Anda di halaman 1dari 5

OSILASI HARMONIK SEDERHANA

Getaran (oscillation) atau osilasi merupakan salah satu bentuk gerak benda yang cukup
banyak dijumpai gejalanya. Contohnya, bandul jam yang berayun, piringan dalam jam beker
yang memuntir, botol yang timbul tenggelam dalam air, balok yang digantungkan pada sebuah
pegas, dan senar gitar yang dipetik. Osilasi juga dijumpai secara analogis pada rangkaian listrik
yang melibatkan induktor dan kapasitor. Dalam osilasi, sebuah benda melakukan gerak bolakbalik menurut lintasan tertentu melalui titik setimbangnya. Waktu yang diperlukan untuk
melakukan satu gerakan bolak balik dinamakan periode (dilambangkan dengan T, satuannya
sekon [s]). Simpangan maksimum osilasi dinamakan amplitudo
1.

Osilasi Harmonis Sederhana


Mengkaji lebih jauh dengan meninjau sebuah benda bermassa M (kg) yang terletak di
atas bidang tanpa gesekan dan dikaitkan kepada salah satu ujung pegas berkonstanta k (N/m)
sebagaimana yang disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1
Osilasi pegas

Ketika pegas disimpangkan sejauh x dari kedudukan setimbangnya lalu kemudian dilepas, maka massa M akan bergerak sedemikian rupa sehingga selalu menuju ke kedudukan
semula. Hal ini terjadi karena adanya gaya pemulih sehingga timbul gejala yang kita kenal
dengan osilasi.
Dalam keadaan tidak terdapat gaya yang bekerja pada massa M tersebut, maka ia akan
tetap dalam keadaan diam di posisi setimbang, x=0. Namun seandainya diberikan gaya kepada
massa tersebut dengan cara menekan dan melepaskannya, maka massa tersebut akan bergerak
periodik menurut frekuensi tertentu. Gejala serupa terulang bahkan jika M ditarik, dipukul, atau
diberi perlakuan berbeda, massa tersebut selalu bergerak dalam pola yang sama menuju posisi
semula pada keadaan setimbang. Gerakan periodik disekitar titik setimbang inilah yang disebut
dengan osilasi. Adapun gaya yang menyebabkan massa selalu bergerak ke kedudukan semula
disebut dengan gaya pemulih atau restoring force

2. Hukum Gaya untuk Gerak Harmonik Sederhana


Persamaan gerak osilasi dapat diturunkan dari dua buah hukum gerak, yaitu Hukum II
Newton dan Hukum Hooke. Coba pandang sebuah benda yang dikaitkan dengan sebuah pegas.
Jika pegas tidak tertarik atau tertekan maka simpangan benda adalah nol (benda dalam titik
keseimbangan). Jika pegas tertarik maka terdapat simpangan benda (misal bernilai positif). Pada
saat itu pegas memberikan gaya kepada benda yang besarnya sebanding dengan simpangannya
namun berlawanan arah dengan pergeseran benda. Kenyataan ini diungkapkan oleh Hooke dalam
hukumnya yang berformulasi

(1)
F adalah gaya pegas (gaya pemulih atau restoring force) dan k adalah
tetapan pegas. Rumus ini menyatakan bahwa gaya yang dikerjakan oleh
sebuah pegas pada sebuah benda berbanding lurus dengan pergeseran
benda namun berlawanan arah dengannya. Tanda negatif dalam persamaan
(1) mengandung pengertian bahwa gaya pemulih selalu bekerja untuk
mengembalikan massa M ke kedudukan setimbangnya. Jika gaya pegas
adalah satu-satunya gaya luar yang bekerja pada benda, maka pada benda
berlaku Hukum II Newton
(2)
Atau
(3)

Percepatan bergerak lurus (misal ke arah x) dapat dituliskan menjadi:

(4)

Persamaan (3) merupakan persamaan osilasi harmonik sederhana (simple harmonic


motion). Dalam osilasi sederhana, benda berosilasi di antara dua posisi dalam waktu (periode)
tertentu, dengan asumsi tanpa kehilangan tenaga mekaniknya. Dengan kata lain, simpangan
maksimum (amplitudo) osilasi tetap.
Persamaan (4) disebut persamaan diferensial, karena mengandung suku yang berupa
diferensial. Persamaan (4) merupakan bentuk hubungan fungsi x(t)dengan derifatif
keduanya d2x/dt2. Agar dapat memahami gejala osilasi ini lebih mendalam, maka kita harus
menemukan bentuk suatu fungsi yang memenuhi persamaan (4) tersebut. Langkah yang kita
lakukan adalah dengan menulis ulang persamaan tersebut ke dalam bentuk :

(5)

Persamaan (5) menunjukkan kepada kita bahwa haruslah sebuah


fungsi yang derivatif keduanya merupakan negatif dari dirinya sendiri.
Keadaan tersebut hanya dipenuhi oleh bentuk sinusuida
(6)

serta jumlahan dari keduanya


(7)
Pada kesempatan ini kita akan mencoba suatu solusi dengan bentuk
(8)

dengan B, w dan q adalah tetapan. Konstanta B disebut amplitudo, w adalah frekuensi sudut. q
adalah sudut fase awal. Besaran wt+q disebut fase osilasi . Sudut fase awal q adalah faktor dalam
persamaan yang dilibatkan untuk menggambarkan posisi awal benda yang berosilasi. Persamaan
(8) sering dinamakan persamaan simpangan.
Jika kita lakukan substitusi persamaan (8) ke dalam persamaan (5), maka akan diperoleh
hasil bahwa w2 = k/M (coba anda buktikan). Dapatkah Anda menjelaskan apa yang terjadi jika
kita memperbesar nilai t dalam persamaan (8) dengan faktor 2p/w ? Untuk mengetahuinya,
cobalah masukkan bentuk untuk mengganti t pada persamaan tersebut, maka kita akan kembali
medapatkan bentuk persamaan (5). Ini berarti bahwa fungsi dalam persamaan (5) berulang
setelah waktu 2p/w.

Gambar 2
Simpangan versus waktu sebuah partikel yang berisolasi.

Perhatikan bahwa fungsi x periodik dan berulang pada simpangan yang


sama dengan kenaikkan wt sebesar 2p. Periode osilasi T adalah waktu yang
diperlukan benda untuk menjalani gerakan satu putaran (cycle). Ini berarti
nilai x pada saat t sama dengan nilai x pada saat t + T. Berdasarkan
kenyataan ini bahwa:

(9)

(10)
yang merupakan frekuensi angular atau lebih sering disebut sebagai
kecepatan sudut ayunan tersebut. Gerak ayunan yang telah kita bahas ini
disebut dengan gerak harmonis atau juga disebut dengan getaran harmonis.
Hal penting yang harus kita pahami dari gejala yang kita gambarkan dengan
persamaan (8) adalah bahwa karena fungsi cos memiliki nilai dalam rentang
antara -1 dan +1. Ini berarti bahwa massa M berayun di sekitar titik
setimbang dengan simpangan terbesar adalah nilai maksimum . Nilai
maksimum ini disebut dengan amplitudo. Kuantitas disebut fase, dan disebut
konstanta atau tetapan fase

Anda mungkin juga menyukai