Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu
pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian iktrus pada 60 %
bayi cukup bulan dan pada 80 % bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan
32,19 % menderita Ikterus.
Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologik dan
sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan
yang menetap atau menyebabkan kematian. Karenanya setiap bayi dengan
ikterus harus mendapatkan perhatian, terutama apabila ikterus ditemukan
dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin meningkat
lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam
Proses hemolisis darah, infeksi berat, iktrus yang berlangsung lebih
dari satu minggu serta bilirubin direk lebih dari 1mg/dl juga merupakan
keadaan yang menunjukan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam
keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar
akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.
B. Tujuan Penulisan
1. Memberikan gambaran tentang konsep penyakit Hiperbilirubin
2. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien
Hiperbilirubin
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan library
research, yaitu pengumpulan data dari sumber perpustakaan.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

BAB III

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Hiperbilirubin

BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.

Definisi
Penyakit hirschsprung (Aganglionik Megacolon) adalah suatu penyakit
kongenital, dimana tidak adanya sel-sel saraf ganglion parasimpatis di dalam
dinding otot saluran usus dan juga tidak ada reflek membuka pada musculus
spinter ani internum. Keadaan ini biasanya terjadi pada ujung distal dari pada
colon.
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe
yaitu :
1. Penyakit Hisrchsprung segmen pendek
Segmen aganglionis mulai dari anus sampai sigmid, ini merupakan 70%
dari kasus penyakit hisrchprung dan lebih sering ditemukan pada anak
laki-laki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit hirschsprung segmen panjang
Kelainan dapat meebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon
atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak lelaki maupun
perempuan.

2.

Eiologi
3. Tertahannya perkembangan embriologis yang mempengaruhi migrasi
saraf simpatis (inervasi) dari pada usus terjadi pada sebelum minggu ke
12.
4. Sebabnya belum diketahui mungkin idiopatik
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel neural crest embrional yang
bermigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mesenterikus
dan submukosa untuk berkembang ke arah kraniocaudal di dalam dinding
usus.

B.

Patofisiologi (terlampir)

1.

Manifestasi klinis
Berbeda-beda tergantung kepada tingkat colon yang terkena :
2. Pada saat bayi tidak tampak kelainan, normal setelah bayi dilahirkan,
mekonium akan keluar sebelum 24 jam (biasanya mekonium sudah
keluar setelah 6jam kelahira). Hisrcshprung mekonium tidak keluar
sebelum 2x 24 jam. Kadang-kadang setelah 3-4 hari. Defekasi ke 2
terjadi lama sekali, sedangkan pada defekasi tapa perut kembung, hanya
dengan mencolek dubur, sewaktu jari ditarik keluar feaces ikut
menyemprot keluar dalam jumla yang banyak dan kemudian tampak
perut kempes kembali.
-

Muntah-muntah berwarna empedu atau campur feces.

Perut kembung.

Sembelit

Diarhoe tipe over flow

Anoreksia

Hilangnya gejala utama dengan wash out.

3. Pada anak yang lebih besar gejala tidak begitu menonojol pada waktu
lahir.
-

Adanya riwayat obstipasi pada waktu kelahiran

Perut kembung, pembesaran progresif.

Dinding abdominal tipis, pembuluh darah tampak jelas

Kegiatan peristaltik tampak

Sembelit
Tidak pernah mengalami pengotoran fecal
Berkurangnya sementara dengan wash out (enema)

Feces tampak seperti pita, seperti cairan atau dalam bentuk pil/butir

Kegagalan untuk tubuh :

Hilangnya lemak subcutan


Tampak kekurangan gizi mungkin dapat menghambat pertumbuhan
4.

Pemeriksaan penunjang
Pada foto polos abdomen tegak terlihat usus-usus melebar atau
terdapat gambaran obstruksi usus rendah. Pemeriksaan dengan barium enema
sangat penting dan perlu dibuat secepatnya. Dengan pemeriksaan ini akan
ditemukan :
5. Daerah transisi
6. gambaran kontraksi usus yang tidak teratur dibagian yang menyempit
7. Enterokolitis pada segmen yang melebar.
8. Terdapat retensi bariumsetelah 24-28 Jam.
Pemeriksaan pasti :
1. Biopsi hisap, yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat
penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah submucosa.
2. Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan otot rektum, dilakukan dibawah
narkose, pemeriksaan ini bersifat traumatik.
3. Pemeriksaan aktifitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi hisap.
Pada penyakit ini khas terdapat peningkatan aktifitas enzim asetilkolin
esterase
4. Pemeriksaan aktifitas norefinefrin dari jaringan biopsi usus.

9.

Penatalaksanaan
Perawatan definitif adalah diangkatnya segmen aganglion yang diikuti
anastomosis.
10. Mula-mula dilakukan kolostomi atau illustomi untuk mengurangi tekanan
dalam usus, merubah arus fecal dan mengistirahatkan abdomen.
11. Pembedahan defenitif (Pulltrough Abdominoperined) dapat ditunda
sampai usia 9-12 bulan atau sampai BB anak 6,8-9 kg.

12. Pada anak yang lebih besar bila gejalanya kronis tapi tidak berat,
perawatannya dapat dengan wash out dengan cairan isotonis steril,
pelunak feces dan makan yang mengandung residu rennis steril, pelunak
faeces dan makan yang mengandung residu rendah. Tindakan wash out
sangat membantu pada pasca pra bedah.
Wash out adalah suatu tindakan seperti enema (lavement) pada orang
dewasa, namun beberapa perubahan disesuaikan dengan anatomi dan
fisiologi anak.
13. Komplikasi
Sebelum pembedahan primer :
14. Entericolitis, merupakan sebab utama kematian
15. Hidroureter atau hidroneprosis
16. Keracunan air sewaktu enema dengan air kran
17. Perforasi, karena fecal.
Pasca bedah :
1. Enterocolitis
2. Bocornya anastomosis dan abses panggul
3. Ketidakmampuan yang tiba-tiba untuk mengosongkan colon
Pasca bedah colostomi :
1. Perut kembung
2. Pernafasan tertekan
3. Infeksi
4. Haemoragik, shock

Patofisiologi Kedokteran
1. tidak adanya/berkurangnya jumlah sel-sel ganglion parasimpatik di dalam
overbach plexus di dalam dinding otot saluran biasanya ujung distal colon dan
rektum. Tempat yang paling sering terkena adalah cocon rectosigmoid.
2. Tidak ada peristaltik yang terjadi di daerahini misalnya akan terjadi kejang
dan mengkerut.
a. Bagian ini biasanya sempit karena tidak adanya bahan fecal yang
melaluinya.
b. Usus di atas bagian yang terkena adalah mempunyai akumulasi bahan
fecal.
3. Rektal spnkter internus gagal untuk relaksasi dan pengosongan bahan fecal
dan gas tertahan, akibatnya penumpukan fecal.
Patofisiologi Keperawatan
Faktor Etiologi
(tidak adanya sel-sel ganglion)

Tidak adanya peristaltik usus (pada colon yang terkena)

Akumulasi feces

Obstruksi usus
Destruksi abdomen

Gangguan pola
eliminasi: Konstipasi

Refluk

Muntah

Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi

Resti kekurangan
volume cairan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENYAKIT HIRSCHSPRUNG
I. Pengkajian
1.

Anamnesa
1. Identitas klien
2. Prevalensi kejadian
-

Angka kejadian penyakit hirschsprung ialah 1 per 10.000


kelahiran.

Terjadi pada laki-laki dan perempuan (rasio 4:1)

2.

Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
P : Apa penyebabnya ?
Q : Mengacu pada keluhan utama
R : Lokasi
S : Apakah mengganggu ADL ?
T : Kapan mulai timbul. Dalam hal ini apakah timbulnya sejak
lahir ?
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang mengalami kelainan bawaan
seperti penyakit hirschsprung ?

3.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

: perut kembung, muntah, diare cair, faeces seperti pita.

Palpasi

: masa faeces teraba pada dinding perut.

Auskultasi : bising usus lemah

II. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Pre Operasi
2. Gangguan pola eliminasi b/d obstruksi usus
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d muntah
4. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d muntah
a. Pasca Operasi Colostomy
5. Gangguan rasa nyaman : nyeri luka operasi b/d kerusakan kulit/
jaringan.
6. Resiko tinggi infeksi b/d kerusakan jaringan kulit.
III. Perencanaan Keperawatan
A. Pre Operasi
1. Gangguan pola eliminasi b/d obstruksi usus
Ditandai oleh : tidak adanya mekonium
Kriteria hasil : membuat pola eliminasi normal.
-

INTERVENSI
Auskultasi bising usus

RASIONALISASI
Indikator kembalinya fungsi
gastro intestinal,
mengidentifikasi ketepatan
intervensi.

Selidiki keluhan nyeri

abdomen

Untuk mengidentifikasi
terjadinya komplikasi misal :
illeus.

Berikan makanan/cairan yang

Menurunkan resiko iritasi


mukosa.

tidak mengiritasi bila masukan


oral diberikan
-

Berikan pelunak feces,

merangsang peristaltik

suppositoria,gliserin sesuai

dengan perlahan.

indikasi.
-

Mungkin perlu untuk

Lakukan teknik spuling

Memungkinkan untuk
melunakkan feces dan

dengan NaCl setiap hari atau

meningkatkan peristaltik.

sesuai indikasi.
2. Resti kekurangan volume cairan b/d muntah
Ditandai oleh

: Muntah

Kriteria hasil

: mempertahankan volume cairan yang adekuat


(membran mukosa lembab, turgor kulit baik).

INTERVENSI
Observasi turgor kulit,

membran mukosa.
-

RASIONALISASI
Mengidentifikasi adanya
tanda-tanda dehidrasi.

Observasi tanda-tanda vital,

Mengetahui adanya respon


tubuh terhadap kehilangan
cairan.

Mengukur BB tiap hari

Mengetahui indikator cairan


dan status nutrisi.

Awasi masukan dan

Memberikan informasi

pengeluaran cairan melalui

tentang keseimbangan cairan

muntah.

dan merupakan pedoman


penggantian cairan.

Berikan cairan tambahan

intravena sesuai indikasi.

Menggantikan kehilangan
cairan dengan memperbaiki
keseimbangan cairan.

Awasi elektrolit dan gantian

sesuai indikasi.

Menggantikan kehilangan
cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d muntah


Ditandai oleh : muntah
Kriteria hasil : - Mempertahankan BB yang stabil
- Bebas dari mal nutrisi

10

INTERVENSI
Catat BB saat masuk dan

bandingkan saat berikutnya.

RASIONALISASI
Memberikan informasi
tentang keadekuatan
masukan diet atau kebutuhan

Berikan perawatan oral

nutrisi.

teratur.

Mulut yang bersih dapat


meningkatkan selera makan.

Berikan nutrisi parenteral

sesuai indikasi.
-

Memenuhi kebutuhan cairan


atau nutrisi yang adekuat.

Kolaborasi dengan tim gizi

Memungkinkan pemberian
diet yang sesuai.

Berikan tambahan makanan

bila diperlukan.
-

Diperlukan untuk memenuhi


kebutuhan nutrisi.

Berikan vitamin tambahan.

Diperlukan untuk memenuhi


kekurangan gizi.

B. Post Operasi Colostomy


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri

luka operasi b/d kerusakan

kulit/jaringan.
Dapat ditandai dengan

: - Anak menangis

Kriteria hasil

: - nyeri hilang/terkontrol
- Tidur atau istirahat

INTERVENSI
Catat BB saat masuk dan

bandingkan saat berikutnya.

RASIONALISASI
Memberikan informasi
tentang keadekuatan
masukan diet atau kebutuhan

Berikan perawatan oral

nutrisi.

teratur.

Mulut yang bersih dapat


meningkatkan selera makan.

Berikan nutrisi parenteral

sesuai indikasi.
-

Memenuhi kebutuhan cairan


atau nutrisi yang adekuat.

Kolaborasi dengan tim gizi

11

Memungkinkan pemberian

diet yang sesuai.


-

Berikan tambahan makanan

bila diperlukan.
-

Diperlukan untuk memenuhi


kebutuhan nutrisi.

Berikan vitamin tambahan.

Diperlukan untuk memenuhi

kekurangan gizi.
2. Resiko tinggi infeksi b/d kerusakan jaringan kulit
Ditandai oleh

: adanya daerah luka operasi

Kriteria hasil

: bebas tanda infeksi (peningkatan suhu tubuh,pus


dan luka, bengkak pada luka).

INTERVENSI
Observasi daerah kolostomi

dan tanda-tanda vital


-

tanda-tanda infeksi.

Ganti kantong kolostomi

Menjaga kebersihan pada

sesuai kebutuhan dan teknik

luka untuk menghindari

septik dan antiseptik

kemungkinan infeksi.

Jaga kebersihan lingkungan

Menurunkan resiko

klien, seperti tempat tidur,

kemungkinan terjadinya

perlak.

infeksi.

Anjurkan keluarga untuk

menjaga hygiene personal


anak.
-

RASIONALISASI
Mengidentifikasi adanya

nasokomial.
-

Kolaborasi :

Mencegah terjadinya infeksi


Pemberian antibiotik tepat
untuk penanganan infeksi.

Berikan obat antibiotik sesuai


indikasi.
COLOSTOMY :
Merupakan kolokutaneostomy yang disebut juga anus preternaturalis
yang dibuat untuk sementara atau menetap. Colostomy sementara dibuat misalnya
penderita gawat perut dengan peritonitis yang telah dilakukan reseksi sebagian
kolon. Pada keadaan demikian, membebani anastomis baru dengan pasase feces
merupakan tindakan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu
penanganan anastomosis, aliran feces dialihkan untuk sementara melalui

12

colostomy. Dua stoma yang biasanya disebut stoma laras ganda. Dengan cara
Hartmann pembuatan anastomosis ditunda sampai radang di perut telah redah.
Colostomy tetap, yang dibuat pada reseksi rekto anal abdomino perineal
menurut Quenu-Miles berupa anus preternaturalis benar. Esofagustomy,
gastrotomy, yeyenustomy dan sekostromy biasanya merupakan stoma sementara.
Ileustomy dan colostomy sering berupa stoma tetap.
Indikasi colostomy ialah dekompresi usus pada obstruksi, stoma
sementara untuk bedah reseksi usus pada radang, atau perforasi dan sebagian anus
reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis distal.
Colostomy dapat berupa stroma kait (Loop Colostoma) atau stoma ujung
(Lend Colostoma).

13

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN :
Penyakit hirschsprung (Aganglionik Megacolon) adalah suatu penyakit
kongenital, dimana tidak adanya sel-sel saraf ganglion parasimpatis didalam
dinding otot saluran usus dan juga tidak ada reflek membuka pada musculus
spinter ani internum. Keadaan ini biasanya terjadi pada ujung distal dari pada
colon.
Penyebab Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel neural crest
embrional yang bermigrasi kedalam dinding usus atau kegagalan pleksus
mesenterikus dan submukosa untuk berkembang kearah kraniocaudal didalam
dinding usus. kelainan ini merupakan penyebab terbanyak obstruksi kolon dan
merupakan sekitar 1/3 dari semua obstruksi neonatal. Hal ini jarang terjadi pada
bayi prematur. Diperkirakan angka kejadian penyakit hirschsprung
10.000 kelahiran.

14

ialah 1:

DAFTAR PUSTAKA
-

Ismael, Sofyan, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 1991.

Wahidiyat, Iskandar, dkk, Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, Jakarta, 1985.

Sjamsuhidajat, R, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta, 1998.

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta, 1997.

Doengoes E. Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.

15

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Biodata anak
Nama

: An. A

Umur

: 6 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Sunda

Anak ke

: Pertama/tunggal

Tanggal masuk

: 15 November 2003

Tanggal pengkajian

: 15 Januari 2003

Dx. Medis

: Hischprung

No. Register

: 02 66 99 79

Ruang

: Dahlia

Alamat

: Bono Sari RT 02/02 Paku Haji

b. Biodata orang tua


DATA
Nama

Ny. M

BAPAK
Tn. J

Umur

20 tahun

23 tahun

Suku/Bangsa

Sunda/Indonesia

Sunda/Indonesia

Agama

Islam

Islam

Pendidikan

Lulusan SD

Lulusan SLTP

Pekerjaan

IRT

Wiraswata

Alamat

Bono Sari RT 02/02

Bono

Paku Haji

02/02 Paku Haji

Sehat

Sehat

Keadaan kesehatan

IBU

2. Kedudukan Anak dalam Keluarga

16

Sari

RT

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pada saat dikaji, ibu klien mnegatakan bahwa anaknya mengeluh
nyeri pada abdomen
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga klien mengatakan bahwa anaknya tidak bisa BAB secara
normal, sampai perutnya membuncit. Keluarga klien lalu
membawanya ke puskesmas terdekat lalu diberi rujukan dari
puskesmas untuk segera di bawa ke rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Orang tua klien mengaku bahwa anaknya pernah mengalami
sembelit, sukar BAB.
d. Riwayat penyakit keluarga
Orang tua klien mengaku bahwa salah satu diantara anggota
keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti
klien.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Riwayat kehamilan
Ibu klien mengatakan selama hamil klien selalu memeriksakan
kehamilannya secara teratur ke pusat pelayanan kesehatan.
2) Riwayat persalinan
Ibu klien mengaku, klien dilahirkan di bidan praktek dengan
usia kehamilan saat itu 9 bulan secara spontan dengan selamat
dan dalam keadaan sehat..
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Berat badan klien saat dikaji 17 kg dan tinggi badan 100 cm. Ibu
klien mengatakan bahwa klien dapat mengendalikan dorogan
positif dan dapat bersosialisasi dengan baik.

17

g. Riwayat immunisasi
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan immunisasi
lengkap.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Frekuensi
nadi 100 x/menit, frekuensi pernafasan 45 x/menit, suhu tubuh
klien 370 C
b. Kulit
Kulit klien tampak lembab, turgor kulit baik, tidak terdapat lesi
c. Kepala dan leher
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat lesi. Bentuk leher simetris,
tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid.
d. Telinga
Kedua daun telinga tampak simetris, tidak ada luka pada aurikel,
rongga telinga bersih, dan fungsi pendengaran baik.
e. Mata
Kedua mata tampak simetris, tidak tampak edema, komjungtiva
tidak pucat, dan skleratampak berwarna putih, kedua pupil isokor,
fungsi penglihatan baik.
f. Muka, hidung dan rongga mulut
Muka berbentuk oval, hidung simettris, tidak terpasang NGT dan
rongga mulut tampak bersih, tidak ada stomatitis atau luka.
g. Dada dan paru-paru
Fungsi pernafasan baik denga frekuensi 45 x/menit, bentuk dada
tampak simetris.
h. Sistem kardiovaskuler
Frekuensi nadi 100 x/menit, bunyi jantung normal, tidak terdengar
mur-mur.
i. Sistem abdomen
Terdapat luka post operasi colostomy.

18

j. Sistem muskuloskeletal
Tidak terdapat edem, pergerakan klien tampak tidak bebas karena
terpasang infus.
k. Sistem perkemihan
Tidak terpasang douwer kateter
l. Sistem persyarafan
Kesadaran compos mentis
5. Data biologis
Aktivitas
Makan dan
minum

Rumah
Makan dirumah 3 kali
sehari lengkap : Nasi
sayur, lauk.
Minum biasanya 6 gelas
dalam sehari

Eliminasi

BAB
- Klien tidak bisa
BAB/sembelit
BAK
- 5 x/hari, warna kuning
jernih, bau khas amoniak

Istirahat
dan tidur

Klien biasanya tidur selam 9


jam dari pukul 21.00-06.00

Aktivitas

Klien bermain dengan


teman-temannya, klien
sering bersepeda

Rumah Sakit
Makan dirumah 3 kali
sehari dengan menu dari
RS.
Klien minum + 6 gelas
dalam sehari.

BAB
- 2 x/hari dengan bantuan
enea dengan lrutan garam
fisiologis
BAK
- 5 x/hari, warna kuning
jernih, bau khas amoniak.
Klien biasanya tidur selam 9
jam dari pukul 21.00-06.00
Klien hanya duduk dan diam

6. Data psikologis
a. Pola interaksi dengan keluarga
Klien mampu berinteraksi dengan keluarga dan teman-temannya.
Klien sering bersepeda bersama temannya.
b. Pola emosional
Klien sering diam dan hanya menggelengkan kepalanya atau
mengangguk bila ditanya.

7. Data spiritual

19

Keluarga klien beragama Islam dan selalu berdoa kepada Allah swt untuk
memohon kesembuhan klien.
8. Dampak hospitalisasi
Klien tampak diam bila didekati petugas kesehatan.
9. Data penunjang
a. Hasil Laboratorium
1) diterima tanggal 21-04-2003
dijawab tanggal 29-04-2003
Makroskopik : jaringan I tidak difiksasi, membusuk, usus
sepanjang 7 cm dengan diameter 2-4 cm.
Jaringan II (disusulkan kemudian) ukuran
0,7cm x 0,5 cm x 0,5 cm.
Mikroskopik : Sediaan

muskularis

membusuk,
tidak

diantara

ditemukan

tunika
ganglion

mesentrika. Sediaan ke II terdiri dari mukosa


usus dilapisi sel thoraks dan sel goblet, sub
mukosa edematus, tampak jaringan limfosit.
Histopatologik :Sediaan

menunjang

diagnosa

klinik

Hischprung. Sediaan II mulosa usus dalam


batas normal.
2) Hasil Laboratorium darah tanggal 9-01-2004
Eosinofil

: 0,00 %

(1,00 -3,00 %)

Batang

: 1.00 %

(2.00-6.00 %)

Limfosit

: 49.00 %

(20.00-40.00 %)

Monosit

: 0.00 %

(2.00-8.00 %)

LED

: 23 mm/jam

(<20.00 mm/jam)

3) Hasil laboratorium tanggal 5-01-2004


Hemoglobin

: 12.8 g/dL

Leukosit

: 26.000 /L

Trombosit

: 456.000 /L

4) Terapi pengobatan

20

Cefotaxim

: 2 x 500 mg

Novalgin

: 3 x ampul

Transamin

: 3 x/ ampul

Lasix

: 3 x ampul

IVFD

: Ringer Laktat

21

B. Analisa Data
No.
1.

Data Senjang
DO :
Klien tampak
meringis
Tampak adanya
bekas luka oerasi
colostomi
DS :
Klien mengeluh
nyeri pada

Penyebab
Terputusnya

Masalah
Keperawatan
Nyeri

kontinuitas
jaringan

Pengeluaran
mediator kimia

Merangsang
nociceptor

daerah bekas

luka operasi

Impuls masuk

(abdomen)

kesaraf aferen

Menuju spinal
cord

Thalamus

Cortex serebri

Keluar melalui
saraf eferen

Nyeri
dipersepsikan

2.

DO :

Terbukanya

22

Resiko

tinggi

Tampak adanya
luka bekas
operasi
colostomi
DS : -

jaringan tubuh

terhadap infeksi

memudahkan
mikro organisme
berinvasi

Lebih rentan
terhadap infeksi

resiko tinggi
infeksi

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya integritas jaringan kulit
2. Resiko tinggi tehadap imfeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan
kulit.

23

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama
: An. A
No. Med Rec.
: 02 66 99 79
DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN
TUJUAN
1
Nyeri berhubungan
Nyeri dapat terkontrol

Ruang
Umur
PERENCANAAN
INTERVENSI

RASIONAL

dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
kulit

- Kaji tingkat nyeri (110)

Membantu mengevaluasi

: Dahlia / 1
: 6 tahun

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Tanggal 16-01-04,

Tanggal 16-01-04,

Pkl. 16.00 WIB

Pkl. 19.00 WIB.

- Mengkaji tingkat

S:

derajat ketidaknyamanan

keluhan nyeri dengan

Keluarga klien

dan dapat menentukan

rentang skala nyeri (1-

mengatakan bahwa

intervensi yang tepat

10)

anaknya jarang

- Berikan kenyaman

Tindakan kenyamanan

pada anak seperti

dapat meningkatkan

untuk memberijan

(nyeri berkurang)

pijatan pada

relaksasi dan menurunkan

kenyamanan pada klien

O:

punggung

ketegangan sehingga

Klien tampak sedikit

nyeri dapat sedikit

rieks

berkurang

A :Masalah sebagian

- Selidiki/laporkan

Untuk mendeteksi adanya

- Menganjurkan keluarga

- Mengobservasi adanya

mengeluhkan nyeri

teratasi

adanya kekakuan otot

inflamasi peritonial yang

kekakuan otot dan

P :Lanjutkan

pada abdomen dan

memerlukan intervensi

adanya nyeri abdomen

intervensi mengatasi

adanya nyeri tekan

medis yang tepat.

- Kolaborasi dalam
pemberian anakgetik

24

Analgetik dapat
mengurangi sensasi nyeri.

nyeri.
- Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri

Resiko tinggi infeksi

Infeksi tidak terjadi

berhubungan dengan
terbukanya jaringan
kulit

- Observasi tanda-tanda
vital dan daerah

Mengidentifikasi dini
tanda-tanda infeksi

Tanggal 16-01-04,

Tanggal 16-01-04,

Pkl. 16.00 WIB

Pkl. 19.00 WIB.

- Mengukur tanda-tanda

S:

vital

colostomi

Keluarga klien
mengatakan bahwa

- Ganti kantung

Untuk menghindari

- Mengirigasi kolon

anaknya tidak

kolostomi sesuai

agen/mikroorganisme

setiap pagi dan sore

demam

kebutuhan dengan

penyebab infeksi

hari

O:

tetap menggunakan

Daerah kolostomi

teknik septik dan

tampak bersih

antiseptik

A :Masalah sebagian

- Jaga kebersihan

Menurunkan resiko terjadi

lingkungan seperti

infeksi

- Mengganti alat tenun


setiap hari

untuk menjaga

Mencegah terjadinya
infeksi nasokomial.

higiene personal
anaknya

- Menganjurkan kepada
keluarga untuk menjaga
hiegiene personal
anaknya

25

P :Lanjutkan
intervensi mencegah

tempat tidur, perlak


- Anjurkan keluarga

teratasi

infeksi

Anda mungkin juga menyukai