivat epidermisnya lebih
banyak daripada daun muda yang umumnya
masih mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.

Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi


ekstrak methanol daun kersen
muda dengan daya antioksidan
(IC50 = 21,786 ppm)

Pertumbuhan trikoma seiring dengan


perkembangan
epidermis
secara
berkesinambungan, pada sel dewasa tidak
mengalami pertumbuhan lagi dan telah
mengalami pertumbuhan maksimal.
AKTIVITAS
KERSEN

ANTIOKSIDAN

DAUN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


ekstrak metanol daun kersen muda
memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai
IC50 sebesar 21,786 ppm, sedangkan daun
kersen tua memiliki aktivitas antioksidan
sebesar 18,214 ppm (Gambar 3 dan 4). Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat.
Pengukuran aktivitas antioksidan pada
kontrol vitamin C memiliki IC50 sebesar
2,72 ppm dan BHT sebesar 5,36 ppm lebih
kuat dari ekstrak metanol daun kersen muda
dan tua.
Ekstrak metanol daun kersen tua pada
penelitian
ini
mempunyai
aktivitas
antioksidan yang lebih kuat jika
dibandingkan dengan daun muda.

Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi


ekstrak methanol daun kersen tua
dengan daya antioksidan (IC50 =
18,214 ppm)

Berdasarkan penelitian perbandingan uji


aktivitas antioksidan pada bagian bunga,
buah dan daun kersen telah dilakukan
dengan menggunakan pelarut yang berbeda
dan
aktivitas
antioksidan
tertinggi
dihasilkan oleh bagian daun. Komponen
senyawa fenolik yang tinggi dihasilkan oleh
daun kersen ini diduga bersifat sebagai
antioksidan yang kuat.
Hasil penelitian ekstrak metanol daun
kersen
tua
lebih
tinggi
aktivitas
antioksidannya daripada daun muda, hal
tersebut diasumsikan berkaitan dengan
jumlah trikoma glanduler pada daun tua
lebih banyak daripada daun muda, karena

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

trikoma glanduler berperan sebagai


penyimpan senyawa metabolit sekunder.
Sekret yang dihasilkan oleh suatu
kelenjar sangat beragam. Struktur sel
sekresi terdapat di permukaan tumbuhan
sebagai penyimpan dapat berupa rambut
dan nektarium, namun dapat pula berada di
dalam tubuh sebagai rongga atau saluran
sekresi. Peristiwa sekresi dalam tumbuhan
biasanya ditunjukkan pada rambut kelenjar,
nektarium, saluran harsa, dan latisifer (sel
getah, sel lateks). Peristiwa sekresi tersebut
menunjukkan berbagai tahap penimbunan
zat dalam organel dan vakuola, yakni dalam
mengerahkan enzim yang terlibat dalam
sintesis dan penguraian bagian sel; dalam
pertukaran bahan organel; dan dalam
peristiwa pengangkutan antarsel.
Penelitian yang sama tentang kerapatan
trikoma pada daun teh, bahwa kandungan
tanin daun teh ternyata berbanding lurus
dengan jumlah dan kerapatan trikoma
glanduler yang ada pada permukaan daun
teh, sementara kerapatan trikoma glanduler
berbanding terbalik dengan umur daun,
sehingga semakin tua umur daun teh,
semakin sedikit jumlah trikoma glanduler
daun teh yang dihasilkan. Disimpulkan
bahwa daun teh harus dipetik semuda
mungkin guna mendapatkan aroma dan rasa
teh yang baik.
Berdasarkan hasil uji fitokimia yang
telah dilakukan, daun kersen secara
kualitatif mengandung senyawa flavonoid,
triterpen, tanin, saponin dan steroid, hal ini
sesuai dengan hasil uji fitokimia menurut
Zakaria, namun secara kuantitatif pada
penelitian ini tidak dilakukan sehingga
tidak mengetahui berapa kadar senyawa
tersebut pada daun muda dan tua.
Pada penelitian ekstrak buah mahkota
dewa menunjukkan bahwa daya inhibisi
buah mahkota dewa tua lebih tinggi daya
inhibisinya daripada buah muda, karena
kandungan flavonid pada buah mahkota
dewa tua lebih tinggi daripada buah muda.
Demikian pula pada tanaman cincau yang
mengandung alkaloid,
saponin
dan

flavonoid
sangat
potensial
sebagai
kemoprotektif dan mampu menghambat
peroksida lipid secara nonenzimatik.
Semakin tinggi kadar flavonoid, maka
potensi antioksidannya akan semakin
tinggi.
Flavonoid adalah suatu antioksidan alam
dan mempunyai aktivitas biologis, antara
lain sebagai antioksidan yang dapat
menghambat berbagai reaksi oksidasi, serta
mampu bertindak sebagai pereduksi radikal
hidroksil, superoksida dan radikal peroksil.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa
kandungan senyawa metabolit sekunder
daun kersen tua yang memiliki kemampuan
sebagai antioksidan lebih tinggi daripada
daun muda sehingga aktivitas antioksidan
daun tua lebih tinggi daripada daun muda.
KESIMPULAN
Pengamatan struktur anatomi pada daun
kersen antara lain terdiri dari epidermis atas
dan epidermis bawah, trikoma (tidak
bercabang/uniseluler (non glanduler) dan
bercabang/multiseluler (glanduler)), mesofil
(parenkim palisade/jaringan tiang, parenkim
spons/bunga karang), kolenkim, kristal tipe
drus dan berkas pengangkut tipe kolateral.
Jumlah rerata trikoma pada daun tua lebih
banyak (7518) dibandingkan pada daun
muda (3529) per cm2.
Aktivitas
antioksidan ekstrak metanol daun kersen
tua (IC50 =18,214 ppm) lebih kuat
dibandingkan daun kersen muda (IC50
=21,786 ppm) namun lebih lemah
dibandingkan vitamin C (IC50 =2,72 ppm)
dan BHT (IC50 =5,36 ppm).
DAFTAR PUSTAKA
Cos, P., M. Calomme., J.B Sindambiwe.,
T.D Bruyne., K. Cimanga., L. Pieters.,
A.J Vlietinck and D.V Berghe., 2001.
Cytotoxicity and Lipid PeroxidationInhibiting Activity of Flavonoids. Planta
Med. 67: 515-519. Diakses tanggal 20
Desember 2010
Semirata 2013 FMIPA Unila |295

Evi Mintowati Kuntorini, dkk: STRUKTUR ANATOMI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK METANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura)

Gulcin, I., M.T. Uguz, M. Oktay, S.


Beydemir and O.I Kufrevioglu. 2004.
Evaluation of the Antioxidant and
Antimicrobial Activities of Clary Sage
(Salvia sclarea L.), Turk I. Agriculture.
28: 25-33.
Zakaria, Z.A. 2007. Free Radical
Scavenging Activity of Some Plants
Available in Malaysia. Iranian Journal
Of Pharmacoglogy & Therapeutics. 6:
87-91.
Diakses
tanggal
17
November 2010
Balakrishnan. 2011. Tyrosine Inhibition and
Anti-Oxidant Properties Of Muntingia
Calabura Extracts : In Vitro Studies.
International Journal of Pharma and Bio
Sciences. 2(2): 0975-6299. Diakses
tanggal 20 Februari 2011
Tensiska., C.H. Wijaya dan N. Andarwulan.
2003. Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Buah
Andaliman
(Zanthoxylum
acanthopodium) Dalam Beberapa Sistem
Pangan Dan Kestabilan Aktivitasnya
Terhadap Kondisi Suhu Dan pH. Jurnal
Teknologi
dan
Industri
Pangan.
Vol.XIV. No.1.
Wink, M. 1990. Physilogy Of Secondary
Product Formation in Plant. In :
Charwood, B.V and M.J.C Rodes
(editors). Secondary Products From
Plants Tissue Culture. Clanderon Press,
Oxford.
Ruzin, S.E., 1999. Plant Microtechnique
and Microscopy. Oxford University
Press. Oxford.
Berlyn, G.P. and J.P. Miksche. 1976.
Botanical
Microtechnique
and
Cytochemistry.
The
lowa
State
University Press, Ames. Iowa.
Hanani, E., A. Munim, R. Sekarini dan S.
Wiryowidagdo. 2006. Uji Aktivitas
Antioksidan Beberapa Spons Laut dari

Kepulauan Seribu. Jurnal Bahan Alam


Indonesia, Vol 5.no.1 Jan (Inpress).
Andayani, R., Maimunah, & Y. Lisawati.
2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan,
Kadar Fenolat Total Dan Likopen Pada
Buah Tomat (Solanum lycopersicum L).
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi.
Vol. 13(1):31-37
Westhoff, P., H. Jeske, G. Jurgens, K.
Kloppsetch, and G. Link. 1998.
Molecular Plant Development From
Gene to Plant. Oxford University Press.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan
Berbiji. Jurusan Biologi FMIPA ITB.
Bandung.
Utami, D. 2007. Menjadikan Struktur dan
Perkembangan Tumbuhan Sebagai
Kajian yang Menarik. Pidato Puma
Tugas Guru Besar Anatomi Tumbuhan.
Universitas
Jenderal
Soedirman.
Purwokerto.
Soeksmanto, A., Y. Hapsari dan P.
Simanjuntak.
2007.
Kandungan
Antioksidan Pada Beberapa Bagian
Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria
macrocarpa
(scheff)
boerl.
(thymelaceae). Jurnal Biodiversitas. 8
(2): 92-95.
Chalid, S.Y. 2003. Pengaruh Ekstrak Daun
Cincau Hijau Cyclea barbatai l. Miers
dan Premna oblongifolia merr Terhadap
Aktivitas Enzim Antioksidan dan
Pertanaman Tumor Kelenjar Susu
Mencit
C3H.
Thesis.
Program
Pascasarjana, IPB.
Harun, N dan W. Syahri. 2002. Aktivitas
antioksidan ekstrak daun dewa dalam
menghambat sifat hepatotoksik halotan
dengan dosis sub anastesi pada mencit.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi.
Padang : Genta Kirana Grafika, 7(2):6370.

Anda mungkin juga menyukai