Anda di halaman 1dari 21

Alat Proteksi Sengatan Listrik Otomatis

ALAT PROTEKSI TERHADAP SENGATAN LISTRIK


YANG BEKERJA SECARA OTOMATIS
Pada saat ini sudah banyak dijumpai alat-alat proteksi otomatis terhadap
tegangan sentuh. Peralatan ini tidak terbatas pada pengamanan manusia dari
sengatan listrik, namun berkembang lebih luas untuk pengamanan gedung yang
terpasang jaringan instalasi listrik dari bahaya kebakaran akibat hubung singkat
(konsleting).
.
1. Jenis-Jenis Alat Proteksi Otomatis
Jenis-jenis alat proteksi yang banyak dipakai, antara lain adalah: Residual
Current Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan Ground Fault
Circuit Interruptor (GFCI). Walaupun berbeda-beda nama namun secara prinsip
adalah sama, yakni alat ini akan bekerja atau aktif bila mendeteksi adanya arus
bocor ke tanah. Karena kemampuan itulah, arus bocor ini dianalogikan dengan arus
sengatan listrik yang mengalir pada tubuh manusia.
2. Prinsip Kerja Alat Proteksi Otomatis
Gambar 1 di bawah ini menunjukkan bentuk fisik sebuah RCD untuk sistem
satu fasa dan skema diagramnya ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 1. Bentuk fisik RCD 1 fasa

Gambar 2. Skema diagram RCD 1 fasa


Prinsip kerja RCD dapat dijelaskan sebagai berikut (perhatikan skema
diagram pada gambar 2) :
Iin : arus masuk
Iout : arus keluar
IR1 : arus residual yang mengalir ke tubuh
IR2 : arus residual yang mengalir ke tanah
Min : medan magnet yang dibangkitkan oleh arus masuk
Mout : medan magnet yang dibangkitkan oleh arus keluar.
Dalam keadaan terjadi arus bocor, maka arus keluar lebih kecil dari arus
masuk, Iout < Iin dan arus residu mengalir keluar setelah melalui tubuh manusia
atau tanah. Karena Iin>Iout maka Min>Mout, akibatnya akan timbul ggl induksi pada
coil yang dibelitkan pada toroida sehingga ggl induksi mengaktifkan peralatan
pemutus rangkaian.
Sedangkan bentuk fisik ELCB untuk sistem tiga fasa ditunjukkan pada gambar
3 dan skema diagramnya ditunjukkan pada gambar 4 di bawah ini.

Gambar 3. Bentuk fisik ELCB 3 fasa

Gambar 4. Skema diagram ELCB 3 fasa


Prinsip kerja pengaman/proteksi otomatis untuk sistem tiga fasa dapat
dijelaskan sebagai berikut (perhatikan skema diagram gambar 4) :
Bila tidak ada arus bocor (ke tanah atau tubuh manusia) maka jumlah resultan arus
yang mengalir dalam keempat penghantar sama dengan nol. Sehingga trafo arus
(CT) tidak mengalami induksi dan trigger elektromagnet tidak aktif. Dalam hal ini
tidak terjadi apa-apa dalam sistem. Namun sebaliknya, bila ada arus bocor, maka
jumlah resultan arus tidak sama dengan nol, maka trafo arus (CT) menginduksikan
tegangan dan mengaktifkan trigger sehingga alat pemutus daya ini bekerja
memutuskan beban dari sumber (jaringan).
Gambar 5 dan gambar 6 memperlihatkan pemakaian CRD atau ELCB. Bila
pengamanan untuk satu jenis beban saja maka RCD dipasang pada saluran
masukan alat saja. Sedangkan bila pengamanan untuk semua alat/beban dan
saluran, maka alat pengaman dipasang pada sisi masukan/sumber semua beban.
Mana yang terbaik, tergantung dari apa yang diinginkan. Kalau keinginan
pengamanan untuk semua rangkaian, maka gambar 6 yang dipilih. Namun perlu
dipertimbangkan aspek ekonomisnya, karena semakin besar kapasitas arus yang
harus dilayani maka harga alat akan semakin mahal pula walaupun dengan batas
arus keamanan (bocor) yang sama.

Gambar 5 Pemasangan ELCB pada beban (proteksi lokal)

Gambar 6. Pemasangan ELCB pada jaringan sumber (proteksi terpusat)


Untuk alat-alat yang dipasang di meja, cukup dengan arus pengamanan DIn=
30 mA, sedangkan untuk alat-alat yang pemakaiannya menempel ke tubuh (bath
tube, sauna, alat pemotong jenggot, dan lain-lain) digunakan alat pengaman dengan
arus lebih rendah, yaitu DIn =10 mA. Untuk pengamanan terhadap kebakaran
(proteksi terpusat) dipasang dengan DIn= 500 mA.
3. Proteksi pada Peralatan Portabel
Metode pengamanan atau proteksi peralatan listrik portabel dibedakan
menjadi dua kelas, yaitu Alat Kelas I dan Kelas II. Sedangkan untuk alat-alat mainan
anak-anak dikategorikan sebagai alat Kelas III.
a. Alat Kelas I adalah alat listrik yang pengamanan terhadap sengatan listrik
menggunakan saluran pentanahan (grounding). Alat ini mempunyai selungkup
(casing) yang terbuat dari logam.
b. Alat Kelas II adalah alat listrik yang mempunyai isolasi ganda, di mana selungkup
atau bagian-bagian yang tersentuh dalam pemakaiannya terbuat dari bahan isolasi.
Pada alat kelas ini tidak diperlukan saluran pentanahan. Berikut ini adalah contoh
alat yang termasuk Kelas I dan Kelas II.

Gambar 7. Contoh klasifikasi proteksi pada peralatan listrik portable


4. Prosedur Keselamatan Umum
a. Hanya orang-orang yang berwenang dan berkompeten yang diperbolehkan
bekerja pada atau di sekitar peralatan listrik
b. Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan prosedur (jangan merusak
atau membuat tidak berfungsinya alat pengaman atau alat proteksi).
c. Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja di daerah instalasi listrik
d. Pelihara alat dan sistem instalasi listrik dengan baik
e. Menyiapkan langkah-langkah tindakan darurat ketika terjadi kecelakaan
- Prosedur shut-down : tombol pemutus aliran listrik (emergency off) harus mudah
diraih.
- Pertolongan pertama pada korban
f. Pertolongan pertama pada orang yang tersengat listrik
- Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan cara yang aman sebelum
dilakukan pertolongan pertama

Gambar 8. Pemisahan si korban dari aliran listrik


- Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan. Pertolongan pertama harus dilakukan oleh orang yang berkompeten.
5. Prosedur Keselamatan Khusus
a. Prosedur Lockout/Tagout
Prosedur ini merupakan prosedur keselamatan khusus yang diperlukan ketika
bekerja untuk melakukan pemeliharaan/perbaikan pada sistem instalasi dan
peralatan listrik secara aman.
b. Tujuan:

- Mencegah adanya release baik secara elektrik maupun mekanik yang tidak
disengaja yang membahayakan orang yang sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan dan atau perbaikan,
- Memisahkan/memutuskan dari aliran listrik.
c. Langkah-langkah prosedur ini dapat dijelaskan sebagai berikut
- Buat rencana lockout/tagout
- Beri tahu operator dan pengguna lainnya rencana pemutusan aliran listrik
- Putuskan aliran pada titik yang tepat
- Periksa apakah tim/pekerja telah menggantungkan label (padlocks) tanda
perbaikan pada titik lockout
- Letakkan tulisan perhatian pada titik lockout
- Lepaskan energi sisa/tersimpan (seperti pada baterai, kapasitor, per dan
sebagainya)
- Pastikan bahwa peralatan/sistem tidak beraliran listrik
- Semua anggota tim/pekerja mengambil label (padlock)-nya kembali setelah
pekerjaan selesai.
http://margionoabdil.blogspot.com

Pengaman arus sisa (Residual Current Device RCD)

Agus Salim, MT (Widyaiswara P4TK Malang)


agussali@yahoo.com

Abstrak
Jaringan instalasi listrik konsumen dikategorikan memenuhi syarat apabila telah
teruji mampu melindungi dari gangguan yang diakibatkan oleh arus sisa. Arus
sisa adalah selisih antara arus yang masuk pada satu titik dengan arus
keluarnya. Atau jumlah arus pada satu titik. Selisish keduanya disebut dengan
arus sisa yang kemudian dikenal dengan delta arus. Besarnya arus sisa yang
melewati suatu bahan atau material (termasuk didalamnya kulit manusia) akan
mempengaruhi tingkat resiko. Dalam rekayasa teknologi listrik besaran delta
arus listrik tadi akan menjadi acuan nilai arus sisa nominal peralatan pengaman
arus sisa yang dikenal dengan RCD atau disebut dengan

IN . Sebuah jaringan instalasi

listrik yang dipasang RCD atau Earth Leakage Circuit Breakers (ELCB) diharapkan aman terhadap gangguan
kejut listrik pada badan manusia dan aman dari gangguan kebakaran maupun ledakan akibat arus sisa yang
bocor ke tanah atau ke sebuah benda.

Keyword: Arus sisa, RCD dan instalasi yang aman.

Pemutus kebocoran arus yang


juga dikenal sebagai sakelar
pemutus arus sisa (PUIL 2000)
singkatan SPAS akibat adanya
kesalahan
rangkaian
atau
komponen listrik. IN adalah
simbol untuk arus bocor nominal.
Juga
disebut
RCD
(Residual
Current
Device).
Sayangnya
gangguan itu akan selalu terjadi
secara terus menerus bahwa
orang-orang
akan
mengalami
peristiwa malang bila terjadi
kontak langsung maupun tidak
langsung dengan kabel listrik.
Tanpa ditanya, kecelakaan listrik
tersebut akan sangat berbahaya

Gambar 1: RCD 25 A, IN 0,003 A

bagi barang, jaringan dan bahkan


bagi manusia.

Tetapi ada langkah-langkah pengamanan perlindungan saat menghindari


kemungkinan cedera saat terjadi kecelakaan tersebut. RCD telah terbukti
menjadi perlindungan yang sangat baik dari efek arus listrik yang menyengat
pada orang-orang. Dia mampu untuk mengatasi gangguan sirkuit dalam waktu
cepat sesaat terjadi kontak pada badan orang-orang dengan kabel listrik.
Termasuk juga di bidang proteksi terhadap kebakaran, kesalahan lainya pemutus
arus ini sangat efektif. RCD digunakan pada kabel listrik rumah. Terutama daerah
basah seperti kamar mandi dan fasilitas shower harus dilindungi RCD. Oleh
karenanya komponen listrik ini harus dipasang hanya oleh orang spesialis.
Pemasangan RCD

Saklar RCD dipasang pada bagian hilir dari meteran listrik dan atau dibelakang
pengaman lebur atau pemutus daya. Dia memantau seluruh rangkaian. Hal ini
juga dapat diinstal beberapa RCD secara terpisah dari satu sama lain,
misalnya, untuk kamar mandi dipasang sebuah saklar tambahan RCD.Hal ini
penting untuk memastikan bahwa RCD yang ukuran ampere cukup besar.Setelah
menangani RCD pada hantaran fase (L1, L2, L3) dari pemutus sirkuit ke
konsumen.Dengan hantaran N disambung ke N bus bar di mana semua masuk
hantaran N dihubungkan pada pemakainya.Setelah instalasi selesai dipasang,
rangkaian RCD harus diuji dengan menekan i tombol tes RCD.Pengujian rutin
pada RCD berguna untuk memverifikasi fungsi yang benar dari RCD, dan iika
perumahan terbuat dari PE semua logam harus terhubung.
Tegangan listrik berbahaya

Bilamana terjadi gangguan listrik dan ternyata karena adanya tegangan yang
berbahaya (tegangan diatas 50 VAC, maka langkah keselamatannya adalah:
1. Putuskan
2. Melindungi setiap koneksi atau badan kontak aktif (fase L) yang
terbuka.
3. Pastikan tidak adanya tegangan lagi
4. Sambung hantaran pentanahan dengan hubungan arus pendek
5. Tutup atau batasi setiap bagian hanataran fase lainya.
Contoh-contoh rangkaian yang ditunjukkan merupakan contoh rangkaian lengkap
untuk instalasi listrik. Siapapun yang bekerja diarea dan menggunakan peralatan
listrik harus selalu dilakukan oleh tenaga terlatih atau diperintah dibawah

pengawasan inspektur. Untuk eksekusi yang tidak tepat dan tidak benar cara kerja
pada instalasi listriknya, instalatir sebagai orang sepenuhnya bertanggung jawab
terhadap orang atau properti.
Simbol dan kode Gambar

Penjelasan simbol dalam skema listrik gambar 2 adalah sebagai berikut:

1.

1.

sekering

2.

2.

sakelar

3.

3.

lampu (konsumen)

Gambar 2 yang ditunjukkan di bawah, sekarang merupakan sirkuit yang pada


prinsipnya dibangun seperti sambungan kabel rumah tangga biasa. Arus
mengalir dari konduktor (L) melalui sekering (1) kemudian lewat sakelar (2) yang
harus ditutup, melalui beban lampu (3) selanjutnya kembali melintasi konduktor
netral (N). Jika saklar dibuka, sirkuit terganggu atau putus dan tidak ada arus
mengalir.
Kita tidak harus bingung dengan hantaran pengaman (PE). Konduktor pelindung
yang digunakan untuk melindungi orang-orang, daya dipicu oleh kesalahan
akibat sentuhan langsung konsumen. Jika, misalnya, direktur membuat
kesalahan dengan kontak pada bagian PE, sekarang arus akan mengalir keluar
melalui konduktor PE karena terhubung ke grounding. Arus mengalir keluar
tanpa perlawanan, dan karena itu begitu besar sampai waktu operasi nominal
sekering tercapai, sekering akan putus. Hal ini dilakukan dalam waktu yang
sangat singkat.

Gambar 2: Rangkaian lampu listrik

L1 = Kode R = Hantaran fase 1


L2 = Kode S = Hantaran fase 2
L3 = Kode T = Hantaran fase 3
N = Netral = nol
PE = Protection Earth = Ground

Gambar 3: Rambu tanda bahaya dan peringatan

Rangkaian RCD.
Berikut beberapa rangkaian RCD yang dipasang pada Papan Hubung Bagi (PHB)
yang terdiri dari RCD 3 fase dan satu fase.

Gambar 4: RCD 3 fase dengan beban 3 fase

Berikut RCD 3 fase dipakai untuk mengamankan jaringan dengan beban dua fase

Gambar 5: RCD 3 fase dengan bebabn dua fase.


Dan berikut rangkaian RCD satu fase yang banyak dipakai untuk jaringan rumah
tangga dengan system sambungan seperti berikut dibawah pada gambar 6.

Gambar 6: RCD satu fase

Prinsip kerja RCD

Gambar 7: Diagram kerja RCD satu fase


Keterangan simbol pada skema listrik gambar 7:

1.

1.

sekering

2.

2.

sakelar

3.

3.

beban lampu

4.

4.

kontak RCD

5.

5.

tuas mekanik

6.

6.

koil trip

7.

7.

kumparan sekunder

8.

8.

cincin trafo arus

9.

9.

tombol Test

Disini kita dapat melihat sirkit yang dijelaskan diatas dengan sirkit pemutus arus
sisa. Oleh penghantar pada RCD (hantaran fase L dan hantaran netral N) masingmasing menghasilkan medan elektromagnetik. Karena arus mengalir di kutub
hantaran fase berlawanan dengan konduktor netral, medan magnet ini akan
saling menghilankan. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan arus. Arus bolak-balik
yang mengalir adalah sama. Akan tetapi sekarang akibat kesalahan arus tidak
lagi mengalir kembali melalui N saja, tetapi lari melewati hanataran PE, sehingga

ada perbedaan antara dua hanataran dan dengan demikian medan magnet yang
terjadi pada cincin RCD, yang sekarang terjadi penjumlahan medan magnet
pada transformator arus. Pada gulungan transformator arus disisi sekunder
terjadi penjumlahan medan magnet sehingga menyebabkan terjadinya tegangan
induksi yang dapat mengalir arus melalui kumparan. Ini akan memiliki
konsekuensi bahwa tombol saklar rangkaian interupsi RCD dalam sepersekian
detik akan bereaksi menekan kontak RCD untuk membuka rangkaian. Tunda
waktu yang diijinkan oleh peraturan dapat berbeda-beda tergantung pada
negara dan akan diperiksa oleh seorang profesional setelah instalasi siap disuplai
daya atau jaringan telah puluhan tahun digunakan. Sekarang baru dikenal
perbedaan penggunaan tingkat kebocoran arus (300mA untuk proteksi
kebakaran), Untuk dirumah tangga atau layanan umum (10mA, 30mA).
Dengan tombol tes arus gangguan yang tersedia dapat disimulasikan, untuk
membuktikan RCD berfungsi bila terjadi kebocoran dan putus saat tombol tes
ditekan. Produsen merekomendasikan tombol tes untuk selalu dicek apakah
tetap beroperasi dalam setengah-tahunan atau bahkan bulanan. Instalasi listrik
secara keseluruhan juga harus diperhatikan oleh orang yang ahli baik instalasi
baru dan sudah lama harus dilakukan pemeriksaan berkala.

Perakitan RCD pada PHB


Berdasarkan contoh dibawah adalah instalasi kabel dari sirkuit pemutus arus sisa
akan dijelaskan. Instalasi ini adalah varian paling sederhana dan paling banyak
digunakan. Untuk mendemonstrasikan, pelat dasar DIN35 dari manifold datar
melesat ke dinding kayu. Dalam contoh ini mengasumsikan pada papan
distribusi. PHB memiliki beban tiga kelompok lampu masing-masing dilindungi
RCD setiap kelompok secara terpisah menggunakan fase (L1, L2, L3) seimbang.

Bagaimana kita mulai sekarang?

1.

Pertama, distribusi komponen diperlukan perlengkapan. Sebelum distribusi dipasang, kita


perlu tahu dimana kawat berasal dan dimana outlet disambung ke konsumen. Jika jalur suplai
dari bawah, terminal dimulai dari bawah. Hal ini tidak wajib, namun sambungan kabel
pasokan harus disederhanakan. Terminal output dalam hal ini, berada pada bagian atas.

Gambar 8: Komponen dirakit pada profil omega

2. Komponen dipasang pada rel yang kuat mulai dari bawah. Dengan urutan L1, L2, L3, N dan
PE.
3 Pada rel kedua merupakan komponen RCD.
4. Berikut adalah pemutus sirkit atau pengaman jaringan, masing-masing mutlak diperlukan
dengan RCD. Tiga buah pemutus sirkit dibutuhkan untuk masing-masing dengan pemisah
netral.
5. Terakhir, terminal output instalasi untuk operasi hantaran L, N, PE.

Untuk pengawatan komponen tatacaranya harus sesuai dengan ketentuan, jika


menggunakan kabel fleksibel pada setiap ujung-ujungnya harus menggunakan
sepatu kabel atau cable end slave. Selanjutnya kode warna kabel juga menjadi
perhatian, merah dipakai untuk fase R; Kuning fase S; Hitam untuk fase T
sedangkan netral menggunakan warna biru dan hanataran pengaman selalu
menggunakan warna loreng hijau-kuning.

Gambar 9: Kode warna kabel (PUIL 2000) tidak boleh tertukar

Ketika kabel juga harus ditandai mulai darimana? Ini dapat menyederhanakan
kepastian urutan kabel dan umumnya untuk mencegah kesalahan. Link dimulai,
dengan L1 (coklat), L2 (hitam), L3 (abu-abu) dan N (biru) untuk standar Swiss
sedangkan di Indonesia berlaku ketentuan seperti PUIL 2000.

Gambar 10: Dalam penyambungan terminal isolasi kabel tidak


boleh kena baut

Sekarang menghubungkan RCD dengan pemutus sirkit dan pemisah netral.


Standar dimulai dari kiri dengan L1, L2, L3, dan N. termasuk pemisah netral
harus terhubung, seperti pada gambar 10 disebelah kanan. Ketika klem
diperketat, ada isolasi harus bebas tidak dijepit.

Gambar 11: Cara pengaturan toleransi kabel pada terminal


sambung

Pemutus sirkit dibagi oleh konduktor (L1, L2, L3) tiga kelompok terminal sebelah
kiri. Sekarang untuk setiap kelompok terminal kabel dibesarkan.

Gambar 12: Sambungan kabel daya (input)

Sebagai langkah terakhir, kabel pasokan sekarang terhubung ke terminal.

Gambar 13: Rangkaian akhir PHB RCD

Pada rel PHB yang kosong ada kemungkinan RCD tambahan atau komponen lain
untuk dirakit. Hal ini berguna jika, misalnya, kulkas atau freezer termasuk dalam
kelompok yang dibedakan rangkaiananya.
Biasanya RCD dirakit kombinasi dengan pemutus sirkit sehingga secara
keseluruhan rangkaian akan terproteksi bila terjadi gangguan arus bocor, beban
lebih dan rangkaian terjadi hubung singkat.

Dimana saja RCD harus dipasang?


Misalnya, seseorang mengeringkan rambut kamar mandi. Dan pengering rambut
memiliki kabel yang rusak maka orang tersebut akan terkena dampak atau
kecelakaan listrik dan dengan demikian arus mengalir melalui tubuh mengalir ke
lantai atau tanah. Arus listrikyang bocor melalui lantai tidak lagi mengalir
kembali melalui kabel, RCD dalam waktu max. 0,3 s dipicu bergerak mematikan
listrik kamar mandi. Dengan demikian keselamatan orang terjamin.
1. Adapun yang seyogyanya dipasangi RCD adalah:

1.

2.

Kamar mandi

2.

3.

Kolam renang

3.

4.

Area camping

4.

5.

Laboratorium obat

5.

6.

Pada pendingin atau pemanas ruang

6.

7.

Area lembab dan basah

7.

8.

Area bahaya korosif

8.

9.

Stop kontak pada dinding luar

9.

10..

11.

Area proyek bangunan

Pasangan peralatan listrik sementara


12. Bengkel uji atau penelitian
13. Area pasar malam atau pesta kebun
14. Area rawan ledakan dan
15. Pekerjaan jalan raya.

Area kejadian gangguan keselamatan akibat arus listrik bocor tanah


yang perlu diwaspadai:

Anak-anak bermain obeng


dimasukan lubang stop kontak
dapat menyebabkan kejut listrik
pada mereka berdua.

Penghantar fase yang menyentuh


badan peralatan listrik dan kita
sedang menyentuhnya akan
berakibat fatal terhadap tubuh
manusia.

Sengatan listrik bisa terjadi dimana saja, oleh karena itu kita harus
selalu belajar dan belajar memahami tentang bahaya arus listrik.
Jangan mencoba memasang peralatan listrik jika tidak mempunyai
pengetahuan listrik yang memadahi.

Kesimpulan:

1.

Instalasi yang aman terhadap arus sisa apabila dipasang RCD dengan ketentuan sesuai
PUIL 2000.
1.

2.

2.

RCD akan bekerja secara cepat (akan trip) sebelum gangguan meningkat ke tingkat
membahayakan (tersengat, terbakar).

3.

3.

Syarat utama instalasi dapat dipasang RCD bila pemasangan hantaran pentanahan dan
groundingnya berfungsi dengan baik Memenuhi syarat).

Referensi:

1.

1.

http://elektricks.com/rcd-fehlerstromschutzschalter-anschliessen

2.

2.

Badan Standarisasi Nasional, PUIL 2000, Yayasan PUIL, 2002

3. http://kleiner-bastler.ch/Elektrik/Fi-SchalterFehlerstromschutzschalter-Fi- Einbau.html

< Prev

Next >

sumber : vedcmalang.com

Anda mungkin juga menyukai