Anda di halaman 1dari 4

4 Narkoba Jenis Baru

1. Kratom
Awalnya kratom diambil di Thailand dan Malaysia oleh pekerja laki-laki,
untuk meningkatkan produktivitas mereka, dan juga karena efek euforia yang dalam
dosis mal (juga disebut coca-akibat). Selain itu membuat lebih mudah untuk bekerja
di bawah sinar matahari yang ekstrim dan panas. Mereka yang mengambil sering,
mengunyah daun 3 sampai 10 kali per hari, sementara mereka yang mengambil
kadang-kadang hanya perlu beberapa daun untuk mendapatkan efek yang
diinginkan.

2. Piperazine
Bliss, Zoom, Jump, ESP, Inex Herbal, Legal XTC, Party Pill, atau A2 merupakan
sebagian nama untuk berbagai sediaan yang dikemas sebagai suplemen makanan
yang ternyata mengandung bahan aktif benzyl piperazine. Benzyl piperazine atau
sering disingkat BZP adalah senyawa turunan piperazine yang memiliki efek mirip
amphetamine (amphetamine like effect) namun tidak termasuk dalam golongan
narkotika maupun psikotropika sesuai Konvensi Tunggal Narkotika tahun 1961
(Single Convention on Narcotic Drugs, 1961) dan Konvensi Bahan-Bahan
Psikotropika tahun 1971 (Convention on Psychotropic Substances, 1971)
BZP menjadi polemik pada beberapa tahun belakangan ini. Berbagai pro dan kontra
BZP timbul karena potensi risiko kesehatan dan sosial akibat penggunaannya

dibandingkan

dengan

manfaatnya

yaitu

sebagai

alternatif

substitusi

bagi

penyalahguna Amphetamine Type Stimulant (ATS) seperti MDMA (ekstasi)

3. LSD

LSD ditemukan pada tahun 1938 oleh Albert Hoffman seorang ahli kimia
dari sebuah perusahaan farmasi Sandoz Laboratory. LSD memiliki kode awal LSD-25
dan dijual pertama kali dengan nama Delysid. LSD dipasarkan sebagai bagian dari
psikoterapi.
Pada tahun 60-an, LSD digunakan untuk terapi para alkoholik dan
hasilnya cukup menakjubkan. 60% dari pecandu alkohol, setelah 6 bulan perawatan

dengan LSD mengalami penurunan drastic dalam mengonsumsi alkohol, dan setelah
satu tahun bahkan berhenti sama sekali dari alkohol.
Beberapa percobaan lain adalah LSD mengurangi tingkat stress dari
pasien kanker yang merasa masa hidupnya segera berakhir, menjadi obat penghilang
rasa sakit dan meningkatkan IQ. LSD juga memiliki kemampuan meningkatkan
imajinasi dan kreatifitas. LSD, seperti obat ajaib yang mampu meningkatkan kinerja
otak secara signifikan.
Seseorang tiba-tiba menjadi pintar dan cerdas dengan mengonsumsi
LSD. Secara normal, otak hanya bekerja 10% sampai 20% dari kapasitasnya, sedang
LSD merangsang syaraf-syaraf otak hingga otak mampu bekerja 97.3% secara instan.
Dari satu lembar LSD sekitar 10 kali 10 sentimeter itu dapat disobek sebanyak 100 kali.
Tiap sobekannya sekitar 1 kali 1 sentimeter, cukup diletakkan di bawah lidah.
4. Ectasy Herbal

Herbal Ecstasy adalah istilah yang digunakan untuk kombinasi dari herb yang legal,
tidak mahal, dan dipasarkan sebagai natural high. Di beberapa negara, herbal
ecstasy dapat dibeli di toko obat, toko musik, dan toko-toko lainnya dengan nama
brand seperti Cloud 9, Rave Energy, dan Ultimate Xphoria. Sementara di sebagian
besar negara, herbal ecstasy tetap dilarang karena mengandung ephedra (ephedrine
alkaloids) yang dapat merusak sistem cardiovaskular (system peredaran darah ditubuh
kita)
Analisis :

Piperazine dan Kratom tidak termasuk dalam golongan narkotika yang ada di Lampiran
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, sedangkan LSD dan Ectasy
Herbal terdapat dalam Golongan Narkotika di Lampiran Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 yaitu
1. Golongan 1 Urutan 36 (LSD)
2. Prekursor Narkotika urutan 3 (Ephedrine Bahan Pembuat Ectasy Herbal)
Sehingga kedua narkoba baru tersebut dapat dijerat dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Sedangkan Piperazine dan Kratom dapat dijerat Undang-Undang Nomor 36 Kesehatan
Tentang Kesehatan yaitu dengan :
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)
Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya kedua jenis narkotika adalah merupakan
sediaan farmasi (sebagian besar narkotika dan psikotropika merupakan sediaan
farmasi)

Anda mungkin juga menyukai