Anda di halaman 1dari 27

1

SKENARIO 1 GIGI PALSU BU UFUF


Skenario:
Bu Ufuf berusia 59 tahun datang ke RSGM ingin dibuatkan gigi tiruan. Bu Ufuf merasa
tidak bisa makan dengan enak dan nyaman dan beberapa minggu yang lalu gigi-giginya
yang geraham atas kanan dicabut karena goyang. Bu Ufuf sebelumnya belum pernah
memakai gigi tiruan. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan umum baik.
Pemeriksaan intraoral:
Gigi 21, 24: terdapat kalkulus, karies profunda, gigi goyang 3
Gigi 26, 27, 35, 35: sisa akar
Gigi 46: karies profunda dan resesi ginggiva
Penderita mempunyai tipe kooperatif. Oklusi: tidak ada, bentuk ridge: ovoid, bentuk dalam
palatum: ovoid, torus mandibularis: kecil, torus palatines: besar, exostosis pada gigi 16, 17,
vestibulum: dalam, frenulum: tinggi, retromylohyoid: dalam, dan tuberositas maxilla (-),
OH: buruk.
Dokter gigi bermaksud membuatkan gigi tiruan lepasan baru yang retentive dan stabil
sehingga dapat mengembalikan fungsi kunyah, bicara dan estetik.

Pertanyaan:
1. Buatlah odontogram dari skenario diatas, dan tentukan diagnose pada gigi yang
tersisa!
2. Bagaimana tahapan pembuatan gigi tiruan diatas beserta penjelasannya?
Jawaban:

1. Diagnosa dari skenario diatas adalah:


Partial Edentoulus Ridge pada gigi: 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 22, 23, 25, 28, 31,
32, 33, 36, 37, 38, 41, 42, 43 44, 45, 47, 48.
Diagnosa dari setiap gigi yang tersisa adalah:
Gigi 21, 24: Periodontitis kronis
Gigi 26, 27, 34, 35: Periodontitis kronis

Gigi 46: Pulpitis reversible, gingivitis marginalis kronis


2. Tahapan dalam pembutan gigi tiruan lepasan lengkap adalah:
a. Pencetakan
Aplikasi bahan cetak:
Dalam pembuatan gigi palsu atau pembuatan pesawat ortodonthi, pekerjaan
yang

pertama-tama

dilakukan

adalah

membuat

pengambilan

cetakan.

Cetakan adalah suatu keadaan tiruan negatif yang di ambil dari suatu benda atau
objek dengan memakai suatu bahan cetakan darimana akan diperoleh atau
dibuat suatu model yang merupakan suatu hasil tiruan yang positif.
1.

Cetakan ada dua macam:


Cetakan Anatomis
Yaitu cetakan dari gigi geligi , processus alveolaris , palatum dan sebagainya

2.

dalam garis besarnya.


Cetakan Fungsional
Yaitu cetakan dari rahang dimana batas selaput lender yang bergerak dan
tidak bergerak harus diperhatikan.
Cara mencetak:
Alat-alat yang dibutuhkan untuk mencetak tergantung pada bahan cetak yang
kita gunakan. Pasien harus duduk dalam posisi yang sebaik-baiknya dan dalam
keadaan rileks (punggung dan belakan kepala terletak satu garis). Pasien disuruh
agar bernapas melalui hidung. Mulut jangan dibuka terlalu lebar karena bibir
otomatis tertutup. Mencetak biasanya dimulai dari rahang bawah karena tidak
atau sedikit memberikan rangsangan untuk muntah karena tidak mengenai
palatum molle.
- Mencetak Rahang Atas
Sebelum memilih sendok cetak yang tepat terlebih dahulu dilihat dengan teliti
besar dan bentuk rahangnya. Kemudian kita pilih sendok cetak yang sesuai
dengan keadaan rahang atas yang akan dicetak. Penderita didudukkan dan tinggi
kursi di atur sedemikian rupa sehingga mulut pasien setinggi siku yang
mencetak. Sendok cetak dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri

membuka ujung mulut sebelah kiri. Lalu sendok cetak dimasukkan ke dalam
mulut pasien secara berputar pada sudut mulut kanan pasien sampai gagang
sendok cetak terletak pada satu garis dengan hidung pasien. Jangan menekan
sendok cetak sebelum posisinya betul. Kemudian sendok cetak ditekan ke atas
terlebih dahulu pada region depan kemudian di bagian belakang sampai sendok
cetak ini sejajar dengan lantai. Pada bagian vestibulum dapat dipakai jari
telunjuk kanan untuk menekan atau menaikkan bahan cetak ke bagian fornix.
Bibir dapat ditarik ke bawah dan dilepaskan kembali. Kemudian sendok cetak
ditahan dengan tekanan yang konstan dan ditunggu pengerasan bahan cetak
selama 2-3 menit. Setelah bahan cetak keras sendok dikeluarkan dari mulut
sejajar denan sumbu gigi.
- Mencetak Rahang Bawah
Pada garis besarnya sama dengan rahang atas hanya operator berdiri dimuka
kanan pasien. Rahang bawah harus sejajar dengan lantai , dengan jalan
mensejajarkan garis dari mulut ke tragus lantai . Sendok cetak yang telah diisi
dengan bahan cetak harus dibalik terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
mulut pasien. Setelah sendok berada dalam mulut dengan posisi yang tepat,
pasien kita suruh mengangkat lidahnya dan sendok cetak ditekan.
Cetakan yang baik:
Untuk mengetahui baik atau tidaknya cetakan perlu diketahui dan di dapat pada
cetakan bentuk anatomi daripada rahang yang di cetak, yaitu:
-

Untuk rahang atas:


a. Labial frenulum, yaitu lipatan membran mukosa digaris median, setelah
anterior dari incisivus sentral atas, meluas dari bagian dalam bibir atas
b.
c.
d.
e.

kea rah prosessus alveolaris.


Bukkalis frenulum, yaitu lipatan membran mukosa dibagian pipi.
Tuber maxillare, yaitu tonjolan maxille atau bagian ujung dari gigi.
Palatum, yaitu langit-langit dirongga mulut
Vestibulum/fornix, yaitu saluran penghubung, ruang antara permukaan
bukal dan labial gigi serta gingival dan bagian dalam pipi serta bibir.

f. A-H Line, Rahang atas dibagian palatum.


- Untuk rahang bawah:
a.
b.
c.
d.

Labial frenulum
b.Bukkalis frenulum
Lingual frenulum
Trigonum retromolar, batas selaput lendir yang bergerak dengan yang

tidak bergerak
e. Vestibulum/fornix.
Pembuatan Model/Cast:
Model adalah suatu produksi benda / objek yang diperoleh dengan mengisi
bentuk negatifnya. Ada dua macam model, yaitu:
1) Study model (model pemeriksaan)
2) Work model( model kerja).
Study model dibuat dengan gyps biasa (Plaster of paris) dipergunakan untuk
mempelajari keadaan mulut diluar mulut penderita. Work model dibuat dengan
gyps keras dan dipergunakan untuk tempat mengerjakan pembuatan gigi palsu
atau pesawat. Kalau bahan cetak yang digunakan adalah impression plaster
maka sebelum diisi dengan gyps atau dental stone, cetakan harus diberi
separating medium,missal air. Semua cetakan harus diisi secepat mungkin untuk
menghindarkan terjadi perubahan dimensi dari cetakan.
Cara mengisi cetakan:
Untuk rahang atas Setelah gyps dicampur dengan air dan di aduk sampai
homogeny kemudian dituangkan pada bagian yang paling tinggi (daerah
palatum) , sambil mengetok-ngetokkan sendok cetak di atas rubber bowl untuk
mencegah terjadinya gelembung-gelembung udara yang menyebabkan poreus.
Untuk rahang bawah, pengisian dilakukan dari satu sisi gigi kanan atau kiri pada
bagian distal, sambil diketok-ketok seperti pada rahang atas, supaya mengalir ke
bagian-bagian yang lain. Bila seluruh cetakan sudah diisi dengan gyps maka
cetakan dibalik dan ditempatkan di atas setumpukan gyps yang sudah ditaruh di
atas meja yang beralaskan kertas besar. Dengan demikian diperoleh dasar model
dengan tebal secukupnya.
Cara Mengeluarkan Model dari Cetakan:

Setelah gyps keras model dapat dikeluarkan dari cetakan dengan jalan:
Jika bahan cetak yang dipakai adalah stentz maka model dapat dikeluarkan dari
cetakan dengan melunakkan impression compoundnya dalam air panas kurang
lebih 60 C. Kemudian dilepaskan dengan pisau mulai dari daerah vestibulum
semua sisi, bagian oklusal dan insisal. Jika bahan cetaknya gyps (impression
Plaster) dapat dilepaskan dengan membuat parit dibagian prosessus alveolaris
dan dicungkil dari bagian bukal dan labial pada pinggir cetakan. Sedangkan
pada bagian palatum dapat dengan sendirinya dikeluarkan keseluruhannya.
Jika cetakan dengan bahan cetak alginate dapat dibuka dengan menyiramkan air
dari kran ke bagian distal cetakan, sambil menggerak-gerakkan model agar lepas
dari bahan cetak.
b. Pembuatan design
a) Buat lekuk pengontrol pada dasar model kerja.
Dengan tujuan agar keadaan model rahang pada artikulator waktu
penyusunan gigi geligi sesuai dengan keadaan model rahang sesudah gigi
geligi tiruan lengkap disalin dengan akrilik pada waktu kita melakukan
grinding selektif. Tekniknya:
-

Lekuk pertama diletakkan pada garis tengah dasar belakang model kerja

rahang atas dan bawah.


Lekuk kedua dan ketiga diletakkan tepat dibawah frenulum bukalis kiri
dan kanan dari dasar model kerja rahang atas dan bawah.

b) Pembuatan kawat penguat


Tujuannya ialah agar occlusal rims / galangan gigit atau trial denture yang
akan dicoba dalam mulut pasien pada waktu menentukan M.M.R (Maxilo
Mandibular Relationship) tidak berubah atau patah landasannya. Pemakaian
kawat penguat hanya apabila landasan gigi geligi tiruan terbuat dari malam.
Caranya:
-

Sebelum kita membuat kawat penguat, kita harus menggambar batasbatas perluasan landasan gigi geligi tiruan dahulu pada model rahang
baik untuk rahang atas maupun tahang bawah.

Untuk rahang atas: gambar letak kawat penguat kira-kira 1-2 mm


didepan batas posterior lalu kita buat kawat. Kawat tersebut berkontak
pada model rahang dan panjang kawat kira-kira 2-4 mm di bawah lingir
rahang.

Untuk rahang bawah: gambar letak kawat penguat kira-kira ditengah


antara puncak lingir dan batas inferior sayap lingual. Panjang kawat
tidak boleh melebihi bagian distal gigi molar pertama.

c) Penarikan garis tengah model kerja rahang atas dan bawah


Untuk mendapatkan garis tengah pada model rahang, kita harus mempunyai
3 buah patokan tetap, dimana dari ke 3 titik yang dihubungkan tersebut baru
diperoleh satu garis tetap.
Garis tengah model rahang atas adalah garis yang ditarik melalui:
-

Frenulum labial atas.

Titik pertemuan rugae palatinus kiri kanan.

Titik tengah antara 2 fovea palatinus.

Garis tengah model rahang bawah adalah garis yang ditarik melalui:
-

Frenulum labial bawah.

Titik tengah rahang bawah.

Frenulum lingual.

d) Penarikan garis puncak lingir


Gambar puncak lingir model kerja penting sekali karena pada waktu
menyusun gigi, pedoman kita ialah gigi geligi harus terletak diatas puncak
lingir, bila tidak makan saat artikulasi gigi geligi tiruan akan lepas yang
disebabkan karena daya kunyah tidak jatuh pada puncak lingir rahang.
Puncak lingir model rahang atas melalui titik-titik:
-

Titik kaninus atas.

Titik notch / lekukan pterygo maxilaris.

Titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah.

Puncak lingir model rahang bawah melalui titik-titik:

Titik kaninus bawah.

Titik retromolarpad.

Titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah.

c. Penentuan Dimensi Vertikal dan Oklusi Sentris


- Membuat bentuk landasan
- Membuat tanggul malam
- Membuat galangan gigit
- Uji coba galangan gigit rahang atas dan rahang bawah
- Penerapan rumus dimensi vertical
- Penentuan oklusi sentrik
- Menarik garis-garis orientasi
- Pemasangan model dalam articulator
d. Penyusunan gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigianterior atas, gigi
anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1 bawah dangigi posterior bawah lainnya.
Dengan syarat utama :
- Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi
1. Inklinasi mesio-distal
2.Inklinasi anterio-posterior atau inklinasilabio/bukopalatal/lingual sesuai
dengan kecondongan tanggul gigitan.
Bilaterlalu kelabial akan tampak penuh dan bila terlalu kepalatal akan
tampak ompong
.- Dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang- Penyusunan gigi harus
disesuaikan dengan keadaan lingir, pada pasienyang sudah lama ompong sering sudah
terjadi resopsi linger.
- Resopsi pada

lingir

atas

berjalan

menyebabkan bibir jatuh dan tampak masuk,

keatas

dan

kepalatal

yang

maka penyusunan gigi tidak di

lingir tapi lebih kelabial dan sebaliknya, resopsi lingir bawah mengarah ke
anterior sehingga penyusunan gigi lebih kelingual. Berhubung dengan tujuan
pembuatan geligi tiruan ialah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi bicara
dan estetik, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam penyusunan gigi:
a. Inklinasi atau posisi setiap gigi
b. Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangganya dan gigi antagonisnya.
c. Hubungan kontak antar gigi atas dan bawah yaitu hubungan :
1. oklusi sentries

2. oklusi protusiv
3. sisi kerja
4. sisi yang mengimbangi
d. Overbite dan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan rahang yang normale.
Estetik :
1. bentuk gigi hendaknya sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bentuk kepala,
bentuk muka, dan jenis kelamin.
2. Besar gigi sesuai dengan besar kecilnya lengkung rahang.
3. Susunan gigi tiruan hendaknya dibuat sewajar mungkin agar bila kelak geligi
tiruan dipakai kelihatan wajar.
4. Profil pasien yang menyangkut ketepatan dimensi vertikal dan oklusisentrik
kita tentukan. Dimensi vertikal yang terlalu rendah atau terlalutinggi akan merubah
profil pasien.
Tahap Laboratoris
Pemasangan gigi anterior
Rahang atas :
11, 21: axisnya bersudut 5 terhadap midline, incisal edge menyentuh bite rim
RB, bagian 1/3 labial agak depresi
12, 22: axisnya bersudut 10 terhadap midline, incisal edge berjarak 2 mm dari
bite rim RB, permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim
13, 23: axisnya sejajar dengan midline, puncak cuspis menyentuh bite rim RB,
bagian 1/3 labioservikal lebih prominent
Rahang bawah :
31, 41: bagian serviks labial sedikit depresi, sumbu gigi tegak lurus bidang
incisal, perhatikan over jet dan over bite
32, 42: axisnya sedikit miring ke mesial, labial tegak lurus bidang incisal,
letaknya diantara gigi 1 dan 2 rahang atas
33, 43: axisnya miring ke mesial, bagian servikal permukaan labial lebih
prominent, letaknya antaragigi 2 dan 3 rahang atas
Tahap Klinis

10

Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior. Urutan


pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang bawah.
Setelah itu try in untuk gigi depan atas dan gigi depan bawah, kemudian
diperiksa :
1. Overbite dan overjetnya (2-4 mm),
2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
3. Garis ketawa (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat tertawa)
4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)
Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri. Setelah gigi anterior
dipasang maka dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas kemudian gigi
posterior rahang bawah.
Tahap Laboratoris
Pemasangan gigi posterior harus disesuaikan dengan :
1)

Kurva anteroposterior yang terdiri dari :

a)

Bidang horizontal tempat disusunnya gigi 4 5

b)

Bidang oblique tempat disusunya gigi 6 7

2)
a)

Kurva lateral yang terdiri dari :


Bidang tegak yang terbentuk dari garis singgung pada occlusal bite rim,
dimana permukaan bukal gigi premolar ditempatkan

b)

Bidang dengan sudut penyimpangan 6dari bite rim ke arah palatal,


dimana terletak permukaan bukal gigi molar.
Pemasangan gigi posterior:
Urutan pemasangan :
14, 24 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal, tonjol bukal dan
lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal menggantung.
15, 25 : axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal, tonjol mesio palatinal
menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung.

11

16, 26 : axisnya miring ke mesial, tonjol mesiopalatinal menyentuh bidang


oklusal, tonjol mesiobukal, distobukal dan distopalatinal dinaikkan 0,5 mm dari
bidang oklusal
17, 27 : axis lebih miring dari 16 26, tonjol mesiobukal dan mesiopalatal
menggantung 1 mm daripada tonjol mesiobukal dan mesiopalatal

6 tonjol

distobukal dan distoplatal lebih menggantung daripada tonjol distobukal dan


distopalatal 6
Untuk pemasangan gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan :
a)

Kurva Von Spee ke arah antero posterior. Kurva Von Spee yaitu
kurva imaginer antero-posterior dimana terdapat bidang horisontal yang
merupakan tempat disusunnya gigi premolar superior pertama dan premolar
superior kedua sedangkan tempat disusunnya gigi molar superior pertama dan
molar superior kedua dalam bidang oblik.

b)

Kurva dari Wilson ke arah lateral kiri dan kanan


Gigi rahang bawah yang pertama kali dipasang adalah gigi 36 46.
Penyusunan gigi posterior bawah harus disusun sedemikian rupa sehingga
terbentuk lengkung Manson. Kurva Monson atau kurva lateral yaitu bidang
yang terbentuk dari garis singgung pada oklusal bite rim dimana permukaan
bukal gigi premolar ditempatkan dan bidang dengan sudut penyimpangan 6
dari bite rim ke arah palatal dimana terletak permukaan bukal gigi molar.
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.
Tahap Klinis
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu
dilakukan pengamatan pada :
a. Oklusi
b. Stabilisasi dengan working side dan balancing side
c. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
d. Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, d, v dan lain-lain sampai tidak
ada gangguan

12

e. Wax Counturing
Modelir malam ( wax contouring/waxing ) dari gigi tiruan ialah
membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga harmonis
dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi
dan jaringan lunak mulut. Sehingga kontur geligi tiruan malam yang sama
dengan kontur jaringan lunak dalam mulut akan menghasilkan geligi tiruan yang
stabil, menjaga denture pada tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot
orofasial penderita. Trial Denture adalah geligi tiruan malam yang sudah
dilakukan waxing, dan dicoba didalam mulut pasien untuk melihat estetik,
fonetik dan fungsinya. Trial denture harus sudah seperti geligi tiruan jadi,
demikian juga mengenai tebal, batas-batas perifer dan anatomisnya. Lebih rapi
trial denture berarti lebih mudah pekerjaan flasking, packing, dan finishingnya.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi modeler malam dari pembuatan
gigi tiruan penuh adalah: Meniru jaringan lunak seakurat mungkin, tidak
berlebihan. Tepi-tepi labial dan bukal harus mengisi vestibulum Lekukan harus
memberi tempat perlekatan membrana mukosa, seperti frenulum Sayap Gigi
Tiruan harus harmonis dengan pipi dan bibir serta lidah Bagian palatum harus
meniru palatum pasien, termasuk rugae.
Fungsinya, bentuk permukaan poles gigi tiruan mempengaruhi retensi dan
estetika dari gigi tiruan. Permukaan malam di sekeliling gigi dikenal sebagai
bagian seni dari permukaan poles, dan untuk keperluan estetika harus meniru
bentuk jaringan disekeliling gigi asli. Setiap bentuk ukiran gusi yang berlebihan
atau tampak tiruan akan terasa aneh. Tetapi sedikit penonjolan akar untuk
meniru gigi asli dapat dibuat. Bentuk basis antara gigi dan tepi gigi tiruan harus
dibuat agar dapat membantu retensi yang diberikan oleh gaya mekanis dari otot
dan jaringan.
Daerah yang dimodelir :

13

a. Bagian anatomis : dibentuk sama dengan tebal tepi cetakan. Membuat


bagian ini sedikit lebih tebal masih dapat diterima, untuk mengimbangi
kemungkinan pengasahan basis pada waktu dipoles.
b. Bagian bukal dan labial : dibuat tebal pada RA dan RB.
c. Bagian palatal : dibuat tipis,untuk menyediakan ruang yang cukup bagi
lidah.
d. Sayap lingual RB : harus setipis mungkin kecuali daerah tepinya (harus
cukup tebal).
e. Permukaan lingual RB : dibuat agak cekung tetapi kecekungannya tidak
f.
g.
h.
i.

sampai di bawah permukaan lingual gigi.


Permukaan palatal RA : harus dibuat sama tebal yaitu 2,5 mm.
Prominance: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.
Servikal: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.
Distal RA: sampai tuberositas maksilaris.
Ada 2 cara memodelir malam :
Cara Langsung
a) Membentuk kontur gusi secara langsung dilakukan dalam dalam
mulut pasien pada saat dilakukan uji coba geligi tiruan malam.
Ketebalan sayap dikurangi dan diganti dengan malam lunak lalu
tempatkan kembali dalam mulut pasien.
b) Untuk bagian fasial : pasien diminta untuk mengerut-ngerutkan
bibirnya dan pipinya kita gerakkan. Untuk bagian lingual : pasien
diminta menggerakkan lidahnya kesemua arah. Dengan demikian
malam lunak akan mengikuti bentuk otot saat berfungsi dan
ketebalannya sesuai dengan ruangan vestibulum dalam keadaan
berfungsi.
c) Setelah tampak hasilnya baik, secara hati-hati geligi tiruan malam
dikeluarkan satu persatu dari mulut pasien dan segera dicelupkan
dalam air es agar permukaan malam lunak tidak mengalami
perubahan. Hasilnya akan lebih akurat daripada yang secara tidak
langsung.
Cara tidak langsung
Membentuk kontur gusi secara tidak langsung yang paling sering dan
lazim dilakukan:

14

a. Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model


kerja sambil disesuaikan dengan bentuk cetakan akhir rahang.
2. Lunakkan lempeng lilin (lebar 1 cm) di atas lampu spiritus
sampai lunak dan bisa dibentuk.
b. Tekankan lilin lunak tersebut pada bagian bukal dan labial dari
geligi tiruan atas dan bawah sampai sekitar leher gigi dan bentuk
dengan tekanan jari (keret penghapus yang dibentuk).
c. Tunggu lilin sampai mengeras, kemudian dengan lecron/wax
carver/ pisau malam, dipotong lilin disekitar garis servikal dengan
sudut 45.
d. Bentuk alur tonjoan akar dari setiap gigi, alurnya makin kearah
apikal makin sempit, kadang-kadang tidak jelas.
e. Daerah interproksimal harus sedikit cembung, meniru daerahdaerah interdental papilla sehingga higienis serta mencegah
pengendapan sisa-sisa makanan dan plak.
f. Penyelesaian bagian posterior :
ATAS : daerah bukal sampai menutupi tuberositas (sedikit
cembung) dan daerah palatal sampai garis A-H yaitu antara
mukosa bergerak dan tak bergerak.
BAWAH : daerah bukal bila resorpsi sampai minimal, biasanya
didaerah molar di buat cekung dan daerah lingual dibuat cekung
untuk ruang gerak lidah.
g. Bentuk rugae pada langit-langit.
h. Bentuk postdam pada model kerja.
i. Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam dengan
melewatkan di atas apa/ digosok dengan kain sutra sampai kilat.
j. Buat stippling seperti keadaan jaringan yang sehat dengan
menggunakan sikat yang berbulu kaku.
k. Bila keadaan rahang pasien sangat protrusive, sayap labialnya
dibebaskan dan di buatkan lidah-lidah. Linggir regio gigi anterior
atas dari model rahang diradir sedikit, sehingga ketika geligi tiruan
dipakai akan menekan gusi dan kelihatan gigi seolah-olah keluar
dari gusi (estetik lebih baik).

15

l. Bila bagian lingual dan palatal terlalu tebal dapat mengganggu


bicara dan bila bagian lingual geligi tiruan terlalu mencuat maka
lidah dapat mengangkat geligi tiruan sehingga geligi tiruan tidak
stabil.
m. Sayap labial harus duduk dengan baik sekitar frenulum labialis,
dibuat labial notch.
f. Flasking
Flasking adalah suatu proses penanaman model dan trial denture malam
dalam suatu flask/cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian bawah
dibuat dengan menanam model dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2 adukan
stone yang terpisah di atas denture malam. Proses ini dilakukan untuk
memampatkan dan memproses resin akrilik saat pembuatan landasan gigi tiruan
dan alat-alat prostetik lainnya. Prosedur flasking antara lain:
1. Gigi tiruan malam lengkap dicekatkan pada modelnya, lalu dilepaskan dari
articulator.
2. Pilih flask dengan ukuran yang disesuaikan, lihat ada jarak model dengan
dinding flask minimal 1/8 inchi dan tinggi gigi atau jarak gigi dengan tutup flask
minimal inchi. Gambar . Flask A = tutup; B = Setengah bagian atas; C =
Setengah bagian bawah; D = sumbat.
3. Sebelum melakukan flasking poles bagian dalam flask dengan lapisan vaselin
tipis dan plug/sumbat bawah flask diletakkan. Atau menggunakan 0.003 inci
tinfoil agar dicegah melekat dengan gips, dan proses deflasking mudah
dilepaskan dari gips/stone.
4. Tepi/dasar model dikuas dengan separating medium yaitu air sabun.
5. Adon gips, tuang k flask bawah, lalu tanam model. Ketika mulai mengeras
rapikan.
6. Tunggu hingga benar-benr mengeras. Cat bagian gips tadi dengan air sabun.
7. Adon stone dan kuaskan pada gigi dan malam gigi tiruan sambil digetarkan.
Pasang flask atas tanpa tutup, lalu isikan stone ke dalam flask hingga menutupi
oklusal gigi.

16

8. Setelah mengeras adon stone kembali dan tuang hingga flask penuh. Tutup
kemudian press hingga kontak antar metal flask.
9. Stone telah mengeras. Rendam flask dan press dalam air mendidih selama 5
menit. Keluarkan dan buka flask perlahan-lahan.
10. Buang malam, semua gigi tinggal di mold bagian atas. Siram dengan air
mendidih hingga malam benar-benar bersih. (boiling out).
11. Menunggu flask dingin, persiapkan posterior palatal seal dan daerah-daerah
yang akan direlief pada model atas.
12. Untuk mencegah cairan resin terserap ke permukaan mold, poles mold
dengan cairan tinfoil untuk menseal porositas dari stone. Cairan tinfoil dicoating
segera setelah malam bersih dan kering serta mold masih hangat sehingga cairan
tinfoil akan kering dan segera melekat pada stone. Proses ini harus
menghasilkan permukaan yang halus dan mengkilap.
Macam cara flasking: 1. Pulling the casting seperti cara di atas. Setelah
boiling out, gigi akan ikut pada flask atas. (+) memulaskan separating medium
dan packingnya lebih mudah, seluruh mold tampak. (-)ketinggian gigitan sering
tidak dapat dihindari. 2. Holding the casting abial gigi ditutup stone/gips
sehingga setelah boiling out akan terlihat seperti gua kecil.pada waktu packing
adonan akrilik harus melewati bagian bawah gigi untuk mencapai daerah sayap,
yang disebut packing through. (+) mencegah ketinggian gigitan. (-)
memulaskan separating medium dan boiling outnya sulit.
g. Moulding
Molding merupakan suatu proses pembuatan cetakan atau mempersiapkan
ruang untuk pengisian akrilik. Cara memolding:
(1) Setelah gips pada cuvet lawan mengeras, dapat diperiksa dengan membuka
tutup atas cuvet, buka kuvet tersebut, maksudnya cuvet antar antagonisnya.
(2) Buang wax dengan menyiramkan air mendidih.
(3) Olesi bahan separasi, jangan sampai mengenai anasir gigi tiruan.

17

h. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.
Memiliki dua metode yaitu: dry method dengan mencampur monomer dan
polimer langsung di dalam mold, dan wet method dengan mencampur monomer
dan polimer di luar mold dan bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan
dalam mold. Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:
1. Wet sand / sandy stage
2. Puddle sand
3. Stringy / sticky stage
4. Dough / packing stage
5. Rubbery stage
6. Stiff stage
Packing dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Packing untuk cara Flasking: holding the casting
a. Polimer dicampur ke dalam monomer dalam mixing jar, lalu aduk perlahanlahan sebentar
b. Tutup mixing jar rapat-rapat, tunggu hingga dough stage
c. Ambil sedikit akrilik, lalu tekankan perlahan-lahan masuk ke dalam sayap,
hati-hati gigi jangan sampai lepas, dengan jari dibungkus kertas cellophane.
d. Sisa adonan diletakkan di tengah mold lalu ratakan ke tepi, tutup dengan
kertas cellophane yang demek tak berair lalu pasang flask atas dengan tutupnya.
Press.
e. Yang selanjutnya sama
2. Packing untuk cara Flasking: pulling the casting
Dalam hal ini gigi berada di bagian atas sehingga meletakkan adonan akrilik
agak berbeda. Adonan akrilik dibagi dua, sebagian besar diletakkan pada mold
flask bawah dan sisanya di atas gigi yang berada di flask atas lalu tutup dengan
diberi kertas cellophane di antaranya. Press. Langkah selanjutnya adalah:

18

1. Flask dikeluarkan dari press, dibuka hati-hati dan cellophane dibuang.rapikan


kelebihan akrilik. Tambahkan sedikit resin pada landasan gigi tiruan di 3 atau 4
tempat, taruh cellophane demek yang baru tutup kemudian press. Lakukan ini
3x hingga mold terisi padat, semua kelebihan resin dibuang dan bagian-bagian
flask metal to metal. Trial closure. 2. Sebelum final closure, tinfoil dipasang dan
ulasi tinfoil cair pada permukaan model flask bawah Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada prosedur packing: 1. Suhu dari flask:sama dengan
temperature kamar
2. Perbandingan dan lamanya waktu mencampur monomer dengan polimer:
sesuai aturan pabrik. Biasanya 1:3 atau 1:4 3. Menentukan packing time: yaitu
waktu yang tepat untuk memasukkan adonan akrilik ke dalam mold. Bila masih
lengket dan seperti berserabut belum bisa di packing. Tunggu hingga benarbenar lepas dengan mudah.
i. Curing
Pemakai gigi tiruan selalu mengharapkan gigi tiruan dapat berfungsi
selama mungkin dengan memuaskan seperti pada saat pertama digunakan.
Untuk tujuan tersebut, digunakan bahan yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan. Bahan yang paling sering digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan
adalah resin akrilik. Bahan resin akrilik yang digunakan untuk pembuatan basis
gigi tiruan umumnya adalah resin akrilik polimerisasi panas (heat-cured).
Sedangkan resin akrilik polimerisasi dingin (cold cured) umumnya digunakan
sebagai bahan reparasi. Resin akrilik adalah bahan yang paling sering digunakan
untuk pembuatan geligi tiruan, tetapi apabila proses kuring tidak tepat maka
kandungan monomer sisa resin akrilik akan tinggi (Combe 1992. Anusavice
1996).
Resin akrilik dan proses kuringnya telah dimodifikasi tidak hanya untuk
memperbaiki sifat fisik dan mekanik tetapi juga memperpendek waktu kerja.
Proses kuring untuk resin akrilik yang digunakan sehari-hari adalah secara
konvensional yaitu pemanasan air tetapi tidak menggunakan curing unit. Proses

19

kuring merupakan hal yang sangat penting untuk menghasilkan gigi tiruan yang
memenuhi persyaratan diantaranya kandungan monomer sisa yang rendah.
Proses kuring pada resin akrilik terdapat beberapa cara yaitu dengan cara
konvensional (kuring dengan pemanasan air), radiasi gelombang mikro dan
sinar tampak (visible light). Kandungan monomer sisa yang tinggi akan
mengiritasi jaringan mulut (ali dkk 1986), dapat dikatakan bahwa resin akrilik
tersebut tidak biokompatibel, karena salah satu syarat suatu bahan yang
dikatakan biokompatibel adalah tidak iritasi (Craig 1997).
Akhir-akhir ini berkembang resin akrilik rapid heat cured yang hanya
memerlukan waktu 20 menit untuk proses kuring pada suhu 100oC, tatapi tidak
ada informasi tentang kandungan monomer sisa. Craig (1997) mengatakan
bahwa resin akrilik rapid heat cured mempunyai dua cara aktivitas yaitu secara
kimia dan panas, sehingga diharapkan porositas dan kandungan monomer sisa
minimal. Pada penelitian terdahulu belum ada informasi tentang jumlah
monomer sisa yang terkandung dalam resin akrilik sebagai standar yang bersifat
biokompatibel.
j. Deflasking
Merupakan proses pengambilan hasil pekerjaan, baik berupa protesa (gigi
tiruan) atau retainer. Deflasking merupakan tahap yang cukup penting, maka
kita harus berhati-hati dalam melakukannya karena akan berakibat fatal jika
gagal dan dapat mengakibatkan kerusakan pekerjaan yang telah kita lakukan.
Jadi, harus benar-benar diperhatikan langkah-langkahnya, yaitu:
a. Setelah kuvet sudah direndam sampai dingin, kita mencoba membuka kuvet
atas dan kuvet bawah. Jika susah dibuka, kita bisa membukanya dengan bantuan
lee-crownmess atau wax mess pada ketiga ujung kuvet.
b. Melepas hasil pekerjaan bisa dilakukan dengan menggergaji, tetapi akan
dikhawatirkan merusak hasil pekerjaan itu sendiri jika tidak berhati-hati.
Namun, ada cara yang lebih aman, yaitu dengan merendamnya hingga
semalaman (over night), maka gips akan menjadi jenih sehingga menjadi
melunak. Kita dapat membukanya dengan bantuan wax mess atau lee-crown
mess.

20

k. Pengasahan
Pengasahan selektif ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi
dengan mengasahnya pada tempat-tempat selektif/ terpilih sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal yang
menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan normal hingga relasi sentris.
Pada saat pemasangan geligi tiruan dalam articulator di laboratorium, dimensi
vertikal oklusal ditetapkan kembali dengan pengasahan selektif. Oklusi
harmonis dan seimbang merupakan salah satu faktor pertimbangan penting pada
pembuatan geligi tiruan. Jadi pengasahan selektif merupakan suatu proses yang
sangat tepat yang tidak boleh dicoba-coba tanpa suatu pemahaman terhadap
oklusi yang seimbang dan pengasahan selektif. Kecuali dengan mengurangi
tempat yang tepat dari setiap kontak yang menyimpang, perbaikan terhadap
oklusi seimbang tak mungkin dilakukan.
Sebenarnya pengasahan selektif dapat disempurnakan oleh seorang
operator gigi atau seorang tekniker gigi dibawah pengawasan langsung dokter
gigi. Langkah awal dari pengasahan selektif adalah selalu untuk memperoleh
kembali dimensi vertikal oklusal. Oklusi seimbang merupakan syarat utama
pada penyusunan gigi yaitu pada pergerakan fungsionil gigi-gigi belakang
bawah bergeser dengan halus diantara cusp dan slope gigi-gigi belakang atas.
Karena hal ini tidak saja berpengaruh terhadap kesehatan jaringan dibawah
geligi tiruan dan temporo-mandibular joint tapi juga menjamin kestabilan geligi
tiruan dan kesejahteraan pasien.
Kaedah dalam pengasahan selektif, yaitu:
- Jangan mengurangi holding cusp (cusp palatal gigi RA).
- Jangan mengurangi holding cusp (cusp bukal gigi RB).
- Jangan memperdalam fossa manapun.
Prosedur Pengesahan Selektif:
Koreksi Oklusi Protrusif Apabila ketepatan pemasangan kembali model di
artikulator dan penyetelan kondilar diragukan, maka dibuat catatan protrusif

21

yang baru. Kesalahan oklusi protrusif, yaitu kontak prematur di regio gigi
insisivus.
Koreksi :
Pengasahan bagian palatal gigi insisivus atas.
Gigi insisivus bawah dipendekkan bila memungkinkan (tidak mengganggu
estetis).
Kesalahan pada oklusi sentrik. Macam-Macam Kesalahan pada Oklusi Sentrik :
1. Pasangan gigi manapun yang berhadapan dapat terlalu panjang dan
menghalangi gigi yang lain untuk berkontak. Perbaikan : Fossa gigi diperdalam
(pengasahan) Tujuan : Gigi lain dapat berkontak Catatan : Tonjol gigi tidak
dipendekkan
2. Gigi-gigi atas dan bawah dapat terlalu mendekati hubungan tepi-temutepi. Perbaikan : Lereng tonjol diasah sedemikian rupa Fossa sentral
dilebarkan Tonjol lingual gigi atas dipersempit pengasahan dari sisi lingual
Tonjol bukal gigi bawah dipersempit pengasahan dari sisi bukal Catatan :
tonjol-tonjol gigi tidak dipendekkan.
3. Gigi-gigi atas mungkin terlalu jauh ke bukal terhadap gigi-gigi bawah.
Perbaikan : Tonjol lingual gigi atas dipersempit melebarkan fossa sentral.
Tonjol bukal gigi bawah dipindahkan ke arah bukal melebarkan fossa sentral.
Sehingga : Tonjol lingual gigi atas bergeser ke lingual Tonjol bukal gigi
bawah bergeser ke bukal
Catatan : tonjol-tonjol gigi tidak dipendekkan.
- Koreksi Oklusi Eksentrik Sisi kerja ( working side ) adalah sisi ke arah
mana mandibula digerakkan oleh pasien mulai dari oklusi sentrik atau sisi yang
dipakai untuk mengunyah. Sisi keseimbangan ( balancing side ) adalah sisi yang
berlawanan dengan sisi kerja atau harus menunjukkan adanya kontak tonjol
yang seimbang untuk mencegah terangkatnya gigi tiruan. Kesalahan pada oklusi
eksentrik pada sisi kerja dan sisi keseimbangan. Koreksi Pengasahan dengan
prinsip :

22

Pengasahan sisi kerja : Lereng lingual dari tonjol bukal gigi atas.
Lereng bukal dari tonjol lingual gigi bawah.
Pengasahan sisi keseimbangan : Lereng lingual dari tonjol bukal gigi
bawah.
Kesalahan yang terjadi dalam kontak oklusi di sisi kerja (Bull) :
1. Tonjol bukal atas dan tonjol lingual bawah terlalu panjang. Koreksi :
Tinggi tonjol dikurangi diasah ubah memiringan dari fossa sentral
ke puncak tonjol.
Tonjol bukal atas dan tonjol lingual bawah dipendekkan gigi
bersentuhan.
Fossa sentral tidak diperdalam.
2. Tonjol bukal berkontak, tapi tonjol lingual tidak berkontak. Koreksi :
Tonjol bukal diasah dari fossa sentral ke puncak tonjol.
Memendekkan tonjol dan mengubah lereng lingual dari tonjol agar tidak
terlalu curam.
3. Tonjol lingual berkontak, tapi tonjol bukal tidak berkontak. Koreksi :
Tonjol lingual bawah dipendekkan mengubah lereng bukal dari tonjol
lingual bawah agar tidak terlalu curam.
Tonjol lingual atas tidak dipendekkan.
Fossa sentral tidak diperdalam.
4.

Tonjol bukal atau lingual atas berada di sebelah mesial dari posisi antar tonjol.
Koreksi :
Diasah seolah-olah lereng mesial daro tonjol bukal atas digeser ke
distal ketika tonjolnya dipersempit, lereng distal dari tonjol bawah digeser ke
depan.
Inklinasi tonjol yang sama dipertahankan.

5.

Tonjol bukal atau lingual atas berada di sebelah distal daro posisi antar tonjol.
Koreksi :
Diasah bagian distal tonjol atas dan bagian mesial tonjol bawah.

23

6.

Gigi-gigi di sisi kerja tidak berkontak akibat kontak yang berlebihan pada
sisi keseimbangan. Kesalahan oklusal pada sisi keseimbangan :

1. Kontak di sisi keseimbangan terlalu berat sehingga gigi-gigi di sisi kerja tidak
berkontak. Koreksi :
Pengasahan (seminimal mungkin) tonjol bukal bawah utk
mengurangi lereng tonjol yg menghalangi kontak di sisi kerja.
Tonjol lingual tidak boleh diasah.
2. Tidak ada kontak di sisi keseimbangan. Koreksi :
Pengasahan tonjol bukal gigi atas dan tonjol lingual gigi bawah disisi
kerja.
7. Jika cusp nya ketinggian dalam oklusi sentris dan eksentris, kurangilah
ketinggian cuspnya.
8. jika cusp nya ketinggian dalam oklusi sentris tetapi tidak dalam oklusi
eksentris, perdalamlah fossanya.
l. Finishing
Menghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur resin akrilik
merupakan tahap kelanjutan dari deflasking. Semua kecuali daerah basal (yang
menempel dengan palatum untuk maxilla) harusnya halus yang mana tidak ada
daerah kasaran ataupun tonjolan. Untuk daerah basal tidak di-polishing untuk
daerah basal dengan tujuan agar bisa menempel erat dengan palatum. Daerah
basal dilingkupi resin akrilik sehingga regangan pada permukaan tidak
seimbang. Penghilangan beberapa daerah yang masih kasar pada daerah resin
akrilik yang menghadap ke lingual akan menyebabkan regangan yang semula
tidak seimbang menjadi seimbang dan akan membuat daerah basal lebih
menyatu. Semua permukaan selain permukaan basal harus dibuat semengkilat
mungkin. Pengerjaan finishing dan polishing menggunakan bur yang dipasang
pada mini drill yang juga tersambung dengan adaptor.
a. Finishing :
1. Pasang bur Arkansas di mini drill.
2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan menggerus
tonjolan atau permukaan kasar pada resin akrilik.

24

3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi


permukaan kasar.
4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi ampelas
halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin akrilik dengan
ampelas halus tersebut.
b. Polishing :
1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat resin akrilik
semakin halus dan mengkilat.
2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice (yang
dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih banyak dari air.
Poleskan pumice pada permukaan mata bur.
3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area permukaan
resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus ketika diraba.
4. Untuk membuat resin akrilik menjadi mengkilat, gunakan kain wol atau
kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok permukaan resin akrilik
dengan kain tersebut.
m. Insersi
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut.
Saat dilakukan insersi harus diperhatikan :
1.

Retensi
Retensi dapat didefinisikan sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap
pelepasannya dari mulut. Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir,
protesa lepas atau tidak.Perhatikan apakah tepi GTL mengikuti fornik, jaringan
yang bergerak harus dihindari dari plat GTL agar bebas bergerak dan tidak
melepas GTL, protesa harus berelief sesuai dengan keadaan mulut.Perhatikan
juga letak klamer C sebagai retainer langsung apakah retensinya masih kuat dan
baik.Jangan sampai terlalu kencang atau terlalu kendor agar mudah digunakan
dan pada saat dipasang dan tidak mudah terlepas.

2.

Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya

25

3.

Oklusi
Pengecekan gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan
pada oklusal gigi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti
mengunyah.Bila ada traumatic oklusi dilakukan selective grinding, yaitu
penggrindingan permukaan oklusal gigi tiruan untuk mendapatkan suatu sentrik
oklusi gigi tersebut.Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL
(pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan
pengurangan permukaan lingual dan distal pada rahang bawah).

4.

Artikulasi
Fungsi fonetik diketahui dengan pengucapan huruf s, m, r, p, d, f dan t.
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Instruksi untuk pasien :
a. Pasien dianjurkan untuk beradaptasi dengan protesa tersebut sampai biasa.
b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot dibawahnya
dapat beristirahat.
c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan dan sebelum
tidur.
d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien
dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.
e. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih
lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus
memakainya.
n. Controling
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol.
Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
1.

Pemeriksaan subyektif :

a)

Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak

b)

Ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak

26

c)

Ditanyakan apakah ada rasa sakit


2.

Pemeriksaan obyektif :

d)

Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan

e)

Diperiksa retensi dan stabilisasi

27

DAFTAR PUSTAKA
Itjingningsih W.H. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Jakarta.
Bahari Tirani. 2011. Laporan Kepaniteraan Prostodonsia: Gigi Tiruan Lengkap. FKG
UGM: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai