Tugas Kimia Analisis I Bikromatometri
Tugas Kimia Analisis I Bikromatometri
ANALISIS BIKROMATOMETRI
Disusun Oleh :
Aning Yulianingtyas
(121011017)
Tijani Jamilah
(121011018)
Nur Rahmanto
(121011024)
Karomatul Fitri
(121011036)
ABSTRAK
Kata Kunci : Oksidimetri; Kalium Bikromat; titik equivalent; penetapan Fe(II); Sodium
Diphenylamina Sulfonat ; N-phenylantranilic acid.
1. LATAR BELAKANG
2
Asidi-Alkalimetri
Oksidasi-Reduksi
Presipitimetri
Kompleksometri
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada
titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai
reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi yang diharapkan
terjadi dalam analisis. Prosedur titrasi yang berdasarkan reaksi redoks dapat memerlukan
suhu yang dinaikkan, penambahan katalis, atau pereaksi berlebih disusul dengan titrasi
kembali. Pereaksi berlebih biasanya ditambahkan dan kita harus dapat mengambil
kelebihannya dengan mudah sehingga ia tidak akan bereaksi dengan titran pada titrasi
selanjutnya. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari oksidator
3
telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Beberapa contoh dari titrasi redoks
antara lain adalah titrasi permanganometri, titrasi iodometri dan titrasi iodimetri. Hubungan
reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan
perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat
menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi
redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia.
Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah
persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila
memenuhi syarat.Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan
suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit
dengan titran.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi
redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta,
sifatoksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup
baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih
mudah.Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi
antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan indicator.
Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan
indicator seringkali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna
titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau
penentuan alkohol dengan kalium dikromat. Beberapa titrasi redoks menggunakan
amilum sebagai indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang
lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika
kedua indicator di atas tidak dapat diaplikasikan,misalnya ferroin, metilen, blue, dan
nitroferoin. Kalium dikromat dipakai untuk titran penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl.
Bromat dipakai sebagai titrant untuk penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2 yang dititrasi
dengan tiosulfat),dan Cerium(IV) yang bisa dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan
ferosianida dan nitrit.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Analisis
Bikromatometri
merupakan
salah
satu
jenis
analisis
dapat
diperoleh
dengan
menimbang
garam
kering
dan
melarutkannya dalam sejumlah air (aquades). Larutan ini cukup stabil bila
disimpan dalam wadah bertutup, sehingga terhindar dari penguapan
pelarutnya. Larutan kalium dikromat digunkan pada kondisi asam, yang
tereduksi dengan cepat menjadi garam krom(III) yang berwarna hijau pada
temperatur ruang.
Larutan kalium bikromat juga cukup stabil dari reduksi oleh material organik
daripada kalium permanganat, disamping stabil terhadap cahaya. Karena itu
kalium dikromat merupakan reagen yang baik untuk analisis besi dalam
bijihnya; bijih dilarutkan dalam asam klorida, besi (III) direduksi menjadi besi
(II) dan larutan dititrasi dengan larutan standar kalium bikromat
Cr2O72- + 6Fe2+ + 14H+
2Cr3+ + 7H2O
3. METODE ANALISIS
Prinsip Analisis :
Adapun dilakukan preparasi sample (contohnya dalam sample
biji besi) terlebih dahulu sebagai perlakuan awal dalam analisis
Bikromatometri. Dimana analisis diawali dengan mereduksi besi yang
terdapat dalam sample tersebut dari Fe 3+ menjadi Fe2+ dengan cara
melarutkan sample ke dalam HCl dan akan direduksi oleh SnCl 2. Fe2+
6
Prosedur kerja :
A. MENYIAPKAN LARUTAN STANDARD K2Cr2O7 0,1 N.
- Timbang dengan teliti sebanyak 0,2 0,3 gram K 2Cr2O7 yang
telah
30-60 menit.
7
kuning
berubah
menjadi
warna
hijau
terang
Kadar Fe(%) =
PREPARASI
AWAL
PEMANASAN
selama 20 50 menit
SnCl2 0,5 M
PELARUTAN
MEREDUKSI
HgCl2 0,25M + aq
sambil dipanaskan
PENGENCERAN
10
PREPARASI
TITRASI
ANALISA
FP :
H2SO4 (1:5)
+ H3PO4 85%
indikator
4. PEMBAHASAN
Meskipun K2Cr2O7 sebagai larutan standar memiliki sifat nonhigroskopis, stabil, dan tahan terhadap cahaya, namun pada saat pembuatan
larutan standar ini dari padatan juga diperlukan pemanasan menggunakan
oven pada suhu 1400C selama 30-60 menit terlebih dahulu agar berat K 2Cr2O7
lebih konstan. Setelah pembuatan larutan standar selesai, bila perlu, juga
dilakukan standaridisasi menggunakan Natrium Tiosulfat untuk mengetahui
secara pasti konsentrasi larutan standar yang telah dibuat. Apabila
konsentrasi larutan standar telah dipastikan, maka dilanjutkan dengan analisis
yang dalam hal ini digunakan untuk penetapan kadar Fe dalam biji besi.
Adapun hal yang juga perlu diingat, dimana K 2Cr2O7 yang termasuk sebagai
larutan standar primer maka standardisasi tidak selalu harus dilakukan karena
mempunyai sifat yang inert. Dalam penetapan kadar besi yang terdapat
dalam biji besi seperti yang dicontohkan sebagai salah satu penerapan yang
menggunakan metode analisis bikromatometri ini, besi di dalam sampel ini
dapat dianalisa dengan cara tidak langsung yaitu dengan melarutkan sampel
bijih besi kedalam HCl untuk membentuk besi (III).
F2O3 + 6 H+
2 Fe3+ + 3 H2O
Adapun fungsi HCl dalam hal ini hanya digunakan untuk melarutkan
dan menimbulkan suasana asam. Selanjutnya besi (III) yang terdapat dalam
sample direduksi dengan SnCl2 untuk membentuk besi (II).
11
2 Fe3+ + Sn2+
HCl
Sn4+ + 2 Fe2+
5. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan analisis dikromatometri maka praktikan
dapat menarik beberapa kesimpulan yang penting, yaitu :
a. Dikromatometri adalah metode titrasi menggunakan larutan kalium
dikromat K2Cr2O7
DAFTAR PUSTAKA
Wijayanti, Merita Ika. 2009. Tugas Kimia Analisis I Analisis Bikromatometri.
IST AKPRIND: Yogyakarta
Widodo, Didik Setio dan Retno Ariadi Lusiana. 2010. Kimia Analisis
Kuantitatif. Hlm 119-122. Graha Ilmu: Semarang
13
LAMPIRAN
14
Contoh perhitungan
PENETAPAN KADAR Fe DALAM BIJI BESI MENGGUNAKAN
METODE DIKROMATOMETRI
HASIL PENGAMATAN :
2,5
3,0
15
2,5
Rata rata TE
2,67
BE Fe = 56 g/mol
Perhitungan
Kadar Fe(%) =
x 100 %
2,560 g x 1000
= 29, 1330 %
Jadi, kadar Fe yang terdapat dalam biji besi sebanyak 2,560 g = 29, 1330 % .
Adapun penetapan nya menggunakan metode analisis bikromatometri
dengan K2Cr2O7 sebagai larutan standar.
16
Neraca Analitik
Buret 50 mL
17
Erlenmeyer 250 mL
Gelas piala
Pipet gondok 10 mL
18
Krus porselin
Hot plate
pipet tetes
19