Anda di halaman 1dari 36

Tips Keamanan Dan Keselamatan Bekerja Dengan Listrik

Posted date : 02/05/2013 In Electrical, Safety First, Tips and Trick 0


0.00 / 5 5 1/5 2/5 3/5 4/5 5/5

Berbagai peralatan yang digerakkan oleh tenaga listrik atau tekanan udara,kecelakaan bisa diakibatkan karena sentuhan atau akibat kelalaian dalam bekerja dengan peralatan listrik. Hal ini dapat dipahami karena biasanya alat-alat tersebut memiliki kapasitas yang besar,baik berupa putaran maupun tekanan. Oleh karena itu, sangat berbahaya jika kita kurang memahami ketentuan tentang keselamatan kerja. Nahberikut ada tips keamanan dan keselamatan bekerja dengan listrik untuk menghindari kecelakaan dan resiko lainnya. 1. Kenalilah peralatan dan jangan coba-coba Jangan menggunakan peralatan yang digerakkan oleh tenaga listrik atau tekanan udara bila belum tau/paham, karena akan membahayakan jiwa atau barang. 2. Yakin bahwa peralatan bekerja baik Peralatan akan bekerja baik apabila dirawat.kabel yang terkelupas dapat menyebabkan hubungan pendek atau kebakaran (hubungan singkat/korslet). 3. Bekerja dengan penuh perhatian Bekerjalah dalam keadaan tenang konsentrasikan pikiran hanya untuk pekerjaan saja.

4.Menggunakan alat Gunakan alat pelindung badan, jangan sampai terjadi kecelakaan.

pelindung

5. Jangan menarik-narik kabel listrik Bila kabel listrik pada waktu menggunakan stiker,ditarik akan mengakibatkan serabut kawat terputus. 6. Jangan bekerja seorang diri 7. Bekerjalah dengan satu tangan Bila bekerja pada peralatan listrik tsb usahakan menggunakan satu tangan, tangan yang lain masuk ke dalam saku. Maksudnya agar bila terjadi aliran listrik pada tangan kanan,tidak mengalir ke tangan kiri lewat jantung. 8. Jangan meraba-raba peralatan yang menggunakan tegangan listrik 9. Jangan menggunakan peralatan listrik dengan peralatan yang mudah terbakar 10. Lihat prosedur pemakaian 11. Jangan memperbaiki perelatan listrik yang masih bertegangan 12. Periksa semua peralatan listrik sebelum digunakan 13. Waspadalah. Waspadalah setiap saat merupakan kunci keamanan kerja,jangan melakukan kelalaian dalam melakukan pekerjaan. Semoga bermanfaat ya sobatridi, agar kita dapat bekerja dengan aman dan keluarga tenang dirumah..(red)

Setelah kemarin saya berbagi ilmu tentang Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ), pada kesempatan ini saya akan berbagi ilmu tentang Keselamatan Kerja Listrik. Apa itu Keselamatan Kerja Listrik ?. Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan.

Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh dan untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan daya listrik.Undang undang no. 1 tahun 1970 adalah undang undang keselamatan kerja, yang di dalamnya telah diatur pasal-pasal tentang keselamatan kerja untuk pekerja-pekerja listrik. Latar belakang keselamatan kerja listrik tidak lepas dari tingkat kehidupan masyarakat baik pendidikan, sosial ekonominya dan kebiasaan akan merupakan faktor-faktor yang banyak kaitannya dengan keselamatan kerja. Kecepatan perkembangan perlistrikan dengan luasnya jangkauan dan besarnya daya pembangkit melampaui kesiapan masyarakat yang masih terbatas pengetahuannya tentang seluk beluk perlistrikan. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) merupakan rambu-rambu utama dalam menanggulangi bahaya listrik yang diakibatkan oleh pelayanan, penyediaan dan penggunaan daya listrik.

Listrik Dinamis
Sumber listrik dinamis sangat bervariasi besarnya tegangan maupun dayanya. Keselamatan kerja listrik dinamis dibagi dalam beberapa bagian. 1. Bagian pembangkitan Keselamatan kerja listrik pada bagian pembangkitan meliputi sumber daya, peralatan pengendalian dan sistem pengamanan tegangan. Besarnya tegangan terbangkit tergantung dari besarnya daya. Untuk pemakaian daya langsung, tegangan terbangkitnya tegangan terpakai yaitu : 110 volt, 127 volt, 220 volt, 240 volt atau 380 volt. Untuk pemakaian tidak langsung umumnya digunakan tegangan menengah yang besarnya berkisar 3 kv sampai 12 kv

2. Bagian transmisi

Pada bagian transmisi yang ruang lingkupnya termasuk gardu-gardu induk, memerlukan syarat-syarat keselamatan yang tinggi. Bagian transmisi bekerja dengan tegangan rendah untuk alat-alat pengendalinya dan tegangan tinggi sampai ekstra tinggi untuk sistem jaringannya. Trafo dan alat-alat pengaman disediakan khusus untuk perlengkapan transmisi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada jaringan transmisi misalnya jarak kabel terendah terhadap tanah, jarak bebas hunian termasuk bangunan, pohon-pohon, lintasan jalan raya dan kereta api diatur secara ketat dan khusus. 3. Bagian distribusi

Bagian distribusi merupakan bagian yang paling banyak berhubungan dengan kegiatan manusia sebagai pengguna daya listrik maupun bukan. Program listrik masuk desa sangat meminta perhatian dalam hal keselamatan kerja listrik. Sistem distribusi dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Distribusi primer yang beroperasi pada tegangan menengah sehingga jaringan distribusinya disebut Jaringan Tegangan Menegah (JTM) 2. Distribusi sekunder yang beroperasi pada tegangan rendah sehingga jaringan distribusinya disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR). Kecelakaan listrik banyak terjadi akibat kontak langsung maupun tidak langsung dengan JTM atau JTR. Banyak kecelakaan listrik terjadi akibat kelalaian sendiri atau orang lain. Sebagai penyebab tidak langsung, kecelakaan itu terjadi karena jatuh atau tersangkutnya benda yang diangkut pada jaringan secara tidak sengaja. 4. Bagian instalasi Instalasi listrik merupakan bagian terakhir dari sistem perlistrikan dinamis yang menyangkut masalah pemakaian. Hampir seluruh penggunaan daya listrik dilayani oleh instalasi listrik secara langsung. Oleh karena itu kecelakaan listrik yang terjadi pada bagian ini hampir mencapai 50%. Persyaratan-persyaratan penanggulangannya sudah termasuk di dalam PUIL, PIL dan SPL (Syarat-syarat Penyambungan Listrik) . Secara teknis sebenarnya kecil kemungkinan terjadinya kecelakaan listrik apabila syarat-syarat keselamatan listrik diketahui dan dipatuhi. Dari hasil statistik dan symposium kecelakaan karena listrik dapat diketahui bahwa :

Hampir 95% kecelakaan listrik berakhir dengan kematian.

Lebih dari 60% kecelakaan listrik dari hasil kerja tegangan rendah, yang pada hakekatnya adalah tegangan terpakai Sekitar 50% dari kecelakaan tersebut disebabkan oleh pemakaian alat-alat listrik. Faktor ketidaksengajaan dan tidak ketahuan sebagai sumber terbesar dari kecelakaan listrik.

Kebakaran Listrik Kebakaran akibat listrik seharusnya sukar terjadi apabila syarat-syarat pemasangan dan keamanan dipenuhi. Pada sistem jaringan untuk sampai pada pemakai dipergunakan sistem pengaman bertingkat, sehingga kemungkinan kebakaran sebagai akibat timbulnya panas yang berlebihan sangat kecil. Kebakaran pada umumnya terjadi karena ulah pemakai daya listrik sendiri. Mengganti sekering, menyambung sekering dan menyambung langsung tanpa pengaman adalah faktor-faktor utama penyebab timbulnya kebakaran.

Tindakan pengamanan terhadap kebakaran listrik harus dilakukan dengan langkah dan cara yang benar. Memutuskan penghubung utama dari sistem instalasinya adalah tindakan yang harus dilakukan pada langkah pertama. Bila arus listrik dijamin telah terputus, segala macam cara dan alat pemadam kebakaran dapat digunakan. Kejut Listrik Tegangan listrik sinus bolak balik dengan frekuensi 50/60 Hz adalah sumber tegangan yang umum digunakan di dunia. Menurut Art Margolis dalam bukunya Electrical Wiring hal 53 periode kejut listrik dapat digambarkan sebagai berikut : Besar arus mA Arus Kejut Akibat yang terjadi

1 1-10 5-25 25-50 50-100

Terasa ada arus Otot menjadi kejang Sukar terlepas dari pengaruh Semua jaringan otot bergetar Vebrilasi ventriculasi

Faktor utama yang menyebabkan kejut listrik adalah : 1. Besarnya sifat penahan dari badan manusia. 2. Lintasan arus listrik dari titik awal terkenanya dan titik akhir penyaluran arus. Dari tabel besarnya tahanan pada beberapa bagian tubuh, dapat diperkirakan berapa besarnya arus lintasan yang terjadi. Bagian badan Kulit kering Kulit basah Bagian dalam Telinga, bibir, dsb Tahanan dalam K 100 - 600 1 0,4 0,6 0,6

Hasil penelitian hanya 3% arus listrik yang langsung menyilang otak. Bagian paling peka terhadap arus listrik adalah jantung, dalam orde mili Ampere dan dalam waktu yang relatif singkat sudah mampu menimbulkan vebrilasi jantung. Arus 20-40 mA akan dapat menghentikan pernafasan akibat otot-otot pernafasan menjadi kejang, korban masih dapat ditolong apabila waktu berlangsungnya vebrilasi tidak lebih dari 3 menit. Tingkat vebrilasi yang paling tinggi adalah vebrilasi ventrikulasi, sebagai akibat tersilangnya jantung secara langsung. Bagaimana arus listrik mengalir melalui tubuh kita lihat dari sisi mana yang menyinggung tegangan listrik dapat diuraikan sebagai berikut :

Dari tangan kanan ke arah kaki kiri tidak menyilang jantung, vebrilasi ventrikulasi tidak terjadi. Dari tangan kiri ke arah kaki kanan, menyilang jantung, vebrilasi ventrikulasi terjadi.

Jadi tersinggung tegangan listrik dan teraliri arus listrik justru lebih aman pada tangan kanan daripada tangan kiri.
http://teknik-ketenagalistrikan.blogspot.com/2013/05/keselamatan-kerja-listrik.html#.UmDufGcy0rg

10 Tips Alat Keselamatan Listrik


01:34 Alat listrik sangat diperlukan bagi para profesional dan mereka yang menangani pekerjaan perbaikan rumah . Alat tersebut disukai karena dapat membantu pengguna untuk menghemat waktu dan juga membuat pekerjaan lebih mudah. Namun,Tool Tersebut perlu ditangani dengan hati-hati jika tidak dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kecelakaan biasanya terjadi karena kelalaian, kebosanan, dan terlalu percaya diri. Dengan menjaga 10 isu berikut Tentang keselamatan yang mungkin bermanfaat untuk bekerja dengan memuaskan dan aman dengan Tool-tool listrik. 1. Kacamata keselamatan: Ini mencegah debu, kotoran, serutan kayu, pecahan dari fiberglass, dll dari masuk ke mata. Kacamata keselamatan adalah salah satu bagian paling dasar dari peralatan keselamatan yang harus digunakan ketika bekerja dengan alat-alat listrik. 2. Perlindungan untuk telinga: alat-alat listrik dapat menghasilkan banyak suara, yang mungkin terdengar lebih keras dalam lingkungan tertutup dari bengkel; untuk meminimalkan kerusakan pada telinga, dianjurkan untuk mengenakan penutup telinga. 3. Mengetahui alat yang tepat untuk pekerjaan: Adalah penting untuk mengetahui alat yang tepat untuk pekerjaan itu untuk menghindari cedera pada diri sendiri dan kerusakan materi. Untuk tujuan ini, disarankan untuk benar-benar membaca manual instruksi yang disediakan dengan peralatan dan mendapatkan akrab dengan tindakan pencegahan yang disarankan. 4. Metode yang tepat menggunakan alat: alat yang tidak digunakan harus terputus dari aliran listrik, dan sementara penanganan alat terhubung ke sumber listrik, jari harus dijauhkan dari on / off switch. 5. Pakaian yang tepat: Rambut panjang harus diikat dan pakaian longgar harus dihindari. Idealnya, pakaian yang menutupi seluruh tubuh harus dipakai dan sarung tangan yang berat harus digunakan untuk menghindari alat tajam dan serpihan dari menyakiti tangan. Masker mencegah menghirup partikel menit berbahaya dari materi yang sedang bekerja atas. Sepatu bot baja berujung dan topi keras juga dapat dipakai. 6. Pemeriksaan alat: alat-alat listrik tidak boleh digunakan dalam lingkungan basah dan tidak boleh dicelupkan ke dalam air, mereka harus diperiksa secara berkala untuk jaringan kabel ,colokan yang rusak, dan pin konektor longgar. Kabel sobek dapat direkam tetapi jika terlihat sobekan terlalu dalam maka dipotong atau amanya harus diganti. Alat yang rusak atau gejala lain misalnya suara alat listrik tersebut berbeda dengan yang semestinya bila digunakan harus diperiksa dan diperbaiki. 7. Kebersihan di area kerja: ini harus dipertahankan karena partikel debu terakumulasi di udara dapat memicu dengan percikan. Tentu saja, cairan yang mudah terbakar harus disimpan tertutup dan jauh dari tempat di mana alat-alat listrik yang sedang digunakan. Sebuah area kerja rapi juga memudahkan untuk manuver alat listrik, sering gangguan yang disebabkan oleh kabel kusut bisa mengakibatkan kecelakaan. 8. Perawatan dengan alat khusus: Miter gergaji dan gergaji tabel harus digunakan dengan penjepit cepat-release dan kayu push-melalui masing-masing. Perhatian ekstra harus diambil ketika menggunakan senjata kuku dan kekuatan sabuk sanders. 9. Jauhkan alat di tempat yang lebih aman: alat-alat listrik harus dikembalikan ke lemari mereka setelah digunakan untuk mencegah mereka dari yang digunakan oleh orang yang tidak berhak dan tidak mampu. 10. Lighting: Sangat penting untuk menggunakan pencahayaan yang tepat saat bekerja dengan

alat-alat listrik, terutama ketika bekerja di ruang bawah tanah dan garasi di mana pencahayaan mungkin tidak memuaskan.jual rumah gayungsari
http://jualrumahgayungsari.blogspot.com/2013/01/10-tips-alat-keselamatan-listrik.html https://sites.google.com/site/elektrikalaudit/artikel/keselamatanlistrik

Keselamatan Listrik
diposkan pada tanggal 12 Feb 2012 22.47 oleh CASP Engineer Keselamatan listrik adalah pekerjaan yang memiliki resiko tinggi yang dapat menyebabkan fatality. Dalam pekerjaan listrik, banyak yang mengalami cedera bahan meninggal tersetrum listrik. Arti dari tersetrum adalah sensasi yang mengejutkan atau kontaksi otot dimana seseorang mengalami aliran listrik menjalar ditubuhnya. Tersetrum dapat mengakibatkan luka bakar yang serius bahkan membunuh jika kontraksi otot cukup parah hingga menghentikan detak jantung. Dari banyak kasus yang terjadi kontraksi otot ini dapat menyebabkan korban tetap tertahan pada sumber listrik khususnya ketika perkakas listrik sedang digunakan. Tubuh manusia termasuk penghantar listrik. Walaupun tegangan listrik rendah dapat menyebabkan feke kesehatan yang parah bahkan dapat mengakibatkan kematian tergantung dari arus listrik yang mengalir ke tubuh dan jalur yang dilewati dan durasi paparan. Efek Sengatan Listrik Effect Kematian Ventricular Fibrillation Paralysis of Diaphragm Membuat tangan lengket Involuntary Reflexes Perception DC Current (mA) 120+ 50-120 20-50 16-20 4-9 1-4

Pada kejadian seorang karyawan mengalami sengatan listrik, hal yang vital adalah rekan karyawan tersebut bertindak langsung berusaha untuk mengurangi cidera pada korban. Hubungi penyedia tanggap darurat secepatnya sehingga mereka langsung ke lokasi kejadian untuk membantu korban. Melepaskan Korban dari Sengatan Listrik Aktif Ketika seseorang datang dan menyentuh tegangan listrik yang dengan voltase yang cukup besar

sehingga menyebabkan tersetrum prioritas utama yang harus Anda lakukan adalah menyingkirkan aliran arus listrik. Umumnya tidak hanya mematikan mesin, alat atau perkakas. Anda harus memotong aliran dari sumbernya dengan memutuskan listrik atau mencabut soket perkakas listrik. Dalam beberapa keadaan mungkin hal ini tidak memungkinkan untuk melakukannya dengan cepat. Sampai sini mungkin pilihan anda hanya memutuskan kontak antara aliran listrik dan korban. Hal ini dapat dilakukan dengan memindahkan korban menjauh dari sumber listrik. Untuk melakukan hal ini dengan aman tanpa membahayakan diri Anda maka Anda tidak boleh menjadi penghantar listrik lainnya. Netralkan diri Anda dari listrik sebelum menolong korban kenakan sarung tangan yang kering untuk menutupi tangan Anda dengan kain, kayu atau pakaian. Pastikan Anda memiliki pijakan yang bagus dan tidak terpeleset atau terjatuh ketika mencoba memindahkan korban. Berikut ini beberapa item yang biasa digunakan:

Professional non-conductive release hook (best option and relatively inexpensive) potogan kayu pangan (24, etc) Pegangan sapu Pendeng kulit (potong bagian besi ) Tali kering Selimut, pakaian atau material non konduktif yang kering lainnya

Ketika korban telah dipindahkan dari aliran listrik, periksalah napas dan detak jantung korbat tersebut. Jika pernafasan terhenti, tetapi denyut nadi korban masih ada, berikan nafas buatan dari mulut ke mulut (CPR). Jika detak jantuk telah berhenti, lakukan napas buatan (CPR). Jika kedua jantung dan nafas telah berhenti, lagnsung berikan nafas bantaun (CPR). Gunakan selimut untuk menjaga korban tetap hanyat dan angkat kaki korban sedikit diatas tangkat kepala untuk meringankan efek tersetrum.
source : Keselamatan K3

CARA MENJAGA KESELAMATAN SAAT MENGGUNAKAN ALAT ALAT LISTRIK

Penggunaan alat-alat listrik di rumah bukan tanpa resiko. Maksudnya, Alat-alat listrik yang digunakan dengan cara yang salah dapat menimbulkan Bahaya. Kecelakaan dalam menggunakan alat listrik terjadi mulai dari Tersetrum hingga kebakaran rumah . oleh karena itu , setiap orang harus Memahami cara menggunakan alat listrik yang benar dan aman. Untuk menjaga keselamatan saat menggunakan listrik , kamu Memperhatikan berbagai hal berikut ini. 1. saat menggunakan alat listrik, tangan dan kaki kita tidak boleh basah. Sebenarnya tubuh kita bukan konduktor yang baik. Akan ,saat kulit Basah, tubuh kita menjadi lebih muda menghantarkan listrik. 2.pastikan tidak ada air di sekitr stop kontak dan steker. Air adalah penghantar listrik yang baik .oleh karena itu, kamu harus Yakin bahwa stopkontak tidak basah atau tergenang air .air yang Berhubungan langsung dengan stopkontak dapat menghantar listrik. Hal ini harus diperhatikan terutama saat terjadi banjir. Saat dilanda Banjir, aliran listrik di rumah harus dimatikan . caranya adalah dengan Mematikan sakelar pada meteran listrik. 3. jangan memasukkan benda apapun , selain steker , ke stopkontak. Stopkontak menyediakan listrik yang siap mengalir . jika konduktor Misalnya logam, ditusukkan ke konduktor yang dapat berpindah ke tubuh Kita .jika ini terjadi ,saat itu juga kita tersetrum aliran listrik. 4. jangan menggunakan alat lisrtik yang rusak atau kabel yang terkelupas . Kerusakan alat listrik dapat mengakibatkan hubungan singkat (korsleting ). Korsleting dapat mengakibatkan kebakaran . Kabel yang terkelupas dapat mengalirkan listrik ke sekitarnya. Jika Tanganmu menyentuh bagian bagian kabel yang terkelupas ,kamu Langsung tersentrum aliran listrik. 5.jangan memperbaiki sendiri alat listrik yang rusak Jika alat elektronik dirumah rusak mintalah ahli electronic untuk Memperbaikinya .listrik dapat mendatangkan bahaya jika kita kurang Paham cara menggunaknnya.oleh karena itu ,jangan bermain-main Atau mencoba sendiri jika kita tidak mengetahui cara kerja alat itu Dengan baik.

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pe kerja, penurunan absensi dan peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya. Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan dan lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi. Dimana industrilisasi banyak memberikan dampak positif terhadap kesehatan, seperti meningkatnya penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan meningkatkan pelayanan, tetapi kegiatan industrilisasi juga memberikan dampak yang tidak baik juga terhadap kesehatan di tempat kerja dan masyarakat pada umumnya. Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit / kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan) , faktor fisik (panas , Bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan, stress, penyakit Jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau diremehkan. Perkembangan Industri yang bergerak maju dengan pesat, akan menuntut penyediaan energi yang cukup besar pula, terlebih lagi pada negara-negara berkembang. Pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu penyedia yang memiliki kontribusi yang sangat penting di antara penunjang-penunjang energi lain. Berbagai macam sumber energi yang dapat digunakan pada suatu pusat pembangkit listrik dapat di kategorikan sebagai berikut : 1) Sumber energi dari alam seperti air, panas bumi, angin, matahari. 2) Sumber energi dalam bentuk bahan bakar seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Sumber energi tersebut bisa di gunakan dalam PLTA, PLTU, PLTG. 3) Sumber energi mutakhir seperti sumber energi nuklir, misalnya uranium yang digunakan sebagai sumber panas utamanya di gunakan di dalam PLTN. Salah satu pusat pembangkit tenaga yang menghasilkan energi listrik adalah PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas). Perubahan energi yang terjadi di awali dengan perubahan energi yang terkandung dalam uap panas di dalam bumi yang tersalurkan keluar dari celah di

kerak bumi. Kemudian panas tersebut di gunakan untuk menggerakkan turbin yang di teruskan untuk menggerakkan generator. Generator mengubah dari energi mekanis ke energi listrik. Kunjungan Pengenalan implentasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang penyusun lakukan di PT. Indonesia Power UBP Kamojang memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun terkait dengan disiplin ilmu yang dipelajari oleh penyusun yang sedang menempuh pendidikan di program studi S1 Keperawatan, khususnya mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Mengingat proses pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) di perkuliahan masih dalam tahap awal, maka penyusun memilih untuk melaksanakan studi pengenalan implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Pembangkit Listrik Tenaga Panas ini, dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lapangan. 2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan kunjungan pengenalan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di jenjang perkuliahan S1 Keperawatan. Secara garis besar tujuan dari kunjungan pengenalan ini adalah supaya penyusun mendapatkan gambaran tentang implementasi pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) antara aplikasi teori dengan keadaan di lingkungan kerja, khususnya di PT. Indonesia Power UBP Kamojang. Adapun secara lebih detail kerja praktek dan penelitian ini bertujuan : Bagi mahasiswa : Untuk memperoleh pengalaman operasional dalam suatu industri mengenai penerapan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang yang di ambil oleh penyusun. Untuk memperoleh kesempatan dalam menganalisa permasalahan yang ada di lapangan berdasarkan teori yang di peroleh selama proses belajar. Untuk memperoleh wawasan tentang dunia kerja, khususnya di PT. Indonesia Power. Bagi institusi pendidikan Menjalin kerjasama antara pihak universitas dengan dunia industri. Mendapatkan bahan masukan pengembangan teknis pengajaran antara link and match dunia pendidikan dan dunia kerja. Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi. Bagi perusahaan : Membina hubungan baik dengan pihak instituisi pendidikan dan siswanya. Untuk merealisasikan partisipasi dunia usaha terhadap pengembangan dunia pendidikan. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1) a) b) c) 2) a) b) c) 3) a) b) 3.

Kunjungan pengenalan ini dilaksanakan pada PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang, Jalan Komplek Perumahan PLTP Kamojang, Garut 44101 Jawa Barat. Pelaksanaanya dilakukan pada : Waktu : 13.00 s/d 15.00 wib Tanggal : 18 Oktober 2012. Tempat : PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG 4. Ruang Lingkup Penyusunan Pada pelaksanaan kunjungan pengenalan ini, penyusunan laporan dibatasi sesuai dengan penerapan disiplin ilmu yang dipelajari oleh penulis, yaitu mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

5. Metode Pengumpulan Data Metode-metode yang di lakukan penyusun dalam rangka memperoleh data-data dan informasi yang di perlukan sebagai berikut : Metode observasi Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap lingkungan kerja. Metode wawancara Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau diskusi dengan narasumber dari perusahaan yang memiliki pengetahuan mengenai objek permasalahan. Metode studi literatur dan studi pustaka Metode studi pustaka ini penulis lakukan dengan membaca buku-buku manual oprasional dan buku-buku pendukung yang telah tersedia di perusahaan. Data-data tersebut selanjutnya di bandingkan dengan keadaan nyata yang ada di lapangan. BAB II LANDASAN TEORI Pengertian (K3) Berbagai ahli telah mendefinisikan mengenai K3 diantaranya yaitu; Defenisi Kecelakaan Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Menurut Foressman, Kecelakaan Kerja adalah terjadinya suatu kejadian akibat kontak antara ernegi yang berlebihan (agent) secara acut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau fungsi faali. Menurut Frank E. Bird Jr., kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil. Menurut Sumamur (2001, p.10), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah: Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi: Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak, Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:

1)

2)

3)

2.1

a. 1) 2) 3) b.

1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. 2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan. 2.2 Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. Tujuan pelaksanaan kesehatan dan keelamatan kerja (K3) yaitu diantaranya untuk : Perikemanusian. Pekerja bukan lah mesin yang dapat di perlukan sebagai benda mati. Sebagai sesama manusia, pekerja juga menuntut untuk di perlakukan sebagai manusia yang utuh. Kecelakaan pd pekerja dpt mengakibatkan kesdihan bahkan kematian. Dampak dari kecelakaan kerja akan lebih lanjut dirsakan bila pekerja yg bersangkutan adalah kepala keluarga yg bekerja untuk menafkahi keluargannya. Perasaan kehilangan bertambah dengan memberatnya beban ekonomi keluarga. Mengurangi Ongkos Produksi Berkurang kecelakaan kerja akan mengurangi ongkos produksi yang disebabkan oleh biaya langsung & biaya tidak langsung dari suatu kecacatan. Kelangsungan Produksi Kesanggupan perusahaan untuk berproduksi secara terus menerus merupakan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Bagaimanapun ringannya suatu kecelakaan, pada hakekatnya mengakibatkan hilangnya waktu produksi yg besarnya sesuai dengan derajat cacat yg terjadi. Tujuan Umum K3 sesuai dengan UU No.1 th 1970 adalah :

1)

2)

3)

2.3

1) Melindungi tenaga kerja di tempat kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dpt diwujudkan peningkatan produksi dan produktifitas kerja. 2) Melindungi setiap orang lain yg berada di tempat kerja yg selalu dlm keadaan selamat dan sehat 3) Melindungi bahan dan peralatan produksi agar di capai secara aman dan efisien. 2.4 Tujuan khusus: 1) Mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja; kebakaran, peledakan dan PAK. 2) Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil produksi. 3) Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara pekerjaan denganmanusia atau antara manusia dengan pekerjaan. 2.5 Kecelakaan Kerja Secara umum Kecelakaan kerja di bagi menjadi dua golongan :

Kecelakaan industri (Industrial Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. Kecelakaan dalam perjalanan (Community Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja

2.5.1 Penyebab Kecelakaan Kerja

Banyak Faktor yang dapat menjadinya sebabnya kecelakaan kerja. Ada faktor yang merupakan unsur tersendiri dan beberapa diantaranya adalah faktor yang menjadi unsur penyebab bersama-sama. Beberapa teori yang banyak berkembang adalah : 1) Teori kebetulan murni ( pure chance theory) mengatakan bahwa kecelakaan terjadi atasKehendak Tuhan, secara alami dan kebetulan saja kejadiannya, sehinggatak adapola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya. 2) Teori Kecenderungan (Accident Prone Theory), teori ini mengatakan pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan. 3) Teori tiga faktor Utama (There Main Factor Theory), mengatakan bahwa penyeba kecelakaan adalah peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. 4) Teori Dua Factor (Twa Factor Theory), mengatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan perbuatan berbahaya (unsafe action) 5) Teori Faktor manusia (human fctor theory), menekankan bahwa pd akhirnya semua kecelakaan kerja, langsung dan tdk langsung disebabkan kesalahan manusia. 6) Teori Domino (domino seguence theory). Thompkin (1982) memberikan gambaran di dalam teori domino Henirich, teori mengenai terjadinya kecelakaan kerja dapat di upayakan pencegahannya dengan mekanisme terjadinya kecelakaan kerja di uraikan domino seguence berupa berikut ini : Ancestry and social enviroment, yakni pada org yg keras kepala mempunyai sifat tidak baik yg di peroleh krn factor keturunan, pengaruh ling & penddk, m;gakibbat seseorang bekerja kurang hati 2 & banyak mbuat kesalahan. Fault of person, mrpkan rangkaian dr faktor ketrunan & lingnya, yang menjurus pada tindakan yg salah dlm mlakukan pekerjaan Unsafe Act and or mechanical or Physical hazard, tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaia berikutnya. Accident, peristiwa kecelakaan yg menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh berbagai kerugian Injury, kecelakaan mgakibatkan cedera/lika ringan maupn berat menuju kecacatan dan bahkan kematian. A. Teori Analisa kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja 1. Teori Domino (domino seguence theory). Thompkin (1982) memberikan gambaran di dalam teori domino Henirich, yang intinya adalah :

2. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), Teori ini menganggap bahwa semua kejadian kecelakaan di sebabkan oleh manusia (Humam error). Kesalahan yang dilakukan berupa : a) Work over loaded. Yang di maksud Work over loaded di sini adalah penjumlahan tugas yang harus dilaksanakan, lingkungan kerja, faktor internal (stress, emosi, perilaku) & faktor eksternal (instruksi tidak jelas, kompensasi). b) Reaksi yang tidak tepat (inappropriate respons), Sikap mengabaikan standar keselamatan Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Mengabaikan petunjuk kerja. c) Aktifitas yg tidak tepat (inappropriate activities) salah dlm menilaibesarnya resiko tidak ada training untuk pekerja 3. Teori Accident/incident (peterson) Teori ini merupakan pengembangan dari teori human actor : Dgn menambahka factor ergonomi (ergonomi traps) Salah dalam mengambil keputusan (decision to eror) Kegagalan system (system failure) termasuk kebijakan Tanggung jawab, pelatihan, inspeksi, koreksi & standart. 4. Teori Epidemiologi Terjadinya kecelakaan karena ketidak serasian antara: peran tenaga kerja (host), Alat kerja (agent), Lingkungan kerja (Enviroment). 5. Teori sistem. Teori ini melihat ouput/produk yg di hasilkan oleh berbagai komponen yg dirangkai dlm suatu sistem. Dlm K3 output/produk atau kecelakaan. Komponen yg menghasilkan kecelakaan adalah: tenaga kerja, alat kerja, lingkungan kerja, fasilitas kerja & manajemen. 6. Teori Kombinasi

Teori kombinasi merupakan dua ataulebih dari teori 2 di atas. Teori ini di perlukan jika suatu teori tidak cukup untuk menjelaskan suatu kejadian kecelakaan, di harapkan dgn melakukan gabungan bbrp teori mejawab mengapa terjadi kecelakaan. B. Diagnosa Penyakit Akibat Kerja Penyakit akibat kerja adalah Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja (Permenaker&trans no.01/1981) 1. Tujuan Diagnosis: 1) Dasar terapi 2) Membatasi kecacatan & mencegah kematian 3) Melindungi pekerja lain 4) Memenuhi hak pekerja 2. Diagnosisi PAK Berkontribusi terhadap: 1) Pengendalian pajanan 2) Identifikasi pajanan baru secara dini 3) Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera 4) Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit/kecelakaan 5) Perlindungan pekerja lain 6) Pemenuhan hak kompensasi pekerja 7) Identifikasi ada hub baru pajanan vs penyakit 3. Penyebab penyakit akibat kerja 1) Golongan Fisik
2) 3) 4)

Suara: ketulian

Radiasi, Rontgen: penyakit darah. Kelainan kulit. Infra merah: katarak. Ultraviolet: konjungtivitis fotoelektrik Suhu, Panas: heat stroke, heat cramps. Dingin: frostbite Tekanan udara : tinggi (caisson disease) Cahaya : silau, asthenopia, myopia Golongan kimia Debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis Uap: metal fume fever, dermatitis Gas: H2S, CO Larutan: dermatitis Awan/kabut: insektisida, racun jamur Golongan biologis anthrax brucella (kulit), dll Golongan fisiologis (ergonomi)

5)

konstruksi mesin / tata letak / tata ruang sikap badan, dll Golongan mental psikologis monotoni hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll

4. Identifikasi Penyakit Akibat Kerja 1) Pendekatan epidemiologis (komunitas) Untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit: Kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifisitas, hubungan waktu, hubungan dosis 2) Pendekatan klinis (individu) Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, pajanan yang dialami cukup besar, peranan faktor individu, faktor lain di luar pekerjaan, diagnosis PAK atau bukan PAK 5. Diagnosis dilakukan berdasarkan: 1. Klinis 2. Laboratorium & pemeriksaan penunjang 3. Data lingkungan kerja & analisis riwayat pekerjaan C. Langkah diagnosis penyakit akibat kerja: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tentukan diagnosis klinis Tentukan pajanan yang dialami Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut? Apa jumlah pajanan cukup besar Apa ada faktor-faktor individu yang berpengaruh Cari kemungkinan lain di luar pekerjaan Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja:

a. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja b. Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan D. Dasar membuat diagnosis penyakit akibat hubungan kerja 1. Diagnosis klinis

Lakukanlah sesuai prosedur medis yang berlaku Bila perlu lakukan: - Pemeriksaan penunjang /tambahan - Rujukan informasi ke spesialis lain 2. Data pembanding yang dialami Lakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif):

1) deskripsi pekerjaan secara kronologis

2) 3) 4) 5)

periode waktu kerja masing-masing apa yang diproduksi bahan yang digunakan cara bekerja 3. Apa ada hubungan pajanan dengan penyakit

1) Lakukan identifikasi pajanan 2) Evidence based: pajanan-penyakit 3) Bila tidak ada: pengalaman penelitian awal 4. Jumlah pajanan cukup? 1) 2) 3) 4) Perlu mengetahui patifisiologi penyakit & bukti epidemiologis Dapat dengan pengamatan kualitatif cara kerja, proses kerja, bagaimana lingkungan kerja Masa kerja Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat? 5. Faktor individu berperan 1) 2) 3) 4) Berapa besar berperan? Riwayat atopi/alergi Riwayat penyakit dalam keluarga Hiegene perorangan 6. Faktor lain di luar pekerjaan Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit, Bukan faktor pekerjaan seperti Rokok, pajanan di rumah, hobi 7. Menentukan diagnosis PAK 1) Kaji semua langkah-langkah 2) Bukti + referensi PAK? 3) Ada hubungan sebab akibat pajanan-penyakit & faktor pekerjaan faktor yang dianggap paling bermakna terhadap terjadinya penyakit diagnosis PAK E. Langkah-langkah medis 1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan 1) Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan perjalanan penyakit 2) Riwayat penyakit dahulu 3) Riwayat pekerjaan: Faktor di tempat kerja Riwayat penyakit dan gejala Riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu, lama, hasil produksi, bahan yang dipakai, dll) 4) Anamnesis pekerjaan

Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis Waktu Lamanya bekerja per hari dan masa kerja Apa yang diproduksi Bahan apa yang digunakan Jumlah pajanan (kuantitatif) Alat pelindung diri yang digunakan Hubungan gejala dengan waktu kerja Pengaruh terhadap pekerjaan lain Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan 2. 3. 4. 5. Pemeriksaan klinis Pemeriksaan lab (darah urin, faeses) Pemeriksaan rontgen untuk paru-paru Pemeriksaan tempat kerja - faktor penyebab - hasil pengukuran 6. Diagnosis kerja & diagnosis differensial 7. Diagnosis okupasi: Ada hubungan diagnosis kerja dengan pekerjaan/proses kerja/lingkungan kerja

F.

Prinsip pencegahan 1. Pencegahan awal (primer) - penyuluhan - perilaku K3 yang baik - olahraga 2. Pencegahan setempat (sekunder) - pengendalian melalui undang-undang - pengendalian melalui administrasi/organisasi - pengendalian secara teknis (substitusi, ventilasi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri) 3. Pencegahan dini (tertier) - pemeriksaan kesehatan berkala - Penatalaksanaan kasus cepat dan tepat - Upaya rehabilitasi

Rujukan 1. Rujukan kasus: diagnosis, terapi, perawatan 2. Rujukan untuk mendapatkan informasi lebih lengkap 3. Rujukan untuk pengendalian di perusahaan 2.5.2 Penerapan K3 Dalam K3 dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan Penyakit

Akibat Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi. Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik. Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan PAK yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas kerja. Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :

HAZARD (Sumber Bahaya), Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada DANGER (Tingkat Bahaya), Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif. RISK, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu INCIDENT, Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas badan/struktur ACCIDENT, Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian (manusia/benda)

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu : 1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja 2. Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja 3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja Sasaran dari K3 adalah : 1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain 2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan 3. menjamin proses produksi aman dan lancar Tapi dalam pelaksaannya banyak ditemui hambatan dalam penerapan K3 dalam dunia pekerja, hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu : Dari sisi masyarakat pekerja

Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan kesehatan/kesejahtraan) K3 belum menjadi tuntutan pekerja

Dari sisi pengusaha

Pengusaha lebih menekankan penghematan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. dan K3 dipandang sebagai beban dalam hal biaya operasional tambahan

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembagkitan Kamojang berlokasi di Kampung Pangkalan Desa Laksana Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat dengan alamat perusahaan yaitu komplek perumahan PLTP Kamojang kotak pos 125 Garut 44101. Sejarah berdirinya Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta 1, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi menerbitkan kerangka dasar kebijakan (sasaran & kebijakan pengembangan sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan. Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali 1, atau lebh dikenal dengan nama PLN PJB 1. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Pada 3 Oktober 2002, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, manajemen perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nmana PLN PJB 1 menjadi PT Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Walaupun sebagaiu perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990-an, PT Indonesia Power mewarisi berbagai aset berupa pembangkit dan faslitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkt tersebut memanfaatan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi primer seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut terdapat pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini dapat dipandang bahwa secara sejarah pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia. Pembangkit-pembangit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan dioperasikan oleh 8 unit Bisnis Pembangkitan : Priok, Suralaya,

Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali. Secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya mampu sebesar 7.322 MW. Ini merupakan daya mampu terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia. Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT Indonesia Power menjalankan bisnis pembangkit tenaga lstrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Pada tahun 2004, PT Indonesia Power telah memasok sebesar 44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi sistem Jawa-Bali. Dengan faktor kapasitas (rata-rata 58%) maupun daya mampu pembangkit, dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT Indonesia Power dalam menopang sistem ketenaga listrikan pada Sistem JAMALI (Jawa Madura Bali). Kapasitas Pembangkit dari masing-masing unit dapat dilihat pada Tabel II.1. Tabel II.1. Kapasitas Pembangkitan PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Daya Juni 2006 (MW) Suralaya 2.962 Priok 1.081 Saguling 792 Kamojang 321 Mrica 306 Semarang 1.043 Perak-Grati 675 Bali 342 Total Indonesia Power 7.522 3.2 Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang merupakan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi panas bumi sebagai penggerak utama, satu-satunya dan terbesar di Indonesia. UBP Kamojang mempunyai 3 Sub Unit Bisnis Pembangkitan, yaitu Sub UBP Kamojang, Sub UBP Darajat dan Sub UBP Gunung Salak. Indonesia yang kaya engan wilayah gunung berapi memiliki potensi panas bumi yang bisa dimanfaatkan sebesar 16.035 MW. Sebagai energi alternatif, panas bumi memiliki beberapa keunggulan : mudah didapat seara kontinyu dalam jumlah besar, ketersediaannya tidak terpengaruh oleh cuaca, bebas polusi udara karena tidak menghasilkan gas berbahaya (kecuali CO2 yang bisa dimanfaatkan menjadi non-condensable gas) serta merupakan energi yang dapat dperbarui. Selain itu, proses pemafaatannya relatif sederhana, sehingga energi yang dibutuhkan lebih murah. UBP Kamojang mulai beroperasi dengan diresmikannya Unit 1 oleh Presiden Soeharto pada 7 Februari 1983. Disusul Unit 2 dan 3 pada bulan Juli dan November 1987. Dilanjutkan dengan pembangunan Sub UBP Darajat yang diselesaikan pada tahun 1993. Kemudian menyusul Sub UBP Gunung Salak yang terdiri dari Unit 1 (1994), Unit 2 (1995) serta Unit 3 (1997). 3.2.1 Lingkungan Kegiatan pengelolaan lingkungan dilaksanakan sejak awal, mulai tahap pra-konstruksi, konstruksi, hingga operasi, serta telah di setujui , komisi amdal. Tujuan kegiatan ini adalah ikut menjaga pelestarian lingkungan melalui penghematan pemanfaatan sumber daya alam, mengurangi efek negatif keberadaan unit pembangkit dengan senantiasa memantau kualitas limbah, serta memanfaatkan tenaga kerja lokal dan ikut membantu dalam bebbagai kegiatan sosial masyarakat sekitar.

Pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan secara rutin adalah kualitas air, udara dan tingkat kebisingan (noise) berdasarkan standard baku mutu yang di tetapkan pemerintah. Peluang perkembangan lain yang memberikan dampak positif bagi pengelolaan lingkungan serta memberikan memberikan keuntungan ekonomi adalah pengelolaan gas CO2 menjadi Non Condensable Gas. 3.2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bertujuan untuk menjamin keselamatan karyawan dan keutuhan Unit Pembangkit yang ada melalui beberapa langkah pencegahan antara lain : pemasangan rambu-rambu keselamatan kerja, penyediaan peralatan keselamatan kerja (sepatu, helm, ear-plug, ear protector , sabuk pengaman, pagar pengaman, pemadam kebakaran, dll), pembinaan SDM (melalui training baik di lapangan, maupun ruangan kelas) dan pemeliharaan fasilitas keselamatan yang ada sehingga selalu dalam kondisi siap pakai. Kegiatan pemantauan dan pengelolaan lingkungan sudah di laksanakan sejak awal baik mulai dari tahap pra-konstruksi, kontruksi maupun tahap operasi dan telah mendapat persetujuan komisi amdal pusat departemen energi dan mineral. Tujuan pokok dari kegiatan ini adalah Ikut menjaga kelestarian lingkungan melalui penghematan penggunaan sumber daya alam, menekan efek negatif dari keberadaan Unit Pembangkit dan sebaliknya memperbesar dampak positifnya melalui pemantauan secara rutin kualitas limbah dan menekan sekecil mungkin kuantitasnya, serta ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sosial bagi masyarakat disekitarnya dan pemanfaatan tenaga kerja yang berada disekitar Unit Pembangkit baik sebagai karyawan tetap maupun sebagai tenaga borongan. Beberapa kegiatan pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan secara rutin setiap 3 bulan sekali adalah pemantauan kualitas air, udara, cuaca, dan kebisingan (noise). Untuk parameter terukur dari hasil pemantauan terseut dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh menteri KLH no.kep 03/MENKLH//II/1991. Perkembangan lain yang memberikan dampak positif terhadap upaya pengelolaan lingkungan dan keuntungan secara ekonomi adalah kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan Non Condesable Gas (NCG) untuk recovery gas CO2. 3.3 Struktur Organisasi PLTP Kamojang Struktur organisasi PLTP kamojang yang pada awalnya bernaung di bawah perusahaan umum listrik Jawa Bali (PT PLN PJB) kemudian pada tahun 2000 berubah namanya menjadi PT. Indonesia Power Unit Bisnis Kamojang, dengan tugas-tugas pokok dalam manajemen adalah sebagai berikut: 1) General Manager (GM) Tugas dari seorang general manager adalah memimpin dan mengurus unit pembangkitan sesuai dengan tujuan dan lapangan usahanya, dengan berusaha meningkatkan kerja unit pembangkitan dan mempunyai tugas sebagai berikut. a. Mengevaluasi perkembangan unit pembangkitan dan lingkungan yang mempengaruhinya serta melaksanakan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang di hadapi PLTP Kamojang b. Menyusun rencana strategi PLTP Kamojang untuk mencapai tujuan sesuai dengan lapangan usahanya, dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan perusahaan dan memperoses pengesahan Direksi. c. Mengarahkan dan membina program-program operasi dan pemeliharaan unit pembangkitan. d. Menetapkan standar-standar prosedur pelaksanaan meliputi operasi, pemeliharaan, logistik, anggaran keuangan, dan akuntansi dengan memperlihatkan ketentuan yang lebih tinggi.

2) Engineer (mesin, listrik, kontrol dan instrumen) Membantu GM dalam penyusunan anggaran keuangan dan akuntansi, pembinaan, pengembangan, manajemen pengelolaan lingkungan, serta melaksanakan evaluasi dari realisasi dan pencapaian target kinerjanya. Dengan membuat suatu analisis dan masukan kepada GM. Perannya : memimpin dan mengelola bidang masing-masing untuk mencapai target dan sasaran unit bisnis. 3) Manajer Operasi dan Niaga Tugas pokok: Mengkoordinasikan pengelolaan operasi dan niaga Unit Bisnis Pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai berikut: a. Penyusunan rencana kegiatan operasional bidang operasi. b. Penyusunan rencana operasional penggunaan uap. c. Pengembangan sistem dan prosedur operasi. d. Pengkoordinasian pelaksanaan operasi. e. Pengelolaan penjualan energi. f. Pengendalian kehandalan dan efisiensi pengoperasian. g. Pembinaan kompetensi bidang operasi pembangkitan. 4) Manajer Pemeliharaan Tugas mengkoordinasikan pengelolaan Unit Pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai berikut: a. Penyusunan rencana kegiatan oprasional bidang pemeliharaan. b. Pengmbangan sistem dan prosedur kerja. c. Pembinaan kompetensi bidang pemeliharaan. Manajer pemeliharaan dalam kegiatannya dibantu oleh beberapa supervisor pemeliharaan yang terbagi-bagi dalam beberapa bidang seperti di bawah ini: a. Supervisor senior pemeliharaan mesin Fungsi jabatan: Mensupervisi pemeliharaan mesin dan alat-alat bantunya termasuk daftar kebutuhan suku cadang dan material, peralatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga kerja serta penjadwalannya. Uraian tugas: a) Mempelajari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Unit pembangkit serta menyetujui targettarget pemeliharaan mesin. b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pemeliharaan (RPP) berdasarkan target-target yang di setujui bersama melalui proses prohar. c) Menyusun kebutuhan suku cadang, material, peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasa-jasa yang di butuhkan. d) Menyelenggarakan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan batasan RPP yang telah di setujui yang telah di setujui serta meyakinkan bahwa tersedianya suku cadang, material, peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasa jasa yang di butuhkan. e) Membagi tugas-tugas supervisi regu pemeliharaan pelaksanaan pekerjaan serta meyakinkan bahwa setiap anggotanya telah menguasai Standard Operating Procedure (SOP) dalam tugasnya. f) Mengkoordinasikan pelaksanaan comisioning dan ujicoba perbaikan dan atau modifikasi, termasuk menyelesaikan masalah administrasinya.

g) Memiliki, menyimpan, dengan teratur, memelihara kelengkapan keutuhan Operation and Maintenance Manual (O & M Manual), gambar teknik, dokumen serah terima, data uji operasi, dan data teknik operasional lainnya di bidang pemeliharaan. h) Mengikuti perkembangan di bidang teknologi bahan dan peralatan pemeliharaan sumber-sumber suku cadang dan material alternatif, termasuk kemampuan produksi dalam negeri. i) Secara aktif meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kemauan kerja serta membina hubungan yang konstruktif dengan mitra kerja. j) Melaksanakan pembinaan profesionalis medan spesialisasi kepada bawahan melalui pengaturan dan tugas-tugas, diktat, dan On Job Training (OJT), pengembangan karier penetapan dan penilain kerjanya termasuk pembinaan loyalitas. k) Melaksanakan tugas kedinasan yang di berikan atasan. b. Supervisor senior pemeliharaan listrik Fungsi jabatan: Mensupervisi pemeliharaan listrik dan alat-alat bantunya termasuk daftar kebutuhan suku cadang dan material, peralatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga kerja serta penjadwalannya. Uraian tugas: a) Mempelajari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Unit Pembangkit serta menyetujui targettarget pemeliharaan mesin. b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pemeliharaan (RPP) berdasarkan target-target yang di setujui bersama. c) Menyusun kebutuhan suku cadang, material, peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasa-jasa yang di butuhkan. d) Menyelenggarakan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan batasan RPP yang telah di setujui serta meyakinkan bahwa tersedianya suku cadang, material, peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasajasa yang di butuhkan. e) Membagi tugas-tugas supervisi regu pemeliharaan pelaksanaan pekerjaan serta meyakinkan bahwa setiap anggotanya telah menguasai Standard Operating Procedure (SOP) dalam tugasnya. f) Mengkoordinasikan pelaksanaan comisioning dan ujicoba perbaikan dan atau modifikasi, termasuk menyelesaikan masalah administrasinya. g) Memiliki, menyimpan, dengan teratur, memelihara kelengkapan keutuhan Operation and Maintenance Manual (O & M Manual), gambar teknik, dokumen serah terima, data uji operasi, dan data teknik operasional lainnya di bidang pemeliharaan. h) Mengikuti perkembangan dibidang teknologi bahan dan peralatan pemeliharaan sumber-sumber suku cadang dan material alternatif, termasuk kemampuan produksi dalam negeri. i) Secara aktif meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kemauan kerja serta membina hubungan yang konstruktif dengan mitra kerja. j) Melaksanakan pembinaan profesionalismedan spesialisasi kepada bawahan melalui pengaturan dan tugas-tugas, diktat, dan On Job Training (OJT), pengembangan karier penetapan dan penilain kerjanya termasuk pembinaan loyalitas. k) Melaksanakan tugas kedinasan yang di berikan atasan. c. Supervisor senior pemeliharaan kontrol dan instrumen Fungsi jabatan: Mensupervisi pemeliharaan listrik dan alat-alat bantunya termasuk daftar kebutuhan suku cadang dan material, peralatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga kerja serta penjadwalannya. Uraian tugas:

a) b) c) d)

e)

f) g)

h) i) j)

k) d.

a) b) c)

d)

e)

f)

Mempelajari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Unit Pembangkit serta menyetujui targettarget pemeliharaan mesin. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pemeliharaan (RPP) berdasarkan target-target yang di setujui bersama. Menyusun kebutuhan suku cadang , material, peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasa-jasa yang di butuhkan. Menyelenggarakan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan batasan RPP yang telah di setujui yang telah di setujui serta meyakinkan bahwa tersedianya suku cadang, material, peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasajasa yang di butuhkan. Membagi tugas-tugas mensupervisi regu pemeliharaan pelaksanaan pekerjaan serta meyakinkan bahwa setiap anggotanya telah menguasai Standard Operating Procedure (SOP) dalam tugasnya. Mengkoordinasikan pelaksanaan comisioning dan ujicoba perbaikan dan atau modifikasi, termasuk menyelesaikan masalah administrasinya. Memiliki , menyimpan, dengan teratur , memelihara kelengkapan keutuhan Operation and Maintenance Manual (O & M Manual), gambar teknik, dokumen serah terima, data uji operasi, dan data teknik operasional lainnya di bidang pemeliharaan. Mengikuti perkembangan dibidang teknologi bahan dan peralatan pemeliharaan sumber-sumber suku cadang dan material alternatif, termasuk kemampuan produksi dalam negeri. Secara aktif meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kemauan kerja serta membina hubungan yang konstruktif dengan mitra kerja. Melaksanakan pembinaan profesionalismedan spesialisasi kepada bawahan melalui pengaturan dan tugas-tugas, diktat, dan On Job Training (OJT), pengembangan karier penetapan dan penilain kerjanya termasuk pembinaan loyalitas. Melaksanakan tugas kedinasan yang di berikan atasan. Supervisor tools Fungsi jabatan: Mensupervisi dan melaksanakan proses penerimaan, penyimpanan, perawatan, dan pemakaian tools maupun alat uji sesuai ketentuan yang berlaku, dengan mengutamakan ketetapan jumlah dan mutu pelayanan. Uraian tugas: Menyelenggarakan dan memproses pinjam meminjam tools untuk menunjang kelancaran pemeliharaan. Menyelenggarakan dan memproses penyimpanan dan perawatan tools untuk mendukung program pemeliharaan unit sesuai dengan ketentuan pergudangan yang berlaku. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas pelaksana senior atau pelaksana sesuai dengan dengan bidangnya dan memastikan bahwa masing-masing pelaksana telah memahami dan mampu melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku. Menyelenggarakan tata usaha tools, serta memastikan bahwa proses telah dikerrjakan dengan benar.sesuai dengan ketentuan dan kebijakan atasan, serta dokumen terkait telah dikerjakan sebagaimana mestinya. Mengelola sistem informasi tools, serta mensupervisi administrasi yang meliputi pencatatan pada kartu-kartu persediaan, kartu gantung serta laporan pandangan bulanan (persediaan) secara periodik. Mengikuti perkembangan manajemen tools untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pergudangan.

Secara aktif meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kemampuan kerja seta membina hubungan yang konstruktif dengan mitra kerja. h) Melaksanakan pembinaan profesionalisme dan loyalitas bawahan melalui pengaturan dan tugastugas, usulan diklat dan On Job Training (OJT), pengembangan karir serta penilaian kinerjana. i) Membuat laporan pertanggung jawaban pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya. j) Melaksanakan tugas kedinasan yang di berikan atasan. e. Manajer Logistik Tugas: melaksanakan perencanaan evaluasi kerja pembangkitan dan rekayasa enginering dengan kegiatan utama sebagai berikut: 1. Penyusunan rencana kerja dan operasi pembangkit. 2. Penyusunan strategi penggunaan uap. 3. Penyusunan rencana kebutuhan suku cadang. 4. Pembinaan inovasi dan rekayasa bidang teknik di lingkungan di unit kerjanya. f. Manajer Sistem dan SDM Tugas: mengkoordinasikan pengelolaan sumberdaya manusia dan sistem informasi Unit Bisnis Pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai berikut : 1. Pengembangan organisasi. 2. Perencanaan dan pengadaan pegawai. 3. Pengembanagn kompetensi. 4. Administrasi. 5. Pengelolaan implementasi budaya perusahaan. g. Manajer Keuangan Tugas: mengkoordinasikan pengelolaan keuangan Unit Bisnis Pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai berikut : 1. Pengelolaan anggaran unit bisnis. 2. Pengelolaan lingkungan. 3. Pengembangan sistem administrasi keuangan dan penyusunan lapangan keuangan. h. Manajer Humas 1. Pengelolaan kehumasan dan pengembangan komunitas. 2. Pengelolaan kesekretariatan dan rumah tangga. 3. Pengelolaan fasilitas lanjut. 4. Pengelolaan K3 dan keamanan. i. Manajer Unit PLTP Darajat dan PLTP Gunung Salak. Tugas pokok: mengelola kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTP yang menjadi pengawasannya dengan kegiatan uta sebagai berikut: 1. Penyusunan rencana pengoprasian dan pemeliharaan PLTP. 2. Pengendalian pelaksanaan sistem dan prosedur orperasi serta pemeliharaan. 3. Pengawasan kegiatan operasi dan pemeliharaan PLTP sesuai dengan kebutuhan sistem. 4. Pengawasan kegiatan administrasi umum dan keamanan. 3.4 Visi, Misi, Tujuan dan Motto Visi Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan. Misi Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.

g)

Tujuan a. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan. b. Meningkatkan perumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenag alistik dan sarana penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan. c. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari berbagai sumber yang saling menguntungkan. d. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian lingkungan. e. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme. Motto Bersama Kita maju!!!

3.5 Implementasi K3 Di Indonesia Power Berdasarkan survei dan wawancara serta penelaahan yang telah dilaksanakan bersama, bahwa implementasi k3 di UBP Indonesia Power sudah mentaati dari aturan-aturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Yaitu adanya fasilitasi kesehatan termasuk dokter spesialis maupun dokter umum serta rumah sakit, terdapatnya rambu-rambu yang menandakan tempat mana yang aman dan mana yang berbahaya; misal area tertutup, area terbuka, area bebas, area terlarang. Indonesia Power UBP Kamojang memiliki kurang lebih karyawan sekitar 340 orang, belum termasuk oferhull( karyawan tidak tetap). Dengan adanya SMK3 perusahaan yang bergerak dibidang pelistrikan ini mempunyai beberapa aturan-aturan serta rambu-rambu yang terpampang hampir di setiap penjuru perusahaan. Dikarenakan perusahaan ini berjalan dibidang listrik dengan pembangkit listrik tenaga uap, maka penyakit-penyakit akibatnya terdiri dari, terganggunya fungsi pendengaran akibat bising, gtaran dari mesin-mesin, serta gas yang terdapat pada uap itu sendiri yaitu (H2S). Dengan adanya berbagai penyakit yang kemungkinan timbul pada pekerja, Indonesia Power selalu melaksanakan medical cek up setiap sebulan sekali, dan jika ada yang terbukti terjangkit penyakit, maka akan langsung di rujuk ke rumah sakit sehingga tidak menimbulkan penyakit yang lebih membahayakan bagi kesehatan dan keselaman kerja karyawan. Jika pada daerah yang intensitas (dB) tinggi, karyawan dan orang yang berada disekitarnya harus merunduk. Resiko yang tinggi berada pada perusahaan ini dikarenakan perusahaan ini bergerak di bidang listrik, resiko yang timbul yaitu diantaranya ledakan dan kebakaran. Maka disetiap lokasi terdapat selalu hidrant dan pipa-pipa air yang selalu siap saat terjadi kebakaran. Mengenai resiko penyakit disini ada beberapa hal yang unik yaitu misal di dalam ruangan turbin terdapat beberapa rambu atau alat yang perlu dipakai saat terjadi kebakaran atau kebocororan kecil, diantaranya dilarang menggunakan air untuk memadamkan, kecuali memakai serbuk gergaji. Dan pada ruangan tersebut juga terdapat pakaian-pakaian khusus bagi karyawan sehingga terdapatnya

peminimalisiran kecelakaan akibat kerja. Dengan adanya intensitas (dB 91,3) maka karyawan diharuskan memakai pelindung telinga dikarenaka bisa merusak pendengaran. Selain itu terdapat ruangan yang memerlukan suhu-suhu tertentu ada yang membutuhkan suhu hangat, dingin, dan panas sesuai dengan mesin yang ada. Terdapatnya jalur-jalur semakin membuktikan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja sangat di perhatikan diperusahaan ini. Ada lajurr evakuasi, lajur khusus, dan lajur umum. a. Lajur Evakuasi Lajur ini merupakan lajur yang digunakan pada saat terjadi masalah yang urgent. b. Lajur Khusus Lajur ini merupakan lajur bagi kendaraan-kendaraan khusus, misal beko dan kendaraan berat lainnya c. Lajur Umum Merupakan lajur untuk pejalan kaki UBP indonesia Power kamojang, memiliki mesin-mesin yang super besar, sehingga tidak dapat dijalankan oleh perorang. terdapat ruangan khusus unutk pengontrol mesin-mesin tersebut yaitu di unit operator. Mesin pengontrol tersebut dijalankan 24 jam dengan satu orang pengontrol, satu pengawas, dan beberapa orang yang terlibat. Diruang tersebut terdapat ruangruang khusus, ada ruang khusus merokok serta tetap selalu terdapat K3. Rauangan operator ini memerlukan suhu hangat dan tidak boleh dingin dikarenakan lingkungannya terdapat H2S, serta pada dinding-dinding kacanya tidak lupa memasang serbuk gergaji untuk menjaga hal-hal yang tidak di inginkan. Selain daripada itu, di sini terdapat tangga darurat pula, dengan ciri-ciri ditandai panah atas dan bawah sehingga tidak terjadi desekan antar karyawan maupun pengunjung dari atas maupun bawah.

PT INDONESIA POWER KEPUTUSAN DIREKSI NOMOR : 131.K/010/IP/2002 TENTANG KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DILINGKUNGAN PT INDONESIA POWER DIREKSI PT INDONESIA POWER 1. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini dimaksudkan adalah sebagai salah satu unsur pembinaan kepada pegawai dan jajaran manajemen terkait, berupa ketentuan yang mengatur tentang perlindungan terhadap pegawai, pemberian penghargaan dan pemberlakuan sanksi bagi

2. a.

b. c.

yang melanggar, sehingga dalam melaksanakan pekerjaan selalu mengutamakan aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan disusunnya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah: Untuk mendidik dan memperbaiki cara kerja yang lebih baik, aman dan selamat kepada segenap pegawai dan manajemen terkait, sehingga dapat dihindari terjadinya kerugian yang lebih besar, baik moril maupun materil yang di akibatkan oleh adanya unsur kelalaian atau keteledoran didalam melaksanakan pekerjaan kedinasan. Sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja pegawai dengan harapan dapat membentuk moralitas kerja yang lebih tinggi. Untuk memelihara dan menjaga citra perusahaan dikalangan dunia usaha jasa kelistrikan pada khususnya dan di mata masyarakat pada umumnya. SYARAT-SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PASAL 3 Syarat-syarat ini merupakan hal-hal yang harus di penuhi oleh perusahaan dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja. Menyediakan alat pelindung diri bagi pegawai sesuai dengan peralatan yang di butuhkan dan kondisi lingkungan kerja, yaitu berupa helm. Sepatu tahan pukul/tegangan, sabuk pengaman, sumbat telinga, kacamata untuk las, perisai muka, sarung tangan dan pakaian kerja dari berbagai bahan serta perlengkapan lain sesuai kebutuhan pekerjaan yang sifatnya khusus. Memasang rambu/tanda gambar keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja yang mudah terlihat/terbaca, yaitu: tanda larangan, tanda bahaya, tanda penunjuk arah, tanda wajib menggunakan alat pelindung diri dan tanda bahaya lainnya. Melengkapi alat pencegah dan penanggulangan bahaya kebakaran berupa standing operation procedure {SOP} penanggulangan kebakaran,menyediakan sistem pemadam kebakaran dengan hidran, sistem spinkler, alat pemadam api ringan {APAR}, sistem. Perusahaan untuk mengetahui apakah kondisi pisik dan mentalnya sesuai dengan pekerjaan yang akan di berikan kepadanya. Bagi tenaga kerja tertentu yang karena sifat tugasnya berada pada lingkungan mengandung resiko penyakit akibat kerja, seperti: pada penanganan bahan kimia, lingkungan berdebu atau mengandung gas beracun wajib di lakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik minimal setahun sekali. Bagi pegawai yang mempunyai penyakit tertentu penempatannya dapat di sesuaikan dengan kondisi kesehatannya. Pengendaliaan lingkungan kerja dari faktor bahaya fisik [bunyi, suhu, radiasi, tekanan, penerangan], faktor kimia [ debu,gas, beracun,cairan beracun] dan faktor psikologis [hubungan kerja, suasana kerja yang membosankan. KOMITE PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PASAL 11 Untuk mencapai keberhasilan program keselamatan dan kesehatan kerja di lakukan dengan pola manajemen partisifatif, yaitu dengan membentuk komite pembina keselamatan dan kesehatan kerja [KPK3] di setiap unit kerja.

1)

2)

3)

a. b.

c. d.

1) Untuk membina dan mengawasi terlaksananya ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di setiap unit kerja di bentuk komite pembina keselamatan dan kesehatan kerja. 2) Susunan komite adalah pinpinan tertinggi di unit kerja sebagai ketua, supervisor senior K3 adalah sebagai sekretaris dan anggota adalah dari unsur supervisor senior/supervisor dari operasi, pemeliharaan administrasi. 3) Semua anggota di beri latihan dasar tentang keselamatan dan kesehatan kerja 4) Tugas dan fungsi komite pembina keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja adalah: a. Membantu memberikan penyuluhan kepada pegawai mengenai pencegahan kecelakaan di tempat kerja. b. Sebagai pengawas terhadap pelksanaan pekerja dengan memperhatikan ketentuan dan perundangan yang berlaku. c. Memberi saran dan mempertimbangkan kepada manajemen mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. d. Menghimpun dan mengolah data/permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja. e. Mempelopori kebersihan, kerapian, dan ketertiban sebagai bagian dari budaya perusahaan. 5) KPK3 berwenang mengambil tidakan terhadap pelanggran yang terjadi dengan melaporkan atau memberikan rekomendasi kepada manajemen mengenai adanya kasusu pelanggaran yang di lakukan pegawai. 6) Rapat komite pembina keselamatan dan kesehatan kerja sekurang-kurangnya di adakan 1 {satu} kali setiap bulan, yang di pimpin langsung oleh ketua.s

PEMERIKSAAN SEBAB TERJADINYA KECELAKAAN PASAL 22 Setiap terjadi kecelakaan di tempat kerja yang dapat mengkibatkan korban mengalami luka atau cidera baik ringan, sedang maupun berat, maka sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, pihak manajemen perlu mengambil tindakan sebagai berikut: 1) General manajer unit bisnis segera menunjuk komite pemeriksa pelanggaran K3 yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan tentang sebab-sebab terjadinya kasusu kecelakaan tersebut dengan menerbitkan surat penunjukan sesuai ketentuan yang berlaku. 2) Apabila dari hasil pemeriksaan yang di laksanakan oleh pejabat yang di tunjuk sebagaimana yang di maksud pada ayat 1 pasal ini, dinyatakan bahwa kecelakaan tersebut adalah kecelakaan kerja, maka untuk prosedur selanjutnya dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku. 3) Dalam hal terdapat unsur yang meragukan dalam laporan hasil pemeriksaan kecelakaan kerja sebagaimana di maksud pada ayat {2} pasal ini, maka apabila di pandang perlu dapat di adakan klasifikasi atau pemeriksaan ulang yang di lakukan oleh komite dari PT INDONESIA POWER kantor pusat, yang anggotannya terdiri dari unsur terkait atas dasar penunjuk oleh direksi.s

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan a. Tenaga panas bumi (geothermal energy) merupakan suatu jenis sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, sama halnya dengan air, minyak bumi, gas alam, dan batubara. b. Pemeliharaan dan pengujian relay pada sistem tenaga listrik pada umumnya dilakukan pada saat unit tidak beroperasi (stop-unit). c. Sistem pengamanan pada turbin mutlak diperlukan adanya karena turbin adalah penggerak utama dari sistem pembangkitan dan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. d. Kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan telah terpupuk dengan baik di lingkungan kerja UBP Kamojang. 4.2 Saran-saran Setelah melaksanakan kerja praktek di Unit Bisnis Pembangkit Kamojang selama kurang lebih satu bulan, penulis memiliki saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perusahaan maupun institut. Adapun saran-saran tersebut adalah : 4.2.1 Bagi Perusahaan 1) Menjaga dan meningkatkan suasana kerjasama dan kekeluargaan dalam lingkungan perusahaan. 2) Meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam menghadapi gangguan yang terjadi sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat dijaga. 3) Mengadakan evaluasi atau perbaikan-perbaikan dalam sistem perusahaan agar lebih propesional dan handal. 4) Perawatan dan pemeliharaan peralatan relay dan pengukuran agar selalu dalam kondisi yang baik sehingga meminimalisir terjadinya masalah di kemudian hari. 5) Peningkatan pengadaan peralatan pendukung dalam melakukan pemeliharaan dan pengujian terhadap keamanan turbin. 6) Peningkatan kemampuan karyawan dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan pada peralatanperalatan proteksi dan peralatan pengukuran melalui kegiatan training atau pelatihan-pelatihan sehingga dapat meningkatkan kompetensi karyawan di bidang keamanan turbin. 7) Karyawan memahami dan mematuhi prosedur kerja yang telah di berikan dan mengutamakan keselamatan kerja. 8) Memperbanyak buku-buku yang berkaitan dengan pengamanan turbin baik di perpustakaan pusat atau di bagian pemeliharaan sendiri, sehingga diharapkan karyawan dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pengamanan turbin dan memberi kesempatan kepada pihak luar untuk belajar mengenai pengamanan turbin di UBP Kamojang. 9) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelaksanaan kerja praktek di lingkungan UBP Kamojang, dan kalau memungkinkan dibuat kurikulum kerja praktek sehingga dalam pelaksanaan kerja praktek dapat berjalan dengan efektif sehingga pada akhirnya akan memberi

4.2.2 1) 2)

3) 4)

manfaat bagi kedua belah pihak, baik untuk peserta kerja praktek maupun untuk UBP Kamojang sendiri. Bagi Institut Perlu adanya forum komunikasi timbal-balik antara institut dan perusahaan tempat kerja sehingga dapat berjalan kerjasama yang saling menguntungkan. Perlu adanya dosen pembimbing dari institut yang siap membimbing peserta kerja praktek sehingga peserta kerja praktek memperoleh pengetahuan dari dua arah, dari pihak institut dan dari tempat kerja praktek itu sendiri. Mempermudah permohonan kerja praktek. Membuat kurikulum kerja praktek sehingga dalam pelaksanaan kerja praktek dapat berjalan dengan efektif sehingga pada akhirnya akan memberi manfaat bagi kedua belah pihak, baik untuk peserta kerja praktek maupun untuk perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA Instructions : Turbine Supervisory Instrument : Turbine Speed Monitor, Mitsubishi Electric Corporation Instruction Manual : VM-5 Series Monitor Model VM-5s Dual Tachometer, Shinkawa Sensor Technology, Inc. Overspeed Turbine Control System, Dedih, Teknik Elektro SMKN 4 Bandung, 2006 Voltage Balanced Relay, Farid Baskoro, Teknik Elektro ITB, 2006 Elektronika Industri, SMKN 1 Ketapang, 2002 Analisis Steam Condensate, Fachrul Mucharom, Teknik Kimia UGM, 2008

Anda mungkin juga menyukai