Anda di halaman 1dari 166

M"nAHAILMU

Antena
Prinsip Aplikasi
fi.

Mudrik Alaydrus

ANTENA
Prinsip & Aplikasi

Oleh :

f''*" u {i

q
1

t,

Mudrik Alaydrus

%z

l12 / WX

/t I 2otz

I
I

Kata Pengantar

Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2011

Hak Cipta O 2011 pada penulis,


Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau rnemindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun
mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa
izin ternrlis dari penerbit.

era informasi, yang ditandai dengan penyebaran berita


yang sangat cepat, dan berita yang bisa diakses kapan dan

GRAHA ILMU
Ruko Jambusari No. 7A
Yogyakarta 55283
: 027 4-889836; 0274-889398
Telp.
Fax.
:0274-889057
E-mail : info@grahailmu.co.id

dari mana saja, pengiriman data secara nirkabel (wireless, tanpa

kabel) menjadi tulang punggung penyebaran informasi tersebut. Dengan


komunikasi nirkabel, tidak diperlukan lagi kabel yang menghubungkan
sumber berita dengan pemakai berita, sehingga hubungan komunikasi ini

menjadi lebih fleksibel dan menunjang mobilitas dari pengguna.

Di samping elektronika telekomunikasi, seperti modulator, osilator,

Alaydrus, Mudrik
ANTENA (Prinsip & Aplikasi) /Mudrik Alaydrus
-Edisi Pertama - Yogyakarta; Graha l1mu, 2011
xii + 324 hlm, 1 Ji1. : 23 cm.
ISBN

978-9'1 9-7 56*"7 31,'6

dll., pada sistem komunikasi nirkabel diperlukan komponen yang bernama


antena. Secara definisi, antena pada sebuah pemancar berfungsi sebagai
pengubah gelombang yang tertuntun di rangkaian elektronika menjadi
gelombang yang merambat bebas di udara, dan sebaliknya pada sebuah
penerima. Tugas bagi perancang antena adalah membuat transisi ini
seeflsien mungkin, yaitu gelombang dari pemancar yang dihasilkan oleh
komponen-komponen elektronika ini harus diubah semaksimal mungkin
menjadi gelombang bebas. Gelombang yang dipancarkan melalui antena
ini akan didistribusikan ke udara dengan suatu pola tertentu, misalnya ke

I. Judul

- Teknik

l.

.i

,J';''1i

,1,

semua arah, atathanya ke suatu arah tertentu saja. Pemitihan pola pancar

ini tergantung dari aplikasi antena masing-masing.

Dcngan perkembangan teknologi dan aplikasi nirkabel, bermunculan

pula berbagai jenis antena yang dirancang dengan karakter-karalternya


yang berbeda-beda. Buku ini ditulis untuk memberikan ulasan tentang
prinsip dasar dari antena dan pemakaiannya di pelbagai aplikasi.

Bab

membahas dasar, sejarah singkat dan esensi antena dalam

telekomunikasi, yang dilanjutkan dengan bab 2 tentang besaran-besaran


penting yang rnengkarakteristikkan antena. Besaran-besaran penting ini
menjadi pararneter dalarn spesifrkasi sebuah antena, yang hams dipenuhi
pada proses perancangannya.

Karena dasar dari ilmu dan teknologi antena adalah elektromagnetika,


tidaklah lengkap kalau tidak disinggung persamaan-persamaan Maxwell

dan solusinya. Bab 3 mendapatkan tugas untuk melakukannya, solusi


untuk struktur antena sederhana, yaitu dipol dan loop Hertz diberikan di
sini. Bab 4 memberikan solusi untuk antena yang lebih aplikatif, yaitu
dipol panjangyangjuga sering digunakan pada aplikasi nirkabel dewasa
ini. Antena dipol panjang ini adalah jenis antena kawat.
Dalam banyak aplikasinya, sering kali digunakan sekelompok antena, yang membentuk suatu formasi tertentu. Kelompok antena ini dinamakan array. Bab 5 membahas teori dasar array, dan efek dari perubahan
parametemya terhadap pola pancar antena.

antena, yaitu teknik konfigurasi ulang antena dan sistem Multiple Input
Multiple Output (MIMO) menjadi pokok bahasan di bab I l.

Bab 12 ditulis untuk aplikasi antena pada beberapa sistem nirkabel


yang populer sekarang ini, yaitu sistem seluler, Wireless Local Area
Network (WLAN) dan Radio Frequency ldentification (RFID). Bab terakhir
memberikan ulasan singkat beberapa metode numerik yang biasanya
dipakai untuk menganalisa dan merancang antena, yang diharapkan bisa
memberikan gambaran singkat kepada pembaca, metode apa yang bisa
mereka gunakan dan software mana yang bisa dipakai.

Buku ini ditulis sebagai suatu bentuk karya yang didedikasikan


untuk masyarakat Indonesia, yang diharapkan menjadi satu literatur dalam
bidang teknologi nirkabel. Dan penulis berpesan, bahwa suatu tujuan dan
cita-cita hanya bisa dicapai dengan keyakinan, ketekunan dan kesabaran.
Ketiganya harus dijalankan secara konsisten dan kontinu. Semoga Allah
SWT merestui usaha kita.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Maryam ZA yang selalu menemani dengan penuh pengertian dan perhatian, juga kepada anakanak kami, Zainal Abidin, Muhammad Fatih, Adni, Muhammad Ayman
dan Sofia.

Bab 6, 7 dan 8 membahas jenis-jenis antena aperture, horn, reflektor dan antena mikrostrip. Di sini dijelaskan prinsip dasar masing-masing
antena, perancangan dengan menggunakan rumus dan kurva sederhana,

Jakarta, Januari 201 I

sarnpai penggunaan software.

Mudrik Alaydrus

Perkembangan multimedia, yangditandai dengan semakin besarnya


yang
harus dikirimkan, seperti video, menuntut jaringan komunikasi
data
nirkabel yang semakin berkinerja tinggi, memiliki lebar pita yang besar,
bahkan sangat besar, atau multiband. Bab 9 membahas jenis-jenis antena
yang memiliki karakter seperti itu. Bab 10 membahas pengukuran besaranbesaran penting antena. Dua terobosan menarik yang dilakukan pada teknik

vt

Antena: Prinsip don Aplikasi

Kato Pengontar

Ilaftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

ix

BAB

PENGENALANANTENA
1.1 Pendahuluan
I
1.2 Esensi Antena pada Dunia Telekomunikasi Wireless 4
g
1.3 Jenis-jenis Antena

BAB

II

BESARAN PENTING PADA ANTENA


2.1 Diagram Radiasi
2.2 Direktivitas dan Gain

2.3
2.4
2.5
2.6
BAB

III

l7
18

23

Polarisasi

30

Impedansi Masukan

35

Lebar Pita Kerja Antenna (bandwidth)

37

Datasheet Antena

38

PERSAMAAN MAXWELL DAN SOLUSINYA PADA


ANTENA KECIL
4t
3.1 Persamaan Maxwell
41

3.2
3.3

Potensial Vektor dan Skalar

46

Solusi:PotensialTerretardasi

50

3.4
3.5
BAB

BAB

IV

ANTENA KAWAT
4.1 Dipol Pendek
4.2 Dipol Panjang
4.3 Dipol Setengah Gelombang (Dipol
4.4 Antena Yagi-Uda

VI

)"

l2)

86
87
95
97
106

ANTBNAAPERTURE DAN HORN

131

Pendahuluan

BAB

BAB

Teorema Ekuivalensi (Equivalence Theorem)

133

Antena Aperture Persegi Panjang

137

Simulasi dengan program Wipl-D


Antena Hom Sektor E

t49
t52

Antena Horn Sektor H


Antena Horn Piramid
Antena Hom Berulir (Comrgated Horn)

161

VII ANTENA REFLEKTOR


7.1 Pendahuluan
7.2 Sistem Reflektor Dasar
7.3 Sistem Reflektor Banyak

163

XI

BAB

XII

189

Pencatuan antena mikrostrip

r99
206

Antena Mikrostrip dalam Array

2t0

Antena: Prinsip dan Aplikasi

223

Antena Fractal

229

Antena Ultrawideband (UWB)

233
237

Antennas)

239
245
247

2s0

ZSA

MIMO

ZS9

ANTENNAS IN ACTION
271
12.1 Antena Stasiun Basis (Base station) di Komunikasi
Bergerak

273

Antena pada Alat Komunikasi Genggam


(Handheld)

280

BAB XIII APLIKASI METODE NUMERIK PADA

282
288

ANTENA

13.1 Pendahuluan
13.2 Metode Persamaan Integral (Integral Equation

Method)
13.3
Daftar lsi

237

Multi Antenna Systems: Antena Cerdas (Smart

12.3 Antena di RFID


12.4 Antena di WLAN

184

Metode Analisa: Model Saluran Transmisi


Metode Analisa: Model Cavity

22t

Antena Log Periodik

PERKEMBANGAI\ KIIUSUS PADA TEKNIKANTENA 255


I l.l
Antena yang bisa Dikonfigurasi Ulang

12.2

170

187

216

Antennas) dan

r69

Pendahuluan

Antena Helix
Antena planar

PENGUKURAN BESARAN ANTENA

ll.2

168

187

215

(Reconfigurable

169

BAB VIII ANTENA MIKROSTRIP

Pendahuluan

10.1 Pendahuluan
10.2 Skema Sistem Pengukuran Besaran Antena
10.3 Pengukuran Diagram Radiasi
10.4 Pengukuran Gain
10.5 Pengukuran Impedansi dan Faktor Refleksi

131

Teorema Keunikan (Uniqueness Theorem) dan

ANTENA BROADBAND, ULTRAWIDEBAND DAN


MULTIBAND
2ts

9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6

78

Array dua Antena


Array Linier N Antena

8.1
8.2
8.3
8.4
8.5

IX

75

95

6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8

BAB

62

Pendahuluan

6.1
6.2

BAB

55

75

ANTENA ARRAY

5.1
5.2
5.3
BAB

Aplikasi Integral Radiasi pada Dipol Hertz


Aplikasi Integral Radiasi pada Loop Hertz

Metode Elemen Hingga (Finite Element

293
293
294

Method) 300

13.4
13.5

13.6

Metode Diferensi Hingga Wilayah Waktu (Finite


Difference Time Domain)

301

Metode Frekuensi Tinggi (High Frequency


Methods)

307

Metode Hibrida

310

DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
TENTANG PENULIS

313

Pengenalan Antena

317

321
-oo0oo-

1.1

PENDAHULUAN

Antena adalah elemen penting yang ada pada setiap sistem telekomunikasi tanpa kabel (nirkabel/wireless), tidak ada sistem telekomunikasi
wireless yang tidak memiliki antena.
Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan
yang benar akan menjamin kinerja (performansi) sistem tersebut.
Sebuah contoh yang khas adalah pada aplikasi penerimaan sinyal
pada pesawat televisi terestrial. Dengan menggunakan antena yang me-

miliki gain (faktor pemfokusan) yang tinggi, seperti antena Yagi, kualitas
sinyal terima bisa diperbaiki secara signifikan.
Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan dan atau menerima gelombang elektromagnetika. Antena sebagai
alat pemancar (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah)

elektromagnetis, yang digunakan untuk mengubah gelombang tertuntun


di dalam saluran transmisi kabel, menjadi gelombang yang merambat di
ruang bebas, dan sebagai alat penerima (receiving antenna) mengubah gelombang ruang bebas menjadi gelornbang tertuntun (gambar 1.1).

xlt

Antena: Prinsip dan Aplikasi

gelombmg

gelombaug

rumg bebas

rumg bebas

\\z
LI
/

waveguide

\Y

selombms

remm

..-Antena 1rcmmcr

Gambar

l.l

w
+

silinder di gambar 1.2). Dengan alat ini dia bisa membuktikan adanya
induksi sinyal pada antena yang satu akibat sumber yang dipasangkan
pada antena yang lainnya. Peristiwa ini merupakan momen kelahiran dari
telekomunikasi tanpa kabel modern yang gunanya bisa kita rasakan sekali
dewasa ini. Atas dasar eksperimen ini Hertz dikenal dengan nama Mr.

waveguide

gelombang

terhutun

Antena penerima

Peran antena di sistem komunikasi nirkabel

Dengan definisi antena di atas, adalah suatu kepastian, bahwa di setiap

sistem komunikasi tanpa kabel terdapat komponen yang bisa mengubah


gelombang tertuntun menjadi gelombang ruang bebas dan kebalikannya,
komponen ini adalah antena.

Antenna.
Setahun setelah kematian Hertz,di tahun 1901 Guglielmo Marconi
berhasil merealisasikan telekomunikasi jarak jauh, dari kota Cornwall di
Inggris ke kota Newfoundland di benua Amerika, dengan menggunakan
gelombang elektromagnetika. Antena yang dipergunakan adalah 50 buah
antena pemancar yang vertikal, yang dilibatkan dengan bantuan kawat
secara horizontal dengan 2 tonggak kayu yang berjarak 60 meter (gambar
1.3). Sebagai antena penerima dipergunakan sebuah kawat vertikal dengan

Pada sistem komunikasi tanpa kabel yang modern, sebuah antena

harus berfirngsi sebagai antena yang bisa memancarkan dan menerima


gelombang dengan baik untuk suatu arah tertentu.
Sejarah perkembangan antena dirunut balik pada konsep yang
dikembangkan oleh James Clerk Maxwell, yang menyatukan teori listrik

panjang 200 m yang mengambang di udara dengan bantuan sebuah layanglayang.


Sejak saat itu perkembangan antena makin cepat, dan berkembang
pula jenis-jenis antena sesuai dengan tuntutan padanya di setiap bidang
aplikasi.

dan magnet menjadi teori elektromagnetika, yang dirangkumnya di


dalam sebuah sistem persamaan yang kemudian dikenal dengan nama
Maxwell. Dengan persamaan yang diturunkan
di tahun 1873 ini ia meramalkan adanya medan listrik dan magnet yang
merambat di ruang bebas tanpa adanya kabel. Medan listrik dan magnet
yang berubah dengan waktu ini dan merambat di udara, disebut juga
gelombang elektromagnetika. Dengan bantuan persamaan ini Maxwell
persamaan-persamaan

memprediksikan bahwa pada dasarnya cahaya juga merupakan gelombang

elektromagnetika dan gelombang elektromagnetika merambat

di

udara

dengan kecepatan cahay a.

Sembilan tahun setelah kematian Maxwell, tahun 1886 Heinrich


Hertz melakukan verifikasi terhadap prediksi Maxwell secara eksperimen.
Dia membangun dua buah alat berbentuk permukaan silinder yang terpisah
sekitar I meter (alat ini kemudian dikenal dengan nama antena reflektor

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Gambar 1.2 Antena refiector silinder yang bekerja padafrekuensi 455


MHz

Pengenolan Antena

a.

Telekomunikasi antara pengguna yang bergerak, seperti sistem scluler.

Gambar 1.4 menunjukkan antena panel yang biasa digunakan di


stasiun basis (Base Transceiver StationlBTS) sistem seluler. Gambar
sebelah kiri menunjukkan foto antena yang ditutupi oleh radome
(radar dome) yang melindungi bagian dalam antena dari pengaruh
cuaca. Bagian dalam antena terdiri dari 6 buah dipole dengan reflektor
di belakangnya. Masing-masing dua dipole dipasangkan ke arah
horizontal, dan berbaris tiga dipole ke arah vertikal.

Gambar 1.3 Antena vertikal yang digunakan oleh Marconi pada


frekuensi 70kJIz

ESENSI ANTENA PADA


1.2 .TELEKOMUN

DUNIA
IKASI WIRELESS

Wffi

Foto dan 3 x 2 dipole di dalam

diagram radiasi

antena

Sebuah antena didefinisikan sebagai piranti yang dipergunakan untuk rnengubah gelombang tertuntun di pemancar menjadi gelombang ruang

Gambar 1.4 Panel antennas 730 684 Kathrein

ini akan merambat di ruang bebas dari pemancar

(data dari perusahaan Kathrein)

bebas. Gelombang radio

ke penerima. Di penerima, arrterra akan mengubah gelombang ruang bebas


ini menjadi gelombang tertuntun.
Keberadaan antena pada sistem telekomunikasi tanpa kabel menjadi
suatu yang tidak bisa dihindarkan. Setiap aplikasi menuntut suatu karakteristik dari antena yang dipakainya, yang harus didapatkan pada proses
perencanaan perancangan antena. Berikut

ini diberikan tiga bidang aplika-

si penting dari penggunaan antena:

l.

Telekomunikasi

Penggunaan antena pada sistem telekomunikasi ini, diprioritaskan


ketimbang penggunaan kabel (saluran transmisi) dikarenakan oleh alasan-

960 MHz

Gambar sebelah kanan menunjukkan diagram radiasi horizontal dan


vertikal antena tersebut. Di bidang horizontal didapatkan beamwidth
(lebar pancaran efektif) sebesar 65o, sedang di bidang vertikal 18".
Semakin besar jumlah elemen di bidang horizontal ataupun vertikal,

akan semakin kecil beamwidth-nya, pengarahan energi menjadi


semakin terfokus ke arah pancarar, utama.

Dalam penggunaannya di menara, antena panel sering dipasangkan


dalam jumlah tertentu dengan arah pancaran berbeda-beda seperti
yang ditunjukkan di gambar L5. Diagram radiasi dari gabungan antena
tersebut secara praktis bersifat omnidireksional.

alasan ketidak-mungkinan, ketidakpraktisan dan ketidakefi sienan:

Antena: Prinsip don Aplikasi

890

Pengenalan Anteno

r:l
11

IITF-A-*

r=

YG-053

Gambar 1.6 Kiri: qntena pemancar broadcast, kanan: antena Yagi


penerima broadcast TV

Gambar 1.5 Antena panel yang dipasangkan pada menara


(data dari perusahaan Kathrein)
b.

Telekomunikasi broadcasl (televisi dan radio), antena pemancar ditempatkan di tengah-tengah wilayah yang akan disuplai dan antena
yang dipergunakan antena omnidireksional. Jika antena pemancar
terletak di pinggir wilayah penyuplaian, maka antena direksional-lah
yang akan digunakan. Penggunaan antena pada aplikasi televisi mendapat saingan dengan penggunaan "TV-cable", yang padanya dipergunakan kabel-kabel yang menghubungi setiap rumah pelanggannya.
Di sini tentu akan ada pemilihan mana yang lebih diprioritaskan. Te-

tapi pada dasarnya jika jarak pemancar-penerima cukup jauh, maka


antena akan lebih mungkin dipergunakan karena faktor atenuasi kabel
c.

yang cukup besar. Gambar 1.6 contoh antena aplikasi TV broadcast.


Telekomunikasi hubungan gelombang mikro (microwave link system),
di sini dipergunakan antena direksional dengan gain yang sangat tinggi
(beam width yang kecil), sehingga terbentuk hubungan komunikasi
yang dinamakan point-to-point (gambar I .7).

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Gambar 1.7 Antena microwave link sebagai penghubung point

2.

to

point

Radar

Antena merupakan pilihan satu-satunya untuk komunikasi dengan


benda bergerak. Di teknik radar, antenayangdipergunakan harus memiliki
beamwidth yang sangat kecil, sehingga bisa membedakan objek satu
dengan yang lainnya (resolusi tinggi).

Pengenolan An,tena

1.3 JENIS.JENIS ANTENA


Buku ini memberikan prinsip dasar tentang antena, teknik perancangan dan aplikasinya. Walaupun akan ditekankan pada prinsip dasar setiap
antena dan aplikasinya, tetapi, bahkan untuk level pemula, kita tetap akan
bertemu dengan persamaan-persamaan Maxwell, perhitungannya dengan
vektor, diferensiasi dan integrasi (analisa vektor). Sebelum kita masuk ke
sana, di bagian dari bab ini kita akan berkenalan dahulu dengan jenis-jenis
antena yang ada, karakteristiknya dan kegunaannya.

Antena yang paling sederhana dan yang paling luas penggunaannya


adalah antena dipol. Antena dipol terdiri dariduabuah kawatyang terpisah
satu dengan lainnya (gambar 1.10a), yang pada fungsinya sebagai antena
pemancar, ia akan dihubungkan dengan sumber tegangan, dan pada fungsi
sebagai antena penerima, akan dihubungkan dengan beban.

Gambar 1.8 Antena pemandu rudal patriot

3.

Astronomi Radio
Seperti juga halnya pada teknik radar, untuk aplikasi astronomi di-

pergunakan antena yang memp:unyai beamwidthyang sangat sempit.

Gambar

l.l0

Antena dipol dan monopol di atas penghantar besar

Antena itu sendiri dianggap berfungsi secara resiprok, artinya, karakteristik dari antena satna apakah ia dipakai sebagai antena pemancar
ataupun sebagai antena penerima.
Antena dipol bersifat omnidireksional, artinya antena ini memancarkan energinya, pada suatu potongan bidang tertentu, sama rata ke semua
arah. Tidak ada arah yang diprioritaskan dalam penyuplaian energinya.

Gambar 1.9 Arecibo Observotory, Puerto Rico

'r

,-

t.

1"'

i:,

Tipe antena omnidireksional digunakan pada aplikasi TV/radio broadcast,


pemancar terletak di tengah-tengah wilayah penyuplaian. Dalam penerimaan sinyal, antena omnidireksional juga akan mendeteksi sinyal dari

.. ',:.

Anteno: Prinsip don Aplikasi

Pengenalon Antena

semua arah di bidang potongan teisebut. sehingga antena jenis


ini digunakan oleh sebuah alat penerima jika tidak diketahui dari arah mana

S=0o

sinyal

radio datang

lo=o.

Dengan memanfaatkan bidang penghantar, dengan bantuan sebuah


kawat yang berada vertikal di atasnya, kita bisa mendapatkan antena

dipol
dengan kawat bayangan (gambar l.lOb). Gambar 1.l r menunjukkan
foto
antenna monopole, yang terbuat dari sebuah konektor tipe N, yang pada
penghantar bagian dalamnya disolderkan kawat sepanjang
3 cm. Antena
ini bekerja sangat bagus pada frekuensi 2,4 GHz.

lo=o.

\.-\r\ 'i\-t,, ,_-----\

"\t\, '\\5);:-:'
-\*=0"
a)

-\="
b)

( )-l

)'1.
a.y

i+i

tNl

i+)
L./

I
I
I
I

l./

v)

c)

Gambar 1.12 Array satu dimensi dengan antena dipol sebagai


penyusunnya

Array satu dimensi akan mempunyai diagram radiasi yang

akan

mengonsentrasikan energinya hanya ke satu arah sudut tertentu, misalnya

I atau g ffan-like radiation diagram). Supaya bisa


didapatkan pengonsentrasian energi di dua arah sudutQtencil-like radiation
hanya untuk sudut

diagram) sering kali dipergunakan array dua dimensi, yang merupakan


pengembangan array satu dimensi ke arah yang orthogonal dengannya,
seperti terlihat di gambar 1.13.
Gambar

l.ll

Foto antena monopol

Di banyak sekali aplikasi teknis, seperti radar, sistem seluler, diinginkan antena yang mengkonsentrasikan pancaran energinya pada
suatu
arah tertentu, sedangkan ke arah lain tidak diinginkan terjadinya penyuplaian energi. Untuk mencapai tujuan ini, biasanya hanya sebuah
antena

dipole tidak bisa digunakan, karena antena dipol mempunyai karakteristik


pancar yang omnidireksional. untuk mendapatkan suatu karakter peman_
caran (yang disebut juga diagram radiasi/pancar) tertentu, dipergunakan
beberapa buah antena dipol yang disusun sedemikian rupa membentuk
sebuah grup antena, atauanay.Ada bermacam-macam susunan array,

misar-

nyaanay satu dimensi /l-D (gambar l.l2).


Gambar
10

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Pengenalan Anteno

l.l3 Array

dua dimensi (2D)

Gambar f .i4 adalah foto aritenna Yagi yang sering dipergunakan


pada aplikasi penerimaan TV di rumah. Aplikasi di gambar ini, antena

Flat panel antennas untuk frekuenst


1800 MHz
900

MHz

Yagi digunakan untuk jaringan komputer tanpa kabel (Wireless Local


Area Network/WLAIt). Perbedaan kedua aplikasi ini di samping terletak
pada frekuensi kerjanya, juga pada polarisasi gelombang yang digunakan.
Pada aplikasi TV, gelombang elektromagnetika berpolarisasi horizontal,
sehingga elemen dipole harus terletak horizontal, sedangkan pada aplikasi
WLAN, polarisasi yang dipergunakan vertikal, sehingga orientasi elemen
dipole juga harus vertikal.

Gambar L.lS Array 2D dengan elemen antena dipol pada antena stasiun
basis
Jenis antena yang menggunakan teknologi lain adalah antena hom,

yang bisa dilihat

ittr
-r-*1r

di gambar

1.16. Antena horn menggunakan teknologi

waveguide (pemandu gelombang yang berbentuk seperti pipa air).


Waveguide yang

diperbesar

Gambar

Gambar l.16 Antena horn

l.l4

Antena Yagi dengan 9 elemen (satu driven elemen terlihat


dengan konektor SMA, 7 director dan sebuah refiector melengkung)

Gambar 1.15 menunjukkan aplikasi array dua dimensi pada antenna


stasiun basis, yang mempunyai tujuan mendapatkan beamwidth yang lebih

kecil di kedua bidang penting (bidang horizontal dan vertikal).

Bagian tjung waveguide dibiarkan terbuka, sehingga diharapkan


gelombang yang merambat di dalam waveguide akan memancar di bukaan
itl (aperture). Untuk menjaga refleksi gelombang supaya tetap kecil, pada

waveguide diperlebar seperti


berbentuk corong, sehingga gelombang elektromagnetik yang merambat
di dalam waveguide menuju ruang bebas mengalami perubahan geometri

bagian transisi waveguide-udara, bagian

dat'^

secara gradual.

12

Antena: Prinsip don Aplikasi

Pengenalan Anteno

13

Teknik lain dalam menggunakan waveguide sebagai antena adalah


dengan membuat slot (torehan/potongan/irisan) pada waveguide di bagian
badannya. Sehingga gelombang elektromagnetik bisa'merembes' keluar
dari waveguide dan merambat di udara. Gambar 1.17 adalah variasi slot
antena dengan teknologi waveguide, yang sudah tersusun dalam bentuk
artay.
Slotpadabagian kiri digambar l.l7 harus dibuatmiring, seandainya
tegak tidak akan terjadi pemancaran yang efektif. Demikian juga slot pada
gambar bagian kanan, tidak dibuat tepat di tengah bidang, tetapi akan ke
arah pinggir, supaya pemancaran menjadi besar.
waveguide

Gambar
1

Gambar

l.l7 Array

l.l8 Array

dengan elemen antena slot pada hidung pesawat

F'

6 (http : //www. airforce-tec hno logy. com/proi ects/fl 6/index. htm l)

dengan elemen dasar antena slot

Gambar 1.18 adalah salah satu contoh aplikasi penggunaan array


dari antena slot pada sistem radar. Di aplikasi ini, sekumpulan antena slot
yang tersusun dalam array dua dimensi dipasangkan di hidung (nose) dari
sebuah pesawat tempur, sehingga antena ini akan memiliki beamwidth
yang sangat tipis di dua bidang tersebut. Pancaran utama antenna ini bisa

di-'steer' dengan cepat dengan bantuan phasa sinyal penyuplaian yang


divariasikan dengan bantuan prosesor sinyal digital. Radar pada pesawat
ini disebut j uga phased array radar.
Untuk lebih mengonsentrasikan energi ke suatu orientasi tertentu
seringkali dipergunakan reflektor sebagai tambahan untuk antena dipol
ataupun horn. Di gambar I . I 5 sudah kita lihat antena dipol yang ditempatkan

di depan reflektor datar akan menghasilkan pemancaran secara dominan


hanya ke arah depan, dan sangat sedikit ke arah belakangnya. Gambar 1.19
menunjukkan sebuah antena horn yang dikombinasikan dengan sebuah

reflektor parabola untuk menerima sinyal dari satelit.


Antena: Prinsip dan Aplikosi

Gambar

l.l9

Antena refiektor parabola

Jenis antena yang dibuat dengan teknologi yang berbeda dengan


kedua teknologi di atas, adalah antena mikrostrip (gambar 1.20). Antena
Pengenolan Antena

ini terbuat dari sebuah substrate dielektrika yang mempunyai lapisan metal
di bawahnya dan di sebelah atasnya melalui proses etching atau litograhpy
dibentuk suatu form profil tertentu, yang disebut juga patch (di bawah
berupa segi empat denganfeed-nya).

Besaran Penting
pada Antena
Gambar 1.20 Antenna Mikrostrip tipefractal
Antena ini diterapkan misalnya untuk aplikasi-aplikasi yang mementingkan aerodinamis dari suatu struktur, misalnya penggunaan antena
pada roket, pesawat terbang, dll.

Di buku ini, kita akan mempelajari bentuk dasar dari antena-antena


tersebut di atas, karakteristik pancarnya, kelebihannya, variasinya dan

Dalam melakukan penilaian pada sebuah antena digunakan besaran-besaran penilai. Yang dengan bantuan besaran-besaran penting ini,
kita bisa menentukan apakah suatu antena cocok dipakai pada aplikasi
yang kita dalami.
Ada beberapa besaran penting sebagai karakteristik dari setiap antena. Besaran-besaran penting dari setiap antena biasanya ditentukan pada

aplikasi yang khas untuk setiap antena itu.


-oo0oo-

pengamatan medan jauh (far-field).

Berikut ditampilkan beberapa besaran-besaran karakteristik tersebut:

Diagram radiasi : sebagai besaran yang menentukan ke arah sudut mana


sebuah antena memancarkan/mendistribusikan energinya.

Direktivitas

: besaran yang menyatakan perbandingan antara kerapatan daya maksimal dengan kerapatan rata-rata.

Gain

: direktivitas dikurangi dengan kerugian pada antena.


Pada antena yang tak memiliki kerugian, G

D. Gain
menentukan seberapa besar sebuah antena memfokuskan energi pancarnya.

16

Antena: Prinsip don Aplikosi

L".:,
rrtih I'

Polarisasi
Impedansi

: menyatakan arah dan orientasi dari medan listrik dalam perambatannya dari antena pemancar.
: adalah impedansi masukan antena dilihat dari saluran

Sinyal terima

sama besar

transmisi penghubungpemancar dan antena. lmpedansi


masukan antena harus mendekati nilai impedansi ge-

lombang saluran transmisi supaya tidak terjadi refleksi.


Besaran lainnya yang dipakai untuk mengkuantifikasi
gelombang refleksi juga digunakan faktor refleksi atau

Bandwidth

2.1

rasio gelombang tegangan berdiri (voltage standing


wave ratioNSWR)
: lebar pita frekuensi, di interval ini kinerja antena masih sesuai dengan data-datayang diberikan.

DIAGRAM RADIASI

Diagram radiasi adalah besaran yang paling penting pada antena.


Diagram radiasi menggambarkan distribusi energi yang dipancarkan oleh
antena di ruang. Besaran

Sinyal terima
mengecil

ini diukur/dihitung pada medan jauh (far-field)

dengan jarak yang konstan ke antena, dan divariasikan terhadap sudut,


biasanya sudut t} dan g. Sehingga bisa dibedakan antena-antena yang

mempunyai sifat pancar isotrop, yang hanya ada secara fiktif, antena
omnidireksional, yang bersifat isotrop hanya di suatu bidang potong
tertentu, dan antena direksional, yang bisa mengonsentrasikan energinya
ke arah sudut tertentu.

Gambar 2.2 Diagram radiasi 2D dipole a) bidang horizontal b) bidang


vertikal
Sebagai contoh yang sederhana adalah antena dipol yang diletakkan
di sumbu asal dari sistem kordinat. Antena ini mempunyai diagram pancar
secara tiga dimensi seperti yang terlihat di gambar 2.1. Sebuah bentuk
konsentrasi energi yang seperti bentuk donat.
Bentuk ini didapat dengan melakukan perhitungan atau pengukuran
di atas titik-titik pengamatan yang terletak di atas sebuah bola (fiktif) dengan radius r. Jarak ini, r, harus cukup besar sehingga titik+itik ini berada di
medan jauh antena. Mengenai definisi medan jauh akan dibahas nanti, di

sini hanya diberikan batasannya, yaitu


2D2

(2.1)

1.

Gambar 2.1Diagram radiasi tiga dimensi dari antenna dipole


t8

Antena: Prinsip dan Aplikosi

Besaran Penting poda Antena

19

D adalah dirnensi terbesar

antena dan

l, adalah panjang gelornbang

pada frekuensi yang digunakan. Diagram radiasi antena secara tiga dimensi

adalah diagram radiasi yang lengkap. Tetapi seringkali diagram radiasi 3D

tidak praktis digunakan. Sebagai pengganti, dipakai diagram radiasi 2D


yang didapat dari pengamatan di bidang-bidang utamanya, yaitu bidang
horizontal dan bidang vertikal.

Jika kita amati karakteristik radiasi dari antena ini pada bidang
horizontal (bidang HAI plane), maka kita akan memotong donat ini dengan
bidang xy, dan bidang yang terpotong berbentuk lingkaran (gambar 2.2a).
Dalam kordinat polar, artinya jika kita bergerak pada bidang horizontal
pada jarak yang konstan, maka kita akan mendapatkan energi yang sama,
ke sudut g manapun kita bergerak.

2.3 lingkaran b) menunjukkan kondisi penerimaan tersebut. pada bidang


horizontal didapatkan penerimaan yang terbesar. Jika kita berpindah ke
atas atau ke bawah (level ketinggian berbeda dengan antenna pemancar),
maka sinyal terima akan mengecil,
Di samping penggambaran secara polar, ada pula penggambaran secara kartesian. Di gambar 2.4 a) ditunjukkan pancaran di bidang horizontal
yang konstan untuk semua arah 0'< S < 360". Sedangkan di bidang vertical
(gambar 2.4b), pancaran utama ke arah $ = 90o. Ke arah atas dan bawah
tidak ada pancaran, karena bernilai 0.

Gambar 2.3 mengilustrasikan proses penerimaan sinyal untuk kondisi

penerima yang bergerak di bidang horizontal (lingkaran a). Dengan hanya

memvariasikan sudut
sinyal yang sama.

tetapi jarak yang tidak berubah, akan didapatkan

antena
penerima

t'

rF

antena
pemancar

'

.':t

'i[ I9
lt

f,
Gambar 2.3 Penerimaan sinyal pada jarakyang sama tetapi beda sudut
pada antena pemancar omnidirel<s ional
Tetapi jika kita amati pada bidang vertikal (bidang E/ E plane), kita
potong donat tersebut misalnya dengan bidangyz,makaakan kita dapatkan

bentuk seperti di gambar 2.2b). Dalam kordinat polar berarti, pada sudut
9:0'tak ada pancaran, dan dengan membesarnya $ akan membesar pula

kontribusi pancaran ke arah sudut itu, sampai mencapai maksimalnya


pada 9:90", kemudian mengecil, dan kembali nol pada 9=180". Gambar

Gambar 2.4 a) Diagram radiasi horizontal antena omnidireksional


secara kartesian, b) Diagram radiasi vertikal
Gambar 2.5 menunjukkan diagram radiasi dari sebuah antena direksional (direktif) secara kartesian, dengan sumbu horizontalnya merupakan sudut, misalnya

Didefinisikan di sini, tp: 0" adalah arah pancaran


utama, dan di gambar 2.5 bisa dilihat diagram radiasinya memiliki nilai
maksimum. Menjauh dari arah radiasi utama, pancaran antena mengecil
secara monoton, sehingga sampai pada suatu besar tertentu pancaran ener<p.

gi ini bisa dianggap tak lagi memberikan kontribusi. Di dalam fisika ilan
teknik didefinisikan suatu batasan, jika daya mengecil sampai ke 50% dari
daya maksimalnya (atau 70,7%o dari intensitas listrik/magnetnya), maka
kita mendapatkan batas untuk wilayah efektif tersebut. Dan wilayah efek-

Anteno: Prinsip dan Aplikasi


Besaron Penting pada Antena

21

tif

tersebut mempunyai Iebar pancar


yang dibatasi oreh kedua sudut
batas
pada daya 50yo' rnterval ini
disebut jugaiarf-power beamwidth
(hpbw)
atau secara singkat beamwidth.
Daya/medan

pada sudut
tepat bertorak berakang
pada sudut arah pancaran
utama/
dapatkan

2.2

t,

arah vang dina'makan


u.ut

ff;:r';:;;ita

DIREKTIVITAS DAN
GAIN
Karakteristik nannr, enra6^ r:i,^

.8

.n e t

d),,",* *.,,

:ffi|,j,llTkan

.6

pur.r"r, o.,"u"n*

E=

;*Tffi lTx"flJffi

mendapatkan medar

,H

ffff fffl##,^ffi_

,"o,u rur* r"*rur.u,iingri


au.i

E(s,e)
(2.2)

.4

dan medan magnet yang juga


merupakan fungsi dari
kedua sudut tersebut,

11=

A(6,*;

.2

(2.3)

keduanya saling terkait,


safu dengan lainnya
sesuai dengan

r(rr,p)=
0,
Gambar 2.5 Diagram radiasi
anteno direksional (direktifl
Makin menjauh dari radiasi utama
(main robe\ pancaran antena
makin mengecil, dan sampai pada
garis nol, yang artinyake
arah sudut
tersebut tak ada pancaran
energi sama sekari. sudut intervar
yang dibatasi
oleh level nol ke nol ini disebut juga
first null beamwidth (fnbw).
Dan seperti yangjuga dihrnjukkan
pada gamba r 2.5,pancarunenergi,
dengan makin membesarnya
sudut, ,"Ltuf, mencapai rninirnum
lyaitu
level nol)' bisa kembari membesar
dun ,,encrpai suatu (rokar)
maksimum,
maksimum ini disebut juga radiasi
samping (side lobe).
Pada banyak sekali aprikasi
antena, tinggi dari side robeini
tidak bo_
leh terlalu besar, sehingga harus
ada perbandingan minimar
tertentu antara

;f#*:

pada main tobe

dengan,",""*i,u,

oriu'r;;;;:;;' ;:;;tak

boleh

lr(,r,,p)
Z

(2.4)

2,, adalahnnnedansrgelombangruangbebas,den
gan Zo
=
ohm' Persamaan
Q'4) *.*b.Ikunil;;;*., proporsionaJiJ;

=120n

antaramedan
magnet dan medan ristrik,
tetapi secara vektor keduanya
saring
tegak lurus
satu dengan lainnya'
Lebih lengkaprru utun
dibahas ai uuu u]riturnvu.
Di bab pembahasan dasar erektromagnetika
nanti juga akan diturunkan besaran lain yaitu
vektor ,rr"iirg
(kerapatan daya), yang
!
---"a
singkatnya di sini dituliskan
secara
dengan

s(o,e)=

);0,(o,e1a,.

(2.s)

Vektor poynting menggambarkan


aliran daya, yangpada rumus
di. atas mempunyai
arah radiai tetua, Ouri

sebagai

r,ng.i

ou.r

J o*,p.

seaaneku*#ffi:":ilffiT:Tffi
n#
r;;;;;
tertutup yang menyelubungi

dengan perhitungan integrasi


antena pemancar

itu.

22

Antena: Prinsip dan Aptikosi

Besoron penting poda


Antena
23

r dipilih

r, = ff,i(s,g) ,6
A

(2.6)

potensi daya
Kerapatan daya S(9,<p) di suatu tempat menggambarkan
antena adalah
elektromagnetika yang bisa diterima. Tugas dari perancang
A"rn sehingga
meletakkan sebuah antena dengan luasan efektif tertentu

didapatkandayaterimaminimalyangbisadikirimkankeelektronika
penerima (Pr:S A"u).

atau r >>

bebas, tetapi pengamatan harus berada di

far-field dari

antena,

1,.

lika Prdiberikan, kita bisa menghitung

di setiap jarak titik peng-

amatan dari antena

',=ff-

Antena direksional mengkonsentrasikan energi ke suatu

(2.8)
arah

dan
Berikut ini diamati aliran pengiriman daya untuk antena isotrop
antena direksional.

tertentu. Jika dipergunakan daya pancar yang sama seperti pada antena
isotrop, maka akan didapati perbandingan medan listrilc/magnet antara

ke
Antena isotrop mempunyai intensitas pancar yang sama merata
semua arah, jadi persamaan (2.2) menjadi

antena isotrop dan antena direksional seperti ditunjukkan di gambar 2.7.

(2.7)

E(o,q)= Eo = konstan
Pancaran energi Yang merata
bola di gambar2.6.

ini

divisualisasikan dengan sebuah

l[*il

magnet

Bola
selubung

fikrif

Gambar 2.6 Pancaran energi pada antenna isotrop


bola
Dengan mengintegrasikan kerapatan daya terhadap permukaan
(2'7)
didapat daya total yang dipancarkan dan dengan persamaan
=

", fl

S(o,q ). aa =

*qo

Dengan luas permukaan bola

f,e)da

|a:

Pada arah-arah tertentu, antena direksional mengirimkan intensitas

yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dikirim oleh antena
isotrop, dan pada arah yang lain intensitasnyajauh lebih kecil dibandingkan
oleh antena isotrop. Jadi antena direksional mengalokasikan energi secara

$a'

4nf ,maka

berbeda pada setiap sudut pancarnya.

Untuk mengkuantifikasikan kemampuan pengalokasian energi ini,


didefinisikan perbandingan kerapatan daya dari antena direksional terha-

,,=*4+*'
24

Gambar 2.7 Perbandingan distribusi medan listrik pada antena isotrop


dan direksional

Antenoi PrinsiP dan APlikosi

Besoron Penting podo Anteno

25

dap kerapatan daya antena isotrop sebagai fungsi direktivitas D(S,g) dari
antena direksional itu, yaitu

,
D(o,q)=

Contoh 2.1:

.rr(o,.p)

22"

Diberikan diagram radiasi dari sebuah antena (Kathrein typ 7394l gr)
dalam skala logaritma (dB)

"_

It

utamanya ke penerima, maka didapatkan nilai fungsi gain G(,g,g) yang


lebih kecil dari G .

-'

Sehingga didapatkan

D(o,q)=tryl

(2.e\

Karakteristik antena direksional yang menggambarkan seberapa


besar energi dikonsentrasikan pada arah tertentu itu dinamakan direktivitas
Do, dengan definisi

p, = (D(o,q)),"^

(2.10)

Dan gain dari antena didefinisikan dengan bantuan efisiensi dari antena
Go

Q'll)

=\Do

Dengan bantuan persamaan (2.9) dan (2.8) intensitas listrik antena

direksional bisa dituliskan dengan:

-30

03060

120 150 180 210 240 270 3oo 330

36(

Tentukanlah masing-masing untuk bidang E dan bidang H:

(2.12)

a.
b.
c.

Dengan fungsi gain G(o,q)= ED(o,q) dan dengan c(o,q)= G, g(8,e),


yang mana g(O,q) adalah fungsi gain ter-norm dengan nilai maksimalnya l.

Holf-power beam width (hpbw)


First-null beam width (fnbw)
Peredaman energi pada pancaran samping ke-satu (first side lobe
isolation)

d.

Peredaman energi pada pancaran belakang (back tobe isolation)

E(o,q)=

Wr@d

Maka dengan efisiensi

E: l, medan listrik antena direksional

bisa

dituliskan dengan
E(o,,p)=

ffWn t

Jawab:

a.

(2.r3)

bawah kita dapatkan:


E plane: sekitar 10.

Gain dari sebuah antenna Go hanya berlaku pada satu arah pancaran
tertentu yang disebut dengan pancaran utama (main beam). Jika pada

aplikasinya, antena tidak diorientasikan (di-pointing) dengan pancaran


Antena; Prinsip don Aplikasi

hpbw ditentukan pada saat intensitas medan menjadi 0.707 pada skala
linier dan skala logaritma pada 20 log 0.707:-3 dB. Dari gambar di

H plane: sekitar

1.

90o

www.kathrein.de

Besaron Penting poda Antena

27

b.
c.

fnbw : E plane sekitar 15'dan tak ada pada H plane


Peredaman side lobe pertama pada E plane sekitar 13 dB, dan tak ada

.lawab:

a.

side lobepada H plane

d.

Dengan persamaan (2.5)

s@,q)=

Isolasi back lobe pada E plane sekitar 23 dB dan pada H plane sekitar
22 dB.

)-

[r(n,*)L".
s(s,e)=

-3 dB

n'(o,q)a,

);22..1(.cost)

terjadi pada O =

0',

.)ra,= K.coso

\a,

dan definisi hpbw adalah

j[r{n,*[,"..
E (fungsi dari $): terjadi pada saat cos0 = 0.5,
600'sehingga hpbw:2 600: l20o

Pada bidang
pada O :

atau

Pada bidang FI (fungsi dari g): karena fuirgsi di atas bukan merupakan

fungsi dari rp maka tak ada hpbw untuk bidang H, antena bersifat
omnidireksional.

b.

Pada bidang E: radiasi nol pada saat coS$

sehingga

= 0, atau pada r}

900,

fnbw:2 '900: l80o

Pada bidang H: kembali karena fungsi di atas bukan merupakan fungsi

120 150 180 210 240 270 300 330

dari q maka tak ada fnbw untuk bidang H.


36(

c.

Dari definisi fungsi direktivitas di persamaan (2.9)

Contoh 2.2:

o(*,<p)=[+3J'

Diberikan intensitas medan listrik dari sebuah antena

J',

yangmana{bisadihitung dengan

dan03'g5L.

Pradalahdaya pancar total yang bisa dihitung dengan persamaan (2.6)


dan dengan elemen luas dalam kordinat bola

a.

Hitunglah half-power beam width (hpbw) pada bidang E dan bidang

dd=-r2 sin0.d$.dg.d,

b.
c.

Tentukanlah first-null beam width (fnbw) di kedua bidang


Tentukanlah fungsi direktivitasnya dan direktivitasnya serta gain-nya

r,

jika efisiensi dari antena itu 85%


Pr =

ffS(s,s).

{or'

aa =

r.

2Inl2

I,

Antena: Prinsip dan Aplikasi

*'n.

Io'*'s'sins'

Besoran Penting pada Antena


28

E" =^@!
\ Zn r

iu,.,'

ds = K'

2"'

sins. d,. ds. de

r'

'
lo'sn

zs d s =

K rl- l*,

zsl,","

29

Pr =

Polarisasi linier vertikal bisa dihasilkan dengan antena dipole yang


vertikal. Gelombang yang memiliki polarisasi linier vertikal ini juga harus
diterima dengan antena yang bisa menghasilkan polarisasi vertikal. Antena horn dan antena reflektor juga menghasilkan polarisasi vertikal sesuai

K'n

tWl

4
-E' Lo'-

,12r
22,

dengan peletakannya. Jika bidang lebar didatarkan, maka akan dihasilkan

K..os8"-f

(O,q)= gf.Tt-

poladsasi vertikal. Jika bidang lebarnya didirikan, akan didapatkan polarisasi linier horizontal (medan listrik terletak horizontal)"

= 4'coso

2r'

D,, =

[D(,],g)},. = [+. cos0[

dan gain

2.3

G,

=\'Do

= 0,85

o*

= 4 (Direktivitas)

.4:3,2

2.

POLARISASI

Fotarisasi dari sebuah antena menginf<lrmasikan ke arah mana medan listrik memiliki orientasi dalam peramhatannya.

Ada dua macam polarisasi:

l.

Polarisasi Eliptis

Berbeda dengan polarisasi linier, pada gelombang yang mempunyai


polarisasi eliptis, dengan berjalannya waktu dan perambatan, medan listrik

dari gelombang itu melakukan putaran dengan ujung panah-panahnya terletak pada sebuah per-mukaan silinder dengan penampang elips.
Pada kasus tertentu panjang sumbu utama dari penampang elips ter-

sebut sama, sehingga berbentuk lingkaran. Gambar 2.9 menunjukkan ori-

Polarisasi linier

linier, arah medan listrik tidak berubah dengan waktu, yang benrbah hanya orientasinya saja (positif-negatif)'
Pada polarisasi

Garnbar 2.8 rnenunjukkan sebuah gelornbang yang merniliki polarisasi linier yang vertikal. Medan listrik terletak secara vertikal. Di gambar
itu, arah medan listrik selalu menunjuk ke arah sumbu x positif atau negatif
clan arah medan magnet-nya selalu ke sumbu y

Aplikasi pemancar radio AM dan telepon seluler menggunakan gelombang yang dihasilkan dengan polarisasi vertikal, sedangkan aplikasi
televisi menggunakan polarisasi horizontal.

positif atau negatif'

entasi dari medan listrik yang terpolarisasi eliptis.


Polarisasi eliptis digunakan dengan tujuan mengantisipasi kemung-

kinan penerimaan sinyai yang tidak diketahui polarisasinya. Pada aplikasi satelit, sinyal akan mengalami depolarisasi ketika menembus awan.
Polarisasi gelombang akan berubah ke arah yang tidak bisa diprediksikan.
Bagi gelombang berpolarisasi eliptis hal ini tidak berpengaruh. Juga pada
aplikasi Radio Frequency ldentification (RFID) biasanya petnancar/ reader
menggunakan antena yang berfrekuensi eliptis (circular) untuk mengantisipasi posisi dan orientasi bebas dari tag yang harus dideteksinya.
Antena helix (spiral) adalah contoh antena yang menghasilkan gelombang berpolarisasi eliptis. Dua buah antena dipole yang diletakan saling tegak lurus dan arus/tegangan yang mencatunya berbeda phasa 90o
juga menghasilkan polarisasi eliptis ini.

Gambar 2.8 Polarisasi linier (ke arah x/vertikal)


30

Antena: PrinsiP dan APlikosi

Besoron Penting pada Antena

3t

(e)

P,

Pr,

g:

-90"

(0 P,- 1t3 P, Pr:213P,<p:99,


Jawab:

(a)

Dengan mengandaikan tak terjadinya induksi pada antena 2, hanya


antena I yang dialiri arus listrik, sehingga akan terbentuk gelombang
yang berpolarisasi horizontal.
Untuk kasus kebalikannya P, : 0 dan F, : P, akan terbentuk gelombang
dengan polarisasi vertikal.

(b)

Pr, g:0: arus yang mencatu antena memiliki amplitude dan phasa
yang sama. Membesar dan mengecil pada waktu yang bersamaan,
tetapi memberikan arah vektor medan listrik masing-masins ke arah y
dan x, sehingga terbentuk polarisasi 45,,. Diilustrasikan di gambar cli
bawah ini sebelah kiri.

Gambar 2.9 Polarisasi eliptis


Contoh 2.3

Struktur antena dipole yang diletakan saling tegak lurus satu dengan
lainnya digunakan sebagai antena pemancar. Sistem pencatunya terdiri
dari pembagi daya (splitter\ yang mengirim daya P, ke antena I melalui
penggeser phasa Qthase shifter) sebesar <p, dan daya P, ke antenna 2.
Tentukanlah polarisasi dari sistem antena di atas untuk kasus-kasus berikut

ini

(a) P, : P, Pr:0
(b) P, : Pr,9:0
(c) P, : ll3P,Pr:213
(d) P, : P, q:90o
32

P,

(c) F,

P, F,

2/3 P,

rq:0

di atas, tetapi anterura 2 mendapatkan amplitudo arus


lebih dari antena 1, yaitu dengan faktor 16, sehingga komponen x
dari medan listrik lebih besar dengan faktor tersebut dibandingkan
dengan komponen y. Polarisasi gelombang yang tebentuk membuat
Seperti kasus

sudut 35,2o.

(d) P,

P, g

l/3

Pr,

g:90'

Arus pencatu untuk kedua antena sama, tetapi antenna I terlambat 90"
dibandingkan dengan antena 2. Jika antena 2 memiliki bentuk arus
sinus, maka antena

memiliki bentuk arus cosinus. Demikian juga

medan listrik yang dihasilkannya.

Antena: Prinsip dan Aplikosi


Besaran Penting pado Antena

33

Gambar di barvah ini menunjukkan arus yang terbentuk pada kedua


antenna yang akan menghasilkan komponen medan listrik sesuai

(t)

P,

113 P,

Pr:2t3P,q:99"

F0 didapatkan medan
listrik ke arah y maksimal dan komponen x bernilai nol. Dengan
dengan orientasi antena-antena tersebut. Pada

berjalannya waktu (membesarnya variabel t) komponen y dari medan

listrik mengecil, komponen x membesar sampai ke maksimal


saat t

pada

T/4, yang pada saat itu komponen y menjadi nol.


Ant I

Polarisasi yang terbentuk eliptis ke kiri.

2.4

IMPEDANSI MASUKAN

'

lmpedansi masukan didefinisikan sebagai impedansi yang diberikan


oleh antena kepada rangkaian di luar, pada suatu titik acuan tertentu. Seperti divisualisasikan pada gambar 2.10, saluran transmisi penghubung
yang dipasangkan antena, akan melihat antena tersebut sebagai beban dengan impedansi beban sebesar Z,^.

Pada interval waktu Tl4 < t <T/2, komponen x mengecil menuju nol,
sedangkan komponen y membesar kembali, tetapi ke arah negatif. Hal

Impedansi ini merupakan perbandingan tegangan dan arus atau


perbandingan komponen medan listrik dan medan magnet yang sesuai
dengan orientasinya.

ini divisualisasikan oleh gambar orientasi medan listrik di bawah ini.

Impedansi masukan penting untuk pencapaian kondisi matching

Dari gambar bisa diambil kesimpulan polarisasi yang terbentuk adalah


sirkular (sebagai kasus khusus dari eliptis) ke kiri, karena putaran

pada saat antena dihubungkan dengan sumber tegangan, sehingga semua


sinyal yang dikirirn ke antena akan terpancarkan" Atau pada antena pe-

orientasinya ke

kiri dilihat dari arah perambatan gelombang.

nerima,

jika kondisi matching tercapai, energi yang ditenma

antena akan

bisa dikirimkan ke receiver.

HqI
EnV

(e) P,

Pr,

g:

-90'

Merupakan pertukaran kasus d). Antena

rnerniliki arus pencafu

berbentuk sinus, dan antena 2 berbentuk kosinus. Sehingga yang terbentuk nantinya adalah polarisasi sirkular ke kanan.

34

Anteno: Prinsip don Aplikosi

Gambar 2.10 Antena sebagai beban dari rangkaian sebelumnya


Prinsip penyesuaian impedansi dan efek dari ketidaksesuaian (zrsmatching\ beserta akibatnya berupa refleksi secara detail bisa dipelajari

Besaran Penting pada Anteno

35

di [MA09]. Di sini

Gambar 2.1

hanya akan diambil beberapa besaran penting dan

maknanya.

Kondisibeban dengan impedansi Z,,yan9 dipasangkan pada saluran


transmisi dengan impedansi gelombang sebesar Zo akan mengakibatkan
refleksi sebesar

---Z,r- Zu
Zlno+Z

I menunjukkan hasil pengukuran faktor refleksi

sebuah

:rutcrrir monopole yang dirancang pada frekuensi 2,45 GHz. VSWR dari
,urtcna ini ditampilkan pada gambar 2.l2.Ketiga gambar ini ekuivalen dan
l,isa saling dihitung satu dengan lainnya dengan menggunakan persamaanl)crsarnaan (2.15) dan (2.16).

(2.14)

Yang secara logaritma bisa dihitung dengan


rau

=2olodrl

(2.1s)

Selain dari itu dalam mengkuantifikasikan besaran refleksi, bisa digunakan rasio gelombang tegangan berdiri (Voltage Standing Wave Ratiol

VSWR) dengan hubungan


VSWR =

t+lrl
(2.16)

t-lrl

Frekuensi [GHz]

Dalam aplikasinya sebuah antena sering dianggap telah merniliki kinerja refleksi yang bagus jika fuktor refleksinya raa I - l0dB atau
(10 ?i, energinya direfleksikan kembali ke pemancar) dan
l"l<O,f t6
vswR < 1,92.

Gambar 2.12 Rasio gelombang tegangon berdiri (voltage standing wave


ratio)

2.5

LEBAR PITA KERJA ANTENNA (BANDWIDTH)


Bandwidth sebuah antena didefinisikan sebagai interval frekuensi,

di dalamnya antena bekerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh spesifikasi


yang diberikan. Spesifikasi tersebut meliputi: diagram radiasi, tinggi dari
,side lobe, gain, polarisasi, impedansi masukar/faktor refleksi seperti yang
teiah diterangkan pada bagian sebelumnya.

rl
23

ii

lr

Di gambar 2.11 dan 2.12 telah ditunjukkan contoh bandtvidth dari


sebuah antena yang didefinisikan berdasarkan level faktor refleksi atau
VSWR yang harus dipenuhi sesuai dengan spesifikasi yang diberikan. Di

45

FGk'FnsilGHzl

aplikasi tersebut terlihat bandwidth sekitar 350 MHz, yang bisa dikatakan
cukup lebar.

36

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Besaran Penting pada Anteno

37

Gambar 2.13 menunjukkan faktor refleksi dan vSWR untuk suatu


antena yang memiliki interval kerja dari 1,3 GHz sampai 6 GHz, atau

-<-T--x
.1

antena

u I traw

ideb arzd

,{

t,--4",r

*ffi
\tf,j/
/lL \'ir0,x

dengan bandwidth sekitar 4,7 GHz. Antena tipe ini dikenal dengan nama

(UWB).

,#.

A/\ l,/\a
L,l---+*<++t
\A-XS{I

/ /\r\Thz- \r'\

v-tj-v/

fi,0'l
I

\L-l

I
I

,ri
FkreBi lGHTl

Gambar 2.13 Kiri: faktor refieksi antena ultrawideband Kanan: vsn/R


antena ultrawideband

2.6

-oo0oo-

DATASHEET ANTENA

Berikut ini dilarnpirkan sebuah datasheet dua buah antena dari perusahaan Kathrein.
Eurocell Panel
T-ad6-l
Vertical Polarization f-rr-l
Half-power Beam Width l--6s"*l

llNTHrlEIN
Antennon ' Eloclronlc

VPol PanC 900 65' lTdEli 9.7

737 547
870

- S0

MHz

1/dBr
Halfewerb6am widlh

(2x{3

H9lano'65"
Eolane 8 5'

ffi 6der)
s0 wat (at50 rc ffibrmt b@oratus)

9kg

u0

N lat 150

200

J8

[dh)

kdh

Antena: Prinsip don Aplikosi

Besoron Penting poda Antena

39

Persamaan MaxweII
dan Solttsinga Pada
Antena Kecil
3.1

PERSAMAAN MAXWELL

Dalam melakukan pengamatan yang serius dan tepat terhadap suatu


masalah dan fenomena di disiplin ilmu elektromagnetika, tidaklah lengkap
dan benar,

jika tidak membahas dan menggUnakan persamaan-persamaan

Maxwell. Persamaan (3.1) sampai (3.4) adalah persamaan Maxwell untuk


sinyal harmonis (sinus) dalam bentuk integral,

al = ll?"+ 1ofi) aS
$n
s
r(s)
ai =-ffV-+
{E
s
r(s)

lr|l

aS

(3.1)
(3.2)

IIIp"o,

(3.3)

as=lJIp^a,
ffE
v
s(z)

(3.4)

ffb
S(r')

as =

Sedangkan (3.5) sampai (3.8) untuk sinyal harmonis dalam bentuk

diferensial,

YxH =j"+ jatD

(3.5)

VxE --J,- jaE

(3.6)

Y-D=p"

(3.7)

Y.E=p.

(3.8)

Kedua himpunan persamaan

di

atas ekuivalen, persamaan (3.5)

sampai (3.8) digunakan untuk pengamatan di setiap titik posisi, sedangkan

rrrerrgclilingi ruang hampa tersebut. Maxwell melengkapi mmus yang


tliturunkan oleh Ampere, dengan memasukkan term ke dua di sisi sebelah
k;rrnn persamaan (3.1), bahwa di sana terdapat kerapatan arus yang juga
rrrcrubangkitkan medan irtagnet. Jenis kerapatan arus ini berbeda dengan
v;urg rnengalir di kawat. Besaran ini adalah kerapatan fluks elektris yang
l,t.rrrbah dengan waktu. Pada sinyal konstan tidak akan terbentuk medan
rnugnet di sana.

persamaan (3. I ) sampai (3.4) menggambarkan f'enomena elektromagnetika


secara global pada suatu wilayah luas atau wilayah volume.
Persamaan-persamaan Maxrvell dihasilkan dari suatu perjalanan riset
yang panjang, yang merupakan kombinasi dari eksperimen-eksperimen dan

formulasi matematika. Persamaan Maxwell didapatkan dari eksperimen


yang dilakukan oleh Coulomb, Ampere, Oerstedt, Lenz,Faraday dan yang

lainnya. Operasi vektor seperti curl, divergensi dan gradient, serta integral
volume, integral permukaan tertutup dan terbuka serta integral garis
tertutup dan terbuka merupakan hasil kajian dari disiplin ilmu matematika,
khususnya analisa vektor.

Di dalam persamaan Maxwell, besaran


dan p

J.

a)

b)

Camtrar 3.1 a). Medan magnet akibat aliran orus listrik di sepanjang
kowat b). Medan magnet pada kawat yang terpotong (celah membentuk
kapasitor).

lk"rupatan arus magnetis)

(muatan volume magnetis), adalah besaran fiktifyang ditambahkan

supaya persamaan Maxwell menjadi simetris dan lebih mudah untuk


diproses. Dalam menjelaskan fenomena yang terjadi, persamaan Maxwell
dalam bentuk integral dapat membantu pemahaman lebih jelas.
Persamaan (3.1) menerangkan hukum Ampere, yang fenomenanya

pertama kali ditemukan oleh Oerstedt. Arus

listrik

"

= IIi ".tlS ,

yang

mengalir di dalam sebuah kawat, rnembangkitkan medan magnet, seperti

Gambar 3.2 Bukti berlakunya httkum kontinuitas arus

ditampilkan di gambar 3.1a.


Medan magnet tersebut berputar mengelilingi sumber, arus listrik di

dalam kawat, yang menghasilkannya. Jika kita amati gambar 3.1.b yang
menunjukkan kawat yang terpotong, yang membentuk struktur kapasitor.
Di ruang antara kedua elektroda, yang diandaikan terbuat dari isolator ideal
(dielektrika tanpa kerugian), tidak ada arus listrik. Tetapi, pengamatan
menunjukkan terbentuk juga di sana medan magnet, yang juga berputar
Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Keberadaan kerapatan fluks elektris yang berubah dcngan waktu


ini juga membuktikan tetap berlakunya hukum kontinuitas arus (hukum

Kirchhoff arus). Dengan membentuk divergen dari persamaan (3.5)


didapatkan

v &xfr>v.i"+iov.D
Persamoan l{ioxwell dan Solusinya pado Antena Kecil

43

Sisi kiri persamaan di atas menurut analisa vektor pasti bernilai nol,
sedangkan term ke dua di sebelah kanan bisa digantikan dengan persamaan
(3.7), menjadi

rncndapatkan kecepatan cahaya, c:v


scring dibulatkan menjadi 3x108 m/s.

0=V.J"+ jap,,atau
Y-J" =-

jap"

Persamaan (3.9) disebut juga persamaan kontinuitas arus elektris

(KCL, Kirchhoff Current Law).


Persamaan (3.2) diturunkan oleh Faraday ketika melakukan penga-

matan proses induksi, terbentuknya tegangan (integrasi medan listrik sepanjang garis) akibat perubahan medan magnctis induksi B (di sebut juga

yang kontinuitas.

kerapatan fluks magnetis), atau lebih tepatnya perubahan fluks magnetis.

Dnt = Drz

Jadi persamaan (3.1) dan (3.2) saling komplementer. Persarnaan


(3.1) menerangkan, medan listrik menghasilkan medan magnet, sedang
persamaan (3.2) menerangkan, medan magnet menghasilkan medan listrik. Kedua medan ini membentuk medan elektromagnetika, yang saling
membangkitkan satu dari lainnya sehingga memungkinkan terjadi peram-

Brt

E,r=

menerangkan, bahwa penyebab medan listrik adalah muatan listrik, sedang


penyebab medan magnet adalah muatan magnetis.

penghantar ideal (gambar 3.3b), yang menghasilkan hubungan-hubungan,


kerapatan fluks listrik berkomponen normal menghasilkan kerapatan
muatan di atas permukaan penghantar
Dnt

l0)

p,

B,r=B,r=0
Medan listrik tangensial nol di permukaan kedua ruang

adalah permeabilitas

Eu= E,r=0

ruang hampa, bernilai 1"257x10-6 Hlm, 1L, adalah permeabilitas relatif


materi dibandingkan dengan ruang hampa. Dengan to dan p, kita bisa
Antena: Prinsip dan Aplikasi

= P,

Kerapatan fluks magnetis nol di kedua ruang (di bidang batas),

yang mana t =t,t. dan p=p,F, . e, adalah permitivitas ruang


hampa, yang besarnya 8.854x10a2 Flm, . adalah permitivitas relatif
setiap materi dibandingkan dengan ruang hampa.

E,z

Kasus ke dua adalah bidang batas yang dibentuk oleh dielektrika dan

Kedua himpunan persamaan di atas dilengkapi dengan hubungan


material, yang di sini dibatasi hanya untuk material linier dan isotrop,

(3.1 1)

Bnz

H,r= H,z

Persamaan (3.3) dan (3.4) melengkapi persamaan Maxwell, dengan

B=lLH

Medan listrik dan magnet memiliki komponen tangensial (yang


terletak pada bidang batas) yang kontinuitas

batan gelombang.

(3.

=2.9975x108 m/s, atau

Dalam menggunakan persamaan-persamaan Maxwell di atas, di


srrrnping hubungan materiat, kita masih memerlukan informasi mengenai
kondisi batas, yang dengannya persamaan diferensial yang akan muncul
rrrnti, tersolusikan secara unique. Di sini akan kita batasi hanya pada dua
kasus, yaitu, kasus bidang batas antara dua buah ruang dielektrika (gambar
3.3a), yang menghasilkan hubungan-hubungan, kerapatan fluks listrik dan
rnagnet memiliki komponen normal (tegak lurus terhadap bidang batas)

(3.9)

D =eE

l{,1t

,t

!l

Persamaan firiaxwell dan Solusinyo podo Antena l,Geil*


i
I

it

''
t
I

45

Dan medan magnet tangensial menghasilkan arus listrik permukaan


di atas
penghantar ideal,

Hu=J"
Wayah
Bot = B,t

Drt:

et,

Ft

kan dari sumber-sumber elektris dan magnetis tersebut, yang pengamatannya akan dilakukan secara terpisah, dan setelah ini dikombinasikan untuk
kasus,

Wilayah

Bil=Bd2=0
Da=0

6r ,

jika semua besaran tersedia.

sumber

sangat sulit

(I)

Besoran medan

ltt

D1= nualan permakaaa

D,2

lffi wuwnz
fi E,,=6r=6

Metslideal

n,,=o

?it='-,,t.rmukaon
'
'///ttt7777arrrr."

a)

Vl.

b)

Gambar 3.3 Kondisi bidang batos untuk a). Dua witayah dierektrika
b). Dielektrika berbatasan dengan metal ideal

3.2

POTENSIAL VEKTOR DAN SKALAR

Dalam mencari sorusi dari persamaan Maxweil, seringkali


kita
kesulitanjika langsung menggunakan besaran-besaran medan persamaan
di
tersebut. Potensial vektor dan skalar diperkenalkan sebagai
alat bantu untuk
mempermudah pencarian solusi persamaan Maxwell.
Besaran-besaran potensial ini bersifat fiktif tidak memiliki
makna
fisika secara langsung, tetapi mempunyai makna matematika.
Gambar
3.4 menunjukkan bagan proses penentuan medan elektromagnetika, jika

sumber elektris dan magnetis diketahui. penentuan medan


langsung dari
sumber membutuhkan perhitunganyangsangat rumit. Dengan
terlebih dahulu menentukan potensial-potensial, dan darinya dihitung
medan elektromagnetika, kesulitan tersebut bisa direduksi secara signifikan.
Terutama
implementasi numeris dari prosedur ini menunjukkan kondisi

tersebut. Di
bagian berikut ini, kita akan menampilkan potensial-potensial
yang dihasil_

46

Anteno: Prinsip don Aptikasi

Gambar 3.4 Potensial vektor dan skalar sebagai besaranfiHif pembantu

3.2.1 Potensial vektor magnetis dan potensial skalar elektris


Pertama-tama diamati kasus tidak adanya sumber magnetis

p.

(i ,

=0,

= 0 ), sehingga persamaan (3.5), (3.6) dan (3.8) menjadi

YxFt = j"+ jtr'D

(3.12)

y xE = _i:oil

(3.13)

V.E=0

(3.14)

Karena divergen dari curl selalu bernilai nol (dari analisa vektor),
maka medan magnet induksi di persamaan (3.1a) bisa dituliskan sebagai
hasil curl dari suatu vektor yang tak dikenal I ,

=y

x)

(3.15)

Dengan mengganti medan magnet induksi

di

persamaan (3.13)

dengan persamaan (3. 15), didapatkan

yxE

=-iai =-7oyxZ =

Persamaan fuloxwell dan Solusinya pado Anteno Kecil

v"@ +

irl)o
47

Dari matematika juga dikenal curl dari gradien selalu bernilai nol,
maka argumen dari persamaan terakhir di atas bisa dinyatakan sebagai
gradien dari suatu skalar yang tidak dikenal rp,

atl - -Y e,, atau dituliskan juga dengan


E =_j@A_Vg,

Persamaan (3.18) disebut juga kondisi Lorentz (Lorentz

auge).
t)cngan demikian dari persamaan (3.17) didapatkan

E+i

(3.

l6)

diketahui, maka dengan persamaan (3.15) dan (3.16) bisa dihitung medan
elektromagnetikanya. Step II2 di gambar 3.4 telah kita dapatkan.

Sebagai dasar dari perhitungan potensial vektor magnetis


arus

Kita ambil persamaan (3.12), yang dengan persamaan (3.10) dan


(3.11) menjadi ( p konstan)

l)engan menggunakan(3.7), (3.10) dan (3.16) didapat

v .D = e"

"

tr + a2 qrl= -pi *o(o.

rv (- iatr-vq")=

p"

.rov.

A+Y'<p"=-y

rrl'ePQ,

+V'9,

=-y

Atau

-?

ini

(3.20)

adalah penghubung antara sumber elekhis

dengan potensial skalar elektris.

3.2.2 Potensial vektor elektris dan potensial skalar magnetis


Dengan mengambil kasus komplementar dari sub 3.2.1, yaitu tidak

; + yrep.p, )

adanya sumber elektris

(3.17)

Dalam melakukan pendefinisian terhadap

e,,

telah dilakukan

pembentukan gradien dari potensial skalar itu, dan ini telah cukup menurut

l, baru dilakukan pembentukan


curl. Sebagai pelengkap juga harus dilakukan perhitungan divergen dari
vektor A. Karena vektor ini bebas dipilih, maka dibentuklah divergen
yang akan mempermudah persamaan (3.17), yaitu
teorema Helmholtz. Sedangkan untuk

Y.A=-,rorpq"

p"

Dengan kondisi Lorentz, persamaan (3. I 8) menj adi

Persamaan (3.20)

"

48

ey .E =

Y'g, +lo'e4q"

v (v ))= vi yroep(- 7ro 7 -v q


"+
")
/" -\"
v(v . 7)v2 tr =
+ a2 elri- i<oepVg,
v2

jtuileE

dengan menggunakan persamaan (3.15) dan (3.16), didapatkan

A, jika

listrik diberikan.

Sekarang bagaimana menghubungkan sumber dengan potensial?

(3.1e)

Y'7+a'eP4=-VJ"

Sampai di sini kita telah mendefinikan dua buah besaran, secara


murni dari matematika, dan kita tidak bermaksud untuk mencari makna
fisika dari besaran-besaran tersebut. 2 disebut juga potensial vektor
magnetis dan g" disebut potensial skalar elektris. Jika keduanya

l:VxB
=J"+
p

condilion/

(3.18)

Antena: Prinsip dan Aplikasi

menjadi

(j =0 ,Pn =0), persamaan


"

(3'5)' (3'6) dan (3'7)

yxfr=itl,D

(3.21)

vxE-*i,,-ji.l'i

{3.22)

V'D=0

(3.23)

Dengan melakukan proses yang analog, dengan mendefinisikan

=-! xF

fr=-jtr,F-Vg.
Persamoan Moxwell dan Solusinyo poda Antena Kecilil

(3.24)
(3.2s)

19

serta kondisi Lorentz untuk potensial vektor elektris

V .F = -./os pq_

(3.26)

didapatkan persamaan-persamaan

diferensial untuk masing-masing

potensial

Y2F +a2epF = -Ei^

(3.27)

Y'q^+o2e llq^=-P^
p

(3.28)

3.2.3 KombinasiPotensial
Secara umum medan

listrik dan magnet bisa dihitung dengan me-

ngombinasikan kedua jenis potensial yang dibahas di dua subbab sebelurn.


Dengan persamaan (3. I 6) dan (3 .24) menggunakan kondisi Lorentzdi persamaan (3.18), bisa dihitung medan listrik:
E=

-J-, ;)-1o,.
-ia)
" -r((.ut,
) t,

(3.2e)

"

dan medan magnet dengan persamaan (3. I 5), (3 .25) dan

, r I

Y2

A- + k'

2,

--

(3.31)

-ltJ,.,

tlcngan k2 = az E;.r . Sehingga dengan demikian keempat persamaan itu


rncmiliki bentuk yang sama. Solusi dari persamaan (3.31) bisa digunakan
sccara analogi untuk persamaan lainnya.
Persamaan (3.31) menunjukkan kondisi pada gambar 3.5a, sebuah

kerapatan arus

listrik yang terletak di titik asal dan mempunyai arah

orientasi ke z. Karena persamaan tersebut adalah persamaan diferensial,


berarti berlaku di semua titik di ruang bebas di gambar 3.5a). Lebih presisi
lagi persamaan (3.31) diterangkan dengan bantuan fungsi delta

YzA,+kz A,=-pJ".,6(i)
yang artinya, sumber diletakkan di

.26)

(3.32)

titik

asal. Pada

titik

selain

titik

asal

/ + 0menjadi

rl*1v,;
=-i,'F-r(-J-,
p
p

(3.30)

\rrre

3.3

(3

lullils utama sekarang adalah mencari solusi dari persamaan tersebut di


rrs. Persamaan (3. I 9) dan (3.27) memiliki besaran berupa besaran vektor,
lrrng tetapi jika kita amati pada kordinat kartesian, bisa dianalisa setiap
kornponen (x,y dan z) masing-masing secara terpisah, misalnya komponen
z tlari vektor ,4

YzA,+k24,=o

(3.33)

SOLUSI: POTENSIALTERRETARDASI
Setelah mendapatkan persaman-persamaan diferensial berikut

Y'7+a'epi=
V2<p"

+o2e

trL(p"

-li "

(3.

=-P"

(3.20)

le)

t
V'F+co'epF = -Ei^

(3.27)

Y'g^+rrl'epq. -

(3.28)

-P,
p

Antena: Prinsip dan Aplikosi

a)

b)

Gambar 3.5 a) Arus listrik di titik asal, b) Arus listrik di tilik v'

Persamoan lAaxwell dan Solusinya pada Antena Kecil

51

Untuk mendapatkan solusi persamaan (3.32) diamati dahulu persamaan (3.33), yang pada kordinat bola berlaku
kz

;'

i*?*). ;** *('' *k). r*'u ff

* o' n'

Karena sumber yang digunakan di gambar 3.5 adalah sumber titik,


yang mempunyai simetri putar (rotational symmtery) baik di arah g
ataupun g, maka, persamaan (3.33) juga bersifat simetris terhadap kedua
variabel ini, yang artinya bukan merupakan fungsi darinya, sehingga
turunan terhadap $ dan g bernilai nol, maka

++(,'
' =s :)
dr )
r'dr\ +).
k2

A,

Dengan melakukan substitusi

+*k,
dr-

+(,,
dr(

+\.
dr )

Se

lrirrgga persamaan (3.34) dengan

Cr: pJ",/(4n) menjadi

A,(r)=Y!=-'eio'
+It r

Jika terdapat komponen vektor lain dari arus listrik, akan dibangkitkan pula vektor potensial magnetik dengan komponen vektor tersebut,
schingga secara lengkap memiliki bentuk

j"
.'-tr'
4nr

zo\ =l'

(3.37)

Demikian juga halnya secara analogi fisikalis, jika sumber arus tidak
tcrletak di titik awal, tetapi di sembarang

k2r2A,

(3.36)

titik i' ,maka

=s

tr(r\=wj"."-'oo

(3.38)

4nR

p = rA, menjadi
clengan

p=o

= lfrl =17

-/'l

sebagai jarak dari

titik

sumber ke

titik

peng-

amatan P.

Istilah potensial ter-retardasi dipergunakan untuk memberikan nama


kepada besaran potensial yang kita gunakan, yang diakibatkan oleh suatu

Yang solusinya dikenal dari matematika atau di [MA09] menjadi

p(r) = Cr's-ib * Cr'e*jb , atavdengan

besaran asal

sumber arus pada waktu yang berbeda (waktu sebelumnya). Hal ini terjadi,

(3.34)

karena gelombang elektromagnetik rnerambat dengan kecepatan tertentu


yang hingga, sehingga untuk menempuh suatu jarak tertentu diperlukan
suatu waktu tempuh tertentu pula, jadi efek dari gelombang ini (atau

Term pertama di persamaan (3.34) menggambarkan gelombang


yang bergerak dari titik asal ke luar radial ke arah r positif, sedangkan term
kedua gelombang dari luar ke dalam ke titik asal (arah r negatif). Secara

dari sumber arus itu) dirasakan setelah beberapa saat kemudian. Secara
phasor, karena kita menggunakan sinyal harmonis, itu bisa diamati pada
pergeseran phasa pada besaran-besaran yang menggambarkan gelombang

fisikalis, nilai C,

elektromagnetik ini.

o-ib

A,(r)=Ct':-;+Cr':-;

o+ikr

0, karena hanya ada gelombang keluar.

Nilai C, bisa ditentukan dengan mengamati kasus ft: 0, sehingga


tidak ada retardasi (keterlambatan phasa) dan kita mendapatkan kasus
statik [BL07]. Dari pengamatan elektrostatika solusi masalah ini sudah

Seandainya kita memiliki sumber arus yang tersusun secara tiga


dimensi (3D) seperti pada gambar 3.6a.

dikenal dengan

Y2V

52

=-

(,)

:+ V =J-P I
4ner

(3.3s)

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Persamaon lAoxwell don Solusinya pada Antena Kecil

53

t,l,'

- r 'l/c,l =."8& .1, -, 'l , dan dengan


,,/1, ,,. = 1/c, rnaka keterlambatan sebesar li -, 'l/r. Ini adalah waktu
i:'l , atau waktu sebesar tlr

diperlukan gelombang elektromagnetika untuk menernpuh iarak


jarak yang
l" - " 1 . Eiemen-elernen arus yang lain, yang memiliki
1,,'r'hcda pula dari titik pengamatan, akan datang ke titik pengamatan dengan
l,t'srrr keterlambatan yang berbeda pula. Semua kontribusi ini dijumlahkan
r

:rrrr',

'., 1:rrrh

rrr

Gambar 3.6 a) Arus volume, b) Arus permukaan, c) Arus pada kawat


Maka penentuan vektor potensial magnetis dilakukan dengan integrasi volume,

i(,)=f"ll
*$F#
l,

-yl,-r!

-,'l

dv'

(3.3e)

rt

trk mendapatkan potensial keseluruhan.

3.4 APLIKASI INTEGRAL RADIASI PADA DIPOL


HERTZ
Dipol Hertz adalah sebuah antena fiktif yang diperkenalkan untuk
rrrcrnpermudah pengamatan awal. Ciri dari dipol Hertz adalah panjangnya
yrrng mendekati nol / -+ 0, tetapi mornen arus nya tidak nol I 'l * 0 -

Jika sumber arus yang dianalisa terdistribusi pada suatu bidang


tertentu (gambar 3.6b), maka dengan menggunakan hubungan

oP

i(r').dv'= i s(l')'da'
integrasi radiasi di atas menjadi

p
)G\=
\/

4rti1i'(7',)e-iolu-u'l
li_Fl

oo'

(3.40)

Gambar 3.7 Dipol Hertz di titik asal

Dan untuk kasus satu dimensi (sumber pada garis di gambar 3.6c), dengan

(, '). dv' = I (i

')

.a

,(r '). dt' , maka


dl'

7(/)

OiseUut

(3.41)

juga potensial ter-retardasi, karena efek dari sumber arus

yang menyebabkan terbentuknya potensial ini didapatkan setelah selang


waktu tertentu, yaitu bisa dilihat dari faktor eksponensial di rumus-rumus
di atas. Untuk elemen arus yang terletak di titik i' , yangberjarak l,
dari titik pengamatan, terjadi keterlambatan (pergeseran phasa) sebesar

- l'l

54

Anteno: Prinsip dan Aplikosi

Dipol Hertz ini diletakkan di titik asal seperti ditampilkan di gambar


3.7, sehingga 7'=0, I konstan, dan d,(/') = d,, sehingga integral
radiasi di persamaan (3.41) menjadi

i(r)=#f)+grv dl'= F "I .a_["'r'


't, r dr
4n

dengan mengandaikan
jang dl '.

I -+ 0,

maka

e"- ikr

Persamaan lAoxwell dan Solusinya pado Antena Kecil

blsa dianggap konstan sepan-

55

AQ)=

!qtr t .t ."-'' .d- = A-d.

(3.42)

Untuk perhitungan berikutnya, vektor potensial magnetis di

= A,cosOcosg +
=

-A, sing + l,

Maka karena hanya

l,

cos0sing

- l,

) ,2

\"

,(-u.+.;)+sins

a$)

(3.45)

atas

akan diubah ke kordinat bola, dengan aturan konversi

4
4

irrrc (4n

.[r

Yang diberikan dalam komponen kartesian (komponen z)

A, = A,sin0cos<p + l, sin0sinq + l,

E= | (2,.t.( ir,*l) {l.coss.d


--- - -'r
,

Secara umum medan magnet dan

listrik dari dipol Hertz (struktur


:urlcna yang paling sederhana) ini, sangatlah kompleks. Berikut ini akan
rlilakukan spesialisasi, yaitu dengan mengamati medan pancaran ini di
larak yang sangat dekat dengan antena, wilayah ini disebut juga wilayah
rrrcdan dekat(nearfield region) danjuga untukjarak yang sangatjauh dari

cosO

sin0

costP

irntcna (far

A, + 0

field region).

Ncar Field region:

. tr - -e-jo'
A. -:-.1./.-cosd
'$tr

(3.43a)

A*=-+'1'l'e'
qIE

sin*

(3.43b)

Dengan

yangsangat kecil, atau dengan

111
laku , )) , )) -, untuk medan magnet
r-r-r

! ,,
r

jO,maka juga ber-

Aq

=0

(3.a3c)

Dengan diketahuinya A , dengan bantuan rotasi, kita bisa dapatkan medan


magnet dari dipol Hertz dari persamaan (3.30) dengan

nilai F = 0

Untuk perhitungan lengkapnya bisa dilihat di apendiks A di akhir


bab ini, hasilnya:

:+'r
4n

r ( i**1.]
\.- r)

4'sin$'
r

atau dengan E =

56

E+i

+.V
Joe

(dengan

d*= H*'d*

(3.44)

(3.46)

listrik

= f-.. r . t.

41t

+."-'l
iuoe r'

p"on). d, +sino.

du

(3.47)

Medan magnet di persamaan (3.46) yang merupakan bentuk umum


dari arus dan medan listrik di persamaan (3.47) yang merupakan bentuk
umum dari tegangan, saling terpisah secara phasa sejauh 90", sifat yang

mirip dimiliki oleh kapasitor dan induktor.

Untuk menentukan medan listrik


(persamaan (3.5))

Yxfr -./os

dan medan

karena

tak ada arus magnetis.

n =L.I.t.+.sinr).2 e
41r
r'

digunakan persamaan Maxwell

i=0 untuk r*0)

fi . Perhitungan

lengkapkan pada apendiks B:

Transpor day a (v e kt o r

P oy n t i n g)

wtlk

fi e I d adalah

- 1=:ExH
2

::(+
rt
"'
z\an -!-.+(2cos$.n,+sine.zsl
r'
_tcos

Anteno: Prinsip don Aplikosi

n ea

Persamoan lAaxwell dan Solusinya pada Anteno Kecil

)
57

.[*,,#,,,*,*)
s

N4 c

sint)

r.,'l' *jruot {ftrcose.z,


=*[1.
2\4x
,

+sin e.a*)),(srn

s.a*)

Vektor Poynting untuk far field adalah:

imajiner, sehingga

"" ne]S)=

0 : di

nearfield

daya

efektif sangat kecil sehingga bisa

diabaikan dibandingkan daya reaktif.

r yang sangat besar, atau dengan I


lllr
berlaku + << -; (( l, medan magnet menjadi
r'r'r
1

fi = +. I r."
4nr'

t*

Dan medan listrik

E=

aa

ik,

(3.48)

tu'

(3.4e)

.sinrl. do = Eodo

: f,(r,r *ar), (a*a*Y

(3.s2)
=

a,
)z,lu *l'

maka juga

.sinr!. d, = Hrd,

r."
+]-.,
r
4tt arc

- : I - -*
.S
-ExH
2

t
r(L.,./.l.sins)'a- 2""14n
r

Far Field region:


Dengan

terhadap sudutnya. Karena medan listrik dan magnet (sifat radiasi)

tlrrri dipol Hertz ini tidak tergantung dari sudut {p, maka dipol Hertz
I re rs i fat omnidireksional.

,5 untuk wil ayahnearfieldadalah besaran yang dominan dengan komponen

Medan magnet dan medan listriknya saling tegak lurus dan se-phasa.
n p unyai ketergantungan dengan I I r terhadapj arak dan ketergantungan

Dengan

Zo
maka

Iu |r={;=;r/Fe

difarfieldberlaku
Eu = ZoH*

r,lJrre
(r)t

ot

(3.50)

(3.5

l)

Gambar 3.8 Transpor daya (vektor Poynting) yang merupakan


kerapatan daya per-satuan luas. Integrasi terhadap luasan tertentu
menghas ilkan daya yang menembus nya

Daya yang dipancarkan oleh dipol Hertz bisa dihitung dengan


melakukan integrasi bidang terhadap vektor Poynting:
r-t

Gelombang far field dipole Hertz mempunyai polarisasi O , jika kita


merujuk, sumbu z adalah sumbu vertikal, maka gelombang ini terpolarisasi

P, =
))nejs|.aa

secara vertikal.

Pada dasarnya bidang integrasi bisa dipilih secara bebas, tetapi kare-

(3.s3)

na vektor Poynting yang dimiliki hanya mengandung komponen radial,

58

Anteno: Prinsip don Aplikosi

Persamoon Maxwell dan Solusinyo pada Antena Kecil

jadi dipilih permukaan bola dengan radius r'


06-

(gambar 3'8)
Dengan elemen luasan pada kordinat bola

ffi = 12 sin0

,,

dO

d<P

04.
o2

d,

0
n_2

:["[ir.(*, r !,i,s)' u,

{4
{E

"sinededrpz,

-t

{8
l5

*,

--lr"(* , ,)T j.-'ed$de'


r22r

--Lr(k
,-'loi''
dengan sin3 O =

')

,)

=i'.(* ")
'T _

sas

dipol Hertz
Gambar 3.9 Diagram radiasi tiga dimensi

II (l sin8 - sin 3o)

,r=lr.l*,

'r

J arp'Jsin',

0.5

," il-3cose+1."'r*],
^8
21t. -

zU\fi.t.rY'

(3.s4)

rzn

dipole Hertz
Gambar 3.10 Diagram radiasi bidang vertikal

Fungsi direktivitas dari dipol Hertz adalah:

Direktivitas dipol Hertz I Do =

-t^ ', S'4tr2d,


D($,9)=
h

(3.55)

adalah 2 ' O'*n'


Lebar beam (beam width) dari dipol Hertz
Fungsi direktivitas maksimal pada sin2 d =
menjadi

p(s,,p)=

z,(r

.t .*)2

1sin2 s

ll2

Pada

sin2 8ro.r",

2
jadi beam

12*

=II2

=+

Antenai PrinsiP dan APlikasi

gso"/.P

-- 450,

width diPoleHertz : 90o'

Persomoon llaxwell dan Solusinya


60

(p(f,q))."* = 1'5

Wdo Antena Kecil

1 +

1!

= !Q0' dan

Selain dari itu kita juga bisa menghitung resistansi radiasi dari dipol
Hertz. Dari daya pancar yang didapati di atas, maka dengan

r, =)r2n,,o

(3.s6)

l)r'ngar1 menggunakan integrasi radiasi persamaan (3.41) bisa didapatkan


r

cklor potensial magnetis (Apendiks C memberikan perhitungan lengkap)

': - ntxa2(.. l\e-jk'


A=A*d*=*l
ik+_ lY r'
4n I
r) r

.sin9.d*

Analog dengan perhitungan pada dipol Hertz di sini kita dapatkan


rucdan magnet dan listrik (lihat apendiks D dan E untuk perhitungannya):
Arus ldiberikan oleh sumber, yang dengan melalui resistansi radiasi
R,o, akan dipancarkan daya efektif Pr. Dari hasil di atas terlihat, jika I
sangat kecil dibandingkan panjang gelombang l, , rnaka dipol menjadi tak
efektif (karena P, sangat kecil).

Gambar 3.9 menampilkan diagram radiasi tiga dimensi dari dipol


Ilertz. Sedangkan diagram radiasi bidang vertikal ditampilkan di gambar
3.10.

n, =!]t(

+TE

cose,

dan

io-lr,rl{a..irs
) r-

H* =0

PADA LOOP

HERTZ

to.L\*.
r) r-

I
Hn= r.o' (!*
4rc \r

E=r-

3.5 APLIKASI INTEGRAL RADIASI

(3.57a)

(3.s7b)
(3.57c)

#('u.+)+sins i,

(3.s8)

Nearfield regionz

Sebagai pasangan dari dipol Hertz adalah struktur antena yang terbuat

dari sebuah loop kecil yang memiliki radius a (a <<)") yang ditampilkan di
gambar 3.11. Sekarang, sebagaimana halnya dipol Hertz kita juga akan
rnenganalisa karakteristik pancar dari loop kecil ini (loop Hertz).

..

->>
r lk
:
H

2In a2 e-jb

rt.

=::-1
hr

cosd . d"

.smd .au
+ ITE_a2 e'jb
4It r'3

(3.59)

dan

i_
.r(De

Di sini juga terlihat


di dekat antenna.

Ina2
-"e-j* .sin0.i*
";* k'
,

4It

dun

r'

tldut se-phasa, berarti daya reaktif dominan

Farfield region:

..

lK
-<<
r
Gambar
62

3.ll

Loop Hertz (loop dengan radius yang kecil, a <<

)'")

Antena: Prinsip dan Aplikasi

(3.60)

Persamaon lAoxwell dan Solusinya poda Anteno Kecil

FI

IT.o'

=- 4Ttr"

*,

{.sino

.d,t

-ikr
ltt t! 2
9:[,= - - . jae 4n tot r

= Hudu

sin d.

dr = -Z,H

(3.61)

od*

e.6z)

Ketergantungan terhadap jarak dan sudut pada loop Hertz sama


dengan pada dipol Hertz, tetapi polarisasinya sekarang horizontal.
Ve k t o r P oy n t i n g

ttnfttkfor

fi

Id

Au

"f

(q)

=t

(q) +

A,.* f

E4
3rp

3A,

=o
=o

D<p

clan dengan

adalah:
\z

S=

lo

tt. =

)z,ln

rl' a, =

ir,($

r, 1..1,g
r)

(3.63)

oA,
=
a$

Dan daya pancar

,,

=)r,(#u)"!!sin3

sdsd<p =

rz
,?rz,(o*)a

(3.64)

Resistansi radiasi:

*,=?=lz,@rcl

Y.l.l.n-'*
r "o.sl)__p.1./.r,*'rin*
\an
a$4nr

(3.65)

ry'"n)
*'
'
''e-'Jt'sin$+
,'(io.11 4 sine'd* =Hq'dq
, =l',
4n [" r) r

*=i|(ir'*,'

Apendiks B Perhitungan medan listrik pada dipol Hertz


Diagram radiasi loop sama dengan dipol Hertz.

Apendiks A Perhitungrn

fr

dan

9,

komponen

E= | .[ r

')

a(H*'ins)

.r--!a('ar) 'ot=
, A, )
Tore [rsin9- A9-'-'

.i[*# -#),'.i(ry-*)u
dengan spesialisasi dari hasil integrasi untuk dipol Hertz di atas:

E , dengan medan magnet yang hanya memiliki

*'o,
/ole

pada Dipot Hertz

| [a(4.hs)-au)rv*tr=rsin$\
aS A0 '

Aq

E=

=0

Antena: Prinsip don Aplikasi

a(H, sin

s)= 1

rsin$ AS

r .t

.(,r * 1''1. ,-rn' . aGin' s)

rsin$ 4zc \.'

r) r

0S

t(ir.!\+coss
=+r
4x \- r) r
Persamaon lAaxwell don Solusinya poda Antena Kecil

65

LaQu)

r 0r

,(('r.:)

:!.J-.r

.r.

r4n

"

trr)

Bagaimanakah arah
r isualisasi

dr

7'

dan ke mana arus 1 mengalir, perhatikan

berikut:

i'= cose'd, + sinq'd,


Arus mcngalir ke arah:

:(u
YV!.)=1.,r
r

Or

r 4fi

r t.(
.

d.p,

-*-i)"'.

dan dengan

*r-Z-+),-.,?..sins
r

= -sin<P' d, + cosg' d,

r')

dl'= a dq'.

Posisi titik pengamatan

di

yangbisa dituliskan dengan komponen

kartesian

t.
i =rd, =rbin0.cosgd,
+sin0.singd,

^_'\
+cos0d,)

Jadi medan listrik dipol Hertz:

E=-J-(+,
Troe

[4n

l4n-,

r .(

(-

+
('io.1l
r ) ,2

,.(

1,'

Sehingga dengan aturan kosinus

cose d.

l,

-,

^lr'

+ a2

-27 - V' ,

l; -;1 =

L. +\a-L si,s. asl


r ,') r

Apendiks C Vektor Potensial Magnet dari Loop Hertz

=@
)G\ = t,

o'i(-

4n

i, "'

)'-'*.fffi(*.il

*'a, * to'*'u,
,lr2 +rz -2arsingcos(g'-<p)

r.,

Vektor potensial magnetis ini bisa juga kita tuliskan di dalam


kordinat bola, dengan

7=A,d,+Adu+A*d*,
yang mana masln g-masing komponennya bisa ditentukan dengan

A' = tr'a'

A -' uI a2F
' 4rtn
I

Gambar 3.12
'1' =

56

Antena: Prinsip dan Aptikasi

Persomaan

sin g'

d,

-d

"

cos rp'

d, . a,)

e-

io

J7;F -*'- o *'t'' -o

7'd"

llaxwell don Solusinya pada Anteno Kecil

67

n"=#[

(-sing'd,

.do

+ cosg'd,

.d

o)e-ik'!'i"'-z'''""0"'u'-' de'
r)
r' + a' - 2 ar sin Ocos(g' - g)
",!

A, = tr'a,

o,=#[

-zfr

Ar= Pta I

|
r= =\--i*tlii-z,,tinzrcos(9'-q)
- --'""'
(-srnp'a,.aa+cos(P'ar.a,)e''Y
+ o' - 2 ar sin ocos(g'- g)
^lr'

dp'

Selain dari itu untuk menghitung hasil kali vektor satuan di kartesian

sintp

d, + cos0

do = cosO cosq a, + cos8 sing d,

= -sintp d, +

d,.d,

Integrasi di atas takbisa dilakukan


r:rnpa menggunakan aproksimasi. Di sini kita akan melakukan aproksimasi
rcrhadap integrandnya, yaitu dengan mengambil a sangat kecil, sehingga

=sinOcos(p =sin0
'F.a.ql:

aa

4n

2f
Jo

,lr'

+ a2

68

- -sinq -

-2arsinOcosg'

f(a)=f(,=o)*+ry:.=, ".+ryP|.=, *.+%P1.= o

o'*-

- ikr

- sin0 d,

dr'd, =sin0sintp =Q

*r'
au -Lur>t'u'vstv
o"." 9'
-z r,
"i"

de'

-2arsinocosg'
dan

"-n{7

Didekati dengan deret Mclaurin:

.f (a = 0)

dr'du =cosdsin<p=6

lt I acos ?,"'f sin ,'"-irJ'\"\z**o*'o' dtp'


I
-r:-'
4tr -"'" J, S\ o' -2orri"6cosp,

.oq

f(a)

a(f@))

- Y,[7
(D'e-r^^t'
sinrp'e
^'f; sin

*"'-z*ti"o"tO
Fungsi

0a

d,'du =coSOcoS(p=cosO
A., --

i,

d,

dan

integrand di atas akan didekati dengan deret Mcl-aurin:

= 0 berlaku:

uIa

A,=

cos<P

de'

yang akan dibatasi sampai term linier, dengan

dan di bola digunakan hubungan berikut:

d, = sin0 cosg a, + sin0

o""r9'

-2arsinOcostP'

Sekarang kita amati komponen

di atas, titik pengamatan P terletak pada kordinat


(r,8,q ). Dari simetri struktur bisa dilihat, bahwa titik pengamatan tidak
tergantung dari posisi kordinat asimutal, sehingga untuk mempermudah
perhitungan kita ambil g = 0, tanpa mengurangi berlakunya hasil analisa
ini pada sudut yang lain.

Jadi dengan

a,[r+ra*"

4, I ,'+a'

Pada gambar 4.8

Z.p

cos(pt e

0 dan d,'dr = cosq =

jk
=

12 +a2

-2arsin$cosg'

"-

,2 +o2

r-;-

Substitusi p = rl 12 + o2

- 2arsin Scosg'

- 2ar sin$cosg'

a(f@)

.ap
0p 0a
0a =of
af _ a (u,*1_ - iip.e-itq

ar-orl , )-

p2

-"-ir'P =-(

,o*rl'3
p) p

a-rsin$cosg'
0p
0a ,lr' * a2 -Zarsingcosrp'
--:
a(f @)

oa

Antena: Prinsip don Aplikasi

=:-r

= _(

,0*

f'lal.

\.' p) p

rsinecos<P'

Persamaan hlaxwell don Solusinya poda Antena Kecil

69

untuk

a:

= p:

Apendiks D Medan Magnet Loop Hertz

r,maka

Mcdan magnet dihasilkan dari rotasi

4Jll
oa lo=o \ ,0.1).1
r) r

- rsin Scosg'

=_(

[;*

t\

-.l

;)+.sin

karena

scoss'

Sehingga

sin scos

p,

4 = #'!*'*'[+ *'(io . :)+''in


' PIa ( o.!\{.sins2fcos2e,ds,
n'o=
*a1l r) r
i

o*=#o(,r.i)*sin$

Perhitungan komponen
sama, dan hasilnya

r-''
r

s'o"a
)a'a'

70

rsin$ 4n (.'

) r

=*P(,r.:)+
*
i)''') ,,,*
y04)
'(('o
-1ur,,'

cos$

.')
=-)"-i*
-ir(
" (-i**1),-,,
r)
r'
=-(L*
\r

jk-k"\4r
)

=-#(l*,0-*,,)"t

r dan O bisa dilakukan

dengan jalan yang

I na2

- 4T. ( to .!\*.
r) r'
\
2

cos$. d"

* tn"2 (! + jk-t'r\nt!.sins.ze
4n \r
)r'

sins z*

Antena: Prinsip don Aplikasi

69

rdrr{nAr

.'o,rv
rin s

r#(,0.)+

uq']'n)
x)=rsin$
I = aS a,-!aV!o)
' r 0r r,
r a(4sins)= I y!!t_l ,o *!\"-to'. aGin2 s)

0r

sehingga

: A*dr =

hunyumemilikikomponen tp

'((r.r)'

Ar=Au=Q,

rsin$ ag

Maka

FI xa2
4^
l, rt *, 1)
'1p=
4n \t," ,)

=j-YxA
tl

-/rr

f * { *,(io . :)+.

Persamaan Aiaxwell dan Solusinya podo Anteno Kecil

,ins

n,

=2t

$, dan
!o' ( ,o - !\r!.cos
4fi
r) r'
\

lno (!* i*-t,r)"


(r ''

Ho=
o

4n

'.*".rrng

) ,,

Apendiks E Medan Listrik Loop Hertz

(_ ir,, _L*+.4..l,-'n'
=_l_ (_r!t
r r- r") r
+Tt
,r0rt [
I
\
2Ira2(.. l' -ikr
r/ r'
4Tc \
)

.,'n s

p=J- @( io .t-){.sine.d,
47t\
r)r

Medan listrik loop Hertz:

"/('l)

-l
E-_.YxH

.oo0oo-

jae

Dengan

He=0,
Ils * /(9),
H, * "f (<p)

dan

r( 0r -9!'\u
aS, *

Yxfr =!(a('u")

la(.H*)

r0r

_t
r4n

Ina2

,(G.'r-u,)*)
.sin S

0r

,((i . +_u)"'.)

=?

* _,

5)"-,
t a(rrrr)_ tna2 ( :r3 t2 . zit . 2 \
io

r(i. + -r,'),-i*

;tr=-;[- -;.f.;)';'^n
t aH, __ztna2

r dS

72

-rrz

(**l)r

4n ("

1'..ins
r) rt

Anteno: Prinsip don Aplikosi

Persomaan

lloxwell don

Sotusinyo pada Anteno Kecil

73

Antena Kawat

Antena dipol atau monopol adalah jenis antena yang paling banyak
digunakan dalam aplikasi komunikasi tanpa kabel. Aplikasi pada penerima broadcast, yang pada penggunaannya tak rnementingkan di arah
sudut mana penerima terletak, maka antena jenis

ini akan diprioritaskan,

seperti antena pada handphone, pada komputer yang terhubungkan dengan

WLAN, dan lain-lain.


Keuntungan lain dari jenis antena ini adalah mudah untuk <tripoduksi
dan murah.

Berikut ini kita akan mengamati antena dipol, yang pembahasannya


seperti pada dipol Hertz. Kita akan memvariasikan panjang dari antena
dipol ini dan melihat efek yang ditimbulkannya. Pembahasannya terutama
sekali akan lebih difokuskan pada wilayah medan jauh (far.field region)
sehingga analisa elektromagnetika-nya akan menjadi jauh lebih mudah.

4.1

DIPOL PENDEK

Dengan mengandaikan panjang dipol /, dengan ).150 <l< )"110 ,


distribusi arus pada dipol pendek bisa kita aproksimasikan berbentuk segi
tiga (gambar 4.1), dengan nilai arus yang maksimum di tengahnya.

Arus segitiga tersebut secara matematis bisa diberikan dengan

,.
I(z')

[,

Sehingga dengan analogi dari bab 3, medan magnet dan listrik pada

kondisi medan jauh adalah

-T)""*ko<z'<L

*
24n

fr =+

(4.1)

,. (t*l)""r"k-L<z'<o

, .t ."-tr' .sin rJ. d, = H rd,

(4.3)

'

dan

nilai arus harus nol, karena tidak ada lagi jalur


arus di sana. Dari [MA09] diketahui, arus akan membentuk fungsi sinus
ke arah dalam kawat. Karena panjang kawat yang masih sangat pendek,
baru ditemui bentuk kontur yang linier dari fungsi sinus (ingat untuk lxl-+
Pada ujung dipole,

0, sin(x) = 1;.

:!_

E = Zo'H*'du

9.4)

Diagram radiasi dipol pendek sama dengan dipol Hertz, dengan


hpbw : 90o. Resistansi radiasinya menjadi seper-empat dari dipol Hertz
(karena R,od n (E', I I
R,.d

=+(*\r.

(4.5)

Resistansi radiasi sebagai besaran kuantitatif untuk menyatakan


apakah pemancaran antena efektif atau tidak. Dengan resistansi radiasi
yang besar, maka daya pancar akan membesar untuk suatu nilai arus yang

diberikan. Pada dipole Hertz dan dipole pendek, resistansi radiasi berbanding lurus dengan kuadrat panjang per panjang gelombang. Tapi harus diingat, persamaan (4.5) ini diturunkan dengan asumsi 1150
Resistansi radiasi

Gambar 4.1 Arus berbentuk segitiga pada antena dipole pendek


Di apendiks 4.A diturunkan ekspresi untuk vektor potensial magnetisyaitu
nya,

ini didapati dari membagi daya pancar

1ll0

dengan

nilai efektif arus. Sehingga hanya merupakan besaran banhr saja dan tidak
memiliki makna seperti halnya resistansi pada umumnya.
Impedansi masukan yang dibahas di bab 2 yang memberikan pengaruh penting pada kondisi refleksi sinyal bisa dihitung dengan bantuan re-

AG)=!*{u
24It r

(4.2)

sistansi/impedansi radiasi ini melalui perbandingan day a, y ang didapatkan


dengan

Hasil di atas sama dengan yang kita dapatkan pada pengamatan


dengan dipol Hertz di bab 3, karena kita melakukan tepat aproksimasi yang

Zr=

sama. Yang berbeda adalah faktor %pada vektor potensial magnetis, yang

disebabkan oleh bentuk arus yang besar di tengah

<l

({)

roa

sin21n//1.1

(4.6)

dan nol di pinggir.

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Antena Kowat

Dan resistansi masukannya


Rrr,l
n

n,,=;_1tdlx.)

(4.7)

Untuk dipole pendek menjadi.

o=t(ffiI2"
'"
6a ( sin(

Pada interval

20C)..21o.

nus ini, yaitu secara umum dengan persamaan

20

si,@

nilai )"150<l < 1110,


-(

tA.)"'

resistansi masukannya sekitar

Dari pembahasan saluran transmisi [MA09] diketahui, bahwa arus


yang mengalir di atas sebuah saluran transmisi tergantung dari beban yang
dipasangkan pada ujungnya. Untuk aplikasi antena dipole, saluran transmisi

ini dibiarkan dalam kondisi open. Ujungnya terbuka, sehingga

akan

terjadi refleksi yang sempurna. Refleksi ini menyebabkan terbentuknya


gelombang arus berdiri, bahwa besar atau kecil dari bentuk arus akan tetap
pada suatu posisi tertentu. Di ujung saluran transmisi ini arus harus bernilai
nol, dan ke arah sisi dalam antena akan terbentuk arus dengan fungsi sinus.
Gambar 4.2 menunjukkan distribusi arus sesuai dengan kaidah dari saluran
transmisi untuk panjang kawat yang berbeda-beda.

'I=+

V .P

D'='

31
2

l<2)

Gambar 4.2 Distribusi arus listrik pada antena dipole panjang


78

," '*[o[1-,'),nt t o<,'<!-

(4.8)

4.2 DIPOL PANJANG

f\

Dengan mengandaikan, jika kawat saluran transmisi ini dikembangkirn, dibuka saling menjauhi satu dari lainnya dan distribusi arus di sana
ridak mengalami perubahan, maka dalam pembahasan pada antenna dipole
panjang juga bisa digunakan arus yang bisa didekatkan dengan fungsi si-

Anteno: Prinsip dan Aplikosi

(4.e)

I(z') =

,.,'"[o(1+,')u,tut - !-.,'=o
Distribusi arus pada antena simetris, arus yang dikirimkan oleh generator ke suatu arah tertentu, akan kembali dengan arah yang berlawanan, di
antena arus ini akan bersuperposisi secara konstruktif untuk menghasilkan
medan jauh.

Jadi penggambaran arus paling mudah kalau dilakukan dari ujung


antena ke tengah.

gambar 4.2, pada antena dengan panjang l=?'"12, di tengah


antena akan terbentuk nilai maksimal arus. Pada antena dengan panjang
I =7t, ,arus akan melakukan perubahan setengah periode, sampai kembali

Di

Pada panjang
l=3?yl2 kembali di tengah antena nilai arus maksimal, pada panjang
I = 2)"kembali arus di tengah nol, dan pada panjan g 3?" I 2< / < 21, arus
di tengah antena memiliki nilai 0 I I I I o. Distribusi arus pada antena
pada kenyataannya sedikit berbeda dengan pendekatan di atas, tetapi untuk

rnenjadi nol

di tengah antena (pada posisi feeding-nya).

analisa di sini sekarang kita cukup melakukan pendekatan seperti ini.

Analisa arus pada posisifeeding sangat penting untuk menentukan


impedansi/resistansi masukan dari antena, pada saat dihubungkan dengan
sumber tegangan (generator). Jika pada feeding dihubungkan sumber
tegangan V, maka pada antena yang di posisi feeding-tya memiliki arus
maksimal akan memiliki resistansi masukan yang kecil, karena Rn - ll I
Sedangkan antena yang memiliki arus nol pada posisi feeding, akan
Anteno Kowat

mendapatkan resistansi masukan yang sangat besar. Untuk mendapatkan

resistansi masukan yang sesuai dengan yang

kita inginkan, kita

bisa

menggeser posisi feeding-ny a.

Dengan diketahuinya arus pada antena, kita bisa melakukan perhitungan vektor potensial magnetis dengan integral radiasi, dan pengama-

tan akan kita khususkan pada medan jauh. Persamaan (3.41) dari bab
kembali dipergunakan di sini

(3.41)

dengan

d,Q')=d,
sumbu z

di

sebagai arah aliran arus untuk antena yang memanjang di


gambar 4.3. Untuk jarak titik sumber ke titik pengamatan akan

dilakukan pendekatan medan jauh, yang masing-masing berlaku untuk


term phasa, yaitu

l,

-,

1= Q' + r'2 -Zr.

r'cos0)"

=r

Gambar 4.3 Integrasi perhitungan vektor potensial magnetis


Perhitungan integrasi

ini

sampai pada perhitungan medan magnet

dan listrik dari dipol panjang bisa diambil di apendiks 4.A, yaitu

- z' cos6 dengan r' = z,

Dan term amplitudo (farak di penyebut) bisa diganti dengan

lf -l]=,

(4.r0)

He

dl'= dz'
Dan distribusi arus

.I(/')

seperti diberikan di persamaan (4.9), menjadi-

kan

dengan k

)(,)=

*r,(' {,',((i -, )
.

"-j"('n'*"f) 0,,

j,'*[(:.,'))*:'*')

=+

Hr='r+l

r 1.oro'l-ro,
sinO

Eu = Zo. Hr

(4.r r)

(4.12)

Gambar 4.4 menampilkan diagram radiasi vertikal dari antena dipol


dengan panjang yang berbeda-beda. Terlihat dengan memanjangkan di-

pol dari l"/4 menjadi

80

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Antena Kowot

1",

pada gambar sisi

kiri, diagram radiasinya semakin

81

fokus, yang ditandai dengan diagram yang menguncup. Hal ini mengindikasikan beamwidth yang mengecil dan gain yang membesar. Jika dipol
terus diperpanjang, untuk 1,2 l. diagram juga semakin menguncup, tetapi
terbentuk pancaran samping (side lobe) yang menginformasikan mengalirnya juga energi ke arah tersebut. Dan jika terus diperpanjang, side lobe
tadi akan membesar, sedangkan main lobe mengecil, sehingga terjadi perubahan arah pancar utama dari antena dipole ini.

Gambar 4.4 Diagram radiasi untuk dipole panjang

Dengan menggunakan program Matlab atau Octave (listing di


lrrrrrpiran bab ini) bisa ditentukan half power beamwidth (hpbw) antena
,lt:rrgan suatu panjang tertentu yang diberikan di tabel 4.1
Tabel 4.1 Beamwidth antena dipol sebagaifungsi dari pcnjangnya
Fanjang dipol (dalam l.

hptrw

0,01
0,25

90"

0,5

78"

0,75

64,

1.0

47,8"

1,2

35,5' (terbentuk side lobe)

87'

Medan listrik (persamaan (4.11)) dan medan magnet (persamaan


(4.12)) adalah dua buah fungsi yang secara bersama-sama membawa
cnergi keluar dari antena menuju titik-titik pengamatan. Fungsi kedua
medan ini identis dengan tegangan dan arus pada rangkaian listrik, yang
membawa daya ke pemakai. Hasil produk vektor dari kedua besaran ini
didefinisikan sebagai vektor Poynting sesuai dengan persamaan (3.52) di
bab 3, menjadi

s=1,.(*lrL

I
,r 1.or,} l-.o, |t-

sinO

Daya pancar dipol panjang bisa dihitung dengan mengintegralkan

Gambar 4.5 Diagram radiasi

vektor Poynting sekeliling antena,

Gambar 4.5 menunjukkan diagram radiasi tiga dimensi untuk dipol


dengan panjang masing-mas ing I ,2 ?" dan 2

82

?,".

P,

Antena: Prinsip dan Aplikosi

=:llz.lr,l' d,.dd = :,.(*r{i)

Antena Kawat

83

"or{

,L"orD

Kedua resistansi ini ditampilkan di gambar 4.6,yang resistansinya


tlihitung dengan integral numeris (listing program di apendiks).

7t-

Fungsi direktivitas yang perhitungannya didefinisikan di persamaan


(1.55), untuk dipol panjang menjadi

,Mode

]',',,,
P,

= L4nz.r.'

i#

["o,(n f

.o'o

)-'"'('

* )'

Resistansi radiasi dipol panjang menjadi (dengan R,o,t =

R,.d =

,[:[:'-]-:f"ll'
"L
sino

D(o,e)=ry=

Zf, t tj1

Dan direktivitasnya adalah nilai maksimum dari fungsi direktivitas

350

s
300

ini

400.

Resistansi(Cl

*.",u )- ""'[" *)'

i#[.".[,

* r.i#[""'(" f "o,o )- "",(^ *)' ^

f .oro

-costE

sinO

250

-'

D=

200
150
100

i#[."'( *"*u)-.".(, i)'^

Untuk menghitung direktivitas, kita harus mengetahui nilai


12345

Panjang antena dalam

).

Gambar 4.6 Resistansi radiasi (putus-putus) dan resistansi masukan


antena
Resistansi masukan antena bisa dihitung dengan menggunakan per-

Gambar 4.7 menampilkan direktivitas dari dipol sebagai fungsi dari

samaan (4.7)

"'

panjangnya.

Rroa

"in-

maksimum dari diagram radiasi (diferensial, kemudian mencari theta


dari fungsi nol + metode numerik akar persamaan), setelah itu integrasi
terhadap theta pada term di penyebutnya (integrasi numeris seperti pada
perhitungan resistansi radiasi). Penentuan maksimum dengan Matlab
atau Octave bisa dengan fungsi max, sehingga penentuan direktivitas bisa
dipermudah secara signifikan.

1.

,t

sin'(d I 1)
Antena: Prinsip dan Aplikosi

Antena Kawot

85

l);rya pancarnya:

P=)-2.r,'i#*"(1*'up

direklivilu

)an resistansi radiasi dipol panjang

R,.d --

(dengan

z.i#."" (;*, o) o =

3{l

Z"=120n{l)

I)irektivitasnya:
panjang anlenna
dalam ),

Gambar 4.7 Direktivitas dipol sebagaifungsi dari panjang antena

4.3 DIPOL SETENGAH

GELOMBANG (DIPOL ).t2)

Dipol Setengah Gelombang (Dipol ?'" 12) adalah dipol dengan


panjang setengah dari panjang gelombang pada frekuensi kerjanya,
dipol ini adalah salah satu dipol yang paling sering dipergunakan. Hal
ini dikarenakan resistansi masukannya 73{1,, yanE sangat dekat dengan
impedansi karakteristik 75 Cl dari beberapa saluran transmisi, sehingga
memudahkannya untuk me-match sambungan saluran transmisi ke antena,

D=
on,

nilai maksimum pada

r 1I

1l

l_cos.l "l _
{sinO l2
[;'"'u)'u

o=A
2

')

D^= --i-=1,644
' 0,8219

terutama pada saat resonansi. Karena alasan di atas kita akan secara spesial
membahasnya sekarang.

4.4 ANTENA YAGI.UDA

Medan magnet dan medan lishik dipol setengah gelombang adalah:

Untuk menaikkan direktivitas atau gain dari antena kawat, seringkali digunakan dipol reflektor atau direktor. Dipol reflektor adalah kawat
yang diletakkan di dekat dipole yang diberi sumber (driven dipole) yang
bertugas merefleksikan balik gelombang yang mendatanginya. Sedangkan dipol direktor adalah kawat di sekitar driven dipole yang bertugas
meneruskan gerakan gelombang yang mengenainya. Antena yang menggunakan biasanya sebuah reflektor dan sejumlah direktor contohnya Antena Yagi-Uda. Jenis antena ini digunakan dari frekuensi 100 MHz sampai
ke beberapa GHz.

Hq

I^ e-jb ["o,
t2n
r
.

t-

Eu =

86

lt
^ Il-coslIn:
:cosd

12

sind

Zo'H*

Antena: Prinsip don Aplikasi

Antena Kawat

Gambar 4.8 menunjukkan antena Yagi-Uda dengan sebuah reflektor


dan 4 buah direktor.

Dengan menggunakan jarak direktor 1 ke driven dipole 0,156),


tlilakukan analisa berikutnya yang menghasilkan gain optimal pada jarak

Sebagai driven dipole digunakan dipole yang panjangnya sekitar

tlircktor 2 ke direktor satu di besaran 0,251" dengan gain 10,6 dB, seperti
tcrlihat di gambar 4.10.

setengah panjang gelombang, atau tepatnya 60/o lebih


setengah panjang gelombang

kecil dibanding
(= 0,47 l") sehingga memiliki impedansi

masukan sekitar 50 ohm. Atau seringkali digunakan folded dipole yang


memiliki performansi lebar pita yang lebih lebar dan memiliki impedansi
masukan yang kurang lebih empat

kali lebih besar dibandingkan

dengan

Perancangan dengan jumlah direktor yang lebih banyak bisa diteruskan dengan cara yang sama.
n'u

dipole biasa. Ke folded dipole ini disambungkan saluran transmisi pipih


yang memiliki impedansi gelombang/karakteristik sekitar 240 ohm.

el
l

Sebagai reflektor digunakan dipole dengan panjang setengah panjang

gelombang, atau juga sering dipakai beberapa dipole untuk mendapatkan


efek refleksi yang lebih baik. Jarak reflektor dari driven dipole sekitar
0,25L.
Reflektor

,.u

6'
E

8!

cl

g, u[

driven dipol

6.5

Direktor 3
Direktor 4

6L_

0.1

0.15 0.2
D, in

0.25

0.3

0.35

tr.

Gambar 4.9 Pengaruh jarak direktor I ke driven dipole terhadap gain

Direktor.,*":#T;-':::r::;'S"oo"rearahanyang
baik. Panjang director sekitar l% lebih pendek dari driven dipole.
Gambar 4.9 menunjukkan pengaruh jarak direktor I ke driven dipole
terhadap gain antena Yagi-Uda dengan sebuah direktor. Lokasi untuk gain

optimal sekitar 0,15

88

1,,

yaitu dengan gain sekitar 9,4 dB.

Anteno: Prinsip dan Aplikosi

Perhitungan antena Yagi dengan metode sederhana dikembangkan


oleh para penggemar radio amatir, dan disediakan di internet dengan nama
Ya gi C al cul ator (http I I vk5 dj mountgamb ier. org N agiN agi.html ).
:

Perhitungan antena Yagi secara serius bisa dilakukan dengan software seperti NEC2, Wipl-D, FEKO, dsb. Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca lebih lanjut di bab 13 tentang metode numerik di antena.

Antena Kowot

89

Aa)= **(1,, *)iJ,'


=p

.l',.

+f:,,)+

r,a,( !__!__( _L*1'))r-'n'


4n
4
r

I ,'o))

[z

7G)=l*eau.
24n r

Apendiks 4.8. Perhitungan medan

listrik dan

magnet dipol

panjang
Kembali dengan menggunakan persamaan (3.41) dan persamaan
arus (4.9),

0.15

0.35

0.2

D2 in ),

Gambar 4.10 Variasi jarak direktor 2 ke direktor l, dengan D,

A(,) =
0,156?u

Apendiks 4.A. Perhitungan vektor potensial magnetis pada

dipole pendek

Untuk perhitungan integral radiasi kita akan melakukan pengandaian yang akan mempermudah perhitungan, yaitu dengan menganggap
lf - f1 = r untuk pengamatan far field, sehingga dari dengan menggu-

lr-r1

)
dengan pengandaian di atas,

r adalah konstanta dan bisa dikeluarkan dari

integral,

z(r) =

x)

--(it

-+y''.

j, (' .

i,'.[( i.,'))

n'* *'o

d,t
"ikz,c.so

r,'Y

Dari matematika didapat

Jsin(a

nakan persamaan (3.41), vektor potensial magnetis menjadi

,r'l

r,(i,,,(_[i _,,)

bx). e"'dx =

#V'in(a

+ bx)-

b cos(a+ bx)l

Maka

i$)=t:!.
+r

',[lr#X*[,0-"'*[

r(i-

'

o*'(o(l-')),
'')).

-|,ffi[lr.*o,i,[r(i-,,))_-*,('(i-,'))1-,,,}#

+Y')+
Antena: Prinsip don Aplikosi

Antena Kawat

91

;(r)

* *#lr
u,

[rr

"o,

o,

l"'"

- (- rr

"'r

i)- "{- ; )).

^(r

*, u, (*
!). o*.(- ;

o"-

ui*"

"l*

i =j
'

* *['"'(o j *',)- *'(* i ). ;[,*(* j *, r)* *, r,*(o :\]+,


tak berkontribusi pada daya efektif

Sehingga

n =j

z(i)=*,o1'_;lr,"'*l*"o+7/ccoszrsi"(rl)-r"*(ri\+r"

wtukforfield:

*#[."'(or*.o)-

*'(r

i\+,.

dan dengan

Di kordinat bola:
A, = A, cos0 *

4 =-A, sinf + /(g)

/(g)

Ac

Eu = ZoH*

=o

Apendiks 4C Listing program (Matlab atau Octave)

L
L(a("q,) -ae.1=lvr7
= p.[
Er ao )'
!

Penentuan beamwidth antena

function

d(rAo)-'[-'t*o,.,,r2[0"-i""'..,n*"""(01)-o*-(o;)]+""'l
0r

=-

.,,ri"*o + ir
+

_u(* r*olo
ao

uu,

"'ru"'.'

;r

cos

cos

HH: (cos

BW=beamwidth (LL)
0. 000L :pi;

0:

(pi*LL*cos (theta) ) -cos (pi*LL)

).

/sin (theta)

IHmax,pos]=max(HH);

dr

# + F#,il*

thet.a:0.

HH=HH/Hmax;

osin(-l)- * *,1-

resin(*

.,0 *, o,^(o

; )-

r)-

*,(o

r)]o$l

i)1"

","(o

posmax=theta (pos) ;

ii=1;
dif (ij-) =abs (HH (pos+ii) -0.5*sqrt (2.0) \ ;
while dif(ii)>1.0e-4,
ii=ii+1;
dif (ii) =abs (HH (pos+ii) -0.5*sqrt (2.0) ) ;

r\{

end

pos_3dB=theta (pos+ii ),

",,

o)

ao

BW=abs (2. * (posmax-pos_3dB) ) *180/pi;

Perhitungan resistansi radiasi

function Rrad=radiation_resistance

(LL)

N=L00;

aA, _ p.

1" 2

de1

e-ik'

a?, 4n k' r

func=0 . 0;

for ii=1:N,

Untuk pengamatan farfield, terlihat hanya komponen yang pertama


saja yang akan memberikan kontribusi, sehingga
F, =

92

* #lr,

tatheta=pi /N;

theta=del-tatheXa / 2. ;

"'o

!*"' + 7* cos zesin(o

* )- "". (r

+\+ r,

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

A=cos (pj.*LL*cos

B=A*A/sin (theLa)
func=func+B;

(theta) ) -cos (pi*LL);


,.

theta=theta+del-tatheta ;
end
Rrad=50

.0*

func*deltatheta

-oo0ooAntena Kawat

93

Antena Arrag

5.1

PENDAHULUAN

Diagram radiasi dari sebuah antena secara sendiri (single antenna)


biasanya relatif lebar, misalnya dipole setengah panjang gelomb ang (l /2 )')

rnemiliki beamwidth 78o, atau dipole dengan panjang lambda 48o. Antena
yang memilibi beamwidth lebar akan memiliki direktivitas dan gain yang

relatif rendah.
Pada komunikasi jarak jauh digunakan antena yang memiliki gain
yang tinggi. Dengan gain yang tinggi ini, bisa didapatkan nilai Equivalent

Isotrop Rodiated Power (EIRP) yang juga tinggi, yang akan menjamin
jangkauan (range) yang lebih besar.

Pada aplikasi radar digunakan antena yang memiliki beamwidth


yang sangat sempit, yang akan menentukan resolusi sudut dari radar tersebut, sehingga bisa mendeteksi objek-objek yang berdekatan sebagai objek
deteksi yang terpisah.

Untuk mendapatkan antena yang seperti ini, kita bisa memperbesar


ukuran dari antena itu sarnpai melebihi panjang gelombangnya. Tetapi alternatif seperti ini akan memberikan masalah baru, yaitu munculnya side
lobetambahan dengan peredaman yang mengganggu. Makin panjang/besar

antena tersebut, makin banyak pula side lobes-nya (bab 4 antena kawat),
juga masalah yang berkaitan dengan mekanis dari antena yang terus membesar.

Di bab ini diperkenalkan cara lain, yaitu dengan menggunakan


beberapa antena yang disusun menurut konfigurasi geometris dan elektris

tertentu. Susunan antena ini disebut array (grup antena). Antena-antena


yang disusun menjadi grup&elompok ini biasanya antena yang sejenis
(misal array dipol, array waveguide, array mikrostrip), hal ini diprioritaskan
untuk mempermudah analisis, sintesis dan juga fabrikasi.
Medan listrilc/magnet total dari array adalah superposisi secara vektorial medan yang dihasilkan dari masing-masing antena. Dalam menghasilkan suatu diagram radiasi tertentu, ke arah pancar yang diprioritaskan
untuk mendapatkan direktivitas yang tinggi, diupayakan medan vektornya
saling bersuperposisi secara konstruktif (saling menjumlahkan), sedangkan ke arah pancar lain yang diinginkan memiliki direktivitas rendah, superposisinya diupayakan berlangsung secara destruktif (saling mengura-

5.2 ARRAY DUA ANTENA


Pengamatan kita mulai dengan stuktur yang paling sederhana, yaitu
array yang tersusun dari dua buah antena dipole Hertz dengan panjang l,
yang terletak di atas sumbu z (gambar 5.1). Kedua antena tersebut diorientasikan secara vertikal, satu sama lainnya terpisah oleh jarak sejauh d, dan
diletakkan simetris terhadap sumbuy, sehingga posisi antenna I di z: dl2
dan antena 2 di z: -d12.

Antena
Iz =

dicatu dengan arus 1, =

1."'*

sedang antena 2 dengan

- rp

I. e', (I:

amplitudo arus, dan B : phasa arus).

Akan dilakukan pengamatan pada titik p, yang terletak pada jarak


r, dengan sudut $ dari sumbu z. pada perhitungannya nanti, titik p ini diandaikan berada di medanjauh dari kedua antena tersebut, sehingga bisa
dilakukan pendekatan-pendekatan yang akan mempermudah perhitungannya.
P(r, $,

ngi/menghilangkan).

<p)

Ada lima parameter yang bisa digunakan untuk mengonfrol diagram


radiasi dari array:
1.

Antena

Konfi gurasi geometris array

a.
b.
c.
d.

Jarak dari satu elemen antena ke elemen yang lain.

J.

Amplitudo arus atau tegangan yang dipasangkan padafeeding elemen


antena.

4.
5.

96

-I
-I

linier: antena disusun pada suatu garis tertentu


circular: disusun di atas suatu lingkaran
planar: tersusun pada suatu bidang dua dimensi
secara tiga dimensi di ruang

2.

Gambar 5.1 Dua dipole Hertz yang membentuk arralt

Phase arus atau tegangan padafeeding.

Dengan medan listrik dari dipol Hertz untuk kondisi medan jauh
yang diberikan pada persilmaan (3.49)

Diagram radiasi dari masing-masing elemen.

Antena: Prinsip don Aplikasi

Antena Array

97

Eo*,ouo=fi2

, , +.sind.dr,

(5.1)

maka medan listrik total di titik P seperti ditunjukkan di gambar 5.1

=*r,,1+.sin
4nl-t12)

Dengan mengandaikan

{2,,, *"-4*"r+) .sinf,do,,'],r.r,


antena

titik P berada di

-I
-I

medan jauh, maka dapat

diambil pendekatan seperti pada gamba t 5 .2, y aitugaris-garis dari masingmasing dipol Hertz dan garis dari titik asal menuju ke titik P secara paralel,
atau

8r =Oz =8
Gambar 5.2 Pendekatan medan jauh untuk perhitungan medan listrik di
titik P

Sehingga persamaan (5.2) menjadi

E=
u
-

lLz ,' ,1"-'(r^-t)


*"-'lo'-*) l.in ua,,
4ou 'l. 4 '-i,

(s.3)

)""""0

Persamaan (5.3) menjadi

Untuk jarak dari antena ke titik P kembali digunakan pendekatan


medan j auh, y ang menghasilkan, masing-masing untuk variasi phasa

r,2
= r--cos0
d
"2 +f cos0

r.t = r

(5.5)

, =*, , , +.sind.
Pada hasil perhitungan

(5.6)

Antena: Prinsip dan Aplikasi

)l

z]au

fin
)

,,
aol"'(oi*'*t) *"-'(ri"'*'))
=*,
4nr"[., +.sinee.

di

ao.zcoslr&cdcoso+

atas, didapatkan medan

B)

(s.7)

listrik yang di-

hasilkan oleh array yang terdiri dari dua dipol Hertz

E=

98

(5.4)

dan untuk variasi amplitudo

rr=r2=r

+-

, .,1 ''tlr'-ri*""-t) "-i(r,+r!*"0*f

4xl.'

--Lz

Anteno Array

Eo,oo,

r",,,' AF

(5.8)

99

I
,"lran Eaipotuno seperti di persamaan (5.1) yang merupakan
.karakter
- dari antenna
penyusun

array ini, dan dengan AF sebagaifahor


yang dihasilkan oleh pembentukan array ini (AF
: Array Factor)

AF = z"orllra
Jadi

rl+ B),
"os

densan

k = 2n I ).

Dengan deret Taylor


1(t+

, = {( r* 14.oro
)=, *la.o.o
2r -)"2-uu

Contoh 5.1
Lakukanlah pengujian pendekatan jarak

r,

dan

r, di

atas untuk

l+ x / 2 untuk fx[<<l), menjadi

untuk 1 bisa dirakukan perhitungan


yang sama untuk mendaparkan

(geometri dari anay) dan fungsi dari phasa


arus pembangkit pancaran.

amplitudo dan phasa.

, = {'-14.oro-).z"uu
)='-1a.oro
( 2r

(s.e)

lf'merupakan fungsi dari jarak kedua dipol satu dengan


lainnya

x),,

Il

Jawab:

lil;,

,1,#;I::X-$iengaruh

di ampritudo, yaitu

t/r,

atau

t/r,,

dan

untuk merihat pengaruh di kedua


bagian

itu d,akukan anarisa


dengan nilai-nilai khusus,
misalnya jarak ke titik p
sebesar , = zoometer,
jarak antar antenna
I meter lworse caselkasus ekstrem
cos g

P(r, $,q)

d:

= I).

lt = r -dcosO =200m_0,5 m:

199,5 m, maka

l/rr:0,0050125

m-rdan
12

=r

+-dcosO=

200 m

l/rr:

0,0049975 ma,
sedangkan

I/r:

Q,QQ5

6-r.

Sehingga untuk pendekatan

error sebesar 0,25yo.


I

Dengan menggunakan segitiga AOp di gambar,


bisa dihitun

rr menggunakan rumus kosinus

,, = b, + Q t zal

l/r, = l1y dan l/r, l/r


=

memberikan

pendekatan

2r.t / 2d co,

g jarak

ini tak boreh dirakukan untuk


phasa, karena kerebihan
atau kekurangan factor ld.o.O
akan menjadi
dengan kons tanta phasa
klung

ol', ='('-l"o"J"

penting akibat dikalikan


-.ngundung informasi panjang gerombang.

Jadi harus diamati factor nf"oro,


jika jarak antena sebanding
dengan
paniang gelombang, misal
aplikasi di atas digunakan
urt t r..tr.rr],
300 MHz yang panjang gerombangnya
rebih kec, dari r m, factor
tersebut
sudah
memberikan deviasi sebesar

t@

* 0,5 m = 200,5 m, memberi kan

Antena: Prinsip don Aptikasi

Antena

1g0".

Arroy
rcl

T
Contoh 5.2:
Diberikan array seperti di gambar

listrik total untuk jarak kedua dipol 7 =

5. I , tentukanlah posisi

Uitu nol

jika

E r,*,

c.0=-n12

,oo = 0 , yaitu dari karakter

antena penyusun

array ini
atau

AF

:0

Jadi pada

yang diakibatkan oleh pengelompokan antena.

t} = 0o dan O = 180"

AF = 2"o,(o
atau dengan

=I,

l"o,

o.

+)=

Fungsi kosinus memiliki nilai nol

l\

l'. ,f

dengan

l2'.

makacoso

-, : o(,.;)

-1, cosO =

-1,

+
atau O

cost = 4n +3
= 180'

Gambar AF dan diagram radiasi array ditampilkan berikut ini.


Untuk kasus B = 0, tak ada perubahan yang signifikan pada diagram
radiasi. Sedangkan pada B =frt 12, diagram radiasi array mengalami
perubahan dibandingkan dengan dipole Hertz. Terjadinya perubahan arah
pancaran utama yang mengarah sekitar 30" ke atas atau ke bawah dari
bidang horizontal.

(E*o,,Hertz = 0 ), dan
o

=z.or[f,.o, o.

AF

F = -n

Solusi hanya untuk n

Jawab:

c.

dun phasa arus sebesar

b.F =n l2

a' F =0

nol medan

9=n/2

+)=o

jika argumennya:

n: "',-2,-1,o,1,2,...

Jadi

lcoso *L =(r.;}r

a.

9=0:makacoso=

dengan n

: ..., -2,-r,0, t,z, ...

{".*)

Di sini terlihat dengan n = ..., -2, -1, O, 1,2,..., cost}


cos0 < -1, sehingga tidak ada solusinya.

>l

atau
F=

-nlZ

Jadi hanya ke arah O = 0' dan O = 180' tidak terjadi pemancaran,


yang diakibatkan oleh dipol Hertz itu sendiri.

b.

=r 12:makacos0+r=y'r*f') =+
( 2)

Solusi hanya untuk z

cos0
--

= 4n+l

0, cos0 = 1, atau O = 0o
Anteno: Prinsip dan A,plikasi

Antena Array

103

Contoh 5.3:
sekarang kita akan mengorientasikan dipol Hertz ke arah horizontal,
seperti ditampilkan di gambar berikut. Analisa diagram radiasi array.

-T

-,I

*
Jawab:
$=nlZ
fi=nl!

Maka dengan acuan sudut $, dipor Hertz memiriki diagram pancar


dengan fungsi

cos8.

Dari pengamatan sederhana ini kita bisa melihat efek yang ditimbul-

sedangkan AF memiliki bentuk yang sama seperti contoh sebelumnya, karena tak ada perubahan parameter pada fungsi tersebut.

Gambar berikut ini menampilkan diagram radiasi array. pada kasus


= rc I 2 , antewra I berfungsi sebagai reflektor, sehingga arah pancaran

utama akan ke -180,, sedangkan untuk


F
sebaliknya.

9=-n/Z

=-nl2

terbentuk kondisi

kan oleh array dengan bermacam-macam phasa dan orientasi antena.

Contoh 5.4;
Amati fungsi AF untuk jarak antarantena yang divariasikan dari)'|4,
X12,3?'14, dan

1".

Jawab:
Gambar berikut menunjukkan AF yang mengubah akibat variasi
jarak antara kedua dipol Hertz

1U

Antena: Prinsip don Aplikosi

Anteno Arroy

105

d:?"

Gambar 5.3 Array linier yang terdiri dari N buah antena di sepanjang
sumhu z
Kepada masing-rnasing elemen diberikan arus pencatu yang mesama tetapi phasa yang berbeda, yaitu phasa yang

rniliki amplitudo yang

membesar secara linier dengan,

trf _f
- t

Iz = I 'ei\

I'=I'ej29

5.3

atau secara umum

ARRAY LINIER N ANTENA

kita akan lakukan pengamatan pada array yang secara


umum terdiri dari N buah elemen antena. Gambar 5.3 menunjukkan array
tersebut yang disusun secara vertikal di sepanjang sumbu z. Jarak antara

I,=I'"ib-t)9

Sekarang

Jarak dari setiap antenna ke

titik

pengamatan

P di

medan jauh

adalah

fr=T

antena yang berdekatan sama, yaifu d, sehingga besar total antena adalah

(N- l)d

rz = r

\
106

(s.10)

Antena: Prinsip dan Aplikosi

Antena

-dcos0,
= / -2'dcos0

Arral

107

atau secara umum


rn =

(s.11)

-("-1)'dcos8

(5.16)

'',(r)

Dengan analogi perhitr,rngan seperti pada array dua elemen, faktor


untuk
struktur array di gambar 5.3 menjadi
array

AF =1.t,
a

"fi(kd

"i(kdcoso+f)
coso+fl)
+ ... *

(s.r2)

"iz(u"oso+0)

Faktor array mempunyai nilai maksimal

AF^ :

N.

Atau dengan me-norm faktor array di atas, kita dapatkan

"i(tt-t\ucosarp)

Dengan

:ftdcos9+p

AF,

(s.13)

l7)

(5.

menjadi

AF

: I * siv I

si2v

ei3v +

... * si(N-t)v

(s.14)

0.9

Cari alternatif yang penulisannya lebih korrpak akan diturunkan di


sini, yaitu dengan mengalikan rumus ini dengan e/v , sehingga

AF.eiv- eiv + si2v a gitv q ei4v... *

giNv

(s. l s)

Dengan mengurangi persamaan (5.15) dengan (5.14) menjadi

DjNtt/
iL'-

erY

_l

-l

o.4
.Ntt/
J .

e ' -e
-tt/
iY
e2 e'-e

oJ

o.7

0.5

-l

Ntt,

0.

0.6

AF.eiv - AF-eiNv - |
AF -(eiv -1)= ei*v

AF N

J j

0.3

.NV/

-J

"

o.2

.tl/

J1

0.'t

ou

-'t

-5

AF="j('-'Eq

_-..r+
Gambar 5.4 AFNuntuk array denganN:
dari y

"'"15,
Dengan mengambil titik referensi di tengah-tengah array
eksponsial di atas bisa dihilangkan, sehingga

108

ini,

dan N

6 sebagaifungsi

maka

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Antena Arroy

109

derrgan

n:4,

1,2,....

1
I

0.9

'r(5)=

stn v/
2

0.8

dengan

o.7

\=**'tE

Y =!m'2n

(s.22)

m: O,1,2, ...

Untuk n

0,

n:

N, dan seterusnya syarat di persamaan (5.20) tidak

jadi hanya untuk n : 1,2,3,..., N-I. Sehingga terdapat N - I


posisi nol untuk 0 <r{ <2n, dengan posisi yang diberikan oleh persamaan

sin6Y

0.6

o, jika

tcrpenuhi,

0.5

(s.21).

o.4

Posisi sudut

yang menghasilkan AF bernilai nol, bisa ditentukan


clengan persamaan (5.13), yaitu:

0.3

o.2ll- "t

tlZn=kdcos|+ 0
N

0.1

%'

6t

Gambar 5.5 AF terjadi dari pembagian dua buahfungsi sinus berbeda


periode
5.3.1 Posisi Nol

Array N Antena

Posisi nol dari array

o*,,, =arccos

antena bisa didapat dengan menjadikan

persamaan (5.17) menjadi nol

dengan n

l++1.*

,*-e

6.23)

10, N,2N, ...

Contoh 5.6:
Untuk N : 6, tentukan ke arah sudut mana tidak terjadi pemancaran,
asumsikan seluruh antena dicatu secara se-phasa dan jarak antarelemen
0,5

1".

Jawab:

L ""[tJ=o

AF,,
=
,"N

(s.1e)

Dari persamaan (5.21) didapatkan V yang menghasilkan AF men-

jadi nol, yaituuntuk

s3333
+]-n

',"[5)

n=|,2,3,4,5:V =t1rc

,t?n,X1n,+ln,

dan

,tr[*)=
"*,

o o"n*u,

'.[ry)=o,jikary=
112

syarat

,*(]).

*n'n= * =*#^

(s.20)

Sedangkan posisi arah pemancaran bisa ditentukan dengan persamaan (5.23)

(s.2t)

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Antena Arroy

o,.,

=arccos

[*+1- #

Karena nilai cosinus minimal

dapat nilai untuk n :


n=1

dan maksimal

pengecualian nilai maksimum yang pertama dan terakhir dalam interval

0<yS2r.

[-;]

Di

*1, maka hanya ter-

garnbar 5.5 terlihat ada sedikit perbedaan antara posisi nilai


maksimum untuk sin(Ny l2) dan lF.

1,2 dan3, yaitu:

' (t'tv\ memnunvai maksimum Pada


ttl?,J

: O*u, = arccos 0,333 = 70,53' dan


Otuul

n=

-l

r*-o)=arccos

= arccos (-0,333) =109,47"

2: 8*u,, = arccos 0,667 = 48,19'


Or,rurt

n:3 :

ry=-(;."}' =* =t(r+ rd*n

dan

v =t(l +zfiLn

= arccos (-0,667) = 131,81"

Oy,rr = arccos 1=
O*utr = arccos

0'dan

(-l)

= 180'

(s.2s)

Untuk N

= lTc = 2,618, secara eksak2,6027

6:

V,

;fi
b

nilai pertama, jadi bukan maksimum dari AF

5.3.2 Posisi Nilai Maksimum Faktor

Array N Antena

*n
2

=1,571, secara eksak posisi maksimum AF pada 1,5125

Nilai maksimum terjadi jika kasus


saat persamaan (5.23)

memiliki nilai

n:

terpenuhi, yaitu pada

0, N, 2N, ...

Yq

Maka persamaan (5.23) menjadi

o*u*=

***l*(xz*r-e)]

f)

=;ft
o

fl:0,1,2,

secara eksak didapat 3,6805

a
1

V, = ifi
z

(s.24)

dengan

=3,6652,

\I e = ;fr

.....

Posisi nilai maksimum di atas adalah maksimum global yang meru-

Di dalam aplikasi antena, maksimum


giobal ini adalah main beam. Selain itu AF mempunyai nilai maksimum
yang lain, maksimum lokal, seperti yang terlihat di gambar 5.5. Di aplikasi
antena, maksimurn lokal ini adalah side lobes.

pakan nilai AF yang paling tinggi.

dari

= 4,7 124, secara eksak didap at 4,7 7 07, dan


nilai terakhir, jadi bukan maksimum dari AF

Posisi di atas tentu saja bisa dilengkapi dengan nilai-nilai negatif


dan periodisitasnya dengan periode 22.
Tabel 5.1 menyatakan hasil dari perhitungan posisi side lobes dan

peredamannya secara aproksimatif dan eksak.

Posisi nilai maksimum ini secara aproksimatif bisa diketahui deng-

an menentukan nilai maksimum dari fungsi sinus di pembilang, dengan


114

Anteno: Prinsip don Aplikasi

Anteno Array

115

1
Tabel 5.1 Posrsi aproksimat if dengan peredamannya dibandingkan
dengan hasil eksak
Posisi

Side
lobes ke

approks.

1,571

0,2357 = -12.55d8

1,5125

2,618

2,6027

0.2392:
o.1727:

2.43d8

1,665

0,1725: -15.2619d8
0,1725: -ts.26l9dB

3,6805

O.1727 =

s.253odB

0,2357: -12.55d8

4,7707

0.2392:

2.43d8

4,712

Per6daman app.'

Lakukan analisa kesalahan yang dihasilkan persamaar. (5.26) untuk


array dengan

20logl- O,X57l= -12,55 dB

5.3.3 Beam lYidth

Atay

Karena maksimum dari AF terletak di ry:0, maka untuk antena


yang sangat direktif besar kemungkinan batas beam width-nya tak jauh
dari

y:0.

Untuk nilai

yang sangat kecil, AF bisa diaproksimasikan menjadi

N:

N:2,

sampai

.N

Hasil eksak

10.

Jawab:

\2
-l )=L sin(3x1,571) = I -l = _0,235j
AFu _t
6 sin(1,571l2) 6 0,707
' .r"(,Y)
\2)
+

6, pendekatan ini menghasilkan 0,4637, dengan hasil eksak

0.4695.

Contoh 5.7:

s.2530d8

Nilai peredaman didapatkan dengan memasukkan nilai posisi y ke


persamaan (5.17), misalnya untuk Vr : 1,571, maka peredamannya adalah
nilai AF* di sana

. (a,rv
sml

[)ari gambar 5.5 bisa diaproksimasikan nilai yang kurang lebih sama.

Peredaman eksik

Posisi eksak

l]ntuk N

,'

Persamaan (5.26)

Error [7ol
12,93

1,5708

1,3910

0,9756

0.9273

5,21

0.7153

0,6955

2,8s

0,5665

0,5564

1,82

o,4695

0,4637

t,25

0,401I

0,3974

0,93

0,3503

0,3478

0,72

0,3109

0,309

0,s8

l0

0,2795

0,2782

0,47

Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan untuk persamaan (5.26),

yang akan bagus jika antena yang dimiliki memiliki beamwidth kecill
sempit, dalam hal ini memiliki N yang besar. Tabel memberikan hasil
kuantitatif tambahan. Untuk N > 5, kesalahan sudah dibawah2%o.
Contoh 5.8

I
N

AF*

='{ry)

Diberikan sebuah array yang terdiri dari 6 buah elemen antena isotrop
yang dicatu dengan arus yang memiliki amplitudo sama dan se-phase.

Jika jarak antarantena sebesar setengah panjang gelombang, sketsakanlah

Sehingga dengan menggunakan tabel si seperti diberikan di apendiks 5.A kita bisa mendapatkan batas beam width irri dengan pendekatan

di atas menjadi

Nv
2

116

+1.39r

diagram radiasi array ini.

Jawab:
6, B : 0, d/)": 0,5, dan untuk elemen berupa antenna isotrop, diagram radiasinya sama dengan AF, yaitu
Data yang kita

(s.26)

Antena: Prinsip don Aplikosi

Anteno Array

miliki

adalah,

N:

117

1r
l

AF*

0.9r

'',(f)

0.81

o7)

Yang ditunjukkan di gambar 5.5. Dengan

\t =2n4"or0+
lL
V

06i

=n cos0

0.5i
O.4'

Untuk O berlaku interval 0 <8 < 180', sehingga dengan


=zr cos0 kita dapatkan hubungan sudut pancaran dengan besaran

bantu

0.31

021

y.

1l

0.1i
i
I

4 \-2

9e

\o

Gambar 5.6 AF dengan korespondensi 9, untuk

dll:

0,5 dan

B:0

terus diperbesar, \y akan bernilai negatif, tetapi kita akan


mendapatkan nilai AF yang berupa pengulangan dari nilai di pemancaran
di atas bidang horizontal.

Jika

Diagram radiasi ditampilkan di gambar 5.7. Main beam mempunyai


arah pada bidang horizontal 90'. Side lobes seperti yang diberikan di tabel
5.1,

20 40 60
60
80 100 120 140 160

180

t'

,llil.:.,,i.it'l:.

Kita akan memulai pengamatan dari $ : 0o yang berarti pemancaran


ke arah vertikal ke atas. Nilai y: zr ini akan menghasilkan AFu: 0 seperti
yang kita lihat di gambar 5.6.

r,571

9=cos-r(v/n):60'

2,618

34"

3,665 = -2,618

r46.

4,712= -1,571

120.

Dengan membesarnya S, yang berarti arah pancaran akan menuju

bidang horizontal, nilai ry akan mengecil, sampai menuju nol pada saat
S :90', yang pada gambar 5.6 akan kita dapatkan main beam dari AF.
118

Antena: Prinsip dan Aplikosi

Antena Array

119

30' yang secara radian bernilai B : nl6. Tak ada yang berubah
pada AF, tetapi untuk fungsi penghubung sudut pancar $ dan besaran banB

tu

menjadi

V =rucos0+1
6

Fungsi ini divisualisasikan di gambar 5.8. Fungsi kosinus dengan


amplitude n, digeser ke atas sejauh r/6. Sehingga nilai V : 0, sekarang
terjadi untuk arah pancar yang lain, yaitu

0=zcos
Gambar 5.7 Diagram radiasi aruay 6 elemen, dengan

p:0

d/)t:

0,5 dan

Contoh 5.9:
Amatilah kasus di contoh 5.8 tetapi dengan perbedaan phasa pada
arus pencatu sebesar 30'.

O*+ =

d=cos-r

(-ll

6)=99,59"

Diagram radiasi dimulai pada $ :0, atau pada y :7n/6=3,665, dan


berakhir pada $ : 180o, atau pada \y :-5fi16: -2,618, yang keduanya terletak di side lobes. Gambar 5.9 menunjukkan korespondensi sudut pancar
dengan AF.

= 99,5f

Jawab:
0.9
7n/6 =3,665

0.8 ----

0.7--

v/

-l

0.6---

0.5- ---0.4- -

0.3 ----i
o

=,.("^e *!)=

o'2-

=ee,sr

0.1- -5rd6 = -2,618


120

180

9o-

-------i
S

(V = t66Tf-------->
= 180'(V = -2,618)3 = 0'

Gambar 5.8 Grafik penghubung sudut pancar $ dan variabel bantu ty


Gambar 5,9 AF dengan korespondensi 9, untuk
120

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Anteno Arroy

dh:

0,5 dan

p:jA,

Diagram radiasinya diberikan pada gambar 5.10. Phasa sebesar 30o


menyebabkan terjadinya perubahan arah pancaran (tilting) sebesar 9,59'
ke arah bawah.

linier dengan 0 =30" . Jarak antarelemen d =?u. Berikanlah sketsa dari


tliagram radiasinya, tentukanlah arah pancaran maksimalnya, arah side
lobes dan besar redamannya.

.lawab:

l3) menjadi

Persamaan (5.

_lt
y'1.
=2tr$"oro +F =2n cosr) + -

Gambar 5.11 menunjukkan grafik dari persamaan tersebut, nilai


minimal -5,7 6 dannilai maksimal 6,8 1.
8

6,81

Gambar 5.10 Diagram radiasi array 6 elemen, dengan

d/L:

0,5 dan

9: iU

rttl

:\'\
i

i
i \i

\i

i--f--\

Contoh 5.10:

\\

Pada sebuah array denganjarak antarelemen sebesar setengah pan-

jang gelombang, berapa beda phasa yang harus diatur sehingga main beam

---,- i

akan mengarah pada 87o

llti
rll
illt

Jawab:
.Iarak antarantena

d:

Karena main beam terletak pada

y:

0, maka dengan $:87", di-

'5,76

dapatkan nilai phasa

- ncos

87o

i
l

- 0,052 n

Gambar

- 9,42o.

5.ll

20

I
I

ltl
!ltt
- - - t
lir
rl

0,5 ), menghasilkan persamaan berikut ini.

i--l\

li11

V =ncoso+B

I
I

- - - - - - -t-

- - - l-

I
l

40

60

80

100 120 140 160

180

Grafik penghubung sudut pancar $ dan variabel bantu

t4t

Contoh 5.11:
Diberikan sebuah array yangtersusun dari 6 buah elemen yang sejenis dengan amplitudo arus yang sama dan phasa arus yang berubah secara

122

Antena: Prinsip don Aplikasi


Antena Arroy

123

Maksiraum global terjadi pada ty = ZiT = 2tt cos 8+ tr I 6

V = 0 = 2tT cos 8+ n I 6

+ O = 23,56" dan

= 94,J8'

Arah-arah side lobes, dengan menggunakan data pada tabel 5.1

4,712

t)=arccos[[.

u.".o,[[*,, n -

Peredaman

+]"]

[)r

(tabel 5.1)

zx.l = ou,r'

t2.55dB

3,665

60.

2,618

70,53"

5.2619d8

r,571

80,4,

2.55d8

-1,571

109,47,

2.55d[j

-2,618

120.

5"2619dB

-3,665

l3l,8l.

5.2619d8

4,712

146,44.

2.55dB

?,

Dan tambahan side lobe pada O =

5.2619d8

180'

atau

=!6

peredaman yang bisa dihitung dengan : AF,.


N-

tlr

- 5,'16, dengan

r)
')

=0,644

atau

-3,82 dB.

40

60

80

Gambar5.l3 Radiasi array

124

6 elemen, dengan

dlL: I dan B: jg'

Anteno: Prinsip don Aplikasi

Antena Arroy

125

Fungsi si(x)

X si(X)
0.2r 0.99266619

.46 0.68073176

0.22 0.99195283

0.98961 584

.47 0.67681929
.48 0_67289246
.49 0.66895 r 5l
.50 4.65499665

0.98877135

s10.66102813

A9878942t

"52 0"65744615

a.n 0.99t20662
0.24
0.25
0.26
0.27
0.28
0.29

4.9904276r

0.98698446
0.98604216
0.30 0.98506736

0.310.984060t2
0.32 0.983020s0
0.33 0.98194857
0.34 0.98084439
0.3s 0.97s70802
0.36 0.978539s4
037 A.97733901
0.38 0.97610550
0.39 0.97484209
0.40 0.97354586

0.4t 4.9'7221787

;;':j*"iidj.i*
0.00 1.00000000
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09

0.99998333
0.99993333

2.s0 0.23938886

t.27 0.75204792

2.52
2.53
2.54
2.55
2.s6
2.s7
2.58
2.59
2.60
2.61
2.62
2.63

1.28 0.74844989

0.99973335

l-29 0.74483338

0 e9958139
0.999400i r
0.999183s3

1.30 0.74119ti60
t.3t 0.73"154516

0.r0 0.99833417

0.lr

1.25 0.75918770
1.26 0.75562726

0"9998500r

0.99893367
0"99865055

0.99798455

0.12 0.99760173
0.r3 0.99718571
0.14 0.99673653
a.$ 0_9962s422
0.16 0.99573879
0.17 0.99519029

"i2 0.73187508

1.33 0.730186,75

i.34 0.?2648100
].35 $.722"t5804
1.36 0"7190r809
1.37 {J.71526136
1.38

0.?l l4t{807

1.39 0"70769843
1.40 0.70389266

l"4l

0.70007099

0.19 0.99399418

r.420.6962336/
r.43 0.69238081
t.44 0.68851274

0.240.99334665

r.45 0.68462965

0.t8 0.99460874

126

.]j:

z.st 0.23s23t44
0.23108359
0.22694551
4.22281141
0.21869950
0.21459t97
0.21049s03
0.20540888
4.2{}}.333"1?-

0. r9rJ26976

A.tq4'21718
4.19017620
0.r851.4?00
2.64 0.18212978
2_65 4.17812473
2.66 0.r7413205
2.67 0.t70t5194
2.68 0.16618457
2.69 0.16223014
2.70 0.15828884

,1 11.,* x'

si6i1"1"":1''

3.75
3.76
3.77
3.78
3.79
3.80

-0. 524t615
-0. 5418569
-0. 5593027

3.82

."0.

-0. 5765006
-0. 5934505
-0. 6101523
3.8 t -0. 6266059

tl

64281
3.83 -0. 6587677
3.84 -0. 6744V 59

3.85 -0. 6899354


3"86 -0. 705 1463

3.87

-CI.

3.88
3.89
3.90
3.91
3.92
3.93
3.94
3.9s

-0. 7348220
-0. 7492868
-0. 7fis$A
-0. 7774705

7201085

-0. 791 1895


-0. 8()46600
4_ 8178822
-0. 8308560

Anteno: Prinsip don Aplikasi

0.42 0.9708s822
0.43 0.96946698
0.44 A.96804424
0.45 0.96659008
0.46 0.96510458
0.47 0"96358784
0.48 0.9620399,5
0.49 0.96046r00
0.50 0.95885108
0.51 0.95721029
0.52 0.95s53873
0.53 0.95383649
0.54 0.95210369
0.s5 0.95034042
0.s6 0.94854678
0.57 0s4672289
0.s8 0.94486886
0.59 0.94298478
0.60 0.94107079
0.61 0.93912698
0.62 0.9371s348

Anteno Array

Xsi(X)

X siQ()

0"65305094
0.64904275
0.64502178
0.64098828
.s7 0.63694247
.s8 0.63288459
.59 0.5288148s
.60 0.62473350
.61 0.62064077
.62 0.61653688
.63 0.61242247
.64 0.60829657
.65 0.60416062
.66 0.60001445
.67 0.59s85829
.68 0.59169238
.69 0.5875169s
.70 0.58333224
.71 0.s7913848

.53
.54
.55
.56

.72 0.5749359r
.73 0.57072476
.74 4"56650328

2.71
2"72
2.73
2"74
2.75

2.76
2.77
2.78
2.79

0.15436086

0.t5444639
0.146s456CI

0.14265868
0.13878582
0.13492719
0.13108298
0.12725336
0.123438s2

2.80 0.1 1963863


2.81 0.1 1585386
2.82 0.1t 208438
2.83 0.10833038
2.84 0.t0459203
2.85 0.10086948
2.86 0.097t629r
2.87 0.09347249
2.88 0.08979839
2.89 0.08614076
2.94 0.08249977
2.91 0.07887558
2.92 0.07s26836
2.93 0"07167826
2.94 0.06810s44

4.1

-0.2 004828 I

4.12 -0.2 0r 36145


4.13 -0.2 0221575
4.t4 -4.2 0304575
4"15 -0.2 0385 149
4"16 -0.2 0463303
4.17 -4.2 0539040
4.18 -0.i 4612366
4.19 -4.2 0683286

4.23

-0.1

4.25
4.26
4.27

3.010.043s9242

"77 0.ss379914
.78 0.s49s.1866
.79 0.54s29102
.80 0.54r02546

3.02
3.03
3.04
3.05

0.53247754
0.52819366
0.52390380
0.51960822
0.51530714
0.51100081

4.00 -0.1 8920462


4.01 -0.1 9034937
,1.02 -0.1 9147342
4.03 -0.1 9257279
4.04 -0.1 9364750
.1.05 -0"1 9469759
4.06 -0.1 957?-309
4.07 -0.1 9672403
4.08 -0.1 9770043
4.09 -0.1 986s234
4.10 -0.1 9957978

2"98 0.0-s399004
2.99 0.05050592

3.00 0.04704000

.82
.83
.84
.85
.86
.87

3_99 -0.1 880271 5

-0.2 075 I 804

2.96 0.0610122s
2.97 0.05749220

036227768

.810.53675522

3.96 -0.1 841s8 I 7


3.97 -0.1 8560594
3"98 -0.1 8682893

4.24
4.21

2"95 0.06455005

.76 0.55844223

"75

X si(X)

0.040r6333
0.0367s287
0.03336r 18

0.02998841
3"06 0.02663469
3.07 0.023300r7

3.08 0.01998497
3.09 0.01668925
3.10 0.01341312
3.1I 0.01015672
3.12 0.00692018

-4.2 0817927
4"22 -0.i 088 I 559

a9$007

4"24"0.2 1001977
-0.2 1058573
-4.2

l r 12803

11646't3
4.28 -0.2 1214188
4.29 -0.2 t26t3s7
4.30 -0.2 t306t8s
-0.2

4.31-0.2 t348679
4.32 -0.2 1388846
4.33 -0.2 1426694
4.34 -0.2 1462230
4.35 -0.2 1495462
4.36 -0.2 1s26396

4.37 -0.2 1555041

127

T
i
I

Xsi(X)

Xsi(X)

X si{X)

0.93515041
0.933 I 1788
0.93105601

l.88 0.s0668947

3.13 0.00370364

t.89 0.50237334

3.14 0.00050721
3.15 -0"00266897

0.92896493
0.92684476
0.92469562
0.92251766
0.92031098
0.91807573

r.9t 0.49372771

4.38 -0.21581404
4.39 -0.2160s495
4.4A -0.2t627320
4..41 -0.21546888
4.42 -0.21664208

X si(X)
0.63
0.64
0.65
0.66
0.67
0.68
0.69
0.70

0.71
0.72 0.9158t204
0.73 0.91352005
0.74 0.91I19988
0.75 0.90885168
0.76 0.9064',t559
0.77 0.90407r74

0.78 0.90164028
0.79 0.89S18136
0.80 0.8966951 I
0.810.89418170
0.82 0.89r64126
0.83 0.88907394
0.84 0.88647990
0.85 0.88385930
0.86 0.88121228
0.87 0.87853901
0.88 0.87583964
0.89 0.873 1 1432
0.90 0.87036323
0.91 0.86758653
0.92 0.8647843',1
0.93 0.86195593
0.94 0.85910436
0.95 0.85622685
0.96 0.85332455
0.97 0.85039764
4.98 0.84744630
0.99 0.84447069
1.00 0.84147098
l.0l 0.83844737

1.90 0.49805268
1.92 0"48939868

r.93 0.48506583
1.94
1.95
1.96
1.97
1.98
1.99

0.48072939
0.47638960
0.47204669
0.46770092
0.46335250
0.45900 t69

2.00 0.4s46487r
2.010.45029381
2"02 0"44593

2.03
2.04
2.05
2.06
2.07
2.08
2.09

,122

0.44157918
CI.43721993

0"43285969

0A28498'n
0.42413'123

0.41977547
0.41541368
2.to o-4t 105208

2.1I 0.40669091
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17

2.r8

0.40233042

039797082
0.39361235
0.38925525
0.38489975
0.38054608
0.37619447
0.37184516
0.36149837
0.36315433

l-02 0_83540002

2.19
2.20
2.21
2.22
2.23
2.24
2.25
2.26
2.27

1.03 0.83232912

2.280.33284242

t.o4 0.82923483

2.29 0.32852864

128

0.3588t328
0.35447544

435014104
0.34581031

0.34148348
0.33716077

3.16 -0.00582478
3. r7 -0.00896010
3.18 -0.01207481
3.19 -0.01515879

3.20 -0.01824192
3.21-0"02129408
3.22 -0.42$2517
3.23 -0.42733506
3.24 -0.03032364
3.25 -0.03329081
3.26 -0.03623646
3.27 -0.03916048
3.28 -0.04206216
3.29 -$.4449432t
3"30 -0.04780173
3.31 -0.05063820
3.3',2 -0.05345254
3.33 -0.05624464
3.34 -0.05901442
3.35 -0.06176178
3.36 -0.06448663
3.37 -0.067r8888
3.38 -0.06986844
3.39 -0.072s2s22
3.40 -0.07515915

3.41-0.07777013
3.42 -0.0803s809
3.$ -4"08292295
3.44 -0.08546453
3.45 -0.08798305
3.46 -0.090478t4
3.47 -0.09294983
3.48 -0.09s39804
3.49 -0.49782272
3.50 -0.rc422378
3.51 -0.10260117
3.52 -0.10495482
3.53 -0.10728467
3.54 -0.10959065

4.43 -0.2t679289
4.44 -0.21692138
4.45 -0.21702765
4.46 -0.2171I180
4.47 -0.21717390
4.48 -4.21721406
4.49 -0.21723236

+50 -4.21722892
4.51-0.21720381
4.52 -0"21715714
4.53
4.54
4.55
4.56

-0.21708900
-0.21699951
-0.21688876
-0.21675685
4.57 -0.21660390
4.58 -0.21642999
4.59 -A.21623525
4.60 -0.21601978
4.61 -0.21578369
4.62 -0.21552't09
4.63 -0.2r525010
1.64 -0.21495282
4.65 -0.21463536
4.66 -0.21429786

X si(X)
.0s 0.82611736
.46 4.82291687
.07 0.81S81 156
.08 0.81662760
.ttq 0"8134i919
.i0 0.81018851
. t 1 0.8069-1575

.r20.80366111
" 1r 0.80036.477
t4 {'}.7t)70469_7
.15 4.79370777
.16 4.79034,"75!

230 4,32421966
2.31 0.J r991.570

232431s61700

3.51) -0. I ilfl1{r0rr'j

zt 84

'2.35 03A2754{:2

:i.60 -0 1229323-$
3"61 -0.12505977
3.62 -0"t2717290

4.{t5 -0.20423640
4.86 -$.2A352.372

2.36 0.29847914

2.310.2942nA2
238 4.2899474"1
2.39 0.28s69172
2.40 4.28144299

2.4t 0.2772A119

.t8 0.78356442

2.$

a.'77669924
0.77323636
0.76975357
0.766251A6
0.7627290',3

4.82 -0.2062687t{
4.U3 -0.20560907

3.58

2.42 A 27296744

0.780i4199

4"n0 -0.20753429
4.8 r -0.?0691057

2.33 0.31t3237'l
2.34 0.30703674

.i7 A.78696(t32
.19
.20
.21
.22
.23
.24

3.55 -0.1 118t272


3..5fi 0. I I 4l -]082
3.57 -0 i163648tt

4.26874105

2.44 0"26452254
2-45 0.26A31212
2.46 0.25611001

2.4't 4.2s191642
2"48 0.24773156
2.49 0.24355563

-{.}.1 18.57485

3.6-?, -0.

3.64
3.65
3.65
3.67
3.68
3.69

l2926lii

-0.11t32617
-0.13336521
-().13518 t 80
-0.137,172S0

-0.2049i 156

21.87

-0.20279365
4.88 -0.202046_14
4.89 -0.20128192
4.90 -0.200-50053

4.91-0.t991A237
4.q2 -0. i9ti88742

-0. r 3933949

4.9-r -fJ.198{i5599

-0.141281,52

4"9,1 -0. 197208 I 5

3.70-0.143t9896

4.95

."0.

19634405

3.71 -0.r4509178
3.72 -0.14695996
3.73 -0. I 4880346
3.74 -0.1s062227

4.96

-0.

i9546385

4.S7 -0"r9455768
4.gti -0.r936_5570

4.99 -4.19272804

4.67 -0.2r39404t
4.68 -0.21356315

4.69 -0.213166t8
4.7CI -4.21274963

4.7t -0.21231362
4.72 -0.21185827
4"73 -0.21138371
4.74 -0.21089005
4.75 -0.21031743
4.76 -0.20984s97
4.77 -0.20929580
4.78 -0.20872704
4.79 -0.20813983

Antena: Prinsip don Aplikosi

Antena Arroy

129

Antena APetture
dan Horn

6.1

PENDAHULUAN

ke dua yang dibahas di


Antena apertur adalah jenis teknologi
antena' Antena apertur menggunakan
buku ini untuk membuat struktur
adalah
gelombang)' Jenis yang sederhana
teknologi waveguide(pemandu
penampangnya dan dibiarkan terbuka'
sebuah waveguideyang dipotong
yang berbentuk potongan

I mentrnjukkan contoh antena aperture


metal dan ujung satunya terbuka
waveguide,dengan ujung satu tertutup
Energi masuk ke waveguide melalui
dan terhubung d"ng"' ruang bebas'
di gambar ini'
konektor kabel koax seperti ditunjukkan

Gambar

6.

konektor

kosx

aPerlure

Pr
dari waveguide segiempat
Gambar 6.1 Antena aP:erture terbuat

Di dalam realisasinya, ada dua masalah yang bisa muncul pada antena
aperture ini. Yang pertama terkait ilengan gelombang yang direfleksikan

Jika di dalam waveguide ini merambat gelornbang elektromagnetika


dengan suatu mode (misalnya mode I{,0 ), bagaimanakah kita menentukan

oieh antena ini. Ferubahan struktur dari waveguide yang mempunyai


dirnensi a x b ke ruang bebas merupakan perubahan media secara besar
unfuk perambatan gelombang, hal ini berpotensi menyebabkan refleksi
yang besar. Ke dua, gain antena aperture mempunyai besar tergantung
dari besar aperturnya itu sendiri. Jika diinginkan gain yang tinggi, maka
waveguide harus diperbesar. Hal ini akan membawa pengaruh pada
merambatnya juga mode gelombang ordo tinggi selain mode fundamentai
(mode H,r). Tentang hal ini bisa dilihat lebih detail di [MA09].

medan elektromagnetika di bagian iuar (far-field)?

Untuk mereduksi kedua problem di atas, dikernbangkanlah tipe


antena horn. Di sini antena apertur akan memiliki bentuk yang diubah

Pendekatan yang dilakukan pada masalah ini adalah dengan mencari

suatu distribusi arus tertentu, yang dengannya dan integral radiasi yang
diperkenalkan di bab 3, bisa diturunkan persamaan-persamaan untuk diagram radiasi.

Distribusi arus ditentukan dengan bantuan teorema-teorema yang


dikenal di medan elektromagnetika, dan akan dibahas di bagian berikut
ini.

sedemikian rupa, sehingga diharapkan energi tertuntun yang mengalir di


dalam waveguide, dengan bantuan antena ini, bisa berubah secara efisien

menjadi energi yang merambat bebas di udara. Supaya perubahan ini


optimal, artinya diharapkan tak ada energi (atau hanya minimal) yang
direfleksikan kembali ke generator, terhadap gelombang yang merambat
jangan terdapat gangguan, baik berupa perubahan geometri atau pun
perubahan material y ang ada di sepanj ang perambatan gelombang tersebut.
Untuk mendapatkan refleksi yang minimal, maka dicoba untuk melakukan
perubahan secara perlahan terhadap media perambatan gelombang, dari
waveguide (yang penampang memiliki besar tertentu) ke udara bebas
(dengan besar tak terhingga), dengan cara seperti diperlihatkan di gambar

llorn Piramid

Gambar 6.2 Antena horn

6.2.
Pembesaran aperture yang baru ini pada antena horn secara otomatis

juga akan memperbesar gain yang akan terbentuk.


Di bab ini kita tidak akan membahas performansi antena pada faktor
refleksinya. Hal ini kita kembalikan pada performansi transisi dari kabel
koaxial ke waveguide melalui adapter. Di sini diamati diagram radiasi antena apertur dan horn serta gain yang akan dihasilkannya.

6.2 TEOREMA KEUNTKAN (UNIaUENESS


THEOREM) DAN TEOREMA EKUIVALENSI
(EQUTVALENCE THEOREM)
Di dalam elektromagnetika berlaku teorema keunikan (gambar
6.3) yang menyatakan: pada sebuah wilayah (yang mengandung kerugian/

lossy medium) medan elektromagnetikanya bisa ditentukan dari sumber


arus listrik/magnetik ditambah komponen tangensial medan listrik pada
seluruh bidang pembatasnya (pembungkusnya), atau komponen tangensial medan magnet pada seluruh bidang pembatasnya, ataukomponen tan-

132

Antena: Prinsip dan Aplikosi

Anteno Aperture dan Horn

133

sing menjadi arus magnet permukaan dan arus listrik permukaan, yaitu
gensial medan listrik pada sebagian bidang pembatasnya dan pada bagian
pembatas yang lain diberikan komponen tangensial medan magnet. Bidang
pembatas kedua ruang

ini adalah

S.

Selain itu ada juga teorema ekuivalensi (gambar 6.3) menyatakan

jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Teorema


ini didasarkan pada terorema keunikan, bahwa dengan memberikan komponen tangensial dari medan listrik dan medan magnet pada permukaan
pinggir/pembungkus ruang yang kita bahas, maka problem kita lengkap.
Pada gambar 6.3 kita akan mencari medan elektromagnetika di ruang bebas
(ruang A yang dibatasi oleh sebuah bola dengan radius r -i -). Di dalam
ruang A terdapat ruang B (ruang B c ruang A), yang di dalamnya terdapat
arus pembangkit medan elektromagnetika di seluruh ruang itu. Di ruang B
ini mungkin arus listrik dan magnet J, M terdistribusi secara kompleks
atau tak kita ketahui susunannya sehingga tidak memungkinkan kita untuk
menggunakan integral radiasi untuk menentukan medan elektromagnetika
dari antena tersebut. Teorema keunikan menyatakan ada struktur lain yang
sama dengan solusinya jika kita mengenal medan listrik dan magnet tangensial hanya pada permukaan (bidang S) pembungkus volume ruang
B, tanpa harus mengetahui apa yang terdapat di dalam ruang B.
dua problem yang ekuivalen

dengan rumus

j,

Ms

fix*o,

(6.1)

dan

(6.2)

=-fixE* m

dengan vektor normal satuan

fi pada bidang S yang diarahkan ke

ruang A.
Jadi dengan dimilikinya informasi akan medan tangensial pada per-

mukaan suatu volume, kita bisa mendapatkan distribusi arus yang akan
digunakan pada integrasi radiasi untuk perhitungan medan listrik dan magnet, terutama di medan jauh.

Contoh 6.1: Aplikasi teorema keunikan dan teorema ekuivalensi


Sebuah antena aperture yang terbuat dari sebuah waveguide dengan

bidang aperture pada bidang penghantar ideal yang tak terhingga luasnya,
seperti pada gambar 6.4a).

Andaikan medan listrik tangensial pada aperture diberikan, yain E,.


Tentukan model yang ekuivalen dengan problem ini untuk mendapatkan
medan radiasi di ruang bebas.
Ruong

tf,tu,

,(:,'a'-i"..,
+

lll.' vwewt* | E, RwvA

\"...
Gambar 6.3 Visualisasi teorema keunikan (uniqueness theorem) dan
teorema el':uivalensi (equivalent theorem)

o)

-T

|
I

-0...,'j

b)

Gambar 6.4 o) Problem antenna aperture, b) Aplikasi teorema keunikan

Dan dengan teorema ekuivalensi, medan listrik dan magnet tangensial pada permukaan volume ruang B (bidang S) bisa diubah masing-maAntena Aperture don Horn
134

Antena: Prinsip dan Aplikasi

135

Y
Jawab:

Ruang bebas,

A dan ruang B" Ruang A


sangat besar. Di daiam lingkaran ini

Pertama-tama didefinisikan dulu ruang


dibatasi oleh sebuah lingkaran yanei

Eo,[.

sec&ra detail (waveguirte

dll.). Pennukaan pembungkus ruang B (bidang

S) terdiri dari bagian hidang penghantar yang tak hingga besamya (bagian

kanan atas), aperture waveguide (kanan tengah) dan penghantar tak


hingga (kanan bawah) dan ditutup pada sisi yang tak terhingga (kiri secara
keseluruhan), gambar 6.4b) menunjukkan hasil ini. Bagian kiri secara
keseluruhan terletak di tak terhingga, sehingga efbknya tak ada untuk
tempat lain. Oleh sebab itu bidang S yang kita amati hanya yang sebelah
kanan. Di sini kita berusaha untuk menerka medan tangensial padanya dan

kanan atas, karena terbuat dari penghantar ideal,

lisrik yang tangensial {Erun= 0), jadi dengan


(6.2), di sanaM, = 0, sedangkan medan magnet tangensial

maka tidak ada medan


persamaan

biasanyatidak 0 ( fr,"^ # 0 ), sehingga kemungkinan mengalir arus listrik


di sana J, * 0. Hal ini juga berlaku pada bagian penghantar di bawah.
Pada bagian aperture, biasanya medan

sehingga di sana ada

listrik dan magnet transversal ada,

J, * 0 dan fu , = -ixE,.

Hasilnya ditunjukkan

Ruang bebas,

Ruang bebas,

's

r",

t",!"
B

E"']r"

"'-'-"-"'1 -

fur=o

'Js=0

i fu'=-2fi"E'
I..-->N

fu,=-fi"E,

!+n
1r+o

jr=o
fur=o

fur=0

a)

uo

jr=o

Ruong bebus,

.Jr*0

arus ekuivalensi yang dihasilkan melalui persamaan (6.1) dan (6.2).


S

fu"=0
l-

Perhatikan bidang

(///t:l
,,s l

7r*o

terdapat ruang B" Ruang B melingkupi semua bagian yang tidak dikenal

b)

c)

Gamhar 6.5 a.) Teorerna elruivalensi secartt umum, b) Iv{engisi ruang


B dengan penghantar ideal, c) Dengan metode image, aras magnetis
menjadi dwa kali lebih besar

6.3

ANTENA APERTURE PERSEGI PANJANG

Contoh 6.2: Antena aperture segiempat dengan medan listrik


konstan

di gambar 6.5a.

listrik dan
magnet, maka kita bebas mengisinya dengan material apapun. Di sini diKarena ruang

sekarang menjadi kosong dari medan

anjurkan untuk mengisinya dengan penghantar listrik ideal, karena dengan


demikian kita menutup secara singkat jalur arus listrik yang menyebabkan-

nya menjadi short, sehingga seluruh arus listrik harus nol (gambar 6.5b).
Di gambar 6.5c), dengan bantuan metode image kita mendapatkan model
akhir dari problem pemancaran antena aperture pada bidang penghantar
ideal yang terbentang tak hingga ini.

Gambar 6.6 Aperture segiempat pada bidang penghantar tak terhingga

136

Anteno: Prinsip don Aplikasi

Anteno Aperture dan Horn

137

1
Diberikan sebuah antena aperture pada bidang penghantar ideal
yang terbentang tak terhingga. Jika pada aperture berlaku medan listrik
yang konstan dan memiliki arah ke sumbuy,

f-grx<g

E,=E,drpuou]

l-

r" =,

Jarak dari sumber arus ke

titik pengamatan lf

- i'l

Uiru didekati

dengan cara

lf - rt= r
l, - t1= r - r'coSV

Untuk amplitudo:

(6.4)

Untuk phasa:

(6.s)

ry adalah sudut yang dibentuk oleh garis dari titik nol ke titik pengamatan dan garis dari titik nol ke titik sumber seperti terlihat di gambar

Bagaimanakah bentuk medan radiasinya?

6.7.

Jawab:
Dengan menggunakan hasil di contoh

maka hasil persamaan (6.2), yaitu

Dengan menggunakan produk perkalian skalar

6.l dan fi = d,,

-frxE,=-Eod.xdu=EoA,,

Memberikan hubungan

menjadikan

l-za"E,

-t
Mr=1

i.V'=rrtcosty

=zEod*

pada-

aI

2< x I

a I 2;

-b

I23

y <b I 2

r'cosy = i'.d, = Q' A, * f'

r)

(rinOcosg d, + sinOsing d, +cos0d, )

= x'sin0 cosg + y'sin0 sing

Io

selain dari yang diatas

dan

/s = 0 di rnanapun juga
Karena sumber arus yang dimiliki terdistribusi di atas sebuall biciang, maka pffrsamaan (3.40) untuk integrasi arus listrik digunakan, dan
persamaan yang mirip untuk arus magnetis yang merupakan solusi dari
persamaan (3 .27 ), y aitu

F(,)=*$ffi1,,,
J, = 0 , maka nilai
<
a I 2 x < a I 2; - b I 2 < y <

Karena nilai arus


.F terkonsentrasi

di -

listrik

(6.3)

A= 0. Arus magnetis
2, wilayah ini pula

bI

yang rnenjadi batasan integrasi A, dengan elemen satuan bidang

da'= dx''d!'

138

Gambar 6.7 Besaran penting untuk integrasi antena apertur


Anteno: Prinsip don Aplikosi

Anteno Aperture dan Horn

t39

T
!

Maka persamaan (6.3) secara umuin untuk pendekatan medan jauh


menjadi
,

o- jk'-

(r\
\/ = :-L--

u,(,
4tr r ll

t)

e-

ik"cosY/

(6.6)

da'

n,=#[r,-Z)

(6.16)

nr=-#(.,.2)

(6.t7)

atau dengan

i = I! * rQ; ') "'ir"'"""v da'

(6.7)

Dengan komponen Ndan Z di kordinat bola

menjadi

FG)=?l-f
41T r

(6.8)

,1u-,*'|cosv/

SSJ,(i

dat

l/*

(6.1e)

(6.e)
Karena

= -sin<Pl/, + cos<PN,

(i')
JJJ,
A

it''"o"v

"-

4o'

(6.10)

bl2

= lJ fu rrikr'cosv' dst =
S

at

*"o' e+t"stnBsino)d*r

2Ed, J

bl2

Jerr('''in
-bl2-al2

,lrr

al2

L = 2Ed*

J eia'"r"o"r"odr, leir*''inocoss d*t


-bl2
-a/2

tt(r\=I-L*
4rt r

Dari penulisan seperti persamaan (6.6) sampai (6.1 I ) bisa diturunkan


medan listrik dan magnet untuk medan jauh menjadi
Dan untuk medan listrik dan magnetnya:

140

(6.21)

= 0, maka dengan persamaan (6.10) didapatkan ,fr = 0

(6.1 1)

menjadi

(6.20)

Dengan persamaan (6.7) bisa dihitung

atau dengan

li/ =

(6.18)

I,, = cosO cos<pZ, + cosO sinrpZ,


z* = -sinqr, + costPr-,,

Jika arus listrik juga ada, akan dihasilkan vektor potensial magnetis

Z(,)=**
+lt r

No = cos0 cosgi/, + cosO sing{

dengan
u'

E, =0

(6.t2)

,"=-#(rr+z,No)

(6.13)

ur=#(4-2,x,)

(6.14)

H, =0

(6.rs)

r',,, 0,,n, dy,


- ----)-pi
f
",
_i,,
Jksrnusrn(p

b..

o,n

olt
u2,,

Antena: Prinsip don Aplikasi

"iksrnBsing

,i[rf ,i, *r'"r)

tf,stnosins

Anteno Aperture don Horn

141

l'lda bidang H (<p =

"'1,

*"

dx'

r"'*'"^
L=

= ari(r f .ir rl"o. o


)

2abE.si(rlsin

u,

r\'r(o

tsin

0'):

Eo =0
ercos p.l

v jk
Le-

Di kordinat bola berlaku:

.2abE, . s-ik'
4m

cos z).

,i[r ,* ,r)

(6.26)

Diagram radiasi secara tiga dimensi dari antena ini diberikan


untuk a =b=3)v pada gambar
6.8. Sedangkan diagram radiasi di bidang E dan H ditampilkan di gambar
rrrcnurut persamaan (6.22) dan (6.23)

ro = coS rlco seL, = 2abE" cosoco,

Lp

- 1ab E,.i" r ri(r

sintpL,

rri(rf

rm,rri, e) r(k;sin ocosp)

ri., rrrin p ).

ri[r

*m

rl*, e )
09

Medan listrik dan magnetnya adalah:

,,

=L?#t

08

i,r,(rf,in rlsinp),i(rf,i" u.o,p) g.zz)

o.7

05

,,

= &2#tcos

0.5

zlcos p

si

.i[t ,i",r"o, e')


(o *r*rrsin )
f
p

0.4
0.3

(6.23)

H-=-Z

H-=Z

$.24)

o.2
0.1

0
1

Pengamatan pada bidang-bidang E dan H akan menghasilkan


spesialisasi dari diagram radiasi tiga dimensi di atas.
Pada bidang E (rp

Q=00

= 90" ):

jk-2abE"-e-'ik'
4tzr

',[o]'r

o)

(6.2s)

Q=900

Gambar 6.8 Diagram radiasi tiga dimensi

E* =o

Anteno Aperture dan Horn


142

Antena: Prinsip dan Aplikasi

t43

T
[Jntuk

b =)y , tak ada solusi, untuk kasus ini hanya ada satu posisi nol.
b

=3A,

Pada bidang H
cos

=0,73 = 41,83'

On.2

(q = 0'):

d, '.i[r{sin d, )= 0, selain pada coso,


"

(2

(atau

O,,, = 1;

2,

=0

pada posisi nol

pada bidang H perhitungannya seperti pada bidang E, yaitu

r x\ dengan n = 1,2,3 ....

8r,, = arcsinl n-:

I
\ a)

Beam Width

Posisi Nol:

Pada bidan

Pada bidangE ((p =

gE @ = 90' ):

Dengan

'i[r

i"

, yang mana berlaku

o + 'i"[r]'i"*

r,
)=

Eu(8,)=;iE,.,*

)=
Persamaan

:+
* ir**, =n.rt
Nol pertamar o.nr,r =

90'): dicari sudut O,

D,., ="..',r(r*)dengan n:1,2,3....

(6.25)rn..t"rit*

,i[r4ri,

hubungan

o,)=i

r...t"[]),
si(x):ry

Dengan menggunakan tabel fungsi


di apendiks 5A (bab
5), kita bisa mencari argument x untuk fungsi si(x) supaya didapatkan nilai
tersebut

Untuk
b=

),, 8*.r=1,571=90'
.

b = 3)" , 8* ,, = 0,34 = 19,47',

Nolkedua:

.i[r].i" d, )= = 0.707 r,maka dengan nilai


#
x : 1,39 si(x): A.70769843
x : 1,40 si(x): 0.70389266

8r., = ur.rinfZ])

5/
Antena: Prinsip dan Aplikosi

Antena Aperture don Horn

T
Dengan interpolasi data di atas maka si(x):0.7071 terletak pada x

1,391

Jadi

fr4sin0,, = 1.391

2'
arau hpbw :

Ll .391 ):
[*b /

zarcsin(

ilit ,l\

zur"rin( o.+428+)

b)

i\

Untuk
b

=)", hpbw :

b = 3)u, hpbw
Pada bidang H

zur"rin( o.+428.+)= 0.g17

r)

zur"rin( 0.4428

52,5'7o

0.296= 16.98o
1)=
3i

9H

(9 = 0o):

t{rin
\ 2

Di sini kita menetapkan cos O.ri(

bisadidapatkan

681012

Gambar 6.10 Fungsif terhadap


zf

)=

0.7071, dan hanya

tiap besar

Dan dengan metode

.f

(o), -

-f

(rJ), = rirQrc sinoo )e,ee+tunor = o

sr)-0.7071=

Posisi Side Lobe

Pada bidangB (9 = 90'): Side lobe terjadi pada saat fungsi si(x)
mencapai maksimum lokal. Dengan melihat fungsi si(x) atau tabel di

Antena, misalnya a =37v, persamaan di atas menjadi

appendiks 5A, kita temukan maksimum lokal dari fungsi si pada

x:

4.49 (nilai yang lebih baiknya pada 4.49341),

",r, (o lsinor,.,\=

a.qg (first side tobe)

)"\
I dan dari gambar
\ -;lt b)
.72525) atau ( kf sin dr.,, \= 7 .7 lr"rond side lobe)
( +.qq

maka d51.1 - arcstnl

x:

146

6. 10.

Newton bisa kita dapatkan solusinya sekitar 8,37'.

Secara numerik dengan mencari akar persamaan. Artinya untuk se-

cos a9, .si(3zrsin

Fungsifi$r) ini divisualisasikan di gambar

9,

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

.7 (tcpatnya

Antena Aperture dan Horn

(2

''

T
Peredaman Pada Side Lobe (Side Lobe Level)

Berapa besar energi dipancarkan ke side lobe kadang kala menjadi

Dengan membandingkan fungsi


di contoh ini dengan di contoh
6.2, terlihat tak ada perubahan untuk bidang E. Hal ini bisa dimengerti,

besaran yang penting untuk meyakinkan bahwa besarnya, misalnya tak

karena gelombang /1,0 memiliki perubahan hanya di arah

lagi signifikan. Untuk itu perlu diperhatikan berapa besar pancaran antena
ke arah sudut itu dibandingkan dengan pancaran maksimalnya.

Perbandingan lengkap hasil di contoh 6.2 dan6.3 diberikan di tabel6.l

Tabel 6.1 Perbandingan hasil untuk aperture dengan medan listrik


konstan dan dengan modefundamental H,,

nilai pada maksimum lokal pertama terletak pada x = 4,5 dengan nilai si(x:4,5): -0.21722892, jadi besar dari pancaran ke arah ini dibandingkan dengan pancaran maksimalnya
Pada side lobe pertama di bidang E,

Side Lobe

Level = 20log(0.21722892)= -13.2616 ds.

Medan jauh,
dengan

Contoh 6.3 Waveguide Segiempat dengan Mode Fundamental


listrik konstan di contoh 6.2 tidak
jika di aperhrre kita miliki mode
perubahan
hasil,
ada. Sekarang bagaimana

I---

Jawab:

u^ = L slno--

ka

fundamental I1,o?

2
-5111

kb

-2

E'c

sln ,ysln o

ahkE e-jb

.'
= Eocos
":y,

llttreio,'costz75r

!<*<g
e.d,
I _i=,
12 ='!2

=2Ed,

r*t(, *)'no'"*'r-

lsin

osino)

d*t

t
"d,-blz

dy'

-al2

x'-{Ll

{{

(urtl"), 50'6
dlA

50,6
Bidang E(b>>L):

68,8

(dB)

Bidang H (a>>1")' -13,26

Bidang H (a>>1"): -23

Direktivitas

4n-Luas=
--;

'," (*ff\

ab

47t--;;

/f

BidangH(a>>?): o17
Bidang E: -13,26

,f

sin

",_(ll
H,='2.',=Z

Bidang E: -13,26

Ffisicnci qnarfrrra

6.4

co ,("*)*'inocosed*'l

'

Peredaman
atenuasi pertama

drt

a/2

eior'"'"o"'"o

Bidang n{arrX1,

Bidane H

'j

-bl2

b/2

L = 2E

,,=-2,H,=Z

I{alf-power beam
width [']

[-

ta ^
cosX
- =--Lsln{p-

Zo

12)
,r^
cosX sinl
^
^
=ccosocos-Yry _e
Eo =--OCoSUcos9-y
2_____ .

zltr

Arus magnetis bisa dihitung dengan cara yang sama, dan dengan
persamaan (6.7) bisa didapatkan Z dengan integrasi

L=

XY

tlcos(D

Mode fundamental memiliki nilai medan listrik (yang dicocokkan


untuk kordinat gambar 6.6 dan 6.7, jadi bukan fungsi sinus, tapi kosinus)

Eo

E,= H,=Q
E =H, =0

sinX sinl

Pada praktiknya, distribusi medan

x'.

O Ql

SIMULASI DENGAN PROGRAM WIPL.D


Di subbab ini akan ditunjukkan hasil-hasil simulasi perhitun-

gan elektromagnetika dari antena aperture dengan menggunakan program WIPLD. Antena aperture ini dirancang untuk frekuensi 7.33 GHz

148

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Antena Aperture don Horn

149

T
(1,:40,93 mm). Lebar dan tinggi waveguide masing-masing 34,8 mrn dan
: 0,37 .
I 5,2 mm, jadi al?v: 0,85 dan bl)"

Hasil perhitungan memberikan data faktor refleksi yang lebih baik,


yaitu -13 dB.

Analisa mode yang mampu merambat [MA09] di dalam waveguide


bisa dilakukan dengan membandingkan frekuensi cut'off masing-

Cambar 6.13 menunjukkan diagram radiasi untuk bidang H masing-

ini

rnasing untuk antena aperture dengan dan tanpaJlange.

Nilai beamwidth

rrntuk antena dengan flange adalah

masing mode dengan frekuensi kerja. Pada frekuensi 7,33 GHz mode I/,0
merupakan satu-satunya yang mampu merambat di sepanjang waveguide.

2x

37,6'

75,2o, dan tanpaflange 2 x 30 = 60'.

{-I

$,0i.

Gambar 6.11Antena aperture pada simulasi numeric dengan WIPL-D

c
'Oi

o-15,

untuk mensuplai energi digunakan konektor coarial yang dipasangkan sejauh t: l},Zmm dari penutup dan dengan kawat dalam sepanjang h
= 10,2 mm. Dengan panjang horn I : 80 mm (gambar 6'l l)'

l
l

-20

-zs',

Hasil perhitungan numeris dengan program Wipl-D [KO00] memberikan faktor refleksi sebesar -l I dB-

-30'

050
I

Pada simulasi yang lain ditambahkan sebuah waveguideflangeya$g

digunakan untuk memodelkan ground. Flange


54,8 mm (gambar 6.12).

[o]

Gambar 6.13 Diagram radiasi bidang H

ini berdimensi 80 mm x

Tabel 6.1 memprediksikan nilai 68,8" l(a I 7) = 80,9' dan


50,6" l(a I 2) = 59,5'.
Antena aperture dengan flange, seperti ditunjukkan oleh gambar
6.13 dan gambar 6.14 untuk bidang E, memberikan front to back ratio
yang lebih besar.
Gain kedua antenna kurang lebih 7 dB, sedangkan dari perhitungan
tabel 6.1 5,97 dB untuk efisiensi aperture 1,0 dan 5,05 dB untuk efisiensi
aperture 0,81.

Gambar 6.12 Antena aperture denganfiange


I
t50

Antena: PrinsiP dan APlikosi

t
L

Antena Aperture don Horn

151

Gambar 6.15 Geometri antena Horn E dari samping

Di gambar 6.15, dengan bantuan pendekatan yang dilakukan pada


'\.-.--_

-_

___

270

Gambar 6.14 Diagram radiasi bidang E dalam bentuk polar

waveguide rudial, bisa didefinisikan sebuah pusat phasa, dan keluar dari
pusat phasa ini phasa dari gelombang akan bervariasi secara radial dan
linier. Di gambar ini diilustrasikan sebuah permukaan bola yang merupakan
permukaan se-phasa dengan gelombang di titik tengah waveguide, darr
dengan bantuan

6.5 ANTENA HORN SEKTOR E

titik pusat phasa bisa didefinisikan deviasi phasa di titik

lain di bidang arsir itu

6.5.1 Geometri dan Gelombang pada Horn Sektor E


Geometri dari antena horn sektor E dilihat dari samping akan
mempunyai bentuk seperti ditampilkan di gambar 6.15.

Di dalam waveguide gelombang merambat dengan suatu phasa tertentu yang konstan pada bidang z.Tetapipenggunaan metoda yang dikembangkan di sub bab 6.2 (teorema ekuivalensi) dilakukan pada bidang di

rb"'

"-'T;
jika

Sehingga

dengan Pr

bang, medan listrik

152

cosv.

Er'= Er'= H n'=0


E r' (x', ),') = u,

H,,(x,,y,)=

Anteno: Prinsip dan APlikasi

P.

di waveguide merumbat modus H,rmaka

gambar 6.2 yangdiarsir pada bagian sebelum. Tetapi di bidang itu, karena
adanya perbesaran penampang dat'r waveguide, maka phasa dari gelomdan magnet, tidak lagi sama.

*"(*.'). t *^

jE,(T*d) ,*[;,') ,

Anteno Aperture dan Horn

'

..

v'2

2pt

153

H i (*,, y,) =
Pr

-*"",(;r)

"-'o*

P" coslye

6.5.2 Radiasi pada Horn Sektor E

listrik dan magnet pada bidang integrasi (arsir)

Setelah medan

diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan arus yang mengalir di


sana, yaitu dengan

i,

fixfron

oun

fu' =-frxE'^'
Maka menjadi

r,(*,,

!,)=

*.".(;r')

M,'Q',y')= r, .or(l

"-r

t);r*

untuk

Gambar 6.16 Diagram radiasi tiga dimensi antena horn E (data p,:6?u,

-al21x'1a12
-b,12<y'<brl2

b,=2,75?,", a:0,5?'")

Bidang E

," -

Perhitungan medan pancar seperti yang dilakukan di rnodul sub 6"3

di sini hanya akan ditampilkan medan listrik difar-Jield, yang secara tiga
dimensi bisa dilihat di gambar 6.16. Terlihat diagranr radiasi rnemfokuskan

(0 = n l2),dengan E,

dan E*

-'^ry: n,l-n'*"",, [fl

(r+coso)

rQ,,,t;1.

"-,*

(6.27)

dengan

energinya pada bidang E, karena terjadi pembesaran dimensi di bidang E

FQ;,tr,)=lc7)- c(r,')]- i [s(rr') - s(r,')]

ini.

yans mana r,'=

lm e-

o,

sino)

dant;=rffi (.+-0,sino)

154

Anteno: Prinsip don Aplikasi

Anteno Aperture don Horn

155

-?
I

serta

Bidang H

c(x) =

(0 = 0),

tt,l =i'^(;r)*

1*'(i,' )r,
dengan

E,

(6.28)

rliperbesarnya penampang waveguide pada bidang E ini. Di gambarli,mbar itu juga terlihat, dengan diperbesarnya sudut perebaran penarnpang

jika terus diperbesar

wtveguide mula-mula beam width mengecil, tetapi


lrcam width ini membesar kembali.

dan Eu:

t.,""u"'] '-'-'

]
(6.2e)

dan

te --

tr" -tl

b.

/ t-

I ii
-Ll

-\i

rbl -- ---]m'

tl

trn'p,
ii

".

i2

' r:0.

l -^\q'

..-)<\
.,,/
/,\
.'/' \l
./ / _' 'J

do/1.

fk

t_

pr =6tr.hr

--!i:o'-.

-:r5)\

'

a.0.5[.&'.U:51

rll
\ ---t{- /
^1,^r

i --

-" --:t0'
!

I
I

I
L--?I

---

r50"

-'

Boo

f'-plnqq

----lr..p[aor

:i.=ri8"

-/r
7i:+.
|r'i,
i
i--''lt '-l

Gambar 6.18 Diagram radiasi pado bidang E dan H untuk sudut horn
yang berbeda
Direktivitas horn sektor E bisa dihitung dengan hubungan sebagai
berikut ini:

,"=*;t["(h)*(h\

l2d1\

i.

(6.30)

Persamaan (6.30) bisa digunakan untuk menghitung direktivitas dari

Gambar 6.17 Diagram radiasi padc bidang E dan H

Dari gambar-gambar diagram radiasi 6.17 dan 6.18 terlihat untuk


bidang H didapatkan beam width yang sangat besar sedangkan untuk
bidang E didapatkan beam width sebesar kurang lebih 15". Hal ini akibat
156

Antena: PrinsiP don APlikasi

antena horn sector E. Dengan mengunakan data b, dan p, dalam safuan


panjang gelombang 1., persamaan ini divisualisasikan dalam bentuk grafik
di gambar 6.19. Gambar ini, di samping bisa digunakan untuk analisa antena

(rnenentukan direktivitas
Antena Aperture dan Horn

jika geometri diberikan) juga bisa

digunakan
157

T
untuk merancang antena (menentukan geometri jika direktivitas tertentu
diinginkan).

('ontoh 6.5:

Contoh 6.4:

lxrda frekuensi 7,33 GHz dengan waveguide penghubung

Diberikan sebuah waveguide dengan dimensi a x b:0,51, x 0,31,.


Rancanglah sebuah antena horn sektor E yang memiliki gain 15,44 dBi.

Dengan menggunakan gambar 6.20, dirancang sebuah horn sector E

l'

35,8 mm dan

15,2 mm. Antena harus memiliki direktivitas sebesar I 1,4 dBi.

Tentukan data lainnya , b, dan

,.

,l:rwab:

Jawab:

30.--

Jika pada awal desain tersedia woveguide dengan a = 0.5)v, maka

kurva vertikal menjadi 2'D* sehingga untuk mendapatkan direktivitas


sebesar 15,44 dB, yang secara linier bernilai l0r5'44/r0 :35, ditarik garis
pada nilai 2x35:70. Dari gambar 6.19 itu terlihat panjang'pelebaran'
waveguide p, harus lebih besar dair 3I)",dengan interpolasi sekitar 402
(pada frekuensi 5 GHz, sekitar 2,4 m) dengan panjang 4 = 9,5?v .

Jika p, yang diambil lebih panjang, misalnya


dengan

a:

,ui
l
I

20i
':iol
ul
O151

A = 50)", maka

= 7,5)" bisa pula dicapai direktivitas yang sama.

10l -

r-l

I
I

uI

I
I

0;

2
b1/i,

Gambar 6.20 Direktivitas antena horn sektor E


Panjang gelombang 40,93 mm, maka )"la : 40,93135,8 : 1,14.
Dengan direktivitas 11,4 dBi yang ekuivalen dengan l0rr,4/r0 : 13,8, maka

DrMa:

13,8

l,l4:

15,73.

Dengan menarik garis vertikal dan mengambil titik potongnya pada

pr:2)":81,86
0

tl

10

bllL

mm dan

br:2)u:81,86 mm, didapatkan geometri lengkap

dari horn sektor E.

15

Gambar 6.19 Direktivitas ternormalisasi dengan a/L sebagaifungsi dari


b, dan p,
Anteno: Prinsip don Aplikasi

Untuk memvalidasi grafik perancangan ini, dilakukan simulasi dengan WIPL-D, dengan data-data di atas. Gambar 6.21 memberikan bentuk
visual dari horn sektor E yang dirancang.
Anteno Aperture dan Horn

159

Dari hasil perhitungan computer didapatkan direktivitas

sebesar

12,3 dBi.

6.6 ANTENA HORN SEKTOR

Antena horn sektor H memiliki pembesaran penampang pada sisi


yang tegak lurus dengan antena horn sektor E, sehingga diagram radiasinya tepat kebalikan darinya. Bidang E memiliki beam width yang lebar,
scdangkan bidang H memiliki beam width yang kecil. Gambar 6.23 dan
6-24 menunjukkan diagram radiasi hom sektor H.

Gambar 6.21 Struhur geometri antena horn E yang disimulasikan


dengan WIPL-D
Gambar 6.22 menunjukkan diagram radiasi vertikal (bidang E)
dan horizontal (bidang H). Terlihat diagram radiasi di arah vertikal lebih
terfokus dibandingkan bidang horizontal.

Bidang

Bidang E

10

Gambar 6.23 Diagram radiasi tiga dimensi antena horn H (data p,:6?",
a,:5,5)'", F:0,25?")

,-*="

6'_
E-5

;E
a
: -10
._E

-15
-20

l+

-25
-30

-100 -50

0
sP) atau

50
o

100

.,\
.i

150

tl

l0r -

!50"

*i

49.15'

\.'tJf

Gambar 6.22 Diagram radiosi horn E di gambor 6.21, garis putus-putus


bidang H dan garis lurus bidang E
160

P)

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Gambar 6.24 Diagram radiasi antenq horn H


Anteno

Awrture don

Horn

16l

Direktivitas horn sektor H bisa dihitung dengan hubungan sebagai


berikut ini:
Du=

"

le\c@)-

c(u)l'

[s(")- s(,I, ]

(6.3

r)

Contoh 6.6:
Untuk merancang antena horn sektor H, tersedia sebuah waveguide
dengan ukuran a x b = 0,5 1" x 0,25 X. Dirancang hom sektor H dengan
direktivitas 15,44 dB pada frekuensi 5 GHz.
Jawab:

dengan

Jika pada awal desain tersedia waveguide dengan b = 0.25)',maka


kurva vertikal menjadi 4.Dr, sehingga untuk mendapatkan direktivitas

-w)
"=+(+.h)'danv=;[ "[6
al
a,)

15,44 dB atau dalam linier 35 ditarik garis pada nilai 4. 35

Gambar 6.25 a,dalfr kurva untuk mendesain antena horn sektor H,


grafik ini dihasilkan dengan persamaaa (6.31)150

T__._---'-*_-t

I
I

140.

Dari gambar 6.25 terllhat panjang 'pelebaran' waveguide p, harus


sebesar 1001,, yang pada frekuensi 5 GHz dengan panjang gelombang 6
cm menjadi sekitar 6 m. Dengan pelebaran horn di sektor g a, =18).,
atau 108 cm.

6.7 ANTENA

HORN PIRAMID

Antena horn piramid adalah antena horn yang memiliki pelebaran


di dua bidang utamanya. Sebagai konsekuensi logis dari pelebaran di dua
sektor ini, maka pemfokusan energi juga terjadi di dua bidang utama, sehingga antena horn piramid secara umum memiliki gain/direktivitas yang
cukup tinggi.
Antena horn piramid sering digunakan sebagai antena pengukur untuk menentukan gain dari antenna lainnya. Antena ini juga dipakai sebagai
feed, sehingga disebutjugafeedhorn, pada sistem antena reflektor parabo-

50-,- -----

la yang akan dibahas di bab berikut.

0!
0

10

Gambar 6.26 menunjukkan foto antena horn piramid yang diproduksi oleh perusahaan Narda untuk band K (18 - 26,5 GHz), dengan dimensi
aperture 38,3 mm x29,4 mm (AXB) dan panjang 65,2mm. VSWR maksimal antena ini di band K sebesar 1,15 dan gain membesar secara linier dari

arh

Gambar 6.25 Direfuivitos temormalisasi dengan


a, daa p,

bll

sebagaifungsi dari

15

dBi pada 18 GHz sampai l9 dBi pada26,5 GHz.

Gambar 6.27 menunjukkan sketsa yang menggambarkan dimensi


penting pada antenna horn piramid.

162

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Antena Aperture don Horn

163

I
ini

\c

secara mekanis, ada syarat yang harus dipenuhi oleh geometrinya.


Dengan menghitung panjang piramidp" di gambar 6.27b,

(6.32)

I
B

yang

(6.33)

Gambar 6.26 Horn piramid dari perusahaan Narda

pi=

p2= 6i"

P1= Pr=

at = 5,51'
bt =2,7il'

bidang H

ar

=121"

6r =

bidang

6l

61"

E bidang H

bidang E

Gambar 6.28 Diagrarn radiasi tiga dimensi dari dua qntena horn
piramid
Contoh 6.7:
J'

Apakah Horn piramid di gambar 6.28 bisa difabrikasi?

Jawab:

I
Gambar 6.27 Sketsa geometri antena horn piramid a) Tampilan tiga
dimensi, b) Tampilan dari samping, c) Tampilan dari atas

Horn 1 memiliki data pr:pr:6)u,


b:0,25?,"

Drlgg4 .gnggunakan gambar 6.27b) bisa

Gambar 6.28 menunjukkan diagram radiasi dari dua antena horn


piramid yang berbeda. Untuk bisa membangun/membentuk hom piramid

p" = pr' * O2Stl = 6,1555, dan dengan

tu

Antena Aperture dan Horn

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

ar:5,5?,", br:2,75)r, r0,5X",

^l

dihitung

gambar 6.27c)bisa dihitung

165

T
Maka dengan persamaan (6.34) dihasilkan

po = tl pr' *0,25a1 = 6,6


Persamaan (6.32) memberikan
p

"

= (br

- qrl@" I b,)' -

D,

nilai

0,25 = 2,5

(6,1555 I 2,7 5)2

0,25 = 5,4545 ),

=ffioP,

=i#s.o,z.sl3'7,5 =76,58= 18,84 dB

.35

Dan persamaan (6.33)

30

pt

=(ar-d.'lbrla,f

Jadi horn piramid

Sru

-0,25 =sL.JG,ats,s)z -0,25 =5,4545).

I bisa difabrikasi.

Horn piramid 2 memberikan hasilp .:


horn pyramid 2 juga bisa difabrikasi.

pt:5,75t,.Dengan demikian,

o1

Direktivitas antena horn piramid bisa dihitung sebagai kombinasi


direktivitas horn sektor E dan H, dengan

,,=#D,D,
DrdanD,

a,rl)t dan b,rllt

(6.34)

Sebuah horn piramid dengan dimensi

pr:

pz:67', ar:5,57',

Gambar 6.29
Program komputer PCCAD memberikan diagram radiasi bidang E
dan H seperti diberikan di gambar 6.30. Beamwidth untuk bidang E dan H
masing-masing 18,7o dan20,7o dengan direktivitas 18,8 dB.

bisa ditentukan dengan persamaan (6.30) dan (6.31).

Contoh 6.8:

2,75?'",

u,

o_

br:

a:0,57v, dan b : 0,25?'. Hitunglah direktivitas antena horn piramid

ini
Jawab:
Contoh 6.7 telah mengecek, bahwa antena horn piramid ini bisa difabrikasi.

Dari gambar 6.29 bisa diambil data untuk horn sektor E, yaitu didapatkan

DrMa:26,

maka dengan

a:

0,5l, didapatkan

Dr:

13

60 40 -20 0

Juga untuk horn sektor H,


D H Xl b

166

30, maka dengan b

s1o; atau 6

0,25

2,.

didapatkan D,

7,5

Anteno: Prinsip don Aplikosi

20 40 60

80

1o1

Gambar 6.30 Diagrom radiasi horn piramid di contoh 6.8


Antena Aperture dan Horn

6.8 ANTENA HORN BERULTR

(CORRUGATED

HORN)
Efisiensi apertur yang
pada bagian sebelum

dimiliki oleh antena horn yang dikenalkan

ini terbatas pada5A% sampai 60%.

Tetapi dengan dipergunakannya uliran (corrugation) seperti yang


terlihat pada gambar 6.31 didapatkan efisiensi apertur yang mempunyai

Antena Reflektor

be*aran 75% sarrpai 80%.

7.1

PENDAHULUAN
Antena yang mempunyai gain (atau direktivitas) yang tinggi meru-

pakan komponen yang vital pada komunikasi tanpa kabel jarak jauh, seperti sambu ngan r el ay radio, sambungan gelombang mikro (p o inb t o -p o in t

microwave link), dan hubungan satelit. Juga pada aplikasi penting lainnya
seperti astronomi dengan gelombang radio dan aplikasi radar dengan resolusi (kepekaan sudut) yang tinggi.
Antena reflektor adalah jenis antena yang paling sering digunakan
dalam pe-realisasiannya, karena dengan antena reflektor kita bisa dengan
mudah mendapatkan gain di atas 30 dB. Antenareflektoryang dibahas pada
modul ini adalah antena reflektor yang memilikifeed (pengumpan energi)

Gembar 531Antena horn corntgated (beruli)


Hal lain yang tercapai dengan membuat uliran (corntgation) adalah
terbentuknya pola pancar yang memiliki polarisasi silang (cross polarization) yang rudah" 56fuingga trntuk penggunaan hom lingkaran (coni-

cal hom), dua bidang utarna polarisasi bisa dimanfaatkan sebagai 'media

hnsrnisi' tambrhen-oo0oo-

tfi

Anterlr: Pridp rfun Aplikasi

berupa antena horn, seperti yang dibahas di bab 6. Dengan ditambahkannya

sebuah reflektor yang berbentuk geometri berupa parabola, maka gain


dari sistem antena ini bisa diperbesar secara signifikan. Batasan dari gain
yang bisa dicapai hanyalah geometri dari reflektor itu sendiri yang terus
membesar.

T
7.2

SISTEM REFLEKTOR DASAR

Dengan

cosS=

7.2.1 Prinsip

Dari matematika, struktur parabola (tepatnya paraboloid untuk

zlr=zl

, maka persamaan (7.1) menjadi

2F

2F

,[P'*l =

adalah konstan.

,a^n

,[p' * r' =2F - z

Dengan mengkuadratkan sisi kiri kanan, akhirnya didapatkan persamaan di sistem kordinat silinder

Untuk menentukan nilai konstan di atas, kita gunakan titik khusus,


yaitu titik puncak paraboloid (titik apex), maka nilai konstan sama dengan
2F (F adalahjarak Fokus, dari 0 ke apex).
Jadi AP + OP

p'+z'

,,lp'+22 +z

struktur permukaan di ruang tiga dimensi) didefinisikan dengan: jarak dari

titik-titik paraboloid ke sebuah bidang (di gambar 7.1 bidang z:0) dijumlahkan dengan jarak dari titik-titik itu ke titik fokus (dalam hal ini titik 0)

il-

=--

:2F,

dengan kordinat bola yang digunakan di gambar

7.1 maka,

p'=4F(F-z)

(7.2)

Di kordinat kartesian

x'+y'=4F(F-z)

(7.3)

Persamaan (7 .l\-(7 .3) menggambarkan suatu struktur geometri yang

rcos0

lr=2F,atau

r-

2F

terbentang tak terhingga. Struktur parabola bisa dibatasi dengan mendefi-

nisikan diameter maksimalnya, yaifir D.


(7.1)

I + cos0
.r

--;------E

h<,

Jadi D dan F adalah dua besaran karakterisktik untuk sebuah parabola. dan seringkali sebuah parabola dispesifikasikan dengan D (diameternya) dan perbandingan FlD.
Dengan mendefinisikan sudut terbesar0, untuk bagian paling ping-

gir dari reflektor (reflector rim\, menggunakan persamaan (7. I ).

DIz

" sin0o

2F
1+ cosO,

titik 0

D sin0,
4F 1+cos8,
-==|

(
Gambar 7.1 Geometri antena paraboloid, titikfokus di titik asal 0
Persamaan (7.1) menggambarkan kordinat antena paraboloid dalam

oo=2arct*(#o)

r"rlu,

.l

srn

-t)

2U
=
4F--:"'iu,
l+2cosz1o -t *Jt
2"
2"

= tan

-r)
20
(7.4)

sistem kordinat bola. Untuk menuliskannya dalam kordinat silinder dan


kartesian, dilakukan langkah-langkah berikut ini.

170

Antena: Prinsip don Aplikasi

Antena Reflektor

171

-T

0.5
0.4
0.3
o.2
0.1

0
-0.1

feed di tilik
fokus

4.2

titikfokus O

-0.3

4.4

_T

-0.s1

0.6

0.4

0.2

Gambar 7.3 Refieltsi gelombang datang pada antena reflektor


Gambar 7.2 Sketsa parabola dengan parameter F/D

Berkas iluminasi direfleksikan pada titik pantul

r* (xp, yR, zR), yang

Gambar 7.2 menampilkan geometri dari parabola dengan parameter


F/D.lika perbandingan FID mendekati tak hingga, parabola ini menjadi

terletak pada bidang parabola,

8o semakin mengecil urtuk F/D yang semakin membesar.


Nanti akan ditunjukkan untuk kasus sudut 8o yang kecil ini, diperlukan
feed yang memiliki gain yang besar (beamwidth yang kecil). Untuk nilai
FID:0.25 ujung dari reflektor (refiector rim)berada pada bidang apertur.

Untuk memudahkan pengamatan, tanpa mengurangi generalisasi


dari problem yang dibahas, kita batasi untuk dua dimensi dengan /n : 0,

* z _ ,,
:L-:!**' * y*' = 4F' (F - r o), atau z R,4F
- F-

datar. Sudut

maka
2

z^ = F

Pada antena reflektor,feedlsumber pemancar primer diletakkan pada

"4F( -xn

titik fokus dan iluminasinya diarahkan ke reflektor parabola, sehingga


jika berkas iluminasi (ray) mengenainya (gambar 7.3), berkas ini akan

Berkas datang mempunyai arah


atau sebagai vektor

direfleksikan sesuai dengan hukum Snellius:

dengan

Or*:

satuan,

= x nd ,

+l F
1.

Sudut datang: sudut pantul


Q, =

,-'*[o
172

Antena: Prinsip clan Aplikasi

Anteno Reflektor

-#)'

4.
XD

2 ^1
'l----l--x"
x^
" + I'- l6F'2"

,(;4lt
173

-7

ini akan direfleksikan secara paralel. Sehingga setelah


pancaran ini direfleksikan oleh reflektor parabola didapat-

kata lain, berkas

_X*,

berkas-berkas

4F

kan pancaran energi yang paralel, atau didapatkan phasa gelombang yang

/z

lr*rt[4r

datar. Gambar 7.4 memvisualisasikan proses refleksi ini.

dan berkas pantul pada bidang


ditentukan besarnya, sehingga

z:0,

dengan kordinat xe yang

(z\

r'= (r, - **h, - z nd, =G o -

**h, -l'-#)u,'
titikfokas

atau sebagai vektor satuan

Go - **h. -[.dr, =

6o - *^Y *(

r\

#),"

, -'*'l'
4F)

6o - *^h,

- r -]t-la4F l'
,/

*r2 -2*or*.[..

#)'

Reflektor parabola pada titik r* memiliki bidang normal:

xR=

Energi yang dipancarkat olehfeed primer di titik fokus, tanpa keberadaan reflektor parabola, akan berdivergensi, terbagi ke ruang, dengan
bentuk phasa yang memiliki bentuk bola. Tetapi dengan keberadaan re-

:- 2F ^

,EF
Dengan hukum Snellius (dalam hal ini cosinus sudut datang:cosinus sudut

pantul)

fi'du=7'6u'
Dari perhitungannya akan didapatkan hasil

Gambar 7.4 Gelombang refiel<si akan merampat secara paralel

x, =

xR.

flektor, energi pancaran bisa lebih dikonsentrasikan ke arah refleksinya,


karena berkas sinyal akan paralel dan tidak menyebar di ruang.
Gambar 7.5 menunjukkan foto sebuah antena parabola dengan
beberapajenis antena horn yang dipergunakan sebagaifeed primer, yang
akan diletakkan di titik fokus dari antena reflektor tersebut. Memposisikan
feed ini dilakukan dengan penopangnya ("struts").

Jadi berkas yang dipancarkan olehfeed primer akan mengenai suatu


berkas ini akan direfleksikan, sesuai dengan hukum refleksi, ke posisi dengan nilai.r yang sama dengan titik refleksi, atau dengan

menara. Antenajenis ini sering kali digunakan sebagai penyuplai sinyal yang

174

Anteno Reflektor

titik di reflektor,

Anteno: Prinsip don Aplikasi

Di gambar 7.6 terlihat antena parabola yang dimontasi pada sebuah


digunakan oleh penyedia jasa internet. Antena parabola yang digunakan

175

T
tidak terbuat dari metal yang solid, tetapi dari beberapa potong metal yang
disusun secara berdekatan. Pada ketiga antena reflektor di gambar 7.6 ini,
polarisasi yang digunakan horizontal yang terlihat dari potongan-potongan
metal penyusun reflektor yang diletakkan horizontal.

.2.2 Metode Perhitungan Medan Jauh

7.2.2.LMetode Optik Fisika (Physical Optics)


Metode optik fisika didasarkan pada perhitungan medan pancaran
(dengan integrasi) dari suatu struktur arus tertentu, seperti yang biasa kita
lakukan selama ini. Problem utama dari metode ini adalah menemukan arus
yang akurat. Arus yang tak akurat akan berimbas pada hasil integrasinya,

yaitu medan jauh yang juga tidak akurat.

Tetapi, mendapatkan distribusi arus yang akurat bukanlah suatu


yang mudah. Pada metode optik fisika dilakukan pendekatan sebagai berikut ini:
Bennula darifeeder antena parabola itu, yang seringkali berupa antena horn. Feeder ini merupakan sumber primer yang akan mengirimkan
gelombang (medan elektromagnetika) yang akan mengenai reflektor (gambar 7.7), dengan melakukan pengandaian bahwa medan magnet feeder

Gambar 7.5 Antena parabola danfeed hornnya

primer ini tak berubah dengan keberadaan reflektor, maka distribusi arus
listrik pada reflektor bisa didekatkan dengan

j =2.fix4
fr

(7.s)

adalahvektor normal dari reflektor (yang berubah tergantung titik mana

yang diamati) dan fr adalah medan magnet feeder primer pada posisi
pengamatan di reflektor (uga berubah tergantung titik mana di reflektor
diamati).

'0\ e

Gambar 7.6 Montasi antena parabola di tower

176

Anteno: Prinsip dan Aplikosi

J\

t\

/a

Gambar 7.7 Prinsip dasar optikfisika (Physical Optics)

Antena Reflektor

1n

Setelah distribusi arus dikenal, dengan tidak memperhatikan reflektor itu lagi, akan dilakukan integrasi permukaan untuk menghitung medan
listrik di medan jauh.

Tetapi metode optik geometri yang dipakai untuk perhitungan antcna parabola di sini, seperti halnya metode-metode pada optik geometri lainnya, akan memberikan hasil yang salah jika titik pengamatan yang

7.2.2.2 Metode Optik Geometris (Geonrctrical Optics)

kita ambil terletak pada kaustik. Di sana nilai medan elektromagnetikanya


rnenjadi tak hingga.

Pendekatan lain untuk melakukan aproksimasi medan jauh dari


sebuah antena parabola adalah dengan menggunakan optik geometris, yang
mana pancaran dari gelombang elektromagnetika bisa dianggap seperti
berkas cahaya, yang dipancarkan, jika berkas ini mengenai suatu struktnr,

dan metode frekuensi tinggi yang sebagian dibahas

ia bisa direfleksikan dan didifraksikan (gambar 7.8).

hibrida, yang merupakan kombinasi beberapa buah metode tersebut.

Untuk mencapai titik Pr berkas elektromagnetika akan merambat

Di bab 13 akan diperkenalkan metode perhitungan lainnya, seperti


rnetode persaman integral, metode elemen hingga, metode diferensi hingga,

7.2.3 Gain Antena

setelah mengalami refleksi atau setelah mengalami difraksi.


Sedangkan

titik P, hanya akan dicapai

setelah berkas mengalami

di sini, serta metode

Reflektor

Gain maksimal yang bisa dicapai oleh sebuah antena reflektor


adalah

difrasi pada pinggir reflektor parabola tersebut.

G,,o=# n*

Jika sebuah titik bisa dicapai melalui beberapa cara, misalnya titik
P,, maka artinya akan ada beberapa kontribusi medan elektromagnetika
yang mendatanginya. Medan elektromagnetika total di titik itu adalah

(7.6)

Aoo adalah luas permukaan apertur dari reflektor parabola, atau

Aq = tDz I 4,

(7.7)

superposisi dari masing-masing nilai.

D diameter reflektor parabola.


Gain maksimal ini hanya akan tercapai, jika:
dengan

Keuntungan dari metode optik geometris dibandingkan dengan


metode optik fisika adalah tak adanya integrasi yang harus dilakukan, sehingga perhitungannya menjadi sangat cepat, juga untuk titiktitik yang
berada di balik reflektor, seperti titik P2, hasil perhitungarrtya, dengan
membandingkannya dengan hasil pengukuran, lebih baik dari hasil optik
fisika.

Gambar 7.8 Prinsip dasar optik geometris (Geometrical Optics)


178

Antena: Prinsip dan Aplikosi

l.

Amplitudo dan phasa medan listrik/magnet yang diiluminasikan

2.

sepanjang reflektor konstan, dan


Tak ada spill over

Gambar 7.9 Pemancaran horn


unifurm
Anteno Reflektor

Gambar 7.10 lluminas i reflector


secara uniform

179

Sehubungan denganfeedingantena reflektor akan kita amati gambargambar berikut ini.

Untuk mengaproksimasikan efisiensi aperture ini dengan mudah, dirr mb i I karak teristik
fe e d in g y arrg sederhana, yaitu dengan fu ngsi cosinus,

Gambar 7.9 mungkin bisa dikatakan sebagai iluminasi yang


homogen, karena power yang keluar danfeeding sama (di-normkan pada
0 dB),tetapi karena sisi paling luar dari reflektor terletak paling jauh; untuk
iluminasi pada reflektor yang konstan, diambil iluminasi dari
feeding seperti pada gambar 7.10, jadi sedikit mempunyai iluminasi yang
membesar ke arah luar.

untuk 6 3

n
2
(7.e)

untuk 6 2

n
2

atau seperti terlihat di gambar 7.12 denganberbagai macam nilai

Tetapi pada praktiknya iluminasi seperti itu tidak dapat dicapai. Di


gambar 7.1 I ditampilkan beberapa bentuk iluminasi dari horn dengan gain
yang besar dan gain yang kecil. Di gambar itu juga ditampilkan perbedaan

90

(/oss) antara iluminasi horn itu dengan iluminasi ideal yang diinginkan.
Illaminarton bss

flova$
I

Spill over

,
,

loss

loy'

,l
,t
ll
lt
l\
t

,
I

t
t

Illumination

I
t

\,-20

dB

-10 dB

0dB\

0dB-Gambar 7.12 Diagram radiasifungsif ($) di persamaan (7.9)

7.ll

lluminasi refiektor parabola denganfeed dengan gain


yang kecil (kiri) dan dengan gain yang besar (kanan)

Gambar

Karena iluminasi yang ideal tidak akan pernah tercapai, gain maksi-

md di atas juga tidak akan pernah tercapai. Dengan menggunakan efisiensi


apertur,

IN

maka

=#-Aoo-no

Feedingyane memiliki gain yang besarbisa direpresentasikan dengan nilai v yang besar.

Gambar 7.13 menunjukkan efisiensi antena reflekor parabola yang


diberikan di persamaan (7.8) sebagai koreksi untuk perhitungan gain antena
dengan parameter v.

(7.8)

Antena: Prinsip dan Aplikasi

O, didefinisikan di

gambar 7.2.

Dari gambar 7.13 untuk mencapai efisiensi apertur yang besar, ada
suatu besaran sudut tertentu yang tergantung dari gain iluminasi (v).

Antena Reflektor

181

(8,

Tabel 7.1 Hubungan parameter v dengan beamwidth dan gain

Jika dengan iluminasi yang diberikan reflektor terlalu besar


> $o,n,) maka akan dihasilkan illumination /oss yang banyak pada

:.r:vi

sisi reflektor yang harusnya ter-iluminasi secara baik.

jika ukuran reflektor terlalu kecil (O, < &o,oo,),maka kebalikannya terjadi spill over /oss yang besar pada pinggiran dari reflektor.
Sedangkan

Sehingga

di sini di-setting ukuran reflektor yang akan

mencapai

efisiensi maksimal.

A 0.e

90"

5,1

6s,4"

7,8

54"

9,s

47"

10,7

42.

fi,7

38,40

t2,5

l0

30.

14,6

Contoh 7.1:

'lo.g
""1

Untuk suatu aplikasi pada frekuensi 5 GHz diperlukan suatu antena yang sangat high-gain misalnya > 28 dBi. Andaikan hanya tersedia
.feed horn yang merniliki gain yang sangat moderat (7,8 dBi), misalnya
diaproksimasikan dengan parameter v : 2. Desainlah sebuah antena pa-

0.7
0.6

rabola!

0.5

Jawab:

4.4

Pada frekuensi 5 GHz : panjang gelombang


0.3

l,:0,06 m.

Untuk mencapai gain yang maksimal misalnya 30 dBi (linier 1000)


pada panjang gelombang di atas diperlukan luas aperture, dengan persa-

0.2

maan(7.6)

0.1

G.*

*.n.,
A'

=+

Aop

=G,u*

#=1000.

ffi=

0,286

m2,

atau dengan persamaan (7.7) diameter parabola menjadi

Gambar 7.13 Efisiensi aperture antena parabola sebagaifungsi dari


faldor iluminasi v dan sudut pemaflcaranfeed horn $,

Aop =

[o'

:+

o=^@-= ^W=0.6

\x

\l 3.1416

m=6ocm.

Tabel 7.1 menunjukkan hubungan aproksimasi antara parameter


v, yang didefinisikan di persamaan (7.9), dengan beamwidth dan gain
dari antena horn yang dipergunakan sebagaifeeder untuk reflector yang

Dengan gambar 7.13, untuk mendapatkan efisiensi yang optimal


pada v : 2, dirancang antena dengan 8o = 53o, atau dengan titik fokus

digunakan.

yang berjarak (gambar 7.2):

182

Antena: Prinsip dan Aplikosi

Antena Reflektor

183

-T

a=za,ct\#r)+

p_

0,6

-*[+)

4. 0,5

= 0,3 m = 30 cm.

Pada antena cassegrain dipergunakan sub-reflekto

r yangmempunyai

ntuk hiperbola, sedangkan pada antena gregorian bentuk sub-reflektornya


bcrupa eliptis.
I

rc

Gambar 7.15 merupakan contoh praktis dari sebuah antena parabola


oassegrain.

frekuensi 18 sampai 40 GHz

Efisiensi yang didapat sekitar 0,81, sehingga gain yang didapat menjadi
1000x0,81

7.3

:810

atau 29,1 dBi.

SISTEM REFLEKTOR BANYAK

Pada antena dengan memiliki banyak reflektor,feeder primer tidak


lagi diletakkan di depan reflektor utama. Pada dua contoh paling sederhana

dari antena dengan refl ektormultiple, p ada gambar

7. I 4,

terlihat penggunaan

dari subreflektor, sebagai reflektor pembantu, yang akan merefleksikan


gelombang daifeeder primer ke arah reflektor utama.
R4le*tor utma

R$lctb,

a)

b)

Gambar 7.14 a) Antena Parabola Cassegrain, b) Antena Parabola


Gregorian

tu

Gambar 7.15 Antena Cassegrain


-oo0oo-

Antena: Prinsip dan Aplikosi


Antena Reflektor

185

-T

Antena Mikrostrip

8.1

PENDAHULUAN

Perkembangan dari teknologi antena mikrostrip terkait secara erat


dengan perkembangan teknologi struktur pemandu gelombang mikrostrip

(microstrip lines), lihat [MA09]. Pemandu gelombang mikrostrip secara


sederhana bisa kita sejajarkan dengan rangkaian pada printed circuit board
(PCB) yang biasa ditemukan pada elekhonika berfrekuensi rendah, yaitu
berupa lajur-lajur pipih yang terletak di atas suatu substrat yang terbuat
dari material dielektrika. Lajur-lajur pipih ini dihasilkan dengan proses
etching. Keuntungan pemandu gelombang mikrostrip dibandingkan dengan waveguide adalah bentuknya yang low-profil, yang mudah dan murah
untuk diproduksi secara massal.
Polch (meul)
Substrat

(dielekti*a)

't
Gambar 8.1 Antena milvostrip planar dengan bentuk patch bebas

T
Keuntungan ini juga diturunkan kepada antena mikrostrip yang bisa
dilihat di gambar 8.1.

Bentuknya yang low-profile, dengan ketebalan substratnya yang


hanya mempunyai besaran milimeter memudahkan antena ini untuk
dimontasikan hampirpada seluruh tempat. Misalnya antena ini akan sangat
menguntungkan jika dipasangkan pada badan dari sebuah roket (dengan
melengkungkannya), tanpa harus mengganggu sifat aerodinamis dari roket
tersebut.
Pada dasarnya antena mikrostrip terdiri dari sebuah substrat, yang

dikatakan sebagai pembawa dari antena tersebut (secara mekanis), yang


di atas substrat ini dibentuk macam-macam form dari antena itu sendiri
(potch) melalui proses etching, dan di balik substrat ini terdapat metalisasi
bawah.

Di samping kelebihan antena mikrostrip di atas, antena jenis inijuga


memiliki kekurangan, yang terutama sekali adalah, gain yang dicapainya
sangat kecil, sekitar 6 dBi, mempunyai bandwidth yang kecil, dan hanya
bisa memancarkan sinyal dengan daya yang relatif kecil, maksimal 100

Berlawanan dengan konsep yang dipergunakan pada pemandu gelombang mikrostrip, pada antena mikrostrip, karena yang diinginkan adalah
tcrjadinya pemancaran yang maksimal, maka permittivitas relatif yang diambil kecil, sedangkan tebal substrat yang dipergunakan sebaiknya besar,
sehingga diharapkan medan elektromagnetikanya tidak terkonsentrasi pada
substrat, sehingga dengan adanya medan yang keluar dari substrat ke udara
akan memberikan kontribusi pada proses pemancaran energi.

Dengan membandingkan kelebihan dan kekurangan dari antena mikrostrip, ternyata pada banyak sekali aplikasi, kelebihan antena ini melampaui kekurangan yang dimilikinya, sehingga antena mikrostrip menjadi
prioritas di sana.

Di samping mendapatkan bidang aplikasi yang sangat dominan pada


militer (pada pesawat terbang, roket, satelit, dll.), antena mikrostrip juga
dari tahun ke tahun makin sering dipakai pada aplikasi sipil, misalnya pada

sistem komunikasi mobil dan satelit, global positioning system (GpS),


pada radar, kedokteran, dan masih banyak lagi yang tak bisa satu-satu
disebutkan di sini.

Watt.
Secara historis, pada awalnya fenomena pemancaran yang terjadi
pada struktur mikrostrip dicoba untuk direduksi, karena memang sebuah

rangkaian mikrostrip tidak boleh memancarkan gelombang elektromagnetika, ini akan bisa mengganggu komponen lain. Cara untuk mereduksi
pancaran adalah dengan menggunakan konstanta dielektrika (permitivitas

relatif) yang besar danjuga substrat yang tidak terlalu tebai dibandingkan
panjang gelombang. Sehingga dengan demikian medan elektromagnetikanya akan terkonsentrasi pada sekitar rangkaian mikrostrip. Fenomena
pemancaran elektromagnetika ini diamati pada awal tahun 50-an. Dan jauh
setelah itu pada tahun 70-an, barulah teknologi mikrostrip dipergunakan
sebagai materi penyusun model antena yang baru, yang fleksibel untuk
dimontasikan pada banyak sekali tempat pada berbagai macam aplikasi.

188

Antena: Prinsip don Aplikasi

8.2

METODE ANALISA: MODEL SALURAN


TRANSMISI

Karena antena mikrostrip merupakan evolusi dari saluran transmisi


mikrostrip, di bagian ini terlebih dahulu dibahas hal-hal yang penting
terkait dengan saluran transmisi mikrostrip [MA09]. Gambar 8.2 adarah
bentuk umum dari sebuah saluran transrnisi mikrostrip. Struktur yang
ditampilkan di gambar tersebut terdiri dari sebuah substrate dielektrika
dengan ketebalan h dan memiliki permitivitas relatif e,. Bagian bawah
substrate ini dilapisi metal secara keseluruhan, yang berfungsi sebagai
ground sttruktur ini. Sedangkan bagian atasnya terbentuk strip dengan lebar
w. Ketebalan strip t, biasanya diabaikan. Ketebalan s u b s tr at e, permiti vitas

relatif dan lebar strip menentukan impedansi gelombang mikrostrip ini.

Antena hlikrostrip

189

-T

Hammerstad dan Jensen [MA09] memberikan rumus yang cukup


akurat, dengan

u:

Wlh

t'*' * t'.

"'
* ]''1
'[r
z \
uI

r,"[=-,

Yang mana

ground

,=l+lh
49

Substrat

dielektrika

Gambar 8.2 StruWur saluran transmisi mikrostrip

l,

adalah porjung saluran transmisi

ini

dan berpengaruh pada perubahan

phasa dan atenuasi gelombang yang merambat di sepanjang Z.

Dalam melakukan analisa terhadap saluran transmisi mikrostrip,


sering kali digunakan besararr permitivitas relatif efektif e.,"n, yang digunakan untuk menggantikan ruang yang tersusun dari kombinasi udara dan
,Jielektrika dengan nilai e,. Gambar 8.3 menunjukkan struktur asal penampang mikrostrip, dan struktur penggantinya.

a = 6.560[e"

(8.1)

*'

].*''t'.(#l]

- o's ["'

I e,+3 J

Untuk l<u<15, a = l, dan untuk . ) l, b = 0,54, sehingga unfuk


wilayah yang diberikan ini persamaan (8.1) bisa didekatkan dengan

,,.*=T.+(*f)""

(8.2)

Gambar 8.3 menunjukkan permitivitas relatif efektif sebagai


fungsi dari permitivitas relatif substrate dan perbandingan lebar strip dan
tebal substrate. Di gambar 8.4 bisa dilihat jika lebar strip dibandingkan
tebal substrate sangat kecil, permitivitas relatif efektif rnendekati nilai
0,5 (e. + l) yang merupakan nilai rata-rata kedua permitivitas dielektrik
yang digunakan oleh struktur mikrostrip (udara dan dielektrik), hal ini
dikarenakan medan listrik terbagi secara hampir nnerata di udara dan di
dielektrika (lihat gambar 8.3). Sedangkan untuk nilai Wh yang besar, nilai
e,"n mendekati nilai e. itu sendiri, karena hampir seluruh medan listrik
terkonsentrasi di dielektrika.

Gambar 8.3 Pendefinisian permitivitas relatif efektif sebagai alat bantu


analisa

t90

Anteno: Prinsip don Aplikasi

Anteno filikrostrip

191

:T

8l

zl-

V,

Garnbar 8.5 Sketsa antena mikrostrip segiempat dengan./be.d mikrostrip


'0

10

15

W/h

20

Di u.jung awal dan ujung patch diasumsikan saluran transrnisi yang


dalam kondisi terbuka (.open), yaitu pada posisi -rr: 0 dan x: L,,, medan

Gambar 8.4 Permitivitas relatif ejektif sebagaifungsi dari e,dan tY/h


Setelah rnendapatkan nilai permitivitas relatif efektif, impedansi
gelombang saluran transmisi mikrostrip bisa dihitung dengan

z"=--\

r,l 4*
h,lr,,* l.' ,F(;I ]

dengan

bisa

dimodelkan dengan kapasitansi (gambar 8.5). Di sini pengaruh kapasitansi


itu diganti dengan perpanjangan patch secara fiktif sebesar LL, yan1
diberikan dengan [GargO1],

listrik akan melebar keluar (fringe), yang secara elektrornagnetis

ro.ooo

(8.3)

dan

{ =120nt2.

Jika impedansi gelombang saluran transmisi diinginkan memiliki


besar 50 O, maka lebar strip bisa dipilih dengan

*=ff['[#)

,]

(8.s)

Sehingga total panjang efektif patch menjadi

1'1528

F = 6+(2n-6)e [ " i,

+0J00
'u+0'262
E,,$ 0,258 rz + 0,813

LL, =0,412h'8"etr

(8.4)

L*,, = L" +2M,

(8.6)

Dengan digunakannya panjang efektif ini, medan listrik di kedua


ujung saluran transmisi yang terbuka (open) bisa dianggap lurus (tidak
melengkung) dari patch ke ground, atau kebalikannya.
Untuk mode dasar (TMr,) berlaku hubungan

Antena mikrostrip segiempat akan diump an (feed) dengan mikrostrip


penghubung ini. Dimensi dari antena mikrostrip segiempat ini adalah Z"-r
Wr, seperti yang diberikan di gambar 8.5.

192

Antena: Prinsip dan Aplikasi

L.fr',, =

Antene lvlikrostrip

2f,rl;;

(8.7)

-T
Lebar dari patch bisa dihitung dengan

w.=
'

"
2f,

(8.8)

Sisi terbuka (open) dari antena mikrostrip (patch) dimodelkan dengan bantuan admitansi I, (lambar 8.5), dengan
(8.e)

Ys:G+jB

o=hl,*w)'l*

(8.

l0)

Rangkaian pengganti di gambar 8.6 ini berlaku untuk feed dengan


mikrostrip line dengan L, : 0, Lr: L"x* untuk coax via feed dengan L , :

x*

Lr:

L",1,p-

Lt, danfeed dengan inset dengan tambahan I-.

Contoh 8.1:
Digunakan substrate tipe RT/Duroid 5880 (e,

:2.2

and

l,

Jawab:
Dengan persamaan (8.8) dihitung lebar patch (dengan 8,,"ff =

u=&[-,-o,u,u^(T)'l

(8. l 1)

(8.1l) berlaku untuk ft < 0,11,,, karena untuk


tebal mikrostrip yang besar, distribusi medan listrik dan magnet tidak bisa

w.=
,

" E-=
2f,\
e,.* +t

un

2.2,45x10e1/s

Dan dengan persamaan (8.2) bisa dihirung

ifu rm.

Di gambar 8.5 diberikan rangkaian pengganti untuk menentukan impedansi masukan antena mikrostrip unbtkfeed dengan mikrostrip. Secara
umum, diberikan rangkaian pengganti di gambar 8.6, yang berlaku untuk
feed lainnya, yaitu dengan coaxial dari bawah ground atau coax viafeed
(gambar 8.1l) dan/eed denganmenggunakan inset (gambar 8.12)
Yt

"r

E, )

3,0x108m/s

Persamaan (8.10) dan

lagi diandaikan

1,588

mm) untuk membuat antena mikrostrip segiempat pada frekuensi 2,45


GHz.

ffi=48'4mm'

E.q (u:

48,4/1,588:30,48)

=+.+('.*f " =+.+('.#l

=2,tt4.

Dengan persamaan (8.7) dihitung panjang efeklif dari patch

3,0xl0Em/s
r-cu"r.p-rIW2.Z,45xt}eusJ-ZJtqg

= 42,1 mm,

Yt

dengan perpanjangan dari persamaan (8.5)

, ,.d - 0,300'-u+0,262
Mr=0,412h
, =0,412
,,"nt -0,258 u +0,813
.

1,5ss*ro.

LL, = 0,6543mm.

?l 891!i99
2,1148

.10-,48+0,262
30,48+ 0,813

-0,258

1,3. 0,9824 = 0,8356

mm

Gambar 8.6 Rangkaian pengganti secara umum untuk beberapa jenis


feeding
194

Anteno: Prinsip dan Aptikasi

Anteno ttikrostrip

195

Sehingga panjang geometris p atch menjadi

L"=Lqr,r- 2M, =40,43mm


Contoh 8.2: Antena mikrostrip dengan feed miktrostrip (gambar 8.5)
.21

Diberikan Wr: 144 mm, Lp:76 mm, W: 4,3 mm, h: 1,59 mm,
t,:2,62 dan tan6 : 0,001. Tentukanlah impedansi masukannya untuk
frekuensi 1,197 GHz.

Lebar strip 4,3 mm, dengan tebal 1,59 mm dan permitivitas 2,62
nrenghasilkan Zo:50,6 ohm atal Yo: 19,8 msiemens dan r,."ff :2,184.
Sedangkan patch dengan lebar strip 144 mm, dengan tebal 1,59 mm

dan permitivitas 2,62 menghasilkan

Zo: 2,5 ohm atan Y,,: 0,4 Siemens

tr,"u:2,579.
Persamaan (8.5) memberikan perpanjangan

di sisi open sebesar

+o'262
o,4l2h'tr'efl'
'u
er,41,-0,258 a+0,813

o,4t2.r,sq.-.

Sehingga dengan (8.6)

=250,63

1,r = 1,1 W

196

Sehingga

I'r:

(4,8 +

24,48) mS

Karena perputaran sekitar 360 rnaka kedua I's tidak berubah dan

?'11?
2,579

+ 0,262
9'?09 .e0,6

-0,258

48,96) mS.

Contoh 8.3: Rancang antena mikrostrip segiempat dengan inset


permitivitas relatiye 2,2 digtnakan untuk merancang antena mikrostrip
segiempat pada frekuensi l0 GHz. Dimensi antena mikrostrip ini Lrx W,

90,6+ 0,813

adalah 0,906 cm

1,186 cm.

Tentukanlah impedansi masukannya dan lakukan perbaikan terhadap

performansi refleksi antena ini dengan inset.

Lp'tr = 76 mm

2.0,8lmm =77,62mm

Di Smith chart terjadi perputaran sejauh e = I 80' . 4L p,4il, I ?,",fl. .

Q = 180'

w, l-s.636,,[2!h\ I 1=4,8mS.5.r=24,48mS
n=t2ol,ol
[r,Jl o

Sebuah substrate mikrostrip dengan tebal 0,1588 cm dan konstanta

+o'3oo

:0,81 mm

Dengan 1"

=4'8mS

diparalelkan untuk mendapatkan nilai total Y,n: (9,6 +

(dengan u:Wo/h=90,6)
AI p

lr.2l

Jawab:

dan

,)

Panjang gelombang di ruang bebas adalah


Ao

dan

=250,63mml"{ffi

4lp,"ff I L*,

Jawab:

=156,07 mm didapat

=3'108 m/s/l0roHz = 3 cm

Komponen real dari admitansi open dihitung dengan

*, lr_l_(ul\'l

358,1' (dianggap satu putaran penuh)

"=t20x,l 24\?,"" ) )
Antena: Prinsip don Aplikasi

Antena lAikrostrip

197

-Y

[r_ t .IZrro,rssA.rn)'l
l20.3cml 24 \ 3cm )
l,t86cm

R, (r) = R,

=0.003279 S

2+cos(X) + X. Si(X)+sr(X) I

l2on2

x
.Si(X)

= ft'n

=4+86
J

maka dengan

iP

Lr)
t"+)

Jika resistansi masukan baru yang diinginkan bernilai 50 ohm,

Hasil yang lebih akurat didapat dengan persamaan

/=_

.o.'[

maka

,dengan X=koW,

didapat dari tabel integral sinus

=2,484,

dp, diketahui si(2,484):1,7746 (dengan fungsi sinint di

50e

2z;,64a."o"r(n-J-] = jt-:--0,906 cm
\. 0,906 cm /

cos-r10,4676;

x -1'0842.0,906 cm=03127 cm.


7t

8.3

METODE ANALISA: MODEL CAVITY


Dasar dari metode ini adalah dengan berkumpulnya muatan-muatan

Matlab/Octave)
2 0,7915 + 2,484.
Q- - -

1,77

46 + 0,2461 I

l2hn2

= 0,001573

C2

Karena ada dua kondisi open yang mengalami coupling, diperlukan


jluga G,r, yang rumusnya

listrik pada bagian bawah dat'r patch yang akan membentuk medan listrik
bersama dengan muatan-muatan listrik berlawanan jenis yang berada di
metalisasi bawah.
Gambar 8.7a memberikan sebuah patch segiempat dengan dimensi
W dan L. Sasaran kita sekarang adalah menentukan diagram radiasi dari

struktur mikrostrip ini dengan pendekatan (model) cavity.

Cavity adalah istilah yang dikenal dalam teknik gelombang mikro


untuk menggambarkan suatu struktur beresonansi. Bagaimana antena mikrostrip segiempat bisa diamati dengan model cavity ini?
Admitansi gandeng dengan persamaan di atas, dihitung secara numerik
yang untuk data-datapatch danpanjang gelombang yang diberikan, menghasilkan nilai G,r: 0,00061683 S. Sehingga resistansi masukan menjadi

D-=
Kiu

I
216 a

6)= @

= 228'64{l
a)

Dengan inset akan didapatkan resistansi baru yang lebih kecil, dengan (gambar

8.l2)
Anteno: Prinsip dan Aplikasi

b)

Gambar 8.7 a) Struktur antenq mikrostrip dan b) pemodelan medan


listrik pada sisi samping patclr
Antena Mikrostrip

Perhatikan gambar 8.7b. Dengan mengandaikan pengaruh medan


Iistrik yang mengalami kelengkungan (fringe) telah digantikan dengan
8,,* dan L*,maka medan listrik akan lurus dari patchke ground dan
sebaliknya. Pada kubus tersebut, di keempat sisinya bisa kita dapatkan
medan listrik tangensial, yang besarnya akan diberikan nanti. Sedangkan
pada sisi atas Qtatch) dan bawah (ground) medan listrik tangensial bernilai
nol karena pengandaian metal ideal. Secara umum medan listrik di bidangbidang samping pclcft memiliki fungsi

E=E.*,(*;)*,(ry)r,

(8.12)

z:0 (metalisasi bawah) E, = 0, dan


Au: z:h (padapatch) Eu
=0
Ar:

Dengan demikian kita telah mendefinisikan sebuah volume, yang


pada pennukaannya kita rnengenal semua me<lan listriknya. sehingga
untuk bisa menghitung medan jauh (tentunya dengan titik pengamatan di
luar kotak volume ini) kita tinggal menggunakan rnetoce ekuivaiensi yang
diperkenalkan di bab 6 (contoh 6.1 dan 6.2) untuk mendapatkan kerapatan
arus magnetis sebagai sumber untuk medan yang dipancarkan.
Sehingga dengan teorema ekuivalen didapatkan sumber arus magnetis pengganti, pada

Untuk pembahasan di buku ini, kita hanya tertarik untuk mengamati


mode dasar, yaitu untuk lzl : 1 dan r : 0, sehingga persamaan (8.12) men-

A,:

x:L (0 < y <W) fu, = -2ilrxE, = -2d,x(- A,.d,)=

jadi

Ar:

x:0

E=E..",(?) ,.,

(8.1 3)

dan pada sisi sepanjang sumbuy diandaikan medan listriknya kons-

(0 < y

3W) fu, - -ZfirxE, - 2d,x(8,.A,)=_2E,.d,

A,:y:o (0s x< L) fu, -2E".o.[U).;.

(z)'

Ao:y:W(O<

x<L) fuo--2Eo.or[I'x'\ -

\ t )o'

tan.

Dengan menggunakan analisa model resonator, maka problem pada


gambar 8.7a akan diganti dengan problem pada gambar 8.7b, yaitu dengan
mengabaikan medan

_2E,.d,

Faktor 2 pada setiap arus di atas karena pengaruh metalisasi bawah.


v

listrik 'fringe' dan menyetel bahwa pada setiap sisi

kita mengenal medan listriknya.

Yaitu pada

A,:x:L(O< y<W)

E, = -Eo 'd,

Ar:x:0(O< y<W)

E, = E,'d,

Ar'y:0(O< x<L)

E,=

flz = -4,

frt=4,

8..",(T)

u,

frt =

A.:y:W(O<x<L)

200

Eo=

E,."t[?) ,,
Antena: Prinsip dan APlikasi

-d,

Gambar 8.8 Visualisasi bidang-bidang pada model cavity

Antena llikrostrip

201

dengan

Dari arus magnetis ini bisa dihitung potensial vektor elektris F


dengan bantuan persamaan (6.3), yang di medan jauh merupakan hasil

X = k*sin0cosg

=kYsintsing ;

integrasi
o 'e-

=_>
4ltr

r; dengan

Medan listrik: E =

jo'

, IJtt,.eik;.i'da
A,

Ar i'= Y'd, + z'd,


Ar: /'= x'dr+z'd,
Ao:

ttr.

{l-

d,

or'*
it,khE,*I,
zn, Yn\xf

E*

it,khE.#*"ul-;#;"oss +Zsin*]*. y "iny,,\Z

'-.srnq

, w ,r*1"o. x
+-c(
Z
J "i,rr"irLZ

Untuk bidang g =0'(bidang E) berlaku

d,,

(sinY/Y:

' s)k(1";nocose+)''sindsine+

(8.16)

z'cosl)rb'r

l)

X=ft1sin6
2

dan

I/=0

4rr

,in[rt.o, *)
,klrthE,ff*r(otrr"" I ( .2 .l dan Er=g
.

. eik(rsinosine+z'cos0)ib'r

/lh k-costj

drt

(8.1g)

ocose+z'cuo)6*t

.r,no'""

ii-'(?).O

Z,(a,x F)

Eo = ie

)-"""

(8.17)

7'= x'd, +WAy + z'4,

=2E",::fi1" 4nr

@.

Z = k*cosg

Eu

d, =sin0cosQa, +sindsinqd, +cosO d,,danpada


A,: /'= Ld, + y'd, + z'd,

dan untuk bidang Q

= 90" (bidang H) berlaku X = 0 ;

ur'l

= kYsirnt
2

i i-

*r[?

u,'
)'

"'^

B cose + w

"u'''

e*' *"

sin0 sin

n'

*' o,')
E,t=0 O^, ,r= je,kVlrhEoff"orO'r,[rf

Maka didapatkan (perhitungan lengkapnya di apendiks 8A)

kLsina
2

F = Fd"+ Frd,

(8.1e)

F*=Eor#;otrr;#yY
o'"-t*

F = -E
uo
tv-

202

4nr

,i,ul

Iz sin

Wsiny

(8.14)

(8. l 5)

Persamaan-persamaan di atas hanya berlaku untuk

*=X = 0,0477
l" di persamaan (8.20) adalah panjang gelombang efektif (:)"0/

Antena: Prinsip dan APlikasi

Antena llikrostrip

(8.20)

$,*

l.
203

Dengan mengamati kasus h

:0,04X, maka Z = 0,04n cos d dan L:X12,

w:1./s

z (tr\
o=tsc,ll

-5

Sedangkan gain atau direktivitas dari antena mikrostrip ini bisa didapatkan dengan

(8.23)

]E

dengan

6'-10
p.

G konduktansi radiasi yang bisa dihitung dengan

I.C

.o -15

iW

,
o,=*= A7-i;e

o
o

> -20

1W

6Oi

-25

ii
020406080

-30

untukz <a3s)'
unruk 0,352 <W

<2).

(8.24)

untuk 2.1<w

Untuk kasus di atas, yaitu W1L:O,2,dengan persamaan (g.24)

[o]

G"
Gambar 8.9 Diagram radiasi mikrostrip

h:

0,04X,

L:M2,

=8,89'ro-t*,
,didapatkan gain

dan W:M5

Gambar 8.9 memberikan diagram radiasi untuk bidang E dan H


dengan parameter yang diberikan di atas. Untuk bidang E didapatkan
beamwidth sebesar 60" dan bidang H sebesar 88".

D= 2 (*\=

(o,z)' =6

tsc,l), )

atau 7,7BdBi.

t-

Secara umum beamwidth antena mikrostrip bisa dihitung dengan

(8.21)

BW, =)si11

(8.22)
lf

melode

Dengan kedua persamaan ini dan contoh kasus di atas didapatkan BWu

58,3'dan BWr:83,3".

momilt

nodel csviy

Bidang E

(8=90')

BidangH(g=0")

Gambar 8.10 Diagram radiasi antena mikrostrip segi empat


tBALsJ
..intrirff; Frinsip dan loplikcst

Antena lrlikrostrip

205

-T-

Gambar 8.10 menunjukkan perbandingan hasil pengukuran diagram

mikrostrip ini. Pembahasan yang lebih lengkap akan kita lakukan di bawah

radiasi dengan hasil perhitungan dengan metode moment (bab 13 lebih


lengkapnya) dan hasil aproksimasi dengan model cavity.

nanti.

Antena mikrostrip segiempat yang berukuran L x W (0,906 cm x


1,186 cm) di atas substrat dengan ketebalan 0,1588 cm dan permitivitas
relatif 2,2. Antena bekerja pada frekuensi l0 GHz.

dengan menggunakan mikrostrip penyambung ke patch.

8.4

Sedangkan gambar 8.12 menunjukkan cara pencatuan lainnya, yaitu

as

L;:0,1657

PENCATUAN ANTENA MIKROSTRIP

Untuk mengirimkan energi dari sumbernya ke antena mikrostrip


diperlukan suatu pencatu(feeding). Di buku ini hanya akan diperkenalkan
teknik pencatuan dari kabel coaxial, sehingga ujung dari sistem pencatuan
ke bagian eksternal akan berbentuk konektorladaptor koaxial. Gambar

a) tampilan 3D

b) tampak dari atas dengan


struktur matching (inset)

8.1I menunjukkan pencatuan antena mikrostrip dengan bantuan konektor


koaxial. Dari bagian bawah dari PCB @round) yang dibor sampai ke bagian
atas Qtatch) dimasukkan penghantar bagian dalam dari konektor sehingga
konektor dalam tersebut mengenai patch dan disolder bersama. Penghantar
luar konektor akan disambungkan dengan metalisasi bawah.
Yy

Gambar 8.12 Pencatuan dengan mikrostrip penyambung

kiri ditunjukkan secara tiga dimensi pencatuan


dengan mikrostrip penyambung. Konduktor dalam dari konektor coaxial
dihubungkan dengan mikrostrip bagian atas, sedangkan konduktor luar
Pada gambar sebelah

dihubungkan dengan ground. Gambar sebelah kanan menampilkan struktur


tersebut dari tampak atas, dengan tambahan struktur matching.

Untuk pencatuan menurut gambar 8.11, impedansi masukan akan


bernilai 50 ohm jika posisi pencatuan diletakkan pada posisi (r.,
%) dengan
[Garg01]

r-l--_l

lar

.tr- = -----:-cos

?=

a) tampak tiga dimensi

Gambar

8.ll Pencatu

'

b) tampak samping

v
/s
--

coaxial dari bagian bawah.

2tr

-r

E'0Ct

{&

W
2

(8.2s)

(8.26)

R, dihitung dengan persamaan (5.24).

Posisi pencatuan, yang ditandai dengan kordinat (r,,%) harus dipilih


sedemikian rupa, sehingga terjadi matching antara konektor ke luar yang
biasanya dibuat standar 50 ohm dengan impedansi masukan dari antenna

206

Antena: Prinsip don Aplikosi

y'rfteno

llikrottrip

207

_T

Contoh 8.4:

4,49.23,492

Rancanglah sebuah antenna mikrostrip segiempat untuk frekuensi WLAN 2,45 GHz. Tersedia sebagai PCB bahan FR4 (e, : 4,5) dengan tebal I mm. Tentukanlah data-data perancangan dan beamrvidth serta

=0,412.r*..J,r,
sehingga panjang

24,035

r,;;;,";;*r;

Jawab:

Konduktansi radiasi, dengan W/ tr"tt

Frekuensi 2,45 GHz memiliki panjang gelombang l'".= 122,45 mm.

Karena diinginkan irnpedansi gelombang bernilai 50 ohm, maka


dengan persamaan (8.4) bisa dihitung

,=r#l'[#)-']

persamaan (8.6)

23,22mm/59,82mm = 0,3gg2

dan persamaan (8.19) menjadi

^.L= 600,3882-0,0034=0.003r1.
-'"""'Q
' =+Y60 )" 30n,

G.

Maka posisi dari pencatuan didapatkan dengan (8.20) dan (g.21)


menjadi

xs

1*, mcl 59.82 mm


=-cor -r
---:--cos'
{
^.
= 9,52 mm . 1,1661 = I

W:23,22mm.

u:

1,1

50C).0.00311
C)

mm

Wlh:23,22

,
"r,"If* -',*l2 *9;)(t*]9)'''o
21,,;;

Beamwidth antenna mikrostrip didapatkan dengan persamaan (9.16)

=4,rg,

menjadikan panjang

dan (8.17),

/L
-" L- 2sin-'l BW'E

mm
L -122'45
= 59,82 mm
,14,19
,1t,,*

f:1, )

[r1:r'*h'

gelombang efektif

A", =

.,

L=L"t- 2M=29mm.

gain yang akan didapatkan.

Dengan persamaan (8.2) dan

=0.46mm

Karena panjang efektif dari patch di-set setengah panjang gelombang, 2",, :29,91 mm, maka dengan rnemperhatikan perpanjangan akibat

'fringe field'yang bernilai AI di kedua sisi, yaitu dengan persamaan (8.5)

'

= 0,412h.e ""n'

- 0'300 .u + 0'262

t,,"tf-0,258 z+0,813

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Anteno filikrostrip

209

-?
T

IT
ITII
+
#

Gain atau direktivitas dari antenna mikrostrip ini didapatkan dengan


persamilan (8.18)

D=-2-(Y\
rsc,\1

--

'
-]-t0,3882)'z
) 15.0,0031

=6,48 atau8,12dBi.

atau 8,12 dBi.

8.5 ANTENA MIKROSTRIP

DALAM ARRAY

Array antenna dengan teknologi mikrostrip memiliki kelebihan


dibandingkan dengan teknologi lainnya adalah elemen-elemen dan struktur pencatuan semua elemen ini (feeding structure) dibuat dengan proses
yang sama, yaitu dicetak pada PCB secara bersamaan.
Gambar 8.13 menunjukkan pembentukan array mikrostip. Hal penting yang harus diperhatikan adalah penggabungan beberapa elemen pada
sebuah saluran mikrostrip penghubung. Penggabungan ini bisa menyebab-

kan terjadinya kondisi unmatched, yang harus dikompensasi dengan pemilihan lebar strip yang disesuaikan dengan percabangan di ujung saluran

Gambar 8.13 Contoh beberapa array mikrostrip

Apendiks 8A Perhitungan potensial vektor elektris pada antena


mikrostrip
F

transmisi ini.

Hal lain yang bisa menimbulkan masalah adalah, jika ada banyak
elemen mikrostrip digabungkan menjadi array, akan terbentuk jaringan
pengumpan (feeding network) yangsangat kompleks, dan memiliki potensi
memberikan kontribusi terhadap pemancaran, YanE bisa mengganggu
kontribusi pemancaran yang sebenarnya. Solusi untuk masalah ini adalah
dengan dipergunakannya pengumpanan secara elektrodinamis melalui

=2E,r;:( ,,fro^ **,iTd*0'tinr,sinp+'t6 ,)dy,d/+i!"r(7!rina{4+rbosd,or,*}

.,.fii*{T).
-

"u*

F = z r.

lubang (slots).

""o"' ^111*{+)

5!L

+ a,(p

- "i

i "t"'*, a,, =

210

e,,rGti"

r*

o"*r*,

"-t

dx, dz,

"'**''"

r4' 4r'}
J

o*, * 1).1
o",,,
4r,!
4,
(- u,U,*"'
"ir'*"
",r',,^
0

"a

x,,

).

"

i on*o *,

i*{+).

7*b**h= #G**

*,^
",

a,,

***

r)

Antena: Prinsip don Aplikasi


Anteno Mikrostrip

211

.?

khcosO

i!v:\tt"e-n' *i"[

|
0

"i['stnosino

1rt -

l]\o lYg

LY

('
F __4E^.
- _"-i* | -.

"

4nrl'

i.*(?),

ik,s;aoc.se

dx,

Ef

o"o,

,.,* _,

[r*,i,,

.orlzrtnu.orpLr4ry=,

l2

o-.(?)

"',"1--,-f '

- . ( kwsinrl*in.r_)4fq .

t; I

- (t.in u"o'pf

[(

-j!Y!Jff9-.(r,,"*

"rn

"

"o",

cos(fl+ L

f2tlay

,"o"(kLsinocosgl*ryt*
sin(tr)).

r''"*'-"' - 0*.ln a"o. r + o))

.n ,

i*wsinosine

(n\2

Ii

l.

- "'v+*

=4 w n.r..:3!

*,(r*f*),{ry-),4,y

"#a,

ir"iryt"'o

Denganmemasukkan

)
'*"^1""'

\-*

=2E,,'#:l_ r,[",'"'I**' * "

212

jkV sitOsirg

lksindcosrp ^ ( kLsinficos4t\

. u.l"*

../lcicosrg\

;te ''t''t. z

-+ldane 2

F
F

t-

Dengan W -+ 0

(
tcosel

-(r'i'u'*r)
J

kltsinfsing

u"*r + l
)

-iksinocose (,*"":*"'*n@f*L*,
_
av
=-;=.r--lc
r

.-

Y sn-Llsinp\

iksinocosg

[;)-*''"'"ospf

(;)-*"'

W'sin,

(;T_* ocossl

.;","(+)1,,*.'**,lr
(

,iusitrrs,

rr-:-.o^^--\

.\",r,.*n,^,*,

=4

wh

kZ

=T X=,

*{;,i.o.o,r).,,(*";'o1,'r"-* ."Ya,

]'"'***"

i.",(?

E.*,

L:?,"/2:maka

-oo0ooe

kx'sin

ocos

di,\",*o*' r,'

)
Antena: Prinsip don Aplikosi

Antena hlikrostrip

213

Antena Broadband,
Ultrawideband dan
Mtrltiband
9.1

PENDAHULUAN

Pada banyak aplikasi, sebuah antena harus mampu bekerja pada pita
spektrum frekuensi yang lebar (broadband), bahkan juga harus bekerja

lrada rentang frekuensi yang sangat lebar (ultrawideband) ata.u bekerja


pada wilayah-wilayah frekuens i yang terpi sah (mu I t ib an d)
_

wilayah frekuensi kerja sebuah antena didefinisikan sebagai interval


fiekuensi, di mana besaran karakteristik antena memenuhi spesifikasi yang
tliberikan. Misalnya return /oss minimal harus l0 dB. Sehingga akan
didapatkan batasan awal frekuensi yang memenuhi spesifikasi itu{. dan
lratasan atasf* serta frekuensi tengahf, yang biasanya disebut frekuensi
rancang antena. Dalam mengkuantifikasi antena berdasarkan lebar
liekuensi kerjanya, didefinisikan dua buah besaran yang berupa rebar pita
relatif, yaitu

BW, -

{r{rc0u,

(e.l)

Dan

'*r=*

(e.2)

--?
?

Definisi di persamaan (9.1) biasanya digunakan untuk antena pita


sempit, seperti dipole (biasanya sekitar 10%). sedangkan untuk antena pita
lebar digunakan persamaan (9.2). Antena broadband biasanya memiliki

c[=tan

t*)

(e.s)

Secara umum, antena helix memiliki polarisasi eliptis.

BLV*=_ful"fr22.
Sedangkan menurut badan regulasi telekomunikasi A,merlka (F e dera I

Communications ComissionFCC) mengklasifikasikan ultrawideband


dengan aplikasi yang memiliki lebar pita lebih besar dari 500 MHz atau
BW p > 2OYo.

Di bab ini akan ditunjukkan beberapa contoh antena yang memiliki wilayah kerja yang lebar dan sangat

lebar, juga antena yang memiliki

wilayah kerja secara terpisah (multiband).

9.2 ANTENA HELIX


Antena helix yang dibahas di buku ini terbuat dari kawat yang dililitkan dengan melingkari suatu diameter tertentu (biasanya lingkaran) dan
naik secara linier membentuk spiral. Karena itu antena helix sering juga
disebut antena spiral.

Gambar 9.1 menunjukkan antena helix dengan parameter geometrinya. D adalah diameter gulungan antena, Z tinggi antena, S ketinggian sebuah putaran, sehingga dengan Nbuah lilitan menjadi I : N^S.

Gambar 9.1 Geometri antena helix


Antena helix bisa dibedakan dengan dua modus operasinya, modus
normal yang memancarkan energinya secara omnidireksional dan modus
sumbu, yang memancarkan energinya secara terkonsentrasi ke suatu arah
tertentu (gambar 9.2).

Panjang kawat untuk satu putaran, seperti divisualisasikan di gambar

9.1, dengan persamaan PYhagoras

(nPI

*s'

(e.3)

Dan panjang total kawat yang diperlukan untuk membuat antena helix ini
adalah

Lx = N'Lo

(e.4)

Besaran lain yang dipakai adalah sudut kemiringan gulungan (pilch


angle), yang didefinisikan seperti di gambar 9.1 dengan

Gambar 9.2 Kiri:modus normal (broadside), kanan: modus sumbu/axis


(end-fire)
Antena Broodband, Ultrawideband dan lAultibond

216

Antena: Prinsip dan Aplikosi

217

Pada modus normal, dimensi antena helix kecil dibandingkan panjang gelombang. Sehingga bisa diasumsikan arus yang mengalir di antena
konstan. Diagram radiasi antena helix modus normal bisa diaproksimasikan sebagai superposisi sekumpulan antena loop Hertz dengan diameter
D dan sekumpulan antena dipole Hertz dengan panjang S (di sini terlihat
orthogonalitas dari medan listrik).

Medan listrik medan jauh antena dipole Hertz dengan panjang S

E'= iz
UJOI

kl"se-ib
+nr

(e.6)

Modus sumbu lebih sering dipakai pada


berbagai aplikasi komuni_

kasi wireless. Gambar 9.2 seberah


kanan
ke arah sumbu dari antena tersebut.

12, < a <14, .


Dalam melakukan perancangan antena
hetix ini dipakai rumus_
rumus yang diturunkan secara empiris
(dari pengukuran)

"no

Er = Z,t'(o

4r

I'"-i* ,'nu

R
(e.7)

(axial ratiol APt)

lu,l

js.

atau AR

t*,D2= (,rnY
?ry=

(e.8)

AR:

: l, maka persamaan (9.8)

AR=l= ,24.=
(,aY

, atau

(nol

'-" - h

l,

(e. I

l)

BW[',]- s2t'2
(e.t2)

c.J.^/s

o=t,n-'(*)=,,,'[H)

l5,l/

C'S

I)an perbandingan komponen medan


listrik (axial

AR

(e.r3)

ratio/AR)

+l

=2N2N

(9,14)

Contoh 9.1:

(e.e)

Atau sudut kemiringan menjadi

218

1a0.9

Gain

0 (murni loop) atau menuju tak hingga (murni dipol),


polarisasi antena bersifat linier. Untuk mendapatkan polarisasi sirkular
Jlka

Lebar pancaran (half power beamwidth)

Persamaan (9.6) dan (9.7) menunjukkan polarisasi eliptis, dengan


perbandingan kedua komponen, yang didefinisikan sebagai rasio komponen

AR=84=

oleh John Kraus

[KR0 1 ], misalnya impedansi masukan (resistif)

Dan medan listrik medan jauh antena loop Hertz dengan diameter D

l2-l

menunjukkar;r;;;rtamanya

Unfuk mendapatkan modus ini, ,s dan


D harus sebanding dengan panjang gelombang.
Nilai yang sering digunakan adalah 3 / 4 < C / ?L < 4
/ 3 (nilaimendekati optimal C t t"
=l ), jarak
antargulungan S = ?u / 4 dansudut
kemiringan gulun gan

(e.10)

Antena: Prinsip don Aplikasi

Anarisa antena helix pada frekuensi


*LAN 2,45 GHzdengan 15
lilitan menggunakan pendekatan
optimum. Dapatkan data geometri lainnya
rlan hifunglah beamwidth, gain
danaxiar ratio antena ini.
.lawab:
Pada frekuensi2,45 GHz, panjang
gelomban g 2

turtena Broodband, Ultrawidebond


don lvluttiband

=12,24 cm.

219

-T
Dengan perancangan optimum berlaku Cl?r"= 1, dan a =13".
akan didapatkan C = ).=12,24cm. Dari gambar 9.1 didapatkan diametcr
helix D:C/r:3,9 cm, persamaan 9.5 memberikan nilai jarak antarlilitan
sebesar

s =rcD tanct, = 2,8 cm.


Dengan persamaan (9.12), (9.13) dan (9.14) didapatkan

BWI' 1 =

6 =61,r
AR=

52trz _

52. (12,24)3t2

cJ.rrs n,24.115.2,8

c'i =ts

2N2N

,,

(t?,2+)'

2g,1,

2,a = 5 L4i :-

dB

17,12

Gambar 9.4 ditampilkan sebuah antena helix komersial yang bekerja


di frekuensi 5 sampai 6 GHz. AR diberikan dengan 0,5 dB, atau 10(0,5/20) :
1,059.
Frekuensi kerja

vswR

<2

-6GHz

Gsin

10. . 11.5 dBi

3dB beamwidth

39.

Axial ratio

+ 0,5 dB

Front-back ratio

>15 dB

Daya maksimal

60

Konektor

SMA female

Ukuran

55 mm (diameter ground) x 92 mm

45"

w (cw)

(12,24)'

= 3l / 30 = 1,0333

0,28 dB.

Perhitungan dengan Mininec menghasilkan faktor refleksi yang cukup bagus untuk frekuensi dari 2 GHz sampai 3,4 GHz, seperti ditampilkan
di gambar 9.3 (kiri). Khusus untuk frekuensi 2,45 GHz dihitung diagram
radiasi di bidang vertical (gambar 9.3, kanan). Terlihat gain yang didapat-

kan sekitar 13 dB, sedikit berbeda dengan hasil yang didapatkan di atas,
dengan beamwidth sekitar 2

19'

38'. Sedangkan AR

1,077.

Gambar 9.4 Antena helix komersial (www.q-par.com)

9.3 ANTENA PLANAR


2.2

2.4

2.8
IGFlzl

30 40 50
I lol

60

70 80

90

Gambar 9.3 Kiri: faktor refleksi antena di contoh 9.1


Kanan: diagram radiasi bidang vertikql

220

Antena: Prinsip Con Aplikasi

Antena planar yang dibahas di buku ini dibatasi pada antena yang
terbuat dari metal tipis, yang memiliki suatu bentuk tertentu seperti di
gambar 9.5. Antena diletakkan di atas bidang ground, yang di baWahnya
dipasangkan konektor koaxial sebagai tempat feed dan interface untttk
pengukuran

Antena Broadband, Ultrowidebond don tAulti band

221

t/'t

-10

i\
il
li

-15

!i
!;

li

Gambar 9.5 Beberapa bentuk geometri antena planar


kan karakteristik antena tertentu, baik jumlah pita kerjanya (dualband,
triband, quadband, dan seterusnya) ataupun posisi dari masing-masing
frekuensi kerja ini. Di [MAF09] ditunjukkan suatu metode optimasi dengan menggunakan simulated annealing, yang bisa mendapatkan struktur
antena planar beserta ukuran-ukurannya. Masukan dari proses ini adalah
nilai-nilai frekuensi kerja antena.

'350

Gambar 9.6 Antena dualband 0,9 GHz dan 2,4 GHz


all unib in mm
sr
0

kiri adalah

geometri yang diberikan sebagai keluaran


(output) dari metode numerik berbasiskan metode persamaan integral
(pembahasan metode ini di bab 13) berbantuan metode optimasi simulated

annealing,jika sebagai masukan (input) diberikan dua frekuensi 0,9 GHz


dan2,4 GHz. Di gambar 9.6 kiri ini, antena diberikan dengan terdiskretisasi
menjadi segitiga-segitiga kecil sebagai model pada metoda momen.

i!
i!
i!.l
ii
i!

'20,

7
I

gambar 9.6 sebelah kanan ditunjukkan perbandingan dengan


metode lain (Wipl-D) dan pengukuran dengan Vector Network Analyzer
(VNA). Terlihat dengan jelas,pada kedua frekuensi pilihan ini didapatkan

{l
1

I
-30

'350 i

8f

Gambar 9.7 Antena dualband 2,4 GHz dan 5,8 GHz

minimum.
Gambar 9.7 adalah hasil lainnya, jika sebagai masukan diberikan
frekuensi 2,4 GHz dan 5,8 GHz. Maka akan keluar hasil geometri yang
jelas lebih kecil dari struktur di gambar sebelumnya, karena frekuensi
kerjanya membesar.

222

t.

-25

Di

tI

-30:

Dengan memvariasikan bentuk geometri dan besarnya, bisa didapat-

Gambar 9.6

-25:

Antena: Prinsip dan

Aplikasi

9.4 ANTENA LOG PERIODIK


Antena log periodik memiliki kemiripan dengan antena yagi-Uda
@ab a). Perbedaannya adalah, direktivitas/gain yang dicapai antena log
periodik lebih kecil, tetapi memiliki lebar pita kerja yang lebih lebar, dan
besaran geometri antena Yagi-Uda tidak mengikuti aturan tertentu, sedangkan pada antena log periodik mengikuti suatu perbandingan tertentu.
Antena Broadband, Ultrowideband dan lAultiband

223

Y
I

Di gambar 9.8 diberikan sebuah antena dipole log periodik, dengan


jumlah dipole sebanyakN. Dipole semakin membesar dari nomor

1 sampai

ke N.

Dalam merancang antena log periodik ini akan digunakan beberapa


persamaan-persamaan dan kurva yang akan diberikan di bawah ini.

Notasi untuk geometri-geometrinya adalah


panjang total dipole ke-r
In
Rn

dn
.t h

(d,:

Tetapi secara praktis sering digunakan kawat yang berdiameter sama


d),juga jarak antara kawat di dipole juga sama (s,: s).

Dengan menggunakan kontur direktivitas/gain yang diberikan di


gambar 9.9 akan didapatkan t dan o optimal, jika suatu nilai direktivitas
tertentu diinginkan. Dengan menggunakan kedua nilai itu bisa dihitung

jarak dipole ke-n dari titik acuan


diameter kawat dipole ke-r
jarak antar kawat pada dipole ke-n

sudut o dengan
dipole ke-N

o( =

tan-,I-L1l

dipole ke-n

'''i'';:-:-'[

i'

aao

;u :=U
d,

dn+t

Rn+t -------------'--

Dipol terpanjang dan terpendek ditentukan oleh frekuensi minimum


dan maksimum yang digunakan untuk mendefinisikan bandwidth. Ada
tiga besaran bandwidth relatif yang digunakan, yaitu lebar pita relatif yang
d i inginkan (r e qu ir e d b a ndw i d th) B, y ang bisa dihitung dengan

il

dan faktor

jarako (spasingfactor)

l,*r

(e. l 8)

mrn

lebar pita relatif dari wilayah aktif (bandwidth of the active region) 8",,
B o,

= l,l + 7,7 (l

c)2 cot a

(e.1e)

dan lebar pita relatif terrancang (designed bandwidth) B"

Aturan perancangan yang dipakai pada antena dipole log periodik


adalah perbandingan yang konstan dari dua dipole yang berdampingan,
didefinisikan sebagai faktor skala t (scale.factor)

d, s,
Rn
Rr*t dr*t sr+l

- f^u*
f
J

Gambar 9.8 Geometri antena dipole log periodik

-- l, -

(e.t7)

L4o,-l

diPole ke-n+l

(e.15)

B, = B.Bo, =a[,t+ 7,7(l-c)'zcota)

(e.20\

Panjang total struktur, dari dipole terpendek (/-,,) sampai dipole terpanjang (/."*) bisa didapatkan dengan

,,=+['-j,)"*"

(e.21)

(e.16)

224

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Ante no Broadband, Ultrawi deband

dan lAulti band

225

T
Dari hasil di persamaan (9.24) tersebut dan jarak relatif rata-rata

Fa*tor jarak o

o '=

0.L0

il_

l,l

0.

rl

^f

/1,, resistansi masukan (50

ll

dB

i0.5 dB

il

)rt
-''-.
I

9ry,g,ur,

il

tn

ri=qlt

ll) dB

s' = 0.06-

iit\

4
3

ti.

O).

Z,/RN

u. t$

0.16

,denganbantuan gambar 9. 10 bisa diaproksimasikan impedansi


karakteristik dari saluran transmisi penyambun g Z,(feeding line), dengan

t.l.::

11.5 LtB

0.tllt
rl"{,h

{l dB
8.5 {lB

dB

7.s

riB l (rE

0.

l5

0.2

l2

I.0

0.3

6.5 dB

Z/R"

{.t.t1.,1

o..,1

U.9{r

i.)..s-l

Fsktor skala

0.tiu

U.7r-)

Gambar 9.9 Kurvo direktivitas optimal sebagaifungsi t dan o

Gambar 9.10 Impedansi karakteristik saluran transmisi penghubung


dari antena log periodik sebagaifungsi dari impedansi karakteristik
dipole dan o'

Dengan panjang gelombang maksimal

"max

Jarak kawat pada setiap dipole dihitung dengan

_ 'tt

-'mil

(e.22)

, =a"orn(Zu\

Ir20

Sebagai pelengkap data geometri, terakhir yang dibutuhkan adalah

Contoh 9.2:

jumlah dipole yang digunakan

lnB

N=l+----i' ' ln(ll r)

(e.23)

Untuk mendapatkan jarak antarkawat pada setiap dipole digunakan


pendekatan berupa impedansi karakteristik rara-rata dari semua elemen,
yaitu

Rancanglah sebuah antena log periodik dipole yang bekerja pada


frekuensi VHF (54 MHz sampai 216 MHz). Gain/direktivitas yang di-

inginkan adalah 8 dB dan impedansi masukan 50 ohm. Diameter kawat


yang digunakan untuk saluran penyambung WeO dan elemen terbesar
adalah L,9 cm dan elemen terkecil 0,48 cm.

Jawab:

Untuk nilai optimal, direktivitas 8 dB memberikan nilai o

(e.24)

^(+)-z,zs)a
226

(e.2s)

dan

Anteno: Prinsip don

Aplikosi

0,16

r:0,86.

Antena Broadbond, Ultrawidebond dan

ttuttiband

227

Persamaan (9.17) memberikan sudut

Z, =l2o

d = tan-tftt - o,ao;z+.0,16]= lz,3o .


Karena antena log periodik ini harus bekerja dari 54 MHz sampai
216 MHz, maka dengan persamaan (9.18) didapatkan lebar pita relatif

yangdiinginkanB:4.

o,

= l,l + 7,7 (l

c)2 cot a

dan lebar pita relatif terrancang

1,1

+ 7,7 - 0,0796 . 4,5864 =

l,',l 9

dan /,ou* =

t]fgbA

54 x

l0ol/s

rrraan (9.25), s

1,9

cm. cosh(55 I I2O)= 2,1 cm.

Untuk melengkapi rancangan dihitung semua data panjang dipole

B, = B.Bo, =7,16..

tr*, =
.f^,n

yaitu, tano, = l, l(2R,,), atau


R, =1, /(2tana)dan persamaan (9.15) serta (9.16) melengkapi tabel

dan posisinya, dengan bantuan gambar 9.8,


9.1

= 5,556 m

Tabel9.l

I.* l2 = 2,7778m.

Geometri antena log periodik


n.

Sedangkan panjang total struktur, dari dipole terpendek (/",,") sampai

dipole terpanjang (/_*) bisa didapatkan dengan persamaan (9.21), yaitu

+(r-

*" )"- "

= 1,38e m

. (1

tt

7,t6). 4,s864= 5,48 m

Jumlah dipole yang dibutuhkan untuk mendapatkan direktivitas


pada lebar pita yang diberikan adalah (persamaan (9.23))

l'9685

=l+'1'',
ln[/r)=1* 0,1508 =r4-l

Jarak relatif rata-rata: o' = o /

Ji

= 0,16 / rF,.86 = 0J725.

Perhitungan impedansi karakteristik rata-rata dari semua elemen


dengan persamaan (9.24), dibutuhkan perbandingan l, I d,, yang bisa di-

hitung dengan l^* I d* , dengan d^

228

*:1,9

328,2{l

Dan terakhir jarak kawat pada setiap dipole dihitung dengan persa-

Persamaan (9.22) memberikan panjang gelombang maksimal dan


panjang dipole maksimal

)-

z,zs)a = n0fin(277,78 / L,s) - z,zsk) =

Kombinasi Z, =328,2{1, dengan R.n : 50 dl, Z,/ R,n = 6,56 dan


o'=0,1725 dengan grafik 9.10 memberikan nilai aproksimasi sekitar
Z. I Ri, : 1,1 , atau Z, = 55d)

Lebar pita relatif dari wilayah aktif dengan (9.19) menjadi


B

t"t#

cm,

!-t

2.7178

6,37

2,3889

s,4782

,63

2,0545

4,11t3

,41

1,7668

4,O517

,2t

r,5195

3,4844

,04

I,3068

2,9966

0,89

1.9

I,1238

2,5771

0,77

0,9665

2,2163

0,66

0,8312

,9060

0,57

l0

0,7148

,6392

0,49
0,42

II

0,6r47

,4097

t2

0,5287

,2r23

0,36

l3
t4

0,4547

,0426

0,31

0,3910

0,8966

0,2"t

9.5 ANTENA

FRACTAL

Fractal adalah sebuah istilah yang diperkenalkan di geometri yang


melukiskan keadaan lama lebih baik dibandingkan dengan konsep geometri

Antena: Prinsip don

Aptikasi

Antena Broadband, Ultrowidebond dan

ltultibond

229

T
sebelumnya (Euclidean). Geometri Euclidean yang merangkurn titik, garis,

permukaan dan volume, bersifat halus, bisa dinyatakan dengan mudah


melalui sebuah persamaan dan digunakan untuk memodelkan struktur alam
seperti garis pantai, gunung, dan lain-lain. Pemodelan garis pantai misalnya

dilakukan secara pendekatan dan sangat sederhana. Jika diperbesar akan


tampak model garis pantai yang lurus, yang tidak menggambarkan realitas
dengan besar. Geometri fractal, juga menggunakan garis, tetapi tidak
digambarkan dengan sebuah fungsi sederhana, melainkan dibentuk dengan
konsep scaling dan self-similarity. Gambar 9.11 menunjukkan proses
pembentukan struktur fractal von Koch, yang digunakan untuk membuat
antena dipole fractal.

Gambar

9.ll Geometrifractal

Koch iterasi ke-5 terletak pada frekuensi yang lebih kecil dari minimum
pertama iterasi 0 (sekitar 920 MHz), sehingga dengan memperkecil
ketinggian antena iterasi ke-5 dengan faktor450/920:a,49 bisa didapatkan
kondisi seperti pada iterasi 0. Jadi antena fractal juga menawarkan
rniniaturisasi dari antena.
Foktor reJleksi

f tcHzl

tipe von Koch

Jika antena fraktral tipe von Koch di atas diletakkan di atas ground,

yang digunakan unfuk mempermudah pencatuan dengan konektor koaxial


di bawahnya, maka akan didapatkan faktor refleksi seperti yang ditunjukkan

di gambar 9.12. Kasus ini untuk ketinggian antena 8 cm. Gambar 9.12 ini
menunjukkan hasil untuk antena von Koch iterasi ke 0 (dipole paling kiri
di gambar 9.1 1) dan iterasi ke 5 (tidak ada di gambar 9.1 I , gambar paling
kanan iterasi ke 4).
Antena fraktral memiliki karakter menghasilkan faktor refleksi yang
kecil pada beberapa wilayah terpisah {multiband). Bahkan seperti yang
terlihat di gambar 9.12 minimum pertama antena (sekitar 450 MHz) von

Gambar 9.12 Faktor reflel<si antenafractal tipe von Koch untuk iterasi 0
dan iterasi ke 5

contoh lain dari antena fraktal adalah antena sierpinski gasket


(gambar 9.13). Antena Sierpinski gasket ini terbuat dari sebuah
segitiga
sama sisi (di sini dimensinya a:r0 cm). Antena ini diletakkan di atas
bidang ground,yang dlfeed dengan konektor koaxial di bawahnya. proses
generasi antena fraktal tipe ini juga mirip seperti tipe von Koch.
Dengan

rnemperkecil (scale down) struktur awal, sisi a, menjadi a/2, sehingga


luasnya menjadi % dari luas awal, dan menyusun segitiga-segitiga kecil
seperti di gambar 9'13 ini. Iterasi selanjutnya berjalan dengan cara yang
sama.

230

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Antena Broadband, lJ Itrawi debond dan lAulti bond

231

-Y
t

Gambar 9.13 Antena Sierpinski Gasket dua dimensi

Gambar 9.15 Antena Sierpinski gasket tiga dimensi

Gambar 9.14 menunjukkan hasil pengukuran antena Sierpinski


gasket yang difabrikasikan dengan kuningan yang memiliki tebal 0,5 mm.

reflectlon factor [dB]


0

-2

4
-6

,,
,

-8

:,

-10
-12

iil

-'t4
-16

rt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt

-18

1st
,-.- 2il
--- 3rd

-2oo

23

frequency [GHz]

nl
2

frequency [GHz]

Gambar 9.14 Pengukuranfaktor refieksi antenq Sierpinski Gasket dua


dimensi

e.6 ANTENA ULTRAWTDEBAND (UWB)

Ekstensi dari antena ini adalah, antena sierpinksi gasket tiga dimensi,
yang fotonya ditampilkan di gambar 9.15.
Gambar

9. 16

Gambar 9.16 Pengukuranfaktor refleksi antena Sierpinski gasket tiga


dimensi

memberikan hasil pengukuran antena Sierpinksi gasket

tiga dimensi. Yang didapatkan dari eksplorasi jenis antena ini

adalah

bandwidth yang didapatkan lebih lebar dari versi dua dimensinya.


Antena: Prinsip dan APlikasi

Ultrawideband adalah aplikasi yzmg menggunakan spektrum frekuensi sangat lebar dengan tujuan mendapatkan kecepatan transfer data (data
rate)yangtinggi. Sinyal yang memiliki sifat ultrawideband juga digunakan
untuk pemposisian (ltositioning) yang sangat akurat. Karena trand frekuen-

si yang digunakan oleh aplikasi UWB ini sedianya telah terpakai untuk
Antena Broadband, Ultrowideband dan ltultiband

233

aplikasi-aplikasi lainnya, di tahun 2002, badan regulasi telekomunikasi


Amerika (Federal Communications Comis s ionF CC) mengeluarkan rekomendasi penggunaan frekuensi 3,1 GHz sampai 10,6 GHz untuk aplikasi
UWB, terutama yang terkait dengan pancaran maksimal yang diizinkan.
Ada beberapa antena UWB yang diperkenalkan di buku ini, yang
pertama adalah sebuah cakram (disc)yang dicetak di atas sebuah struktur
mikrostrip yang memiliki ketebalan h: 1,6 mm dan permitivitas relatif
E, :3, dan diumpan (fee{ dengan saluran transmisi coplanar. Untuk
mendapatkan saluran transmisi coplanar dengan irnpedansi gelornbang
50 ohm, harus dipilih *r:4 mm dan g : 0,33 mm [WA9l]. Antena ini
ditunjukkan di gambar 9.17. Data-data tambahan lainnya adalah L: l0
mm, I, :0,3 mm, W:47 mm, dan r:12,5 mm.

digunakan adalah FR4 dengan ketebaran 1,5 mm dan permitivitas relatif


sekitar 4,7.Lebar mikrostrip pengumpan digunakan Wr:2,6 mm untuk
mendapatkan impendansi gelombang 50 a. Data-data geometri lainnya
x L : 42mm x 50 mm, L,: 20 mm, h : 0,3mm, dan r: l0 mm.

Faktor refleksi [dBJ

7-0

r-s
:

- smurlasr

-10

-rs

-20

'

-25

-go

t'
tI
tl

Faktor reJleksi ldBJ

rao

\1
l1
t1
l1
l1
l1

t
I

-35

0
-5

lv

23 4 5 6 7 8 9 101112131415
Frekuensi [GH4]

ground

.10

Gambar 9-18 Antena cakram yang diumpan dengan saluran transmisi


mikrostrip

"15
-?o

.25

-35

Antena ini memberikan faktor refleksi yang bagus (< -10 dB) pada
sekitar 2,69 GHz sampai 10,16 GHz (perhitungan) dan sekitar 2Jg GHz

.44

sampai 9,78 GHz (pengukuran).

.30

ft

-45

-oo0oo-

I 2 3 4 5 6 7 A I 1011 12131415
Frekuensi IGHz]

Gantbar 9.17 Antena cakram diumpan dengan saluran transmisi


coplanar

Hasil perhitungan dengan metode numerik berbasiskan Finite


Integration Technique (FIT) yang digunakan di program CST Microwave
Studio Suite menunjukkan kine{a bagus dari sekitar 2,75 GHz sampai
lebih dari l5 GHz. Pengukuran memverifikasikan hasil teoretis tersebut.
Alternatif lainnya adalah juga antena cakram, tetapi sekarang diumpan dengan saluran transmisi mikrostrip (gambar 9.18). Substrate yang

234

Anteno: Prinsip don

Aplikasi

Anteno Broadband, lJltrawidebond dan

llultibond

235

PengukJrran
Besaran Antena

10.1 PENDAHULUAN
Dalam proses perancanganisuatu antena ada tiga larigkah penting
yang biasanya dilakukan:

Perhitungan secara teoretis


Tahap pertama dilakukan perkiraan kasar akan besaran dari dimensi
antena dengan menggunakan rumus siederhana, yang dikenal dengan nama

rule of thumb. Hal ini telah dibahas di bab-bab sebelumnya di buku ini.
Penentuan dimensi yang lebih tepai dilakukan dengan bantuan software
yang bekerja dengan basis metode numerik untuk elektromagnetika
yang merupakan solusi dari persamaan Maxwell secara eksak ataupun
pendekatan. Hal ini akan dibahas di bab 13 tentang metode numerik untuk
antena.

Langkah ini memberikan rnodel atau abstraksi dari antena nyata,


yang dianggap bisa mewakili apa yamg ada di lapangan. Perhitungan
secara teoretis memiliki keuntungan kemurahannya, relatif cepat, variasi
parameter bisa dilakukan secara bebas ,dan memberikan risiko yang tidak
besar.

Polarisasi, yang menentukan arah orientasi dari medan listrik, yang

Fembuatan (fabrikasi secara mekanis)

juga menentukan kualitas dari penerimaan.

pada langkah
Bentuk dan ukuran detail antenna yia,ng didapatkan
pertatna,merupakandatapentingyangakan'digunakanpadatahapfabrikasi'
suatu pola
Di sini akan dibuat antena yang terdiri dari kawat yang dibentuk
kuningan, dll')
tertentu, atau terbuat dari lempengan me'tal (aluminium,
dilubangi,
yang akan dipotong dengan bentuk dan ukuran tertentu, bahkan
pola tertentu yang telah
atau terbuat dari PCB yang akan di-etch dengan
dicetak di atasnYa.

Pengukuran (validasi)
elektrisnya dengAntena yang telah dibuat akan diulrur performansi

anmengamatibesaran-besaranpentingantenauntukmemastikankeber.
hasilan dari proses perancangan itu sendiri'
iteratif sampai tujuan
Sering kali langkah-langkah ini ditrlang secara
jumlah besar
yang diinginkan tercapai. Dewasa ini prengulangan dalam
tenaga
i"r,rnyu hanya dilakukan pada langkah pertama' sehingga waktu'
metode
dan
secara signifihan. walaupun teori
dan biaya bisa dihemat
akan terjadi pengulangan
analisa antena telah cukup maju, tetapi. tetap saja
dalam langkah akhirnYa.
besaranTeknik pengukuran besaran antena adalah proses mengukur
besaran karakteristik dari antena, sepelrti

Diagramradiasi(secaratigadirnensi,atauduadimensipadabidang
suatu bidang tertentu
azimuth (horizontal), bidang elevasi (vertikal) atau
yang miring di ruang).

Di dalam praktiknya, sebuah antena selain harus memenuhi besaranbesaran elektris yang digariskan dalam perancangannya, antena itu juga

harus memenuhi beberapa tuntutan lainnya yang non-elektris, seperti


antena yang dimontasikan pada pesawat terbang harus memiliki suatu
ketahanan mekanis dan termis tertentu, atau antena pemancar radio/TV
yang dipasang pada gunung harus tahan, sampai beban maksimal tertentu
atau tenggang waktu tertentu, terhadap pengaruh cuaca yang ada di sana.
Juga ketahanan terhadap tiupan angin dsb.
Di bab ini hanya akan dibahas besaran-besaran penting antena, yaitu
factor refleksi, diagram radiasi, gain dan polarisasi.

,1O.2 SKEMA SISTEM PENGUKURAN BESARAN


ANTENA
Gambar 10.1 menunjukkan bagan sistem pengukuran antena. Sistem

ini terdiri dari sebuah pemancar dengan antena pemancarnya yang disebut
sebagai antena pengukur. Antena yang akan diukur (antenna under testl
AUT) diletakkan pada sebuah meja yang bisa diputar. Sistem ini dilengkapi
dengan komputer yang akan mendeteksi nilai yang diterima dari antena
yang diukur ini dan bisa mengontrol posisi/sudut dari antena.
Sistem pengukuran ini, karena menghendaki besaran karakteristik
antena, yang biasanya didapat pada kondisi medan jauh (far field),harus
memenuhi kondisi medan jauh.

antenna dalam
Gain dan direktivitas, yang nrenentukan kemampuan
rnemfokuskan energinya ke suatu arrah tertentu'

Kondisi ideal dari medan jauh adalah gelombang yang dipancarkan


oleh antena pengukur mengenai AUT sebagai gelombang datar homogen.

yang menenFaktor refleksi (return loss, atau impedansi masukan)'


pada antukan besaran gelombang yang akan ditolak untuk dipancarkan

Pada praktiknya antena pengukur memancarkan gelombang dengan

tenapemancar,ataugelombangyangditolakuntukditerimapadaantena
penerima.

238

Anteno: PrinsiP don APlikosi

front gelombang yang berbentuk bola (untuk titik di medan jauh). Tetapi
untuk jarak yang sangat jauh dari antena pengukur, kurvatur dari front
gelombang ini sudah sangat kecil, sehingga di keseluruhan dimensi dari
AUT gelombang ini bisa dikatakan datar dan homogen.
Pengukuran Besaran Antena

239

Antena yang diukur

Derrgan model di gambar 10.2, bagian tengah dari AUT adalah


bagian yang paling dahulu dikenai gelombang. Bagian sebelah ujung atas
dan bawah

AUT adalah yang paling terakhir terkena gelombang. Ujung


AUT memiliki jarak dari antena pengukur sejauh R + 6 ,

atas atau bawah

yang dengan aturan Pyhtagoras bisa:dihitung menjadi


pemancal

R+E=

,trEI =^[,.[#l)"

(10.1)

dengan mengandaikan dimensi AUT jauh lebih kecil dibandingkan jarak


R, dan dengan pendekatan menggunakan deret

l.l.

Gambar l0.l Bagan Sistem Pengukuran Antena

R+5=

dengan pendekaUntuk menghitung kesalahan phasa yang dilakukan


tan ini diamati gambar 10.2 secara lebih mendetail'

R+6=

^[,.(#l )'' =

Taylor

(t +

*)t2

=I+

, untuk
lx
2

o[,+(*l
)

**L.L
8R

Sehingga antara bagian tengah dengan bagian pinggir AUT terdapat

diferensi phasa sebesar

2nlDz

^
A(D=k.b=-.-.-=-.'I8R4)vR

nD2

Jika untuk pengukuran didefinisikan kesalahan/diferensi phasa ini


rnaksimal sebesar Lq = 22,5o =

t
Frun gclontung

blo

L<D=2.5o

1,
8'

maka

+ n=2?'
=L=n.D'
8 4l"R
)t

Artinya, antena yang diukur harus terpisah oleh jarak tertentu dari
field terpenuhi, yaitu

rrntena pengukur, sehingga kondisi far

2D2

berbentuk bola'

R>_

Gambar 10.2 Front phasa yang keluar dari antena


menyentuhantennaundertest(AW)secaratidakbersomaan'Dadalah

t.

(10.2)

dimensi terbesar antena


Anteno: PrinsiP don APlikasi

Pe

ngu ku r on Besar an Ant e no

241

adalah 6i,rensi dari antena yang diukur dan l, adalah panjang


gelombang dari sinyal yang dipergunakan dalam pengukuran'

Contoh

l0.l:

Jika sebuah AUT berbentuk dipole dengan panjang 5 meter, diukur


performansi penerimaannyapada frekuensi kerja 3 GHz, tentukan berapa

jarak minimal pengukurannYa?


Jawab:
Panjang gelombang untuk frekuensi
m/s /

x lOe Hz = 0,1 m,, maka

3 GHz adalah l,=3x108

jarak minimal yang harus dipenuhi:

*r2'25m2 =5oo meter.


0,1

Dari contoh 10.1, gambaran besaran jarak minimal yang dibutuhkan untuk pengukuran antena yang berdimensi besar dibanding dengan
panjang gelombang, akan memberikan problem yang sangat serius dalam
melakukan pengukuran antena, karena untuk jarak yang sedemikian besar ini, sangatlah sulit untuk mengondisikan lokasi pengukuran bebas dari
gangguan sinyal-sinyal lain, bebas noise, danjuga lokasi yang bebas dari

Gambar 10.3 Anechoic chamber pada group Hochfrequenztechnik rech.


Univ. Dresden
Gel.datang
legsk lurus

pengaruh refleksi yang akan mempengaruhi hasil pengukuran'

Lokasi yang terbuka untuk pengukuran antena disebut outdoor

Absorbsi

yang

ranges.Pengukuran juga sering dilakukan di dalam ruangan yang temboktemboknya dilapisi oleh material peredam echo untuk mengurangi reflek-

di dalam ruangen ini disebut indoor


seperti terlihat di gambar l0'3'

sinya. Fasilitas pengukuran antena


ranges (anechoic chamber),

Gambar 10.4 menunjukkan dua jenis piramida absorber yang dipakai


pada anechoic chamber. Kedua piramida ini memiliki bentuk geometri
yang berbeda, danmemiliki kelebihan dalam menyerap gelombang sesuai
dengan arah dari mana datangnya gelombang elektromagnetika.

242

Antena: Prinsip dan APlikasi

(Jamtrar 10.4 Dua jenis bentuk geometri absorber yang biasa digunakan

ltengu

kuran Besaron Antena

-7
Absorber dengan bentuk piramida memberikan performansi penyerapan yang bagus jika gelombang yang datang secara tegak lurus, sehingga
bagus untuk diletakkan di bagian belakang antena. Sedangkan bentuk takik
bagus untuk gelombang datang secara miring, sehingga bagus untuk diletakkan di bagian samping.

ini hanya mampu untuk

Pada praktiknya, piramida yang digunakan

memberikan faktor refleksi sebesar sekitar -30 dB (0,001 atau lo/o refleksi)
untuk frekuensi 1-2 GHz dan membaik untuk frekuensi di atas itu.

Contoh 10.2:

x 1,5 m x 3 m digunakan pada


jarak
minimal berlakunya far-field (medan
frekuensi 7 GHz. Tentukan
jauh)
Antena parabola dengan dimensi 2 m

Jawab:
Dimensi terbesar antena dalam hal ini 3 m, jadi digunakan
dan panjang gelombang I : 3 x 108 m/s I 7 xl}e Hz=0,042!
jarak minimal yang harus diPenuhi:
ou-

2'9m2
0,0429m

D:
p,

3 rn,
maka

oa2=!?o=" '=65,4
12,24cm

cm.

point yangbiasanya diletakkan beberapa meter di atas lantai


rnengakibatkan setiap pemakai WLAN sudah selalu berada di medan jauh
dari pemancar ini.
Access

10.3 PENGUKURAN DIAGRAM RADIASI


Diagram radiasi dari sebuah antena pemancar adalah distribusi
cnergi yang dipancarkan oleh antena itu ke ruang, jadi diagram radiasi
adalah fungsi dari sudut elevasi O dan sudut asimut rp dan bukan fungsi
dari jarak r. Untuk mengetahui diagram radiasi ini secara pengukuran,
dilakukan pengukuran dengan mensampel medan listrik/magnet yang
dihasilkan oleh AUT dengan menggunakan antena pengukur.
Antena pengukur digerakkan pada permukaan sebuah bola untuk
melakukan variasi terhadap sudut elevasi O dan sudut asimut g dengan
suatu inkremen sudut yang menentukan resolusi dari sampling nilainya
(gambar 10.5).
variasi elevasi

=420 meter.

9,

untuk mengukur

diagram venikal

Contoh 10.3 menunjukkan kondisi yang sangat berbeda.

Contoh 10.3:
variasi azimut g,

Antenadipole denganpanjang 20 cm, yang dipasangkanpada sebuah


access point apllkasi l4/ireless Local Area Netyvort (wLAN), digunakan
untuk menyuplai ruangan di kantor. Pada jarak berapa antena ini memenuhi

untak

mengukar diagram horizo ntul

spesifikasi yang dituliskan di data sheet antena tersebut?

Jawab:
DenganD

20 cm, dan panjang gelombang

x I 08 ml s I 2,45 x lOe

Hz=12,24cm, maka pada jarak berikut pengguna komputer dengan


wireless card telah di medan jauh antena dipole tersebut
Gambar 10.5 Pengukuran diagram radiasi secara tiga dimensi
244

Anteno: Prinsip dan APlikosi

Pengukuran Besaron

Antena

245

Pada praktiknya pengukuran tiga dimensi sangat memakan waktu

yang lama dan upaya yang tinggi. Sebagai gantinya dilakukan dua
pengukuran pada bidang referensi tertentu, yang padanya pancaran utama
antena terletak (bidang vertikal dan horizontal). Dan juga dalam melakukan

heamwidth yang sangat lebar (gain yang rendah), refleksi pada lantai harus
diredam dengan meletakan absorber di sana.

pensamplingan nilai, misalnya menentukan nilai pancaran pada bidang


horizontal atau azimut (variasi <p ), bukannya antena pengukur yang
berputar di bidang tersebut mengitari AUT, tetapi justru AUT-nyalah yang
akan diputar pada sumbunya.

Gambar 10.6 Pengukuran diagram radiasi pada bidang horizontal


Seperti yang sebelumnya diceritakan, pengukuran diagram radiasi
sebuah antena adalah suatu proses yang sulit, karena adanya gangguan sin-

yal lain (pada ruang terbuka), ataupun sinyal multipath akibat refleksi pada
struktur di sekitar tempat pengukuran. Pengukuran sebaiknya dilakukan
di anechoic chamber. Jika tidak ada, alternatif yang bisa diambil adalah
tetap di sebuah ruang, yang sedikit banyak terbebas dari sinyal lain (ini
bisa dilakukan pengukuran awal, tanpa menggunakan generator sendiri,

Gambar 10.7 Pengaruh refiel<si pada lantai untuk low dan high gain
antenna

10.4 PENGUKURAN GAIN


Pengukuran diagram radiasi yang dibahas pada bagian 10.3 adalah
pengukuran secara relatif dari medan yang diterima terhadap variasi sudut
pengamatan. Pengukuran gain dari antena akan melengkapi data secara
absolut.

untuk mendeteksi keberadaan sinyal akibat generator lain). Ruang yang


digunakan harus cukup besar, sehingga sinyal refleksi pada tembok sisi
kiri-kanan, depan-belakang dan atap diharapkan sudah mengecil secara
signifikan. Pengaruh lantai menjadi satu-satunya yang akan memberikan

Cara yang paling sederhana untuk mengukur gain sebuah antena


adalah metode dua antena. Dalam pengukuran ini dipergunakan dua antena yang sama, yang belum diketahui gain-nya. Antena ini dipakai sebagai antena pengukur sekaligus sebagai AUT. Jadi harus difabrikasi dua

pengaruh penting terhadap hasil pengukuran.

buah antena yang eksak sama.

Gambar 10.7 menunjukkan pengaruh refleksi pada lantai terhadap


hasil pengukuran diagram radiasi untuk antena yang fokts (high gain
antenna) dan yang tidak fokus (low gain antenna). Dengan memakai nilai

Jika kedua antena ini dipisahkan sejauh R, antena pengukur menggunakan daya pancar sebesar P, , maka daya terima untuk orientasi opti-

jarak antar antena R dan ketinggian kedua antena H tertentu, pada antena
dengan gain yang tinggi, refleksi pada lantai tidak akan mengganggu nilai
pengukuran yang sebenarnya. Sedangkan pada antena yang memiliki

246

Antena: Prinsip don

Aplikosi

mal kedua antena adalah

o =[#)'Gro'GRo'Pr

pengukuron Besoron Antena

247

Untuk antena yang sama (andaikan identis) berlaku G7o = Gpo = G,,,
maka dari daya yang diterima, bisa dihitung gain dari kedua antena tersebut
4TrR

Go=

Jawab:
Karena daya terima berbanding lurus dengan gain, atau dengan perhitungan logaritma
P"[dBm] = GldBl+K

(10.3)

Maka

)"

Dengan memfabrikasi dua buah antena tersebut dengan hati-hati,


diharapkan bisa dibuat dua antena identis di atas, yang bisa dipergunakan
sebagai antena standard untuk pengukuran gain antena-antena lainnya.

P,1[dBm]=Gr[dB]-

-72dBm=l7dB-

-79 dBm=Gz[dB]-89dBm

bandingan gain (gain comparison method), yang diilustrasikan di gambar

K=-89dBm

Pada pengukuran ke dua

P.2[dBm]=Gz[dB]'

Antena ini disebut standard gain antenna.


Dengan tersedianya antena dengan gain yang terstandar (untuk suatu
lebar frekuensi tertentu), kita bisa melakukan pengukuran perbandingan
untuk menentukan gain dari antena lain. Metode ini disebut metode per-

K =

Gz = l0dB

Hasil gain yang didapat di atas secara intuitif dan sederhana dari
perbandingan daya terima (yang dalam logaritma direpresentasikan dengan
diferensi/perbedaan). Kasus spesial adalah, jika sesudah pergantian antena

didapatkan daya terima yang sama, maka gain AUT sama dengan gain
antena standar.

10.8.

standard gain antenna G6 P,1

akurasi yang baik. Juga antena standar yang gainnya telah ditentukan deng-

pemancsf

Gambar

Metode ini mensyaratkan pengukuran daya terima yang presisi, sehingga dibutuhkan power meter atau spectrum analyzer yang memiliki
an presisi juga. Beberapa pembuat antena ternama menawarkan antenaantena seperti ini.

Ada pula cara penentuan gain dengan menggunakan beamwidth

Alat ukur

AUT

antena tersebut, yang terdiri dari hasil kali beamwidth bidang E (vertikal)

Gz, P,z

BW, dan bidang H (horizontal) Bt4t, atau merupakan definisi beamwidth

10.8 Pengukuran gain dengan metode perbandingan gain

bidang (main beam solid angle)


Q

Perhitungan gain dengan metode ini diterangkan pada contoh 10.4'

(10.4)

Dan gain bisa diaproksimasikan dengan

Contoh 10.4:

__
c^4n

Pada pengukuran gain antena, digunakan antena yang dikenal gain-

nya, yaitu 17 dBi, dan diketahui power sinyal terima -72 dBm. Antena itu
kemudian diganti dengan antena yang tak dikenal gainnya, ternyata sinyal
terimanya menjadi -79 dBm. Tentukanlah gain antena yang ke dua terse-

{)M

(10.5)

s adalah efisiensi pancaran, yang nilainya sering diberikan dengan 0,63.


llll/udan BW,,diberikan dalam radian,yang kalau diubah ke derajat melalui
hubungan

but.

248

M = BWsBWtt

Antena: Prinsip don Aplikasi

Pengu

kuran Besoran Anteno

249

BWr,a = BW t,u,o# = O,Ol7 |BW'E.H,o

(10.6)

diketahui

Sehingga persamaan (10.5) menjadi

lrT'

Zin.,qur

26000

(10.7)

BWH,oBltrE,o

clengan P =

Contoh 10.5:

phasanya

Pada contoh 6.8 tentang antena horn diberikan beamwidth masing-

masing 18,7" dan 20,7o, tentukanlah gain antena ini.

c=

(I

=fi.Z,
lfl.e/I

(10.g)

faktor refleksi dengan nilai mutlatnya

0.7) didapatkan

lfl

dan

Nilai mutlak dari faktor refleksi bisa dihitung dengan


bt _vswR -l
tl- 61atpa1

Jawab:
Dengan persamaan

Dari teori saluran transmisi [MA09] dikenal, impendasi beban, di


sini impedansi masukan antena bisa dihitung dengan faktor refleksi yang

(10.e)

dengan VSWR (voltage standing wave ratio) yang didefinisikan sebagai


perbandingan nilai tegangan maksimal dengan tegangan minimal yang

=67,17=18,27dB.
--.12609.0-r = 18,7x20,7
BWH,oBWE,o
'.1u099 -

terbentuk di sepanjang saluran transmisi penghubung

Perhitungan dengan program PCCAD memberikan hasil 18,8 dB.

10.5 PENGUKURAN IMPEDANSI DAN FAKTOR


REFLEKSI
Impedansi dari suatu antena bisa diukur apabila kita bisa mengetahui

faktor refleksi yang ditimbulkan antena itu jika dipasangkan pada suatu
kawat pengalibrasi, gambar 10.9 memvisualisasikan kondisi mismatch
yang menyebabkan gelombang refleksi.

VSLYR

=V^^*

(l 0.10)

Y^i,

Distribusi gelombang tegangan di atas saluran transmisi bisa didapatkan dengan menggunakan struktur pengukur yang bernama'slotted

line'lMA09l.
Misalnya, dari gambar 10.10 didapatkan

yswR=v^u* =-!{=3

V^in 0'5

Sehingga nilai mutlak faktor refleksi didapatkan menjadi

Zo impedansi

kawat

penghubung
Zir,agT impedansi masukan
antena

,_, vswR- I 3-l = 0,t


lrl: vswR*t= 3*1
*,u,

lflru = 20log(0.5) = -6,02dB

.ladi dengan (0,5)2:0,25,maka25o/o daya akan direfleksikan kembali.

Gambar 10.9 Visualisasi refiel<si gelombang akibat kondisi mismatch


250

Antena: Prinsip don Aplikasi

Pengukuran Besaran Antena

251

'.T

GHz. Karena alat ukur tipe ini memiliki empat buah gerbang (port),maka
bisa mengukur parameter tersebut untuk piranti empat gerbang secara
otomatis S, (untuk ii : 1,2,3 dan 4).

l
I

itl

I
t

i
t

llr
i

48.51

4.

6l

a2

,l-ra

Gambar 10.10 Distribusi gelombang tegangan sepanjang saluran


tronsmisi
Phasa dari faktor refleksi bisa dihitung dengan mengambil suatu
posisi x tertentu di kawat penghubung (misalnya di gambar ), jika antena
terletak di sebelah kanan, maka x adalah panjang seperti pada gambar, dan
phasa

y=9r1Qn-t\,
l\g

n adalah jumlah minimal tegangan antaratitik referensi dan antena dan 1,,

Gambar

l0.ll

Network Analyzer

l0 MHz -

40 GHz (Rohde-Schwarz)

Alat ukur ini bisa menampilkan hasil faktor refleksi secara linier
ataupun dalam besaran logaritma (dB), dan juga sebagai besaran VSWR.
Gambar 2.11 dan2.l2 di bab 2 menunjukkan beberapa hasil pengukuran
yang didapatkan dengan alat VNA.
Tiga produsen ternama alat ukur VNA ini adalah Rohde-Schwarz"
Agilent dan Anritsu.
-oo0oo-

panjang gelombang di dalam kawat penghubung.


Sekarang, pengukuran faktor refleksi dari sebuah antena dilakukan

dengan menggunakan alat Vector Network Analyzer (VNA), yang bisa


dengan cepat memberikan informasi tentang besaran refleksi pada suatu
lebar frekuensi tertentu. Gambar 10.11 menunjukkan sebuah VNA yang
diproduksi perusahaan Rohde-Schwarz. VNA ini bisa mengukur secara
umum parameter scatte:ring pada rentang frekuensi 20 MHz sampai 40

252

Antena: Prinsip dan

Aplikosi

pengukuran Besaran Antena

253

n
Perkernbangan l(ItttsJrs
pada Teknik Arttena

Setelah membahas jenis--ienis antena yang bermacam-macam


dcngan kelebihan dan kekurangannya, di bab ini akan ditunjukkan
usaha-usaha lainnya yang dikembarigkan dalam memodifikasi antena
untuk didapatkannya suatu kinerja tertentu. Usaha ini dilakukan dengan
melibatkan pendekatan teoretis (biasanya solusi persamaan Maxwell
dengan bantuan metode numerik) yang didukung dengan sebuah aturan
perancangan secara umum (rules o-f thumb) sebagai cara awal untuk
mengembangkan struktur baru yang diharapkan rnemberikan hasil yang
bisa diterima.

Antena yang bisa dikonfigurasi ulang mampu mengubah impedansi


masukan (faktor refleksi), diagram radiasi (gain) dan polarisasi gelombang
dari antena tersebut, biasanya digunakan saklar (switch).
Konsep antena cerdas dikembangkan terutama pada modifikasi diagram radiasi antena yang mengarahkan pancaran utamanya (main beam)ke
arah tertentu, yang diyakini sebagai arah dari sinyal yang akan ditangkap,
dan mengarahkan zero-nyapada arah datangnya sinyal pengganggu (inter-

ferers). Yang dibutuhkan di sini adalah antena array dan jaringanfeeding


berbantuan prosesor sinyal untuk mengubah amplitudo dan phasa arus dan
tegangan. Dengan mendapatkan kondisi yang seperti ini, maka rasio daya

atau
daya sinyal pengganggu (interferensi)
sinyai yang diinginkan terhadap
memaksimalkan kapasitas sistem'
meniadimaksimal, sehingga bisa

CII

array lainnya (multi

antena
Pendekatan dengan menggunakan
nirkabel
memanfaatkan kondisi saluran
antenn a sy st ems) adalal dengar
(hamburan)' yang menyebabkan
yang sangat penuh dengan lcattering

jati, uuryut (multipath)dari

pemancar ke penerima'

munculkan fenomena
'jalur-jalur terpisah" yang bisa
Jalur banyak ini dirnanfaatkan menjadi

menaikkankapasitassistemmenjadikelipatandariyangadadellanfaktor

jumlahantenayangterlibatdidalamarraytersebut.Konsepinidikenal
(MIMO)'
Logu., nama Multiple Input Multiple Output

11.1 ANTENA YANG BiSA DIKONFIGURASI


ANrEN NAS)
u LANG

gambar 11.1 digunakan saklar optik (silicon yang bersifat


photoconducting). Jika kedua saklar tertutup, antena akan memanjang dan
bekerja pada frekuensi 2,26 GHz. Sedangkan pada kondisi saklar terbuka,
antena memendek, menjadikan frekuensi kerjanya membesar menjadi 3,15

Di

GHz.
Ke kedua saklar optis ini dilakukan penyinaran dengan menggunakan
cliode laser infra merah yang dialirkan melalui sebuah fiber optik. Gambar

1i.1 (kanan) menunjukkan hasil faktor refleksi pada spektrum frekuensi


i,5 GHz sampai 4,0 GHz. Sebagai parameter digunakan daya cahaya yang
diiluminasikan ke kedua saklar tersebut. Terlihat dengan memberikan daya
0 mW (tak ada iluminasi), saklar akan terbuka (ofJ), antena beresonansi
pada frekuensi tinggi. Jika diiluminasi dengan 20 mW, saklar akan tertutup
(on), terjadi resonansi pada frekuensi rendah.

irii-conrlcuRABLE

Panjangefektifsebuahantena'berartifrekuensikerjanya'bisa
secara

mengurangkan panjang antena


diubah dengan menambahkan atau
Ada beberapa jenis saklar (switch)
elektronis, optis, mekanis atau lainnya'
ini (gambar 11'1)' misalnya dengan
yang dipakai untuk melakukan hal
SI\L,\

diodaPlN,FET,saklaroptisdansistemmikroelektromekanisfrekuensi

korektrr

radio (/lvlEMS).
0

"10

Gambar ll.2 Milcrostrip Yagi antenna dengan empat buah saklar

-'15

tzH04l
.30

2.5

3'o

FGqumo/ (GH4

saklar (switch) dan


Perubahan paniang dipole dengan
parameter daya iluminasi ke
reflerui yang dihasirkan dengan

Gambar
J:aktor

2.o

ll.l

kedua saklar [PA06]

mm. Antena ini beresonansi pada frekuensi 3,65 GHz.

Antena: PrinsiP dan APlikasi


256

Gambar ll.2 menunjukkan sebuah antena Yagi yang berbasiskan


teknologi mikrostrip. Antena ini memiliki sebuah director dan reflector.
Mikrostrip yang digunakanmemiliki ketebalan 6,35 mm dengan permitivitas
relatif 2,2. Strip yang memiliki lebar W:W^:Z mm ini terpisah oleh jarak
s: 20 mm (0,25 Xo). Besaran geometri lainnya adalah L.:28,5 mm (0,46
Is), g 12,5 mm, Lr:25,9 mm (0,42 ?"r), L,:32 mm (0,52 l.r) dan 6:1,85

Perkembangon Khusus pado Teknik Antena

----Y

Strip tengah di-feed, strip kiri dan kanan memiliki masing-masing


dua saklar. Diamati tiga buah kasus, saklar I danz on, saklar 3 dan 4 ffi
maka strip kiri fiadi reflektor) akan lebih panjang dari strip yang driven
(tengah) dan strip kanan lebih pendek (adi direktor). Maka diagram radiasi
akan condong ke kanan. Jika kebalikannya, saklar 1 dan 2 ofl sedangsaklar
3 dan 4 on, maka strip kiri menjadi direktor, strip kanan menjadi reflektor.

kiri. Seandainya semua saklar ffi strip kiti


dan kanan menjadi director. Diagram radiasi di visualisasikan di gambar

Realisasi saklar untuk antena ini ditunjukkan pada gambar I 1.4. Jika
sumber DC memiliki nilai positif, maka diode PIN akan dibias secara maju,
sehingga saklar tertutup, sedangkan untuk polaritas negatif, PIN akan dibias

terbalik, sehingga saklar tertutup. Resistor R dipakai sebagai pembatas arus


DC, L sebagai penghalang sinyal RF dan C sebagai penghalang sinyal DC.
Aliran sinyal DC ditunjukkan di gambar ll.4 dengan bantuan garis putus-

kiri ke kanan.

Femancaran akan condong ke

putus. Sedangkan sinyal RF bergerak dari

11.3 untuk perhitungan (menggunakan software dari Ansoft HFSS, lihat


bab 13) dan pengukuran.

PIN diprioritaskan dibandingkan diode biasa,


karena diode PIN rnemiliki linieritas yang lebih baik, sehingga tidak menghasilkan efek-efek asing yang bisa muncul. Memiliki isolasi yang lebih
Penggunaan diode

baik pada saat saklar terbuka, dan memiliki kecepatan yang tinggi pada

0.0d8

proses penyaklaran (on dan

ffi.

11.2 MULTI ANTENNA SYSTEMS: ANTENA


CERDAS (SMART ANTENNAS) DAN MIMO
Jumlah pengguna jaringan nirkabel yang terus menanjak dan jenis
data yang dikirimkan pun semakin beragam, menjadikan tuntutan terhadap
sistem nirkabel semakin tinggi, baik dari segi jangkauan (coverage), se-

Gambar ll.3 Diagram radiasi pada bidang H (di gambar I1'2


menyilang melalui diPole)

hingga pengguna bisa memanfaatkan jaringan ini di mana pun dan kapan
pun juga, dari sisi kapasitas (cupacity), sehingga bertambahnya pengguna
dan bertambahnya besar data yang ditransmisikan tetap bisa diberikan layanan dengan baik, dan memiliki realibilitas yang tinggi (Quality of service/QoS) yang sesuai dengan spesifikasi yang diberikan.

Interferensi saluran yang sama (co-channel interference) yang meningkat karena jumlah pengguna bertambah, menjadi pembatas di kapasiRF

RF
in

out

tas. Masalah fading yang diakibatkan oleh jalur banyak dan delay spread
juga menjadi hambatan dari perbesaran kapasitas ini.
Penggunaan antena cerdas (smart antennas/SA) menjadi salah satu
cara unfuk memaksimalkan kapasitas yang tersedia, dengan cara 'memilih'
pengguna yang diinginkan dan'menolak' pengguna interferensi. Teknologi

Gambar ll.4 saklar.frekuensi radio dengan menggunakan diode PIN

258

Antena: PrinsiP dan APlikosi

Multiple Input Multiple Output (MIMO) yang memanfaatkan tedadinya


muhipath (semakin banyak semakin baik) bertugas untuk mengefisiensikan
Perkembongan Khusus poda Teknik Antena

penggunaan kapasitas, yang ditandai dengan bit per second per Hz (bps/

Hz).
Kedua teknologi ini mensyaratkan menggunakan rangkaian mikroelektronika yang cepat yang mampu melakukan pemrosesan data secara
digital (digital s ignal proces sing)

Istilah cerdas di sini bukanlah merujuk pada antenanya, tetapi pada


kemampuan dari pemrosesan sinyal digitat pada sistem antena cerdas ini.
Gambar 11.5 menunjukkan kemampuan dari sistem antena cerdas yang

r"(/) adalah sinyal yang diambil oleh antena z. Secara umum sinyal
ini mengandung sinyal yang diinginkan dan yang tidak diinginkan
(interferensi). Setelah membagi sinyal tersebut ke komponen in-phase dan
quadratunrya keduanya dikalikan dengan faktor pembeban w,,,, danwg,n,
yang secara teknis merupakan penguatan amplitude sinyal dan pergeseran
phasa (phase shifting). Sinyal-sinyal tadi dijumlahkan menghasilkan s(t)

Antenna

x,r(t)

mampu mengarahkan pancafan utamanya ke arah 120o (setelah mengetahui

dari mana sinyal berita datang dan ke mana sinyal berita harus dikirim)
dan mengarahkan zero ke arah-arah interferers (setelah diketahui dari arah

Output
s(t)

mana datangnya gangguan).


Q=90o

cl
o=l
,trI50u

g=l

20n

ii
r

Reference
signal (t)

Error
signale (t)
reflector

Gambar ll.5 Diagram radiasi untuk sebuah pengguna yang diganggu


empat inlerferers
Sebuah antena array bisa melakukan pengarahan ini, yang disebut
juga beamforming, karena adanya variasi pada phasa dan amplitude dari
sistem pencatuannya (feeding), di gambar 11.5 dinamakan pernbobotan

(weighting) dengan w1t. .t

w* Di

bab 5 tentang dasar array telah dibahas

Gambar ll.6 Pembobotan dan mekanismefeedback


Untuk mendapatkan sinyal yang diinginkan, sinyal s(f) ini dibandingkan dengan sinyal referensi (sinyal yang diinginkan tersebut). Jika
s(f) tidat sama dengan sinyal referensi, akan didapatkan kesalahan(error)e(t), yang akan digunakan sebagai trigger perubahan pada faktor
pembobot melalui sebuah mekanisme/eedback. Secara matematis, sinyal
keluaran array adalah
N

s(l)

Iwr,,xp,n(t)

(11.1)

n=l

P=I,Q

secara dasar.

260

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Perkembangan Khusus pada Teknik Anteno

261

Sinyal kesalahan adalah beda dari sinyal keluaran itu dari sinyal

v r,r lu[.' r,ll]= -z[s]+

referensi
(1 1.2)

- \wr,,x r,,(t)
n=l

Tabel

rL' t,l]= r[' <,i- z !*,.,r1(r)x",,,

(r)]+

(11'3)

n=l

P=I,Q

NM

e,nr

r,,El* r.,1,1r r,,,g1f

Dengan menggunakan faktor pembobot ini sebagai amplitude dan


phasa dari masing-masing array, maka didapatkan diagram radiasi untuk
beberapa arah sinyal yang diinginkan (dengan arah yang lainnya yalg
diberikan di gambar I 1.5 sebagai interferensi) di gambar I 1.7.

Atau dengan notasi matrix

r [" ol]

ll.l

menunjukkan faktor pembobot yang dihasilkan untuk


masing-masing arah yang diinginkan untuk kasus 6 dipol tanpa dan dengan
reflektor.

Energi (mean-square) dari kesalahan menjadi

> i*

(l l.e)

lrl= hI'[s]

P=l,Q

ry=l- -n1l_

Tabel

ll.l

Faktor pembeban untuk enam array

(r 1.4)

rb' <,i- zlwY ls)* lwl' lolw)

,,

dengan

rSinyil

beriti dail',

,,t!:,r':::l:,,iiiihr:l:ll,llir:tlr

$ryf=lw1.1,wB,r,

(l1.8)

maka

1y

e(t) ='11;

z[ofw]= s

(11.5)

,r,*,*g,n)'

tilrrtli:.:
90fri.:iltllrlrtllrl
,llrrli:i,,i,r!rt.ii,:.:lilliltL.ilili,ilarllllilr'
riilt,,.itri rlti,

I r(t).rr.r (/) I
I 11r1rr.,ir1 |

isl=

l-l ,
I

r(r)r1,r(r)

(r16)

rl,r*r,r xt,txp,r xt,rxt.N rt.rjp.ru I


I xp.r.rr,r xe.txe,r rp.rrt.,v x9.1xp,,v

r,i'rilri

.':r

"':

i,l

w-rt i

;irtff;;;l,1,1,r,

lr1rtx,., trl_l

tol=rl

lllllll:.,1

.r::t,tltr,,,lllr:.t;r
ltl,ti.t.t,

ffi

0. I 735

- 0.0380

0.0658

0.1

360

0.2126

0.065'1

-0.1942

0.0008

0.1 825

-0.1942

-0.1966

0. l 839

0.0740

0.1284

0.2467

0.2030

-0.0553

0.2492

-0.0729

-o.1290

o.2467

-0.2029

0.05s7

0.2492

-0.0995

0. l 668

0. l 825

0.0672

-0.2680

0. I 839

0.1209

-0.1300

0.0658

-0.0089

0.2522

0.0657

,r,rrr,, xr.Nxp.r rr,,lxr,,v ,r.nrrO,,.,


|
[rp,,vxl,r xe,yxg,r "' xp.xxr,N r0.rrO.ru

(1 1.7)

I
-]

Di gambar I 1.7 terlihat, pada arah yang diinginkan, diarahkan pancaran utamanya, dan pada saat yang bersamaan, ke arah interferensi, diarahkan zero-zero dari diagram radiasi ini.

Di sini akan divariasikan faktor pembeban untuk menghasilkan kesalahan yang minimal, jadi akan dilakukan diferensiasi persamaan (1 I '4)

Arah datang dari masing-masing sinyal, baik yang diinginkan ataupun interferensi, bisa didapatkan dari beberapa carayang diperkenalkan di

terhadap W, dan men-set-nya menjadi nol,

Iruoe].
Antena: Prinsip dan Aplikasi

Perkembongon Khusus pada Teknik Antena

263

-=

Sinyal yang diterima oleh masing-masing antena, adalah kombinasi


linier dari sinyal-sinyal yang dikirimkan antena pemancar. Matriks propagasi [H] merupakan elemen penting dalam sistem MIMO ini. Matriks ini
terbentuk oleh lingkungan propagasi, lingkunganlah yang akan menentukan secara signifikan apakah sistem MIMO akan berdaya guna atau tidak.

ln dB

lt

= httxt ., hr2x2

a htzxz
(11.10)

lz=hztxt+h22x2+hrrx,

lt=httxr+hrrx2+hrrx,
Atau secara matriks

bl= tgl t l

20

40
*uin

Gambar

11.7

o.n?3"=

,oo 12o 't4o 1oo

1ao

Diagram radiasi untuk masing-masing arah sinyal yang


diinginkan (dengan reflektor)

MIMO menawarkancara lain untuk memperbesar kapasitas sistem-

Target dari langkah berikutnya adalah memberikan korespondensi


langsung sinyal terima dan sinyal kirim secara langsung. Oleh sebab itu
dilakukan dekomposisi matriks berikut ini

lnl= [u] lnl lrr)'


Dengan matriks

>-a
>-5
>-5
tvl

Ix]

[u] dan [/]H,

(1 1.12)

sebagai matriks Hermitian, yang memiliki

sifat-sifat

nya. Perhatikanlah gambar 1 1.8 yang melukiskan keadaan pemancaran dan


penerimaan pada sebuah sistem komunikasi dengan menggunakan banyak
antena (multi qntennq system), baik di pemancar ataupun di penerima.

a<

(11.il)

tu).lulH =lr)
IVl.tr/lH

=lrl

(r 1.13)
(1

l.l4)

(1

l.l5)

lrladalah matriks satuan, dan matriks diagonal

,[f +#]

Dekomposisi ini dilalrukan dengan bantuan metode yang dikenal di


matematika [KRE98] dengan nama Singular Value Decomposition/SYD.
Matlab [MATxx] dan Octave [OCTxx] menyediakan fungsi built-in untuk
SVD ini dengan input mafrks ffi dan output ketiga matriks l4,lv7 dan

lDl.
Gambar
264

ll.8

Sistem

MIMO
Antena: Prinsip dan Aplikasi

Perkembongan Khusus pada Teknik Antena

265

Gambar I1.9 atas, menunjukkan penambahan pada sisi pemancar,


berupa sebuah cara pengkodean, yaitu Space Time Coding (STC) yang
berupa perkalian sinyal berita [x,]. dengan matriks I Zl menghasilkan sinyal

antarelemen antena bisa dilakukan dalam proses perancangan sistem


antena ifu sendiri.

fx], dan pada sisi penerima berupa pendekodean, Space Time Decoding
(STDC), yang mengalikan sinyal terima pl dengan matriks [t/]H untuk
mendapatkan sinyal yang akan diteruskan ke penerima [y"].

['l=

kl

(1 1.1 6)

[,,.l

Lr,l=luY .b,l
Dcngan persamaan

:,

(r1.17)

( 1 1.

j--lr Y V,l

I 1) dan (1 1.12)

irlIX'

[xJ

[, l[,^I

L.!anilcngansiiatmatriks Jrrl dan ltrlttyangHermitian(l l.l3)dan(11.14),


t't

ict

i;

atl i

l"r" l= l-r.1.

tvJ

k,I

Penambahan pengkodean

IT

xs7

>>>-

(t I .18)
Xs2

dan

pendekodean space time

n:emungkinkan diagonalisasi dari matriks secara keseluruhan, sinyal terima

_.>
IsJ

irerbanding Iurus langsung terhadap sinyal kirim dan tak ada pengaruh dari

sinval icirim iainnya. Secara teoretis, pada setiap kondisi propagasi, atau
unfuk iettap rnarnKs ffll bisa dilakukan SVD. El'ektivitas riari MIMO akan
l{j;'rilrrli ,larr rriiar-nrtai Eigen (cigcn volrte) a/\ . f"rU"saran kapasirus
sistcsl terjacti sccara efbktit" jika nilal-nilai trigen ini besar (sarna besar satu

dt:ngan rxlrulya i.
I'.iilai eigen yang besar atau sama besar menunjukkan korelasi antarjalur propagasi yang minimal dan juga korelasi antarelemen-lemen antena
yang ininimal.

Korelasi "ialur propagasi yang minimal terjadi, iika lingkungan


propagasi memberikan kondisi yang penuh dengan refleksi dan difraksi,
yang disebut dengan kondisi rich scattering. Pada prakteknya hal ini
terjadi apa adanya, karena secara asumsi, perancang sistem MIMO tidak
memiliki opsi untuk melakukan perubahan padanya. Sedangkan korelasi
Antena: Prinsip dan Aplikasi

Gambar

!s,t

ll.9

---a
!s,2

-+
!",3

--+

Space Time Coding dan Space Time Decoding

[wIT09] menunjukkan perancangan antena MIMO pada alat komunikasi genggam dengan menggunakan software csr Microwave Studio
(bab 13), yang mencari korelasi antarelemen yang minimal dengan meletakkan posisi elemen pada tempat berbeda-beda. Antena MIMO dengan
dua elemen ini dirancang pada frekuensi 2,6 GHz. Gambar l l.l0 menunjukkan struktur yang dirancang dan nilai coupling antarelemen yang
didapat. Terlihat jarak antarelemen dan orientasinya satu dengan yang lain
mempengaruhi korelasi ini.

Perkembangan Khusus poda Teknik Antena

267

MIMO untuk empat frekuensi berbeda


di [8H09], antena ini tersusun dari kombinasi

Sebuah rancangan antena


(quad-band) diperkenalkan

slot berbentuk C dan potongan berbentuk T (gambar

l.l

1). Ground yang

digunakan berukuran 50 mm x 100 mm dan ketinggian antena 3 mm. Hasil

simulasi dan pengukuran ditunjukkan di gambar ll.l2. Terlihat faktor


refleksi yang minimum di empat frekuensi berbeda. Decoupling di empat
wilayah frekuensi inipun lebih bagus dari -15 dB.
o
penprkuru

-s
g -10

.'

pelgrlruan Sr.

[)

Its

S 11

simrlirsi 311

-15

H -zo

(L
rrr -25

lren!$huan S.,
sirurlasi S;1

permrkrual

S11

$(t

-eo

o _il6
g)

iekteusi [GHz]

-44

Gambar

ll.l0

Konfigurasi elemen antena dan coupling antarkedua

2.O 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.s

elemen

Gambar
hr=3-h::2. h:=0.8: ar=7, a:=3, ar=3.5,
ar=6.6- a:=l 1.5, ae=4.75: a:=8.1, as:6 25,
ao:2: br=4.'1, b::9.5. br: I 1.85; br:4.75;

wr: l: s=0.8: cr=5.25. c:=l

crd.l-

1.5,

\.*-/
mrew I

ffik=
268

Hasil pengukuran dan simulasi


-oo0oo-

c::5.1;

ghfital

ll.ll

ll,l2

cl=8.7, t=2.2:

_--l'*t\-

Gambar

6.0

Frequency {GHz)

E ffir'

Geometri antena MIMO quad-band (ukuran dalam mm)

Antena: Prinsip dan APlikosi

Perkembangan Khusus podo Teknik Antena

269

-T

Di bab ini

secara khusus ditunjukkan penggunaan antena pada be-

berapa aplikasi penting dewasa

ini, dan diyakini akan terus me-mainkan

peran krusial dalam beberapa dekade ke depan.


Sistem komunikasi seluler adalah satu dari beberapa perkembangan

terpenting dari sivilisasi manusia di akhir abad ke-20 yang laiu. Dengan
sistem seluler digital, dimungkinkan komunikasi di mana pun, kapan pun,
bahkan berbagai jenis data bisa dikirimkan. Global System for Mobile
Communicaliorzs (GSM) adalah sistem komunikasi bergerak yang bekerja
secara digital. Dengan kemampuan roaming (menjelajah pengguna sistern
komunikasi ini di manaprn) dan hand over (pterpindahan dari suatu wilayalr/
cell ke wilayah lainnya), GSM menawarkan kinerja yangjauh lebih baik
dari sistem komunikasi bergerak generasi sebelumnya.

Tabel

l2.l

Sistem komunikasi seluler danfrekuensi kerjarrya


Nama alternatif

GSM

8OO

'

Downlink [MHz]

AMPS

824-849

869-894

P.GSM

9OO

Primary GSM

890-9 I 5

93s-960

E.GSM

9OO

Extended GSM

880-91 5

92s-960

GPS

GSM 1800

DCS

18OO

l7l0-1785

564-l 586

805-1880

12.1 ANTENA

Tabel l2.l Lanjutan

.
Nama Band
GSM

19OO

UMTS

Name elternatif

Downlink IMHzI

Uplink [MHzl

Tuntutan dasar yang diberikan kepada sistem seluler (GSM, UMTS

PCS I9OO

850-t910

930-1990

ataupun LTE) ada tiga: memberikan sinyal ke pelanggan yang berada di

3C

885-2025

2110-2200

wilayah kerja (angkauan atau coverage), memberikan kapasitas saluran


minimal tertentu, sehingga pengguna bisa mengirimkan informasi secara
wajar (capacity) dan memberikan jaminan kualitas layanan dengan suatu
key performance indicatorlKPl tertentu (quality of servicelQoS).

l7l0-l7ss (us)

21

r0-215s (US)

802.11a/Wj

wifi (rsM)
wifi (uNri)

802.15.4

Zis.Bee

898, 91.5, 2400 (rSM)

802.1 5. 1 1a

Bluetooth

2400-2483,s (rSM)

802.15.3

[JWB

Biasanya > 500 MHz di dalarn spectrum

802. I 6

WiMAX

B02.l1bls,/n

KOMUNIKASI BERGERAK

Frekuensi

Frekuensi

STASTUN BAS|S (BASE STATTON) Dt

2400-2483.s

5r50-5350 (UNrr), s470-5725, 5725-5825 (lSM/

UNII), 4900-5000 (Japan), 5030-5091 (Japan)

31

00

10600 MHz

Mobile: 2-6 CHz. fixed < l1 ClIz

Selain itu, GSM juga mampu menangani jumlah pengguna dalam

Dalam memberikan pemenuhan. ketiga tuntutan di atas, sistem


telekomunikasi dibuat dan dirancang secara ketat dengan memenuhi
spesifikasi yang diberikan. Antena sebagai antarmuka (interface) dari
pemancar/penerima dan udara, memainkan peranan yang krusial. Dalam
menjamin sinyal yang memadai, pada proses perhitungan link budget,

jumlah yang banyak dan detail sistemnya yang dibuat ietbtka (open
architecture), yang menyebabkan jumltih perusahaan (vendor) yang
memproduksi komponen dan sistem GSM menjadi bertarnbah. Kedua

pada keberhasilan sistem telekomunikasi ini.

kelebihan terakhir menyebabkan harga yang harus dikeluarkan menjadi


murah, dan sistem GSM menjadi semakin diterima rnasyarakat luas.

akan dikorespondensikan dengan suatu jaringan terstruktur tertentu, secara

Generasi berikutnya adalah 3G (third generation), yang diwakili oleh


[Jniversal Mobile Telecommurication Sltstems (UMTS) dan 4G (fourth
generation), dengan nama Long Term Evolution (LTE). Selain dari itu ada

besaran-besaran penting antena akan memberikan pengaruh yang signifikan

Pada sistem seluler, wilayah yang akan diberikan jasa komunikasi

teoritis digunakan struktur enam sisi, sehingga seluruh luasan bisa ditutupi
tanpa celah (gambar 12.1).

sistem komunikasi lainnya yang juga mendapat celah pasar cukup besar,
yaitu llireless Local Area Network (WLAN), dan yang memiliki prospek
cukup besar di masa mendatang Worldwide Interoperabilityfor Microwave
Access (WiMAX).

Aplikasi lainnya yang akan dibahas di bab ini adalah teknik identifikasi benda dengan menggunakan gelombang radio Radio Frequency
I den t ifi c a t i o,r (RFID).
Tabel 12.1 menunjukkan sistem yang bekerja menggunakan gelombang radio dan frekuensi tempat kerjanya.

Gambar

272

Anteno: Prinsip dan Aplikosi

Antennas in Action

l2.l

Struktur sel dan antena sektor tiga 12U


273

Pada gambar 12.1 digunakan antena sektoral dengan beamwidth


120'. Antena ini diletakkan di titik pertemuan tiga buah segienam, dua
antena lainnya diletakkan pada titik lainnya, sehingga sebuah cell akan
disuplai oleh tiga buah antena dengan frekuensi kerja yang berbeda-beda

ini dijamin memiliki VSWR yang lebih kecil dari 1,5 di seluruh interval
frekuensi tersebut.

untuk menghindari interferensi. Sebagai altematif bisa juga digunakan


antena sektoral dengan beamwidth 60" (atau sedikit lebih besar), Yang
bersama-sama dengan lima antena lainnya akan menyuplai sebuah cell.
Sedangkan pada aplikasi lainnya, kadang-kadang juga digunakan antena

1**?

omnidireksional, yang logisnya diletakkan di tengah-tengah cell.

:iit6

!$s*

w
,.H

Gambar 12.2menunjukkan sebuah antenayang diproduksi perusahaan

Kathrein (www.kathrein.de). Antena type 730 368 ini digunakan untuk


di base transceiver station (BTS) untuk menyuplai mobile station (MS).
Gambar sebelah kiri menunjukkan antena yang dibungkus oleh radom
(radar dome), sebagai pelindung antena ini dari lingkungannya (cuaca,
burung, dll.). Bagian dalam antena ditunjukkan di gambar 72.2 tengah.
Antena type 730 368 adalah sebuah aray 2 x 4. Ke arah horizontal terdapat
dua antena dipole dengan jarak 13,3 cm dan vertikal terdapat masingmasing empat antena dengan jarak dari ujung bawah antena yang paling
tinggi ke ujung atas antena di bawahnya sejauh 13 cm. Panjang dipole itu
sendiri 19 cm. Panjang antena ini secara keseluruhan 129,4 cm dengan
lebar 25,9 cm. Jarak dipole ke reflektornya sebesar 6 cm. Tebal antena

u!r$i

loringan distribusi
energy ke setiap
ontena

. i:f.,

'

l"ii

.{d q-t*e

Gambar 12.2 Antena Kuthrein type 73A 368 (www.kathrein.de), satuan


clalam cm

berikut radom adalah 9,9 cm.

tipe ini rnemiliki beqiruu:idth sekitar


65", sehingga antena ini cocok untuk sektor 6, karena suclut 360" harus

Gambar 12.2 sebelah kanan menunjukkan model yang dibuat untuk


melakukan perhitungan arus yang mengalir di atas antena, dan dari arus ini

dibagi bersatna dengan

bisa dihitung diagram radiasi antena. Model ini terdiri dari elemen-elemen
segitiga yang kecil untuk digunakan dalam metode persamaan integral

(ihat bab l3 untuk lebih detailnya).


Antena type 730 368 ini bekerja pada frekuensi 806 MHz sampai
960MHz, jadi memenuhi spesifikasi frekuensi untuk sistem GSM 800 dan

I-ai bidang horizr:rntal, antena

-5

antena lainnya dengan heamwidth yang sa.rna.

Sedangkan pada biiang vertikal. sesuai dengan jurnlah dipole yang

lebih banyak, dihasilkan beamwidth yang sangat kecil, yaitu sekitar 13,5o,
jadi antena ini sangat mengonsentrasikan energinya di bidang vertikal.
Karena antena ini tidak rnemiliki fitur electric downtilt, pada montasinya
di menara BTS, antena ini harus dimiringkan ke bawah (downtilt) secara
mekanis.

GSM 900, baik sebagai pemancar (downlink) ataupun sebagai penerima


(uplink). Dengan polarisasi yang vertikal dan gain sekitar 15 dBi, antena

274

Antena: Prinsip dan

Aplikasi

Antennas

in

Action

275

5O0 W (al

50'C ambrenl iemFratura)

F.illal/ hteral/ roarede


2ml140/490N

Gambar 12.3 Datasheet antena Kathrein type 73a 368


Gambar 12.4 menampilkan diagram radiasi antena 730 368 ini pada
bidang horizontal dan bidang vertikal. Sebagai perbandingan, ditunjukkan
hasil perhitungan dengan metode persamaan integral, dan data pengukuran

yang diberikan oleh perusahaan Kathrein. Kesesuaian perhitungan dan


pengukuran terlihat sangat bagus pada arah pancaran utama, sedang pada
arah pemancaran yang rendah terlihat deviasi. Hal ini sangat mungkin
terjadi, karena pada nilai yang kecil (<-20 dB) fluktuasi kecil akan terlihat
besar.

Gambar 12.5 Antena dualband dan cross polar 45", type 742 264 dari
perusahaan Kathrein (semua satuan cm)
Jenis antena lainnya yang ditampilkan di sini juga dari perusahaan
Kathrein, antena dual band dengan polarisasi silang (cross polarization),
seperti yang ditampilkan di gambar l2.5,karena antena ini bekerja pada
dua wilayah frekuensi yang berbeda, akan terdapat dua konektor. Dan
karena juga memiliki polarisasi silang, untuk masing-masing frekuensi

juga terdapat dua konektor. Secara keseluruhan terdapat empat konektor


tipe DIN 7-16 dibagian bawah antena ini.
Di gambar 12.5 tengahditampilkan masing-masing 8 dipole dengan
panjang l7 cm untuk polarisasi -45" dan +45.. Antena ini digunakan untuk
fiekuensi 824. .960 MHz.
Sedangkan untuk frekuensi I 7 10. . 21 80 MHz, masing-masing juga

digunakan 8 dipole dengan panjang 5x1,4 cm


210

270

Gambar 12.4 Kiri: diagram radiasi horizontal, kanan: diagram radias


vertikal (730 368) Garis solid: hasil perhitungan, garis putus: hasil
pengukuran
276

:7

cm.

Dari datasheet antena di gambar 12.6, didapatkan gain masing-masing 14 dB untuk frekuensi 824. .960 MHz dan sekitar 17 dB untuk 1710.
.2180 MHz. Beamwidth bidang horizontal untuk kedua frekuensi sama,
sekitar 65".

Anteno: Prinsip dan Aplikosi

Antennos in Action

277

2 x 16.5 dBi

polar ratp

Side,obe

spplessis

lot

Typrcally > 50 dB (82.1-963 /./ 1710-2180 MHz)

(at 50

Gambar 12.8 Diagram radiasifrekuensi I7l0-2180 MHz, horizontal


(ki ri), vert ikal (knnan)

'C ambient tempetaturei

4 x 7-rd

lffiale

llong nrck)

2x, P6dro[ bottom, cootrnuousry aq,ustable

\Mnd

lmd

(ar i 50

krrh,
lubang
ventilasi

Gambar 12.6 Datasheet Antena type 742 264

Kap

Gambar 12.7 dan 12.8 menampilkan diagram radiasi untuk kedua


wilayah frekuensi, masing-masing untuk bidang horizontal dan vertikal.
x'l

pelindung

,/t'--_--\.

,'\ --i*---

/ /\
/'v

downtilt

\
/ i --- /(iX
i--i-r1:}K3
r.
r
\--r'\'l'
\\

,)"

.,'

i.K

(long neck)

Gambar 12.9 Detail pilihan input untuk masing-masingfrelarcnsi, dan


penyetelan downtilt

\ -.-'Vrol
-V
,/

\\ \/'>1-'- 3: lr
-!.-

'\,/

dengan

putaran

'l\

'-1"

.l

Gambar 12.9 menunjukkan detail pilihan konektor untuk inpzt masing-masing wilayah frekuensi, dan juga penyetelan downtilt yang diperlu-

ot----.

kan.

Gambar

12.7 Diagram radiasifrekuensi 824-960 MHz, horizontal

(kiri)'

vertiknl (kanan)

278

Antena: Prinsip dan

Aplikasi

Antennos in Action

279

12.2 ANTENA PADA ALAT KOMUNIKASI


GENGGAM (HANDHELD)

kan dengan membelokkan kawat monopol ke arah horizontal, dengan


membatasi ketebalan sebesar 10 mm (gambar

l2.ll).

Antena pada alat komunikasi genggam memiliki tuntutan akan terbatasnya tempat, sehingga antena tersebut harus berbentuk kecil, tanpa
harus mengorbankan kinerja elektromagnetika-nya secara signifikan. Masalah lain yang biasanya muncul adalah pengaruh pemakai alat komunikasi

Bentuk yang dibelokkan ini jika disimulasikan dengan FEKO akan


memberikan hasil seperti di gambar lzJ2,kurva putus titik. Kinerja antena

ini (tangan yang menggenggam telepon, atau kepala yang menempel pada

kapasitif. Kapasitansi yang dimiliki struktur ini dikarenakan panjang kawat


yang sedikit lebih kecil dari seperempat panjang gelombang, yang akan

telepon), yang ketika proses perancangan antena tidak diperhatikan.

Di sini akan dilihat proses perancangan antena pada alat komunikasi


genggam pada frekuensi 2 GHz. Digunakan bidang groun d dengan ukuran
100 mm x 60 mm. Antena ini dirancang dengan menggunakan software
FEKO Lite (www.feko.info).

menjadi memburuk secara signifikan. Tidak ada wilayah yang memiliki


nilai lebih kecil dari -10 dB. Hal ini disebabkan antena yang sangat

mentransfonnasikan open di ujung antena menjadi kapasitor yang besar.


Kapasitansi ini harus dikompensasi dengan induktasi yang dipasangkan
secara parallel ke feeding. Untuk itu ditambahkan sebuah cabang kawat,

yang ujungkan di-short ke ground. Kawat berujung short ini menjadi


induktif (gambar 12. I 1).

Gambar 12.10 menunjukkan antena monopol, yang diletakkan di


pinggir bidang ground, berjarak masing-masing 10 mm dari sisi ground.

26,5 mm

<+0

l0A mm

38 mm

+==+s

lOmm

-a
l0 mm

Konektor koax

Gambar 12.10 Antena monopol di atas bidang ground


Untuk mendapatkan karakteristik faktor refleksi yang bagus pada
frekuensi 2 GHz, kawat antena monopol dibuat setinggi 36,5 mm. Simulasi
yang dilakukan dengan software FEKO memberikan faktor refleksi seperti
ditampilkan di gambar 12.12 pada kurva garis. Pada frekuensi 2 GHz,
factor refleksi senilai -21 dB. Antena ini memiliki bandtvidth (batas <-10

Gambar

l2.ll

Antena L dan antena F (IFA) di atas bidang ground

Antena yang dinamakan Inverted F Antenna (IFA) memiliki factor


refleksi yang ditunjukkan dengan kurva putus-putus di gambar 12.12.
Terlihat hasil yang cukup bagus untuk frekuensi 2 GHz (sekitar -15,05
dB), dengan bandwidth dari sekitar 1,9 GHz sampai 2,1GHz.

dB) dari sekitar 1,8 GHz sampai sekitar 2,34 GHz.


Antena monopol ini memang memiliki kinerja yang sangat bagus
pada frekuensi 2 GHz, tetapi mengambil tempat yang cukup besar ke arah
vertikal (sangat tebal). Usaha untuk menipiskan piranti genggam dilaku-

280

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Antennos in Action

281

peran gka t peman ca r- penerima

(tr

ans c e it,e r). Pada tag y ang bersi fat

pasif,

bahkan tag tidak rnerniliki sumber energi.


anlenat

anlena

Ileader

lag

o
t'i

Gambar 12.13 Bagan sistem RFII)


-'1.s
't.5
i.6 1.7 1.8

, rn"n*nl

tor,Ar.t

2.2 2-3 2.1

2.6

Gambar 12.12 Faktor refleksi monopol, antena L dan antena F

12.3 ANTENA DI RFID


Pengidentifikasian adalah suatu proses pengenalan terhadap suatu
objek (benda, manusia, hewan, dll.) sehingga bisa dilakukan suatu tindakan
lanjut terhadap objek tersebut. Manusia mampu melakukan identifikasi
terhadap objek dengan sangat baik, dengan bantuan panca inderanya dan
dilakukannya proses perbandingan dengan apa yang telah dikenalnya (otak
sebagai data base). Mesin atau komputer diharapkan mampu mencontoh

kemampuan ini.
Identifikasi d engan bar code adalah salah satu usaha untuk melakukan
pengkodean dengan lebar garis dan mengkorespondensikannya dengan
suatu data biner tertentu. Cara identifikasi bar code memiliki kekurangan
pada harusnya terbentuk hubungan Line of Sighl (LOS) antata bar code

tersebut dengan alat pembacanya (reader). Hal ini dikarenakan reader


bar code bekerja dengan gelombang inframerah. Pengidentifikasi dengan

gelombang radio (Radio Frequency ldentificationlRFlD) adalah suatu


cara penentuan identitas secara tanpa kontak. Gambar 12.13 menunjukkan
sistem RFID dan proses pengidentifikasian suatu objek yang padanya
ditempelkan tag (sisi kanan). Tag terdiri dari chip Qntegrated Circuit/
IC) yang memiliki memori yang bisa ditulis dan dihapus, dan memiliki
282

Antena: Prinsip dan Aplikosi

Energi, yang diperlukan oleh tag untuk bisa bekerja, dikirimkan


oleh reader, bersama-sama dengan clock, dan data ke arah tag. Tag
menggunakan energi ini untuk mengirimkan data yang disimpan di dalam
memorinya. IC yang tersedia dewasa ini [DO08] memerlukan daya 1030 pW untuk bisa berfungsi, yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah
(rectifying circuit). Karena rangkaian penyearah ini memiliki efisiensi
sekitar 30Yo,makadaya sebesar 30-100 pW (-15,23 dBm sampai -10 dBm)
harus diterima dari reader. Reader memiliki sensitivitas yang jauh lebih
tinggi, mampu menerima sinyal yang rendah (<-70 dBm). Karena kondisi
ini, jalur kritis adalah jalur dari reader ke tag. Jika diberikan nilai EIRP
(di bab 2) diberikan, maka jangkauan maksimal sistem RFID ini telah
ditetapkan, dan sebaliknya, jlka jangkauan yang diinginkan diberikan,
maka harus diset EIRP pemancar.
Gain dan diagram radiasi antena reader memainkan peranan penting
dalam rancangan sistem RI'ID. Besar dan bentuk kuantitatif dari keduanya

ditentukan oleh aplikasi yang diinginkan, yang menyebabkan berbedanya


jangkauan dan wilayah interogasi sistem ini.
Yang pasti, antena yang dirancang harus mampu mengkonversi ener-

gi yang dikirimkan oleh reader dan meneruskan sinyal yang diterimanya


ke reader, faktor refleksi antena tersebut harus kecil (< -10 dB).
Tuntutan lainnya adalah, reader harus tetap bisa membacatag,walaupun tag tersebut diorientasikan secara bebas terhadap reader, artinya

Antennas

in Action

283

tak tergantung pada polarisasi gelombang yang mengenainya. Antena yang

paling tepat digunakan harus memiliki polarisasi sirkular.


Ukuran dan harga antena tersebut adalah parameter lain, yang dalam
perancangan antena reader bisa memberikan pengaruh signifikan dalam

Antena pa<la gambar 12.14 digunakan untuk sistemreaderyang tidak


bergerak (fi*eA diletakan pada suatu tempat tertentu, misalnya di gerbang
suatu toko untuk mengawasi barang-barang yang akan keluar toko.

Tag bertugas menerima sinyal (energi, clock dan data) dari reader,
dan memancarkan kembali data ke reader, sehingga tag harus juga

pemilihannya.
Gambar 12.14 menunjukkan antena RFID yang memiliki polarisasi
sirkular. Polarisasi ini didapat dengan potongan miring pada dua sisi di-

memiliki

struktur antena. Tuntutan di penggunaannya terhadap antena di tag adalah


harga yang murah dan ukuran yang kecil.
Secara elektris, antena tag harus match dengan IC, sehingga energy

agonal yang berseberangan.

yang datang bisa diterima dengan baik. IC memiliki impedansi paralel


yang besar, antena harus mampu menyediakan rangkaianmatching-nya di
ruang yang sempit tersebut.

*_1,

IC memiliki

impedansi yang dominan kapasitif bisa di-match


dengan menambahkan induktansi secara serial dan parallel, dengan target
menjadikan komponen riil impedansi beban sama dengan komponen riil
impedansi sumber dan komponen imaj inerkeduanya saling mengompensasi.

Gambar 12.14 Dimensi antena patch dengatt reflector (iarak 2 cm),


semua satuan dalam cm

Contoh berikut ini memvisualisasikan proses matching pada tag.

Contoh 12.1: Matching tag

Gambar 12.15 menampilkan faktor refleksi dalam bentuk mutlak


logaritma dan dalam diagram Smith. Terlihat pada interval frekuensi 880
MHz sampai 970 MHz, kinerja faktor refleksi antena ini sangat bagus

Sebuah IC, yang digunakan pada tag sistem RFID memiliki input
impedansi berupa susunan serial resistor 15 ohm dan kapasitor I pF. IC

(< -15 dB).

susunan serial dari resistansi radiasi sebesar 50 ohm, kapasitansi 0,45 pF


dan induktansi 54 nH. Gunakanlah rangkaian matching L (komponen

ini akan disambungkan dengan antena dipole dengan impedansi

berupa

dengan struktur seperti alphabet L) pada frekuensi 915 MHz

Jawab:

Kondisi aktual saat ini diilustrasikan dengan bantuan rangkaian

't8.0 seo goo gto eio sso go g6o


hh|d f*rl

rim

listrik berikut dan diagram Smith (dasar diagram Smith bisa dipelajari dari
tMA09l). Pada diagram Smith ditunjukkan posisi sumber (1-j1,6), posisi
beban (0,3-j3,5) dan posisi beban matching (1+j 1,6) harus berada.

9ro

Gambar 12.15 Faktor refletcsi dalam dB, marker 1: 900 MHz (-16'7 dB),
marker 2: 924 MHz ('19,9 dB), dan marker i: 941,5 (-45,4 dB)
Antena: Prinsip dan APlikasi

Dengan bantuan sebuah induktansi serial (255 ohm, atau 44nH)


bisa dikompensasikan reaktansi di rangkaian ini, tetapi resistansi 15 ohm
terlalu jauh

dri

Antennas in Action

50 ohm.
285

Dengan transformasi L akan dilakukan proses matching,yaitu membawa beban dari titik beban saat ini ke titik beban matching. Transformasi
L terdiri dari komponen serial diikuti komponen paralel, atau kebalikan-

nya. Di contoh ini digunakan komponen serial di sisi beban, dan komponen paralel di sisi sumber. Dalam proses perancangan komponen matching
ini digunakan diagram Smith kombinasi impedansi dan admitansi, yang
akan memudahkan secara signifikan penentuan nilai komponen yang harus
ditambahkan (untuk serial besaran impedansi dan untuk parallel besaran

admitansi).
Tahap pertama membawa komponen imajiner dari -j3,5 ke -j, dengan menambahkan induktansi serial sebesar j2,5 (125 ohm atat2l,7 nH}
Tahap pertama ini menggunakan diagram Smith impedansi (garis solid)'

Langkah ke dua, dengan menggunakan diagram Smith admitansi


(garis putus-putus), memindahkan titik dari j0,93 ke -i0,47 , atau dikurangi
sejauh -j1,4 (-j0,028 S atau 6,2 nH)
Rangkaian
matching

antena
I
I

0,45pF

54

nH

I
I

"I

21,7

nH

j125C)

50o -j390c,j3l0or
!

6,2nH
-j 28 mS

286

Gambar 12.16 menunjukkan antena tag dan IC yang bisa ditemukan


di pasar. Tag ini diproduksi oleh perusahaan Texas Instrument. Panjang

total antena yang tereduksi menjadi 9 cm (dari yang seharusnya setengah


panjang gelombang, sekitar 16 cm) dikompensasikan dengan pembebanan
kapasitif dan struktur yang berliku (meander). Transformasi L diberikan
dengan L seri dan L paralel.

IC

sqial

Pembehanan

kapasirtf

lpF
175 Q

15c)
I

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Gambar 12.16 Tag yang diproduksi perusahaan Texas Instrument


Antennos in Action

edangkan gambar I 2. I 7 bentuk tag lain, yang diproduksi perusahaan

Alien Technology

standar untuk setiap Laptop. Komputer dengan WLAN card terhubung


ke jaringan melalui sebuah access point yang dihubungkan ke jaringan
computer yang lebih besar. Standarisasinya diberikan di IEEE802.Il.
Tabel12.2 memberikan informasi tentang data-data lapis fisikal dan MAC

untuk WiFi.

Tabel 12.2 Standar IEEEB}2.11

Gambar 12.17 Tag yang diprodul<si perusahaan Alien Technologt

,12.4 ANTENA DI WLAN

IEEE8O2.I1

Perkembangan teknologi prosesor, sebagai otak dari kornputer,


sampai menuju wilayah keriaGHz dan dengan teknik multi-core, membuat
komputer memiliki kemampuan yang sangat hebat dalam melakukan
perhitungan-perhitungan yang kompleks. Kemampuan penyimp anan data,
baik secara pernanen (hard disk) ataupun tidak permanen{Random Access

MemorylRAM), menambah nilai sukses dari sebuah komputer. Komputer


yang rnemiliki kinerja yang tinggi, tetapi tidak terhubung pada sebuah
jaringan, akan menjadi tidak efektif. Jaringan komputer lokal (Local Area
N etworklL AN) dikembangkan untuk menghubungkan komputer-komputer
pada suatu wilayah yang kecil, misalnya di sebuah kantor atau sekolah.
Standarisasi LAN diberikan melalui IEEE802.3 dengan nama Ethernet.
Setiap komputer yang akan dikoneksi pada sebuah jaringan, harus memiliki
antarmuka jaringan, yang dinamakan Ethernet card (atau LAN card).
Sebuah kabel (biasanya RJ45) menghubungkan komputer itu meialui
LAN card ke sebuah pusatnya yang biasanya digunakan router. Standar
kecepatan LAN dewasa ini mencapai 100 Mbps. Kekurangan mendasar
dari jaringan komputer menggunakan kabel adalah fleksibilitasnya yang
rendah. Ke setiap komputer harus dipasangkan kabel, yang kemungkinan
harus menembus tembok, atap ruang atau lantai. Dan setiap komputer
terikat oleh tempatrya, tanpa bisa bergerak bebas ke sana kemari.

(WLAN), yang sering juga disebut


WiFi, adalah alternatif menarik untuk LAN. Keuntungan WLAN terhadap
LAN hanyalah pada tidak diperlukannya kabel ke setiap komputer.
Komputer hanya harus memiliki sebuah WLAN card, yang dewasa ini
Wireless Local Area Network

288

Antena: Prinsip dan Aplikosi

f [GHzl

Data rate

JangI<aqan

Jangkquan

indoor {nr)

outdoor{$)

OFDM

<35

<120

11

DSSS

<38

<140

Modulasi
(Mbps)
54

2,4
2,4

54

OFDM

<38

<140

2,4&5

600

OFDM

<70

<250

Gambar 12.18 menunjukkan contoh antena array dengan empat


elemen yang digunakan untuk frekuensi keqa2,45 GHz. Antena ini terdiri
dari p at c h dengan strukt ur distribus i energinya, dan r efle c t o r yang berj arak
5 mm dari patch.

a,l

= 2,45 GHz

Gambar 12.18 Dota antena dalam mm, dan.foto prototype antena,f


2,45 GHz

Gambar 12.19 sebelah kiri menunjukkan rnodel antena ini, yang


dianalisa dengan program FEKO. Antena dan reflektornya dimodelkan

Antennos in Action

289

dengan elemen-elemen segitiga yang kecil-kecil. Dua buah lingkaran di


gambar tersebut menunjukkan bidang pengukuran diagram radiasi antena.
Sedangkan gambar 12.19 sebelah kanan adalah faktor refleksi yang didapatkan. Antena ini memiliki faktor refleksi yang lebih kecil dari -10 dB
pada frekuensi kerja 2,435 GHzsampai 2,475 Gl7z.

Gambar 12.20 menampilkan diagram radiasi yang juga dihitung


dengan FEKO. Gain yang didapatkan memiliki nilai 13 dBi dengan
beamwidth sekitar 28" di kedua bidang.
Antena ini bisa digunakan untuk aplikasi luar ruang pada hubungan
komunikasi p o int- to -p o int (PzP).

-5

E -,0
g
'6

o)

-15

6
'6

-150 -100 -50

I
I

50

100

150

s f"l

Gambar 12.20 Diagram radiasi antena, pada kedua bidang utamanya


-oo0oo2.4

2.5

2.6

frekuensi [GHz]

Gambar 12.19 Model antena pada program FEKO, dan hasil


p erh it un g a n fakt o r r efl e ks i

290

Antena: Prinsip dan Aplikasi


Antennas in Action

291

Aplikasi Metade
Numerik pada
Antena
13.1 PENDAHULUAN
Di bab 3 tentang persamaan Maxwell dan

solusinya ditunjukkan

dasar perhitungan antena secara serius, dengan bermula pada persamaan

Maxwell baik dalam bentuk integral di persamaan (3.1)-(3.a), ataupun


bentuk diferensial (3.5)-(3.8), yang dilengkapi dengan data materialnya di
pemamaan (3.10) dan (3.1l), beserta kondisi batas yang menutup wilayah
pengamatan (untuk ruang bebas digunakan kondisi eksak di fungsi Green
dan dengan pendekatan menggunakan bidang batas penyeraplabsorbing
boundary condition (ABC) atauperfectly matched layer (PML)).

Solusi problematika antena, berupa diagram radiasi, gain, faktor


refleksi dsb., sangat sulit didapatkan secara eksak, yang dilakukan pada
bab-bab sebelum adalah dengan melakukan berbagai macam asumsi yang
secara praktis sering bisa diterima. Yang menjadi pertanyaan adalah,
sejauh mana formulasi pendekatan ini memberikan hasil yang masih bisa
diterima akurasinya. Untuk menjawab hal ini, perlu diketahui prosedur
pensolusian masalah dengan cara yang lebih akurat, sehingga didapatkan
persentasi kesalahan yang akan muncul. Pensolusian yang lebih akurat
dilakukan dengan menggunakan metode komputasi yang berbasiskan
pada perhitungan numerik dari persamaan Maxwell dan turunannya. Ada

banyak metode numerik yang diperkenalkan selama ini. Di buku ini akan
diulas secara singkat beberapa metode, seperti metode persamaan integral,

p1

1,::F

yang biasanya dijawab dengan metode moment (method of momentlMoM)

lHA92, GI08, KO00l, metode elemen hingga (finite element methodl


FEM) [JI02], metode diferensi hingga wilayah waktu (finite dffirence
time domainlFDTD) [TA05], metode frekuensi tinggi (seperti geometrical
opticslGO, physical opticslPO, dan uniform theory of dffiactionNTD)

7(,) = J! c nQ,,'\1 n(r,Va,


Q,

13.2 METODE PERSAMAAN INTEGRAL (INTEGRAL


EQUATION METHOD)
Metode perhitungan yang paling sering digunakan untuk menganalisa
dan merancang antena adalah metode persamaan integral, karena metode ini

bisa memodelkan ruang terbuka (open boundary condition) yang muncul


di problem antena secara eksak melalui fungsi Green. Metode ini pertama
kali diperkenalkan di tahun 60-an [HA92]. Dasar dari metoda persamaan

Maxwell beserta atributnya itu mengarah


pada persamaan gelombang yang diberikan di (3.19) untuk Potensial
vektor magnetis tr lurpersamaan (3.27) Potensial vektor elektris F.
Dari solusi kedua persamaan gelombang ini bisa dihitung medan listrik dan
medan magnet sesuai dengan persamaan (3.29) dan (3.30) yang dituliskan
kembali di bab ini

294

=-ioi-"[#" ;)-io..

(,) = c, (r, r')un (i')Ao'


J!
o

in?')

adalah kerapatan arus listrik yang mengalir di dalam suatu

i,Q ') dengan wilayah Q = V , ataukerapatan arus listrik mengalir


di atas sebuah permukaan yang terbuat dari metal atau dielektrika j, (/ ')
dengan d2= A, atau arus listrik yang mengalir sepanjang sebuah kawat
I,@'h,(i') dengan dl=L. Sedangkanfun! ') adalah kerapatan arus
magnetis, pada kasus antena terbuat dari penghantar, berlaku funG')= O
. Untuk berikutnya di buku ini dibatasi pada permukaan metal, sehingga
FG)= o.
GuQ,V')adalah fungsi Green, yaitu vektorpotensial magnetis akibat
kerapatan arus listrik berbentuk impuls Dirac,

GnG,v')=*,#

(13.s)

Di persamaan (13.3), kerapatan arus listrik yang mengalir di seluruh


permukaan A tidak diketahui besar dan arahnya, sehingga tahap pertama
adalah memastikan distribusi arus di atas permukaan antena, dengan
menggunakan bidang batas bahwa medan listrik tegak lurus terhadap
metal, maka antena kawat digunakan
d, . 2171= g

(13.6)

(13.1)

d, adalahvektor

Antena: Prinsip don Aplikasi

(13.4)

volume

integral adalah eksploitasi persamaan Maxwell dalam bentuk diferensial.


Persamaan-persamaan

(13.3)

dan secara analog solusi persamaan(3.27\ menjadi

Ulasan yang diberikan di sini dibatasi pada prinsip kerja, kelebihan


dan kekurangan masing-masing metode serta contoh aplikasi pada perancangan dan analisa antena. Contoh software yang dikembangkan, baik sebab ini.

(t3.2\

Solusi persamaan (3.19) diberikan di persamaan (3.39) sampai


(3.41), untuk struktur permukaan (misalnya permukaan antena hom)

[NA90], dan metode kombinasi beberapa buah metode single di atas, yang
dikenal dengan metode hybrid.

cara komersial ataupun disebarkan secara bebas (free), juga diberikan di

-l-v. r)*lvr;
[*r.t ) p

-v(

Aplikasi

satuan yang ditentukan oleh orientasi antena kawat.

lietode Numerik pada Antena

295

Dan untuk antena bidang digunakan

ixE1t1=g

fi

(13.7)

;*n

adalahbidang normal (tegak lurus) terhadap permukaan antena.

I
edge

dalm

'-------'
Gambar 13.2 Definisi edge dalam dan edge luar, segitiga I dan 2 diapit
3 edge dalam, segitigd 3 diapit 2 edge dalam dan I edge luar
Dengan bantuan edge inilah didefinisikan arus-arus listrik, yang keluar dari setiap titik membesar secara linier, menuju ke edge yang berada
di hadapannya. Dengan menggunakan data di gambar 13.3, edge ij merupakan edge dalam, yang akan memberikan kontribusi arus dengan besar

Gambar l3.l Diskretisasi antena horn menjadi segitiga yang kecil

i,FuG) =

Maka untuk kasus antena bidang persaman (13.7) dengan (13.1) dan

-l-

ir!!c u(v,v'V n(,'VA'

- hv(v !!c,(i,,)i nr'*'l = o

(13.e)

i,

adalah amplitudo arus untuk edgj U, yang merupakan edge ken dari keseluruhan edge di problem ini, 0,7(/) adalah fungsi basis yang

(13.3) menjadi

i,!-!!ZAT

(r3.8)

Karena solusi untuk persamaan (13.8) sangat sulit, dilakukan

di segitiga I ini dari kontribusi edge ij, kontribusi


lainnya di segitiga itu datang dari edge ik dan jk. A, adalah luas segitiga
menggambarkan arus

I ini.

pendekatan dengan mendiskretisasi seluruh permukaan antena menjadi


elemen-elemen luasan yang kecil, di gambar 13.1 digunakan segitiga yang
kecil, yang dengannya distribusi arus beserta arahnya bisa diaproksimasikan
dengan cara yang lebih mudah, misalnya kombinasi dari beberapa buah

fungsi linier. Fungsi-fungsi linier yang terlibat dalam membentuk arus di


atas segitiga adatigabuah, yang didefinisikan sesuai dengan jumlah sisi
penyusun segitiga. Gambar 13.2 menunjukkan inset pembesaran dari salah
satu bagian dari antena horn di gambar 13.1. Sisi segitiga ini dinamakan
edge, yang merupakan suatu degree offreedom atau variable pada suatu
sistem persamaan linier.

Gambar 13.3 Informasi vektorial untuk penurunanfungsi basis bagi


kerapatan arus

296

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Aplikasi lAetode Numerik poda Antena

297

Jadi untuk kerapatan arus

listrik digunakan pendekatan dengan

Maka

Jn1;1=I i,F,(r)

(13.10)

n=l

Maka dengan menggunakan persamaan (13.10) persamaan (13.8)


dengan menukar posisi integral dan penjumlahan (tanda sumasi) menjadi

7rf

,, ; x ![

n=l

nQ,,'fi ,1i'

o[o l! c uQ,r'ff,<r've')= o

(13.1 1)

persamaan tersebut dengan d.,(7), yang maka


adalah fungsi basis untuk tetrahedral (sebagai versi

titik (scalar product)

tiga dimensi dari segitiga) yang akan dipakai pada pembahasan metode
elemen hingga narti (finite element methodlFEM), dengan n: l. . N.

Dan mengintegralkannya untuk wilayah segitiga tempat setiap


d

"(7)

berlaku, sehingga didapatkan

hl"

^(i)'i,,,,.

o[o'

)dA,

Ae

v[ v
hV,,. l)li, r,r

l)o ^0,r'F.odA,),

(13.12)

.N.

bisa dijawab dengan inversi matrix.

Kelebihan dari metodepersamaan integral (metode moment) terletak


pada karakter dari metode ini yang menggunakan fungsi Green, sehingga
syarat batas radiasi di ruang yang terbuka dipenuhi secara otomatis. Metode

ini, jika struktur yang diamati dalam besaran panjang gelombang, bekerja
dengan cepat dan memberikan hasil yang sangat akurat.
Kekurangan metode persamaan integral adalah kerumitannya,
struktur yang diamati memiliki inhomogenitas material yang tinggi.

jika

Ada banyak software komersial yang dikembangkan dengan berbasis


pada metode persaman integral, misalnya FEKO (www.feko.info), Wipl-

problem umum tiga


dimensi di ruang bebas. Sonnet (www.sonnetsoftware.com), Microwave
Office AWR (web.awrcorp.com), IE3D Zeland (www.zeland.com) yang
bisa menghitung antena mikrostrip di struktur berlapis planar.

[,[

Sedangkan programfree yan1bisa didapatkan di internet misalnya

^F,,"F,c)dA)

Mstrip40

(http:llrze-falbala.rz.e-technik.ftr-kiel.de/-splitt/hnnUmstrip.

htm) untuk antena mikrostrip. NEC2 (www.nec2.org), MMANA (http://


www.smeter.net/antennas/mmana.php) dan mininec (www.emsci.com)
bisa digunakan untuk menghitung antena kawat. Sonnet, FEKO dan WiplD menawarkan versi lite yang bisa didownload.

Dengan hubungan vektor,

A.$"8)=-fu"a) e

298

Ae

D (www.wipl-d.com) yang bisa mensimulasikan

r.JI a ^g1.f r, nx ![ c ^(i,i'fi,1i' 1d.e'


n=l
Ae
Ae
=

.!l
fl E, r;l o,O,r,F,(v,

Persamaan (13.12) adalah sistem persamaan linier dengan N buah


variabel tak dikenal dan dengan Nbuah persamaan, sehingga secara umum

Persamaan ( I 3 . 1 1) memiliki n variabel yang tidak dikenal, dan hanya


bisa dijawab, jika tersedia r buah persamaan. Untuk mendapatkannya
digunakan metode momen (prosedur Galerkin), dengan mengalikan secara

F,(r)=frxd,(i),

;rt,,
n=l

untukz: l.

1dA'

Ae

- hy,,,r,

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Aplikasi lAetode Numerik pada Antena

299

Metode elemen hingga bermula pada sebuah fungsional. Fungsional

13.3 METODE ELEMEN HINGGA (FlNlTE ELEMENT


METHOD)
Metode elemen hing ga (F ini t e E I em

adalah istilah yang dikenal di matematika terapan,yang artinya fungsi dari

suatu fungsi. Fungsional


en t Me t h o

d IFEM) adalah metode

numerik yang paling sering dipakai di disiplin rekayasa. Terutama di teknik


sipil dan teknik mesin, FEM digunakan cukup intensif untuk menghitung
performansi gedung, jembatan ataupun mesin, dan perambatan panas dan

fluida di struktur teknik mesin.

ini harus diminimalkan

sesuai dengan kondisi

yang terjadi di alam, selalu menuju pada energi yang paling rendah.
Dengan melakukan pengamatan pada tetrahedral, maka setiap elemen
memiliki enam buah edge, yang masing-masing berupa variabel yang akan
dikalikan dengan fungsi basis d, (i) . Proses ini akan mengarah seperti
pada rnetode persamaan integral, pada sebuah sistem persamaan linier,
yang bisa disolusikan dengan aljabar linier, baik dengan cara konvensional
(eliminasi Gauss) ataupun secara iteratif.
FEM adalah metode yang bekerjapada problem tertutup. Sehingga
untuk aplikasi antena, haruslah digunakan batasan fiktif, yang bertugas
untuk menutup ruangan yang akan diamati dan didiskretisasi. Permukaan
penutup wilayah kerja ini adalah bidang yang memiliki sifat absorbing
boundary conditions (ABC), atau permukaan yang berbentuk lapisanlapisan yang mampu menyerap gelombang dating (pedectly matched
layer/PML). Atau sebagai alternatif, FEM dikombinasikan dengan metode
persamaan integral sebagai metode hibrida.

Gambar 13.4 Diskretisasi sebuah antena miktrostrip berpolarisasi


eliptk dengan besar elemen tetrahedral yang berbeda-beda
Di teknik elektro, FEM biasa dipakai pada aplikasi frekuensi rendah,
misalnya pada simulasi mesin listrik, transformator.
Untuk aplikasi antena secara umum, FEM bisa memodelkan problem
yang memiliki dielektrika yang beraneka-ragam. FEM mendiskretisasikan

volume yang dimilikinya ke dalam volume yang kecii-kecil, biasanya


digunakan tetrahedral. Gambar 13.4 menunjukkan diskretisasi yang
berbeda-beda dari sebuah antena mikrostrip. Gambar bagian kanan bawah
menunjukkan bagian dalam dari antena (dielektrika) untuk diperlihatkan
pembagian volume secara detail. Setiap tetrahedral yang kecil ini bisa

memiliki material yang berbeda-beda, tanpa memperkompleks problema


yang harus disolusikan. Matriks yang terbentuk dengan FEM biasanya
juga hanya terisi sedikit (disebut juga sparse matrix), yang relatif lebih
efi sien

untuk diinversikan.

Metode komersial yang berbasiskan FEM misalnya program High


Frequency Structure Simulator (HFSS) yang dikembangkan oleh perusahaan Ansoft (www.ansoft.com). Sedangkan program yang disebarkan
secara bebas di internet contohnya ElectroMagnetic Analysis Program/
EMAP (www.cvel.clemson.edu/modeling/EMAc/EMAP0.

13.4 METODE DIFERENSI HINGGA WILAYAH


WAKTU (FlNlTE DIFFERENCE TIME DOMATN)
Metode diferensi hingga adalah metode yang sangat mudah dimengerti. Dasar dari metode ini adalah penggunaan diferensi (pengurangan) sebagai pengganti diferensiasi.

Dengan menggunakan kasus satu dimensi, pengamatan propagasi


gelombang ke arah z danharrya terdapat komponen E,dan I1r, persamaan

(3.5) dan (3.6) menjadi


Aplikasi hletode Numerik pada Antena

300

Antena: Prinsip dan APlikasi

301

aH,
_---Y

I
aE* tdHy-1J",y

aE,
+F"-,

dz -.7""'''- at -

-r *.,

-t

e dz t

-=dt

+ - !'

-i*-i'',

(13.

l3)

Garnbar 13.5 menunjukkan skema leapfrog yang perumusannya


dinyatakan di persamaan (13.15) dan (13.16).

Ei.,

Pada persamaan (13.15),

(r3.14)

adalah medan

listrik pada posisi i

(dalam satuan panjang i dz, dengan dz diskretisasi ke arah z) pada waktu n


(dalam satuan waktu n dt, dengan dl diskretisasi waktulsarnpel waktu pada

Ej'lt

adalah nilainya pada step waktu sebelumnya,yang

Persamaan (13.13) menerangkan medan listrik yang berubah dengan waktu pada suatu posisi tertentu berhubungan dengan kerapatan arus

pengamatan), dan

listrik di tempat yang sama, dan perputaran medan magnet (akibat curl
VX) mengitari medan listrik tadi sesuai aturan tangan kanan. Merujuk

Hijt.!t?, dan Hi,ltlzadalah medan magnet yang berada ada waktu


antara medan listrik sekarang dan terdahulu, dengan posisi mengapit medan
listrik itu. Sedangkan .I! ,t.!2 adalahsumber eksitasi pada posisi yang sama
dengan medan listrik.

pada gambar 13.5, kita bicara tentang segiempat yang diarsir

')
- Eij'= t( nij'1,?, - H;it-!t?r I ,,-,,,
-;[
-- N
)-;"'*''
^,
Ei.,

ET,,=EI:I

:#[

Hi::l'7,

H;,:71,
Lz

o't""''

pada step waktu pertama

(13.1s)

seperti halnya perambatan gelombang yang sebenarnya.

Untuk kondisi dua dimensi (H", E, dan Er), persamaan Maxwell

Dan persamaan (13.14) menghasilkan, dengan segiempat yang

menjadi

aH- - -ffU,
;U,

ortogonal di gambar yang sama

aH-

Hiil,?, - Hi,,ii,?, _ _t ( r:.,u - o:,,

rrl &

^t
H

;:ii,?, = H i,ll,7,

i#

@ !,,

1r"m'Y'i+tt2

f i"

u - E i,t> N L r i,,,,*,,,

(l

3.

'

aE, raHl.,-;""''
--Z
a*
at

(13.18)

a,

a,

AE,

,
-;""''

..aH, a,
-

- - --: a, = -J
- ll--al^.rQ,
Ex'dydt
aH- I aE- t AE" I
1

!ll'

Gambar 13.5 Proses perambatan medan listrik dan rnagnet dengan


kordinat posisi yang bergantian untuk keduanya, iuga waktu, disebut

U;4,
(13.17)

'

r.r

".d,

+J

=
dEu

aE- +effa,
+e
".rd,

dEu

=J

aE,=itaH, I

l6)

X7
v

: I di-set dengan nilai 0.

Dengan persamaan (13.16) dihitung medan magnet dengan cara


yang sama. Jadi medan listrik dan medan magnet saling menghasilkan

)-

')_

--------l-

il

r.ay pDx $"^''


-:--

(l 3.1e)

Dengan persamaan (13.17) dan (t 3.18) masing-masing bisa dihitung

nilai

dan Erpada waktu aktual

di setiap titik

skema leapfrog

302

Anteno: Prinsip dan Aplikasi

Aplikasi l,Aetode Numerik pada Anteno

303

:,,ri-r, z -

n:;)1'z-n:;)li,

E !,,1i r z
-t

Ly

Lt
E 1.,,i

-,,,

n
^ Ly,i+,2.i

i,|i

,-

-t

z. :

rn-l
y.i+,2,i

l1,,,*rrz,i

= Ei,,l*vz.i

uL
# Q, ::ll' - H i,' I ?,) 4,'

=-;[t(

H:::j' - H:;:l' _ t

,!7
_Lr
-;r e'x'i'i-rt2

Lt
1.] -r r

L y,i+1.2,.j

z (r3.20)

E,|,i,j_trz

Ly

I
- Ei,i*riz,i_:J:

AI

H::iii - H:::j: \-l ,,-rt2 "''''"''''i

^,

El,i,j*trz

H:j,'l, = H:;,,1, .i#br.,.i+uz- EI.i,,_,,,)

)-i"

y -ii!r::'l!,?, - n::il') *lt:;,1:,r2,1 o3 '2r)

i*b;,,+,

2,i

- ni,,-,,,,i)- t'

t i,,,,,,

(13.22)

Perusahaan Remcom (www.remcom.com) menawarkan software

yang berbasiskan FDTD dengan nama XFDTD. Rilis terbarunya adalah


XFDTD version 7. Gambar 13.7 menunjukkan gambar antena inverted FL
yang bekerja pada dua frekuensi (dual band), yaitu pada 2,45 GHz dar. 5,2

i+7

i+t/2

GHz.

t,rl
k' ---------w

j
j-1/2

H']-d;

modificd
/-"parasitic
v*I-

A,

-i- H,'->

j-1

't*

i-1/2

i+7/2

i+7

.*--*

Gambar 13.6 Visualisasi struktur medan listrik E,dan Erdan medan


rnagnet H, di wilayah perhitungan dua dimensi

--t-

Gambar 13.7 Geometri antena inverted FL dual band 2,45 GHz dan 5,2
GHzl

sedangkan persamaan (3.19) memberikan formula untuk menghi-

ttng H,

L*

Nakano, Sato, Mimaki.

"An Inverted FL

Antenna

for

Dual-Frequency Operation." IEEE

Transactions on Antennas and Propagalion, vol. 53, no. 8,pp.2417-2421, August 2000.

3M

Antena: Prinsip don APlikasi

Aplikosi

lletode Numerfk pada Antena

305

13.5

5,2 GHz

2,45 GHz

*_l__-

theo.
exp.o o 0

Pendekakn yang dilakukan pada metode frekuensi tinggi berbeda


dengan yang dikembangkan pada metode perhitungan di bagian sebelumnya. Metode yang berbasiskan pada pendekatan optik ini sangat efisien
penggunaannya, tetapi mensyaratkan benda-benda yang terlibat harus

VSWR

r\a - 4.0 mm

A*
f,

METODE FREKUENST TtNGGt (HtcH


FREQUENCY METHODS)

J.0 mnr

ini, semakin akurat perhitungannya,


oleh sebab itu metode frekuensi tinggi dinamakan juga metode asimtotik
sangat besar. Semakin besar benda
(asymptotic methods).

't

'?

Frekuensi IGHzI

Gambar

13.8 Perbandingan

vswRyang dihitung dengan xFDTD dan


pengukuran

Gambar 13.8 menampilkan hasil perhitungan dengan XFDTD yang


dibandingkan dengan hasil pengukuran.
Software komersial lainnya adalah CST Microwave Studio Suite,
yang berbasiskan Finite Integration TechniquelFlT, yang rnerupakan varian dari FDTD tetapi beracttan pada persarnaan Maxwell bentuk integral,
produk ini bisa ditemui di alamat www.cst.com. Empire yang dikembangkan oleh perusahaan IMST (www.empire.de), dan semcad (www.semcad.
com).

Ada banyak software yang secara cuma-cuma bisa didapatkan di


internet dan sebagian diberikan dalam bentuk source code, baik dalam
bahasa Matlab/octave, c, c++ ataupun Fortran. Misalnya JFDTD (http:l/
www.thecornputationalphysicist.com/jfdtd.html), MEEP (http://ab-ioitio.
mit.edu/wiki/index.php/\rIeep). Kumpulan program untuk Matlab/Octave
diberikan di site http://www.uni-kassel.delfbl6ltetlmarklein/nfti- e.html.

306

Antena: Prinsip dan APlikasi

Dasar dari pendekatan asimptotik adalah integral arus pada suatu


luasan untuk menghitung medan listrik/magnet yang dihasilkannya pada
suatu titik pengamatan tertentu yang biasanya cukup jauh dari sumber arus.
Jika bidang integrasi cukup besar, yang ditandai dengan perbandingan luas
wilayah ini dengan kuadrat dari panjang gelombang X2 adalah angka yang
besar, maka integrasi bisa dipermudah dengan hanya mengamati

titiktitik

'panas' (hot spots) tertentu saja. Hot spots ini muncul karena hanya di
titik-titik ini integrasi tidak saling terkompensasi menuju nilai nol, akibat
kondisi titik yang berada pada posisi ekstremal (saddle points). Karena
perbandingan luas dengan fu2 harus besar, bisa pula terjadi jika l" bernilai
kecil, atau frekuensi kerja sangat besar.
Dalam evaluasi integrasi dan ditemukannya hot spots ini, penelitian
metode frekuensi tinggi berhasil mengkorespondensikan titik+itik ini
sebagai titik refleksi dan titik difraksi gelombang elektromagnetika yang
mengenainya, sehingga dengan berhasil dilokalisirnya titik-titik penting ini,
medan listrik/magnet di pengamatan bisa didapatkan dengan menghitung

kontribusi langsung (direct wave atau line of sightlLos),kontribusi refleksi


(refiected waves) dan kontribusi difraksi (diffracted waves),
E 1t1 = E''"

(i)

+\ E *,, 1r1 + \
ij

E o., 1r1

(13.23)

Refleksi terjadi akibat gelombang elektromagnetika mengenai sebuah bidang, dan di sana berlaku hukum refleksi (sudut refleksi sama be-

Aplikasi

etode Numerik pado Antena

307

sarnya dengan sudut datang). Jika titik sumber l' , titik pengamatan i dan
infonnasi bidang diberikan, dengan bantuan geometri bisa ditentukan titik

refleksi To,yaitu dengan mencerminkan antena ke bidang, dan dari titik


antena cerminan ini ditarik garis menuju titik pengamatan (gambar 13.9).
Jika garis tersebut menembus bidang, seperti pada titik pengamatan 1 dan
2, maka ditemukan titik refleksi ro .
veklor normal

posrsi
anlerra

titik pengamuan

Ii

bidang

it

titik pengamalan 2

rejtehsi

7r,.Y
-'
--"

tirik pengamalan

titik pengamatan harus dihitung dengan


titik refleksi ke titik

pengamatan, beserta pergeseran phasanya.


Persoalan

ini menjadi relatif mudah, karena perambatan gelombang

berlangsung di udara yang homogen, dan gelombang merambat melalui


jalur lurus dari suatu titik asal ke titik tujuannya. perubahan phasa juga
terjadi secara linier, sedangkan amplitudonya mengecil (gelombang berdivergensi) sesuai dengan aturan kekekalan energi. Fenomena ini dibahas
dalam suatu disiplin yang dinamakan optik geometris (geometrical optics
/ GO).

1
a

Sedangkan medan listrik di

memperhatikan faktor divergensi gelombang dari

Antena cerminan

Gambar 13.9 Refleksi gelombang pada sebuah bidang datar


Gelombang refleksi di titik pengamatan bisa dihitung dengan
mengetahui medan listrik/magnet yang dipancarkan antena di titik refleksi
(sebelum terjadi refleksi) fii" (va). Dengan mengalikan medan listrik/
magnet ini derrgan faktor refleksi didapatkan medan sesudah terjadinya
refleksi E^(/o). Faktor refleksi pada sebuah bidang penghantar ideal
adalah I dan -1, tergantung apakah medan listriknya tegak lurus atau
parallel terhadap bidang tersebut. Secara umum, medan listrik memiliki
kedua komponen ini, sehingga medan listrik refleksi dihitung dengan
menggunakan tensor refl eksi,

R=l

l-r ol

L0 -

(t3.24)

r.J

Dan medan listrik refleksi (pada titik refleksi), didapat dengan


E

3AB

*(in)

= R' E"'" (Vn)

(13.2s)

Antena: Prinsip dan Aplikasi

Gambar 13.10 Fenomeno difraksi sebagai kompensasi medan di tiga


wilayah iluminasi

Go gagal bekerja jika terdapat diskontinuitas bidang refleksi.


Diskontinuitas bidang refleksi maksudnya, bidang refleksi memiliki ujung.
Di problem ini akan terbentuk wilayah LoS yang di dalamnya terdapat
gelombang lansung (Los), wilayah refleksi yang di dalamnya terdapat
gelombang refleksi dan adanya wilayah bayangan, yang ke dalam wilayah
ini tak ada gelombang langsung atau refleksi yang masuk (gambar 13.10).
Sehingga akan terbentuk dua buah batasan. pada kedua batasan ini terjadi
diskontinuitas gelombang, yang tak boleh terjadi di fisika.

Apli kasi

l(etode Numeri k pado Anteno

309

Keller [NA90] memperkenalkan metode difraksi geometri untuk


menerangkan adanya gelombang difraksi jika mengenai pinggiran bidang.
Gelombang difraksi ini akan masuk ke semua wilayah, tennasuk ke
wilayah bayangan. Di kedua batasan, gelombang ini akan mengompensasi
diskontinuitas, sehingga medan listrik dan magnet menjadi kontinyu"
Teori difraksi yang paling sering dipakai dewasa adalah Unifurrn Theory
o.f

Diffraction (UTD).

Tempat terjadinya difraksi (titik difraksi) bisa juga ditentukan secara


geometris. Dan seperti halnya pada refleksi, pada difraksi juga diperkenal-

kan tensor difraksi, yang untuk perhitungan detailnya bisa didapatkan di

but juga metode hibrida, bertujuan untuk mengeksploitasi


kelebihan setiap

metode dan mengeliminasi kelemahannya.

Kombinasi MoM dan FEM rnenghasilkan metode yang mampu


menganalisa antena yang rnemiliki struktur yang tak hanya
terbuat dari
metal, tapi juga mengandung dierektria yang tidak homogen.
contoh
sederhana adalah antena mikrostrip di gambar 13.4. Metode
FEM sangat
efisien untuk memodelkan inhornogenitas, tetapi tidak mampu
memodelkan
bidang batas yang terbuka (open boundary condition), sebariknya

memiliki kemampuan menghitung masalah terbuka dengan eksak.

Kombinasi FEM dan MoM

lNAeOl.
Kelebihan metode frekuensi tinggi ini adalah tuntutan memori komputer (RAM) yang kecil dan tak tergantung frekuensi, juga prosesnya yang
mudah untuk diamati.

ini

MoM

dilakukan dengan merakukan

dekomposisi wilayah penggunaan kedua metode tersebut (gambar


13.r 1).
Pada interfuce keduanya, kontinyuitas komponen tangensial
dari

medan

listrik dan medan magnet harus dijaga. Sehingga akan didapatkan


dua buah
sistem persamaan linier yang saling terkait satu dengan lainnya.

Kekurangannya adalah hanya bekerja pada struktur yang sangat besar dibandingkan dengan panjang gelombang, dan kesulitan dalam penentuan

titik+itik refleksi difraksi

pada struktur dengan dielektrika.

Perusahaan Ticra (http :/&vlvw.ticra.comO menjual software GRASP9

yang bisa menganalisa antena parabola. Software ini menggunakan metode


moment, GO dan UTD. Edisi mahasiswa juga bisa didownload di website di
atas. Software FEKO juga menawarkan opsi GO dan UTD, yang biasanya

dikombinasikan menjadi metode hibrida dengan metode moment.


Karena UTD sering kali dipakai untuk simulasi perambatan gelombang untuk analisa sistem seluler, banyak software yang dikembangkan
untuk analisa ini, misalnya Radio Propogation Simulators (www.actix.
com/radioplan_rps/).

13.6 METODE HIBRIDA


Seperti yang diperkenalkan pada bagian sebelumnya, setiap metode

yang ada memiliki kekurangan-kekurangan yang tak bisa dihilangkan.


Kombinasi metode-metode perhitungan ini satu dengan lainnya, yang dise310

Antena: Prinsip don Aplikasi

Gambar

l3.ll

Dekomposisi bagian daram dimoderkan oreh FEM dan


wilayah luar dengan metode persomaan integral (MoM)

Solusi dari sistem persamaan ini didapat dengan bantuan inverse


matrix, baik secara langsung ataupun iteratif. pustaka
tvo06] memberikan
prosedur perhit,ngan secara detail dengan contoh-contoh
aktual.
Jika problem yang dihadapi adalah antena yang memiliki
reflektor
yang besar, atau bidang metal yang akan menyuritkan
kita daram membahasnya, yang dikarenakan proses diskretisasinya
memberikan jumlah
elemen yang sangat banyak, sehingga membutuhkan
RAM yang sangat
Aplikosi fuletode Numerik poda Anteno

311

besar bahkan terlalu besar dibandingkan RAM yang tersedia.

Di karena-

kan struktur ini juga memiliki potongan antena yang kecil, teori diffraksi
(UTD) juga tidak bisa digunakan secara utuh. Oleh sebab itu metode hibrida kombinasi Metode persamaan integral (MoM) dan UTD menjadi alternatif yang sangat bagus.

Daftar Pugitaka

[AL07] Ben Allen, et al (eds.), uhra-wideband Antennas ond propagation


for Communications, Radar and Imaging, Wiley, New Jersey ,2007.

[8A89] constantine Balanis, Advanced Engineering Electromagnetics,


Wiley, New York, 1989.

Gambar 13.12 Kombinasi MoMdan UTD


Hal penting yang ada di kombinasi MoM dan UTD adalah, diperhatikannya struktur UTD yang menyebabkan terjadinya perubahan arus pada
struktur MoM. Di gambar l3.l2hal ini ditunjukkan pada interaksi antarelemen di antena melalui misalnya refleksi pada bidang datar

[MA0l].

Kombinasi antara MoM, FEM dan UTD juga diperkenalkan di referensi [MA0l].
Software komersial yang menawarkan kemampuan kombinasi beberapa metode misalnya FEKO, SuperNEC (www.supemec.com), dan
GEMACS (www.gemacs.com).
Dengan kemampuan terbatas, SuperNEC untuk akademisi disediakan
secara cuma-cuma selama safu tahun.

[BA05] constantine Balanis, Antenna Theory, Anolysis and Design, 3d


ed., Wiley, New york,2005.

[BE07] Jennifer T. Bernhard, Reconfigurabre Antennas, Morgan &


Claypool pubI.,2007.

[8H09] Rashid A. Bhatti, J.-H. Choi, S.-O. park, euad_band MIMO


Antenna Array for portabre wireress communicarions Terminars,
IEEE Antennas and Wireless propagation Letters, vol. g, 2009, pp.
129-132.

ltsL07] Jean van Bladel, Erectromagnetic Fierds,2nd ed.,IEEE press, New


Jersey, 2007.

[cH09] Zhi Ning chen, K.-M .Luk, Antennasfor Base stations in wireless
Communications,McGraw Hill, New york, 2009.
[Do08] Daniel Dobkin, The RF in RFID, Newnes, Burlington, MA.,

-oo0oo-

2008.

312

Anteno: Prinsip don Aplikosi

[GA0 I ] Ramesh Garg, et al., Microstrip Antenna Design Handbook, Artech


House, Boston,2001.
tGIO8l Walton C. Gibson, The Method of Moments in Electromagnetics,
CRC, Boca Raton, Fl. 2008.

[OCTxx] Octave, http://www.gnu.org/softrv arel octav el

[PA06] Chinthana J. Panagamuwa,

A.

Chauraya, J.C.Vardaxoglou,
Frequency and beam reconfigurable antenna using photoconductiong
switches, IEEE Trans. On Antennas and Propagation, vol. 54, no. 2,
February 2006.

lHA92l Roger F. Harrington, Field Computation by Moment Methods,

[PO82] Branko D. Popovic et

IEEE Press, Piscataway, NJ, 1992.

al,

Analysis and Synthesis of Wire Antennas,

Wiley, Chichester, 1982

[JI02] Jianming Jin, The Finite Element Method in Electromagnetics,2nd


ed., Wiley, NY,2002.

[KO00] Branjo M. Kolundzija, J.S. Ognjanovic, T.K. Sarkar, WIPL-D:


Electromagnetic Modeling of Composite Metallic and Dielectric
Structures, Software and User's Manual, Artech House, Boston,
2000.

[ST98] Warren L. Stutzman, G. A. Thiele, Antenna Theory and Design,


2nd ed., Wiley, New York, 1998.
[TA05] Allen Taflove, Susan C. Hagness, Computational Electrodynamics :
The Finite-Dffirence Time-Domain Method, 3rd ed. Norwood, MA:
Artech House,2005.

tKROll John D. Kraus, R.J. Marhefka, Antennas for all Applications,3'd


ed., McGraw Hill, New York, 2001.

[TU09] Engin Tuncer, B. Friedlander, Classical and Modern Directionalof-Arrival Estimation, Academic Press, Burlington, MA., 2009.

IKRE98] Erwin Kreyszig, Advanced Engineering Mathematic,s, 8'h ed.,


McGraw Hill, New York, 1998.

[VO06] John L. Volakis, K. Sertel, B.C. Usner, Frequency Domain Hybrid


Finile Element Methods for Electromagnetics, Morgan & Claypool
Publ.,2006.

[MATxx] Matlab, www.mathworl<s. com.


[MA01] Mudrik Alaydrus, Hybridmethode zur Loesung komplexer
elektromagnetischer Feldprobleme: Kombination der FiniteElemente-Methode, eines Integrationsgleichungsverfahrens und
der Vereinheitlichten Geometrischen Beugungstheorie, Dissertation
University Wuppertal, 2001 (dalam bahasa Jerman) bisa diakses di
http://elpub.bib.uni-wuppertal.de/edocs/dokumente/fb I 3/diss200

[WAgl] Wadell, 8.C., Transmission Lines Design Handbook, Artech


House, 1991.

[WI07] Werner Wiesbeck, Antennen und

Antennensysteme, Vor-

lesungsskriptum Universitaet Karlsruhe, 2007

[WIT09] Tilmann Wittig, V. Sokol, MIMO Antenno Simulation, UGM


2009, Darmstadt.
http : //www. cst. com/Content/Documents/Events /UG M2 009 / 3 - I -4 - MI MO-

alaydrus/dl30l07.pdf

[MA09] Mudrik Alaydrus, Saluran Transmisi Telekomunikasl,

Graha

lZH04)5. Zhang,

Ilmu, Jogjakarta, 2009.

lMAF0gl Mudrik Alaydrus, Planor antenna design controlled by simulated


annealing,Frequenz, vol. 63, no. 7-8,2009, pp. 139-143

df
G.H. Hufl J.Feng, J.T. Bernhard,

A nt enn a - S imu I at io n. p

A pattern reconfigur-

able microstrip parasitic aruay, IEEE Trans- On Antennos and Prop-

agation, vol. 52, no. 10, October 2004.


-oo0oo-

tNAgOl D.A. McNamara, Q.W.I. Pistorius, J.A.G. Malherbe, Introduction


to the untform Geometrical Theory of Dffiaction, Artech House,
Mass., 1990.

314

Antena: Prinsip dan

Aplikosi

Doftor Pustoko

315

Elosarium

Array Fqctor

Faktor yang terbentuk karena penggabungan beberapa


buah antenna.

Bandwidth
Beamwidth

Lihat lebar pita.


Lihat lebar paflcaran.

Broadca.gt

Pemancaran ke segala arah.

Diagram radiasi

Polapancaran antena yang menggambarkan, bagaimana

Dipol
Direktif

Jenis antena yang menggunakan kawat.

energi yang dipancarkan antena terdistribusi di ruang.

Antena direktif memiliki kemampuan mengarahkan


energinya ke arah tertenfu.

EIRP

Equivalent Isotrop Radiated Power, daya pancar yang


di-ekuivalensikan dengan antena isotrop.

Faktor refleksi

Besaran yang menggambarkan besaran sinyal yang


direfleksikan kembali oleh antena ke pemancar. Jika

diberikan dalam dB, maka nilai mutlaknya adalah


return loss.

FDTD

Finite Dffirence Time Domalr, metode numerik


menggunakan prinsip diferensi hingga, diskretisasi
segiempat.

FEM

Finite Element Method, metode numerikyang


loetisasikan ruang pengamatannla dengatr

mendistetrahe-

dral.
Fractal

Jeds a.Dtena yang memiliki sifj,t sev-sirnilarily


memiliki karakter multiband.
energy yang bisa
arah

dilakuko

suatu

ena tersebut ke

t6tenhr.

Jenis antena ysng biasanya mengunakan kawat

Hom

berputar seperti
Jenis antena yang

Isotrop
pita

penampatrgnya.

dekat

amh.

Interval frekuensi kelja antena yang memiliki

karaker

diminta.

Wilayah di sekitar antena, dishibusi rnedan listrik

kompleks.
dipergunaka[

Jeris antena yang menggumkan Pinted

MIMO

Muttiple ltput Multiple Orrprr, sistem aDte[a

318

Recorfgurable

sama rata pada

Cirait

Reflektor

atr-

Loss
RFID

dan

tIfD

Board

(pCB).

dengat
beberapabuah antena baik dipemarcar atau di penerim4 yang bertujuan melaikkan data-rare pengiriman
inforrrasi.
Method of Mo ent, metode rumerik yang menggunakan fungsi Cree!, sehiogga bisa memeluhi karakler
radiasi secara eksak.

Antena: PrinsiP dan APlikasi

Arah

orie

asi medatr listrilc

Kommikasi dari suatu posisi ke satu posisi lain menggurakan antem dengan gain tinggi (sangat fokus).
Jeds antena yarg bisa dikonfigurasi kamkier keda-

[ya.

dan
di

Mikostrip

MOM

Polarisasi
Point to Poiht

Jenis antena yang menggunakan pemantul berbentuk

p.rabola untuk lebih memfokuskEr eneryinya.


Lihat faktor refleksi.
Radio Freque cy ldeitification, sistem ntukabel yang
digmakan untuk heqidentiflkasi berda.
UniIorfirTheory ofDiflraction, metode ftekuensitinggi
yang menggunakrm gelombary refleksi dan difiaksi

Witayah yang agakjauh dari anteoa, medan listrik


mapet saling tegak luus. Biasanya dalam kotrdisi

wilayah ini antem

Tanpa kabel (wr'reless).

Omnidireksional Antetra yatrg memancarkan energitrya

Retum

Wilayah efektif pemaocaran energi dari sebuah

magrct sangot

Medaajauh

ke

Antena yang memancarkan energinya sama mta

teda.
Medan

di-

menggun*at waveguide, yurg

sesuai dengan spesifikasi,sng

parcaran

yang

pegas.

semua

LEbar

Multiband

digmakan ground.
Ar ens yang memiliki karakter yang baik pada beberapa wilayah frekuensi kerjanya.

suatu bidang teltenfu.

Helix

potong pada

Jenis altena yang menggurakan kawat, seperti dipole,

tapi hanya satu tangkai, sebagai gatti tangkai ke dua,

Gaindarisebuahutenalebihbersrtibesarpemfokusan Nirkabel

Gair

Irbar

drn

Monopol

WA

uk menggambarkal efek timbal balik gelombang


dan he,da
Vector NetworkA alwr, alatukuruntukmetre ukan
faktor refleksi dari antenna.

Voveguide

Salah satu jenis salu'an tralsmisi yang diguakafl


pada frekuensi tinggi, biasanya berbentuk segiempat,

li4karan

Yagi-Uda

atau elips.

Jenis antena Yagi-Uda adalah antena anay dipole,


yang terdiri daxi dipole yaf,g di-drive, dipole reflektor dan dipole direkto!. Yagi dan Uda adatah penemu
antena ini.

-oo0oo-

Glosarium

319

Tentang Penulis

udrik Alaydrus lahir tahun 1971 di Jakarta. Tahun 1997 ia


mendapatkan gelar Dipl.-Ing di bidang Teknik Elektro dari
Universitas Hannover, Jerman. Dari tahun 1997 sampai2002
ia menjadi staf pengajar dan peneliti di kelompok riset Elektromagnetika

Universitas Wuppertal, Jerman. Sejak awal 90-an penulis mendalami


bidang aplikasi elektromagnetika di teknologi telekomunikasi khususnya
pada teknologi frekuensi tinggi dan dikenal sebagai expert dalam bidang
Computational Electromagnetics. Hasil penelitiannya dirangkumkan
dalam disertasi doktoralnya di Universitas Wuppertal tahun 2001. Hingga
kini hasil penelitiannya bisa ditemukan di jurnal-jurnal nasional dan
internasional, seperti IEEE, dan disitasi oleh Google Scholar. Sejak tahun
2003 penulis menjadi dosen tetap di Universitas Mercu Buana, Jakarta,
mengajar dan meneliti di program sarjana dan pasca sarjana. Mudrik
Alaydrus adalah dosen profesional bersertifikat dan anggota IEEE dan
VDE. Penulis bisa dikontak melalui email: mudrikalaydrus@yahoo.com.
-oo0oo-

Anda mungkin juga menyukai