Nim
: G1a214064
Alasan kedua
mengapa penderita migrain memiliki kemungkinan tertinggi dari
depresi adalah karena keduanya, baik depresi maupun migrain, mengubah
komposisi kimiawi di dalam saraf otak, terutama neurotransmiter yang disebut
norepinephrine dan serotonin. Serotonin adalah sejenis komposisi kimia yang
diyakini memiliki peran penting dari pengaturan suasana hati dan rasa nyeri.
Penderita depresi dan migrain mengalami pengurangan tingkat serotonin di dalam
otak. Kerentanan dari sisi komposisi kimiawi membuat pasien depresi cenderung
mengalami migrain dan pasien migrain yang mengalami depresi. Tingkat serotonin
yang rendah juga dapat menyebabkan perubahan vaskular dan perubahan aliran
darah secara dramatis di dalam otak. Efek lain dari serotonin yang rendah adalah
lelah, penurunan gairah seks, gangguan tidur, dan kondisi nyeri yang kronis selain
sakit kepala.
Sistem limbik, yang sering disebut sebagai "otak emosional", ditemukan terkubur di
dalam otak besar. Sistem ini berisi thalamus, hypothalamus, amygdala, dan
hippocampus. Serotonin(5-HT) dan nor-epinefrin(NE) adalah neurotransmitter yang
berperan dalam proses nyeri maupun depresi, yang mengurus mood dan depresi
terletak di korteks prefrontal dan sistem limbik, sedangkan yang mengurus
painmodulating circuit terletak di amygdala, periaquaductal gray(PAG), dorsolateral
pontine tegmentum(DLPT), dan rostroventral medulla(RVM). Modulasi efek
serotonin di otak menunjukkan efek impulsif, modulasi sexual behaviour; appetite
dan agresi. Sedang NE sistem menunjukkan modulasi waspada, sosialisasi, energi,
dan motivasi.Kalau keduanya bersamaan maka ia akan memodulasi ansietas,
iritabilitas, nyeri,mood, emosi dan fungsi kognitif. Pada penderita depresi dijumpai
adanya defisit kadar serotonin dan norad renalin di otak.