Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Daya saing industri dalam berbagai bidang terus meningkat, terutama pada

agroindustri. Dalam menghadapi pasar bebas Asia Tenggara yang dikenal dengan sebutan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 ini, semakin banyak industri yang
berlomba-lomba untuk unggul dan memenangkan pasar.
Sebelum bersaing di ASEAN, industri-industri tersebut bersaing secara nasional.
Banyaknya industri dengan produksi yang sama semakin membuat ketat persaingan. Untuk
dapat unggul, satu industri harus memiliki manajemen yang baik. Kualitas dari produk tidak
hanya ditentukan oleh bahan baku, tetapi juga oleh lingkungan, tenaga kerja, metode, dan
mesin. Seluruh aspek tersebut harus dipelihara atau dirawat agar menghasilkan performa
yang bagus demi meningkatkan produktivitas.
Manajemen pemeliharaan yang baik biasanya dimulai ketika suatu aset masih
berada dalam konseptual desain sampai kedalam tahap pengoperasian. Manajemen
pemeliharaan

yang seperti inilah yang

dimaksud

dengan

konsep

maintainability.

Maintainability dapat diartikan sebagai kemampuan memelihara suatu sistem yang


memiliki kemungkinan suatu sistem yang rusak untuk dikembalikan pada kondisi kerja
penuh dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan.
Maintainability

dapat meminimalkan biaya

untuk

melakukan

perawatan

(pemeliharaan). Selain itu, maintainability mampu meningkatkan efisiensi dan safety serta
mengurangi biaya pemeliharaan peralatan berdasarkan kondisi, prosedur, dan sumber daya
yang telah ditetapkan Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan agar mahasiswa
mengetahui konsep maintainability yang memiliki peranan penting pada dunia agroindustri.
Dengan mengetahui konsep maintainability, mahasiswa dapat melakukan pengukuran Mean
Time To Repair (MTTR) dan Mean Time Between Failure (MTBF). Konsep ini sangat
bermanfaat bagi penelitian mahasiswa maupun di dunia kerja nantinya.
1.2.

Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui konsep dari

maintainability, seperti pengertian tujuan, dan keunggulan serta kelemahannya. Dapat


melakukan pengukuran dari ukuran maintainability, seperti Mean Time To Repair (MTTR)
dan Mean Time Between Failure (MTBF). Selain itu, untuk mengetahui aplikasi
maintainability pada dunia Agroindustri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1.

Maintainability
Maintenance and maintainability are closely interrelated, and many people find it

difficult to make a clear distinction beetween them. Maintenance refers to the measures
taken by the users of a product to keep it in operable condition or repair it to operable
condition. Maintainability refers to the measures taken during the design and development of
a product to include features that will increase ease of maintenance and will ensure that
when used in the field the product will have minimum downtime and life-cycle support costs.
More simply, maintenance is the act of repairing or servicing equipment and maintainability is
a design parameter intended to minimize repair time (Dhillon, 2010).
Pemeliharaan dan kemampuan memelihara saling terkait erat, dan banyak orang
merasa sulit untuk membuat perbedaan yang jelas antara mereka. Pemeliharaan mengacu
pada langkah-langkah yang diambil oleh pengguna produk untuk tetap dalam kondisi
beroperasi atau memperbaikinya dengan kondisi beroperasi. Keterawatan mengacu pada
langkah-langkah

yang

diambil

selama

desain

dan

pengembangan

produk

untuk

menyertakan fitur yang akan meningkatkan kemudahan pemeliharaan dan akan memastikan
bahwa ketika digunakan di lapangan produk akan memiliki minimal downtime dan dukungan
siklus hidup biaya. Lebih sederhana, pemeliharaan adalah tindakan perbaikan atau servis
peralatan dan kemampuan memelihara adalah parameter desain dimaksudkan untuk
meminimalkan waktu perbaikan (Dhillon, 2010).
Dalam konsep maintenance management, telah dikenal terminologi/definisi yang
cukup logis untuk menjelaskan hubungan antara: availability (ketersediaan/kesiapan alat),
reliability

(keandalan

alat),

dan

maintainability

(kemampuan

memperbaiki

kerusakan/memelihara alat). Tinggi-rendahnya tingkat availability ditentukan oleh reliability


dan maintainability. Sedangkan antara reliability dan maintainability, masing-masing
merupakan faktor yang independent (artinya: satu sama lain tidak saling pengaruhmempengaruhi). Ukuran reliability ditentukan oleh tingkat/frekuensi kerusakan mesin maka
makin sering rusak, makin rendah reliability-nya, dan sebaliknya. Ukuran maintainability
ditentukan oleh kecepatan/kemampuan memperbaiki mesin rusak maka makin tinggi
kemampuan memperbaiki kerusakan, makin tinggi pula maintainability-nya, dan sebaliknya
(Alamie, 2007).
Tujuan dari analisis maintainability adalah meningkatkan efisiensi dan safety serta
mengurangi biaya pemeliharaan peralatan berdasarkan kondisi, prosedur, dan sumber daya
yang telah ditetapkan. Persyaratan maintainability antara lain (Alamie, 2007):
a. Penentuan definisi perencanaan yang meliputi seluruh dokumentasi perencanaan untuk
program yang ditentukan.
b. Dikhususkan bagi kategori top-level dengan produk/sistem yang dapat diaplikasikan.

c. Didesain melalui proses iteratif dari analisis fungsional, alokasi persyaratan, trade-off
dan optimasi, sintesis, dan pemilihan komponen.
d. Diukur dalam bentuk kecukupan melalui sistem uji dan evaluasi.
Maintainability adalah probabilitas mesin yang mengalami kerusakan dapat
dioperasikan kembali dalam suatu selang downtime tertentu. Untuk mengoptimumkan
maintainabilitas sistem ada dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu model pemeliharaan
(maintenance model) dan perancangan untuk mendapatkan tingkat maintainabilitas tertentu.
Jika f(t) adalah fungsi density probabilitas terhadap waktu yang dibutuhkan untuk
mempengaruhi tindakan (repair, overhaul, atau replacement). Maka maintainability dari suatu
peralatan dapat didefiniskan sebagai berikut (Prabowo, 2010):
T

f ( t ) dt
0

Maintainability adalah kemampuan suatu sistem untuk untuk dipelihara dimana


perawatan merupakan serangkaian tindakan yang harus diambil untuk memperbaiki
atau mempertahankan suatu sistem

dalam

keadaan

siap

operasi. Perhitungan-

perhitungan dalam maintainability antara lain (Ebeling, 1997):

Maintainability didefinisikan sebagai jumlah kegiatan perawatan korektif dalam selang


waktu tertentu dibagi dengan jumlah waktu perawatan total yang diperlukan untuk
memperbaiki sistem. Dari definisi tersebut terlihat bahwa maintainability berbanding terbalik
dengan Mean Time To Repair (MTTR). Dengan demikian dalam hubungannya untuk
meningkatkan availability, kedua faktor reliabity dan maintainability harus diperbaiki. Hal ini
mengasumsikan bahwa hal-hal lain yang mungkin menyebabkan waktu penundaan (delay
time) yang berlebihan dapat dihilangkan (Alamie, 2007).

2.2.

Keunggulan dan Kelemahan Maintainability


When maintainability engineering principles have been applied effectively to any

product, the following advantage can be expected (Dhillon, 2010):


a. Reduced downtime for the product and consequently an increase in its operational
readiness or availability.
b. Efficient restoration of the products operating condition when random failures are the
cause of downtime.
c. Maximizing operational readiness by eliminating those failures that are caused by age or
wear-out.
Ketika prinsip teknik pemeliharaan telah diterapkan secara efektif untuk setiap
produk, hasil yang menjadi keunggulan sebagai berikut (Dhillon, 2010):
a. Downtime berkurang untuk produk dan akibatnya peningkatan kesiapan atau
ketersediaan operasional.
b. Restorasi efisien kondisi operasi produk ketika kegagalan acak adalah penyebab
downtime.
c. Memaksimalkan kesiapan operasional dengan menghilangkan mereka kegagalan yang
disebabkan oleh usia atau usang.
Kelemahan dari Maintainability, diantaranya adalah (Amalie, 2007):
a. Kompleksitas sistem
b. Data harus akurat, ketepatan dalam pemilihan variabel random
c. Sistem sering berkembang
2.3.

Mean Time to Repair


Ada

beberapa

cara

pengukuran keterawatan,

namun

yang

paling

sering

digunakan dan yang akan dibahas pada bagian ini adalah Mean Time To Repair
(MTTR). Secara umum waktu perbaikan dapat diberlakukan sebagai variabel random
karena

kejadian

yang

berulang-ulang

dapat

mengakibatkan

waktu perbaikan yang

berbeda-beda (Djunaidi, 2007).


Secara umum, waktu perbaikan dapat diberlakukan sebagai variabel random karena
kejadian yang berulang-ulang dapat mengakibatkan waktu perbaikan yang berbeda-beda.

MTTR=

t . h ( t ) dt= ( 1H ( t ) ) dt
0

..... (Persamaan 23)

Untuk perhitungan mean time to repair pada masing-masing distribusi memiliki kesamaan
rumus dengan perhitungan mean time to failure (Pandi, 2014).
2.4.

Mean Time Beetween Failure


Time between (TBF) merupakan waktu antara selesai perbaikan atau penggantian

dengan waktu terjadinya kerusakan setelah itu. Time between failure dapat juga dinyatakan
sebagai lama beroperasinya suatu komponen setelah mengalami perbaikan atau
penggantian. Semakin lama time between failure suatu area berarti semakin jarang terjadi

kerusakan pada area tersebut, atau sebaliknya semakin pendek time between failure suatu
area berarti semakin sering terjadi kerusakan pada area tersebut. Jadi semakin lama time
between failure suatu area maka semakin baik performance area tersebut. Setelah didapat
area yang akan diobservasi maka langkah selanjutnya adalah menghitung nilai mean time
between failure (MTBF) dari masing-masing area. Pendugaan model distribusi yang sesuai
dengan data observasi dilakukan berdasarkan metode kecocokan garis lurus (straigt line
fitting). Data TBF dan yang telah dikelompokan ke dalam tabel distribusi frekwensi kemudian
diplot untuk masing-masing jenis distribusi yang umum dipakai (Firmansyah, 2013).
The formula for calculating Mean Time Beetween Failures si also fairly simpel, but
again you need to be sure to collect accurate data: total operating time divided by the
number of breakdowns. Uptime is captured as the moment at which a machine began
operating (initially or after a repair) to the moment at which a machines failed after operating.
Mean Time Beetween Failures is literally defined as the average time elapsed from one
failure to the next. So, again, it makes common sense that if you track your OEE and make
improvements, your Mean Time Beetween Failures should go up or get longer (Niederstadt,
2015).
Rumus untuk menghitung Waktu Rata-rata antar Kegagalan juga cukup simpel, tapi
sekali lagi Anda harus yakin untuk mengumpulkan data yang akurat: total waktu operasi
dibagi dengan jumlah kerusakan. Uptime ditangkap sebagai momen di mana mesin mulai
beroperasi (awalnya atau setelah perbaikan) untuk saat di mana mesin gagal setelah
operasi. Sementara Antar Kegagalan secara harfiah didefinisikan sebagai waktu rata-rata
berlalu dari satu kegagalan ke yang berikutnya. Jadi, sekali lagi, itu membuat akal sehat
bahwa jika Anda melacak OEE dan melakukan perbaikan, waktu rata-rata antara kegagalan
harus dinaikkkan atau diperpanjang (Niederstadt 2015).
2.5.

Manfaat MTTR
Suatu pengukuran dari maintainability adalah Mean Time To Repair (MTTR),

tingginya MTTR mengindikasikan rendahnya maintainability. MTTR merupakan waktu


rata-rata antara yang digunakan untuk memperbaiki suatu kerusakan mesin/line. Dimana
MTTR merupakan indikator kemampuan (skill) dari operator maintenance mesin dalam
menangani atau mengatasi setiap masalah kerusakan (breakdown) (Pujotomo, 2007).
MTTR by itself, except for the exponential distribution, does not tell us enough about
the tails of the distribution, such as the frequency and duration of the version long
maintenance actions. Still, MTTR is an important design requirement especially for complex
equipment and systems and it can be measured when the hardware is tested for
maintainability. By its nature, MTTR

depends on the frequencies with which various

replaceable or repairable components in the equipment fail (i.e on the failure rates or
replacement rates), and on the times it takes to repair the equipment as the different kinds of

failures occur. There is a predicted MTTR for which we need to know the predicted failure
rates and estimated repair times down to the lowest repair level at a given repair level, and
there is the measured MTTR observed on actual hardware. Ideally, the two MTTRs will be
close each other (Kececioglu, 2003).
MTTR dengan sendirinya, kecuali untuk distribusi eksponensial, tidak memberitahu
kita cukup tentang ekor dari distribusi, seperti frekuensi dan durasi versi tindakan
pemeliharaan panjang. Namun, MTTR merupakan syarat desain penting terutama untuk
peralatan yang kompleks dan sistem dan dapat diukur ketika hardware diuji untuk
pemeliharaan. Berdasarkan sifatnya, MTTR tergantung pada frekuensi dengan mana
berbagai komponen diganti atau diperbaiki dalam peralatan gagal (yaitu pada tingkat
kegagalan atau tingkat penggantian), dan pada waktu yang diperlukan untuk memperbaiki
peralatan seperti berbagai jenis kegagalan terjadi. Ada MTTR diprediksi yang kami perlu
mengetahui tingkat kegagalan diprediksi dan diperkirakan waktu perbaikan hingga ke tingkat
perbaikan terendah di tingkat perbaikan yang diberikan, dan ada MTTR diukur diamati pada
hardware sebenarnya. Idealnya, dua MTTR akan menjadi dekat satu sama lain (Kececioglu,
2003).
2.6.

Aplikasi Maintainability pada Agroindustri


PG. Madukismo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri

pertanian dengan hasil utamanya berupa gula. Tujuan

dari

penelitian

ini

adalah

menganalisis nilai laju kerusakan, parameter realiability, maintainability, availability, serta


menganalisis tingkat kebutuhan jumlah spare-part yang optimal dengan pendekatan
Spare-part requirement nomograph. Adanya upaya tersebut dimaksudkan agar dapat
meningkatkan ketersediaan dan keandalan yang tinggi dengan memaksimalkan umur
peralatan, serta pemeliharaan yang efektif. Hasil yang diperoleh meliputi tingkat keandalan
mengalami penurunan selama periode waktu operasi, sehingga laju kerusakan komponen
rantai

garu (mata rantai)

selama

penggunaan mengalami peningkatan. Nilai MTBM

komponen adalah 152,86 jam, nilai MTBF komponen adalah 314,71 jam, nilai Availability
komponen antara 88,10 % hingga 90,10 %, nilai Reliability komponen yaitu 99,53 %, dan
cenderung menurun dengan laju 0,00792 kerusakan per jam, dan jumlah suku cadang
komponen yang harus disediakan pada Unit Mesin Penggiling Tebu minimal 30 unit (Sodikin,
2010).
PT. KCI merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi botol
gelas (glass packaging). PT KCI dalam melakukan perawatan komponen mesin, yang
dalam hal ini adalah komponen Mould Gear masih bersifat corrective maintenance,
artinya komponen akan diganti apabila benar-benar telah mengalami kerusakan. Sehingga
ketersediaan merupakan fungsi dari suatu siklus waktu operasi (reliability) dan waktu
downtime (maintainability). Perhitungan MTTR ini adalah berdasarkan data downtime

(maintainability), yang sebelumnya juga dilakukan uji kecocokan distribusi dan hasilnya
sesuai, sehingga perhitungannya berdasarkan distribusi yang sesuai tersebut. Dari hasil
perhitungan yang dilakukan maka diketahui interval waktu penggantian pencegahan
dengan menggunakan metode Age Replacement untuk komponen mould = 49 jam dan
blow head = 42 jam. Setelah dilakukan perawatan berupa penggantian pencegahan tersebut
maka nilai availability dari mould gear sebesar 86.287 % (Djunaidi, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
Alamie, Nanang Firmansyah. 2007. Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional
(Availability) Pesawat C-130 Hercules Versi Militer. Institut Teknologi Bandung.
Bandung
Dhillon, B S. 2010. Engineering Maintainability: How to Design for Reliability and Easy
Maintenance. Gulf Publishing Company. Texas
Djunaidi, Muchammad. 2007. Usulan Interval Perawatan Komponen Kritis pada Mesin
Pencetak Botol (Mould Gear) Berdasarkan Kriteria Minimasi Downtime.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Teknik Gelagar, Volume 18 No 01, April
2007: 33-41
Ebeling, E Charles. 2009. An Introduction to Reliablity and Maintanability Engineering.
Waveland Pr Inc. Amerikat Serikat
Firmansyah, Adi. 2013. Analisis Waktu Antar Kerusakan Mesin Electric Motor
Menggunakan Metode Failure Finding Interval (Studi Kasus di PT XYZ).
Universitas Sumatera Utara. e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol.1., No. 1, Februari
2013 pp 16-22
Kececioglu, Dimitri. 2003. Maintainability, Availability & Operational Readiness
Engineering Handbook, Volume 1. DEStech Publications Inc. USA
Niederstadt, Joseph. 2015. The Lean Expert: Educating and Elevating Lean
Practitioners Throughout Your Organization. CRC Press. USA
Pandi, Sandy Dwiseputra. 2014. Preventive Maintenance pada Mesin Corrugating Mesin
Flexo di PT Surindo Teguh Gemilang. Universitas Katolik Widya Mandala. Jurnal
Ilmiah Widya Teknik Vol 13 No 1 2014 ISSN 1412-7350
Prabowo, Herry Agung. 2010. Sistem Perawatan Mesin Press. Universitas Mercu Buana.
Jurnal Pasti (Volume 3 Nomor 1 Januari 2010) ISSN: 2085-5869
Pujotomo, Darminto. 2007. Analisis TPM pada Line 8/ Carbonated Soft Drink PT CocaCola Bottling Indonesia Central Java. Universitas Diponegoro. Semarang
Sodikin, Imam. 2010. Analisis Penentuan Waktu Perawatan dan Jumlah Persediaan
Suku Cadang Rantai Garu yang Optimal. IST AKPRIND Yogyakarta. Jurnal
Teknologi, Volume 3 Nomor 1, Juni 2010, 44-52

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai