Anda di halaman 1dari 24

PENILAIAN PROSES BELAJAR

-MENGAJAR
PENILAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
A. Latar Belakang
Salah satu upaya dalam meningkatkan kwalitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari
peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian, Sistem penilaian
ini sangat berguna bagi kualitas hasil lulusan. Dari itu maka seorang pendidik harus
mengetahui criteria dan jenis-jenis penilian yang akan digunakan.
Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang
mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Pendidikan tidak
berorientasi kepada hasil semata, tetapi juga kepada proses. Oleh sebab itu penilaian terhadap
hasil belajar hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang dan, kalau dapat,
dilaksanakan secara simultan. Penilaian terhadap hasil belajar semata-mata , tanpa melalui
proses, cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan.
Padahal tidak mustahil kegagalan siswa tersebut disbabkan oleh lemahnya proses belajar
mengajar dimana guru merupakan penanggung jawabnya. Dilain pihak, pendidikan dan
pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus
merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Setidak-tidaknya, apa yag
dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan
kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajarnya.
Hasil belajar ang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung
menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut :
a) Kepuasan dan kebangaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrisik pada diri siswa.
Motivasi intrisik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu
sendiri. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan ia akan berjuang lebih keras
untuk memperbaikinya. Sebaliknya hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk
meningkatkan, setidak-tidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapai.
b) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu kemampuan dirinya dan percaya
bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana
seharusnya . Ia juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai apabila ia berusaha
sesuai dengan kesangupanya.
c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk
perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan untuk memperoleh
informasi dan pengetahuan lain, kemampuan dan kemauan untuk belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitasnya.

d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh ( komprehensif ), yakni mencakup ranah kognitif,
pengetahuan, atau wawasan ; ranah afektif atau sikap,dan apresiasi; serta ranah psikomotoris,
keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil belajar yang diperolehnya
sdangkan ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya. Baik
efek instruksional maupun efek nurturant atau efek samping yang tidak direncanakan dalam
pengajaran.
e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam
menilai hasil yang dicapai maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia
tahu dan sadar bahwa tinggi rendah hasil belajar yang dicapainya tergantung pada usaha dan
motivasi belajar dirinya sendiri.

Oleh sebab itu , penilaian terhadap proses belajar mengajar tidak hanya bermanfaat bagi guru,
tetapi juga bagi siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang
dicapainya.
B. Tujuan dan dimensi penilaian proses belajar-mengajar
Penilaian terhadap proses belajar-mengajarbertujuan agak berbeda dengan tujuan penilaian
hasil belajar. Apabila penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan tujuan
pengajaran (instruksional) oleh para siswa, maka tujuan penilaian proses belajar-mengajar
lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar- mengajar itu sendiri,
terutama efesiensi keefektifan-produktifitasnya. Beberapa diantaranya adalah :
a) Efesiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional.
b) Keefektifan dan relefansi bahan pengajaran.
c) Produktifitas kegiatan belajar-mengajar.
d) Keefektifan sumber dan sarana pengajaran .
e) Keefektifan penilaian hasil dan proses belajar

Sejalan dengan tujuan tersebut, dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenan
dengan komonen-komponen yang membentuk proses belajar-mengajar dan keterkaitan atau
hubungan diantara komponen-komponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai dimensi
penilaian proses belajar-mengajar setidak tidaknya mencakup :
1. Tujuan pengajaran atau instruksional
2. Bahan pengajaran
3. Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya.

4. Kondisi guru dan kegiatan belajarnya.


5. Alat dan sumber belajar yang digunakan.
6. Tehnik dan cara pelaksanaan penilaianya.

Aspek aspek yang dinilai dari komponen-komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Komponen tujuan isntruksional yang meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas
yang terkandung didalamnya, rumusan tujuan , kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah
dan waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku,
keterlaksanaan dalam pengajaran.
Komponen bahan pengajaran yang meliputi ruang lingkupnya , kesesuaian dngan tujuan,
tingkat kesulitan bahan kemudahan memperoleh dan mempelajarinya , daya gunanya bagi
siswa , keterlaksanaan sesuai dengan waktu yang tersedia , sumber-sumber untuk
mempelajarinya , cara mempelajarinya , kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan
kebutuhan siswa , prasyarat mempelajarinya.
Komponen siswa yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi,
sikap, cara belajar yang dimiliki, hubungan sosialisasi dengan teman sekelas, masalah belajar
yang dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, indetitas siswa dan
keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.
Komponen guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar ,
sikap keguruan, pengalaman engajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan
profesinya , keterampilan berkomunikasi, kepribadian , kemampuan dan kemauaan
memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan rekan
sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain yang diperlukan.
Komponen alat dan sumber belajar yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna,
kemudahan pengadaanya, kelengkapannya, maanfaatnya bagi siswa dan guru, cara
pengunaanya. Dalam alat dan sumber belajar ini termasuk alat peraga, buku sumber,
laboratorium dan perlengkapan belajar lainya.
Komponen penilaian yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan , isi dan rumusan
pertayaan, pemeriksaan dan interprestasinya, sistem penilaian yang digunakan , pelaksanaan
penilaian , tindak lanjut hasil penilaian , pemanfaatan hasil penilaian , administrasi penilaian ,
tingkat kesulitan soal, validitas dan reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi
penilaian dan perencanaan penilaian.
Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu sama lainya dan membentuk
suatu sistem. Sebagai sistem sudah barang tentu setiap komponen memberikan iuran atau
sumbangan bagi keberhasilan pengajaran sesuai dengan fungsi masing-masing. Tujuan
pengajaran berfungsi dalam menentukan arah kegiatan pengajaran sehinga dapat dijadkan

suatu patokan atau suatu kriteria dalam menetukan keberhasilan pengajaran. Bahan
pengajaran berfungsi memberi isi dan warna terhadap tujuan pengajaran serta memberi
petunjuk apa yang harus dilakukan oleh guru dan siswa. Siswa dan kegiatanya merupakan
subject sekaligus objek dalam pengajaran. Guru dan kegiatannya sebagai arsitek dan
sutradara sekaligus pelaku dalam pengajaran. Dengan demikian,siswa dan guru menjadi
prasyarat terjadinya proses pengajaran. Alat dan sumber pengajaran berfungsi sebagai
penunjang dan daya dukung terjadinya keefektifan proses pengajaran sehinga dapat
mempermudah siswa belajar dan guru mengajar. Penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui efektif atau tidaknya pengajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sekaligus berfungsi sebagai baha dalam memperbaiki tindakanpengajaran selanjutnya.
Oleh sebab itu, Penilaian setiap komponen bukan hanya keberadaannya, tetapi juga
keterkaitan aspek-aspek yang ada pada setiap komponen dan keterkaitannya antar komponen
itu sendiri. Sebagai contoh, menilai aspek-aspek yang terdapat dalam komponen guru harus
dilihat hubunganya dengan komponen siswa, bahan, dan tujuan pengajaran. Demikian pula
menilai komponen penilaian tidak terpisahkan dari komponen tujuan , bahan, siswa dan guru.
Penilaian terhadap proses belajar mengajar menjadi tugas dan tanggung jawab guru,
kepala sekolah, dan para pengawas dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan,
khususnya kegiatan belajar-mengajar, sekaligus dalam hubungannya dengan pembinaan para
guru.
C. Kriteria dalam menilai proses belajar-mengajar
Setelah menentukan dimensi-dimensi penilaian proses, tahap berikutnya adalah
menentukan kriteria, patokan, atau ukuran dalam penilaianproses belajar mengajar. Kriteria
ini penting sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar-mengajar. Telah dijelaskan bahwa
secara mum keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari efesiensi, keefektifan,
relevansi, dan produktifitasproses belajar-mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.
Efesiensi berkenaan dengan pengorbanan yang relatif kecil untuk memperoleh hasil
yang optimal.
Keefektifan berkenaan dengan jalan, upaya , tehnik, strategi yang digunakan dalam
mencapai tujuan secara tepat dan cepat.
Relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara apa yang dilaksanakan dengan apa yang
seharusnya dilaksanakan.
Produktivitas berkenaan dengan pencapaian hasil, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain
adalah sebagai berikut :

a. Konsistensi kegiatan belajarmengajar dengan kurikulum


Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai acuan apa yang
seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajaar mengajar dilihat sejauh mana acuan
tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek:
- Tujuan-tujuan pengajaran
- Bahan pengajaran yang diberikan
- Jenis kegiatan yang dilaksanakan
- Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan
- Peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan
- Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.
b. Ketelaksanaanya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat
dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan
demikian, apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana harusnya. Keterlaksanaan
ini dapat dilihat dalam hal :
- Mengkondisikan kegiatan belajar siswa
- Menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar
- Waktu yang disediakan untuk kegiatan belajar mengajar
- Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa
- Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa
- Menggeneralisasikan hasil belajar-mengajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan
belajar mengajar berikutnya.
c. Keterlaksanaanya oleh siswa
Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program
yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti.
Keterlaksanaan oleh siswa dapat dilihat dalam hal :
- Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru

- Semua siswa turut serta dalam kegiatan belajar


- Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya
- Memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan oleh guru
- Menguasai tujuan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru
d. Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan
para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar . dalam hal :
- Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
- Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
- Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
- Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
- Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan
e. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar , keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal :
- Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
- Terlibat dalam pemecahan masalah
- Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapi
- Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
- Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
- Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
- Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis
- Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

f. Interaksi guru siswa


Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubugan timbal balik atau hubungan
dua arah antara siswa dan guru dan atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar, hal ini dapat dilihat :
- Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa
- Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual
mupun secara kelompok
- Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar
- Senangtiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar
- Tampilnya guru sebagai pemberi jalan eluar manakala siswa menghadapi jalan buntu
dalam tugas belajarnya
- Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar
yang diperoleh siswa.
g. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang
profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal
bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam
menilai kemampuan ini antara lain :
- Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa
- Terampil berkomunikasi dengan siswa
- Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas
- Terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar
- Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan
h. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh
siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain :
- Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya.

- Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa


- Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah
intrusional yang harus dicapai
- Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari
bahan berikutnya.
Kriteria yang telah dijelaskan paling tidak dapat dijadikan pegangan oleh para penilai proses
belajar mengajar agar supaya memperbaiki proses belajar mengajar dapat ditentukan ebih
lanjut. Dari kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian mana yang telah dicapai
untuk kemudian dilakukan tindakan upaya memperbaikinya.
Sekalipun kriteria tersebut masih umum sifatnya, para penilaian dapat dengan mudah
mengembangkan dan menjabarkannya lebih lanjut sesuai dngan bidang studi atau
diajarkanya. Hal ini penting mengingat setiap mata pelajaran yang diberikan atau
diajarkanya. Hal ini penting mengingat setiap mata pelajaran atau bidang studi memiliki
beberapa karekteristik tertentu, baik dalam hal tujuan , bahan, metode mempelajarinya,
maupun sistem penilaianya.
D. Sumber data dan tehnik pengumpulannya
Penilaian terhadap aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar, memerlukan
sumber informasi atau sumber data dari berbagai pihak, terutama dari yang terlibat dalam
kegiatan belajar-mengajar. Sumber data yang diperlukan pada umumnya berasal dari tiga
kelompok yakini :
a. Tenaga kependidikan, terutama guru, walikelas, tenaga pembimbing dan kepala
sekolah.
b. Siswa itu sendiri
c. Para orang tua siswa
I. Tenaga kependidikan
Informasi dari guru terutama berkenaan dengan program pendidikan sebagai sumber kegiatan
belajar mengajar, komponen bahan pengaharan, karakteristik siswa dan kegiatan belajarnya,
alat dan perlengkapan belajarnya, interaksi guru siswa, kemampuan profesional guru itu
sendiri, sistem penilaian yang digunakan, hambatan dan kesulitan yang dihadapi guru dan
siswa dalam menghadapi proses belajar mengajar. Informasi dari walikelas dan guru
pembimbing berkenaan dengan karekteristik siswa, masalah yang dihadapi siswa, prestasi dan
perkembangan siswa dalam kegiatan belajarnya , karekteristik orang tuanya, dll. Informasi dari
kepala sekolah berkenaan dengan kualifikasi dan kompetesi para guru, program pendidikan,

sarana belajar, alat dan perlengkapan belajar, sistem penilaian, disiplin, peraturan atau tata
tertib sekoalh, kegiatan ekstrakurikuler, kemajuan belajarsiswa secara umum, dll.
II. Informasi dari siswa
Informasi dari siswa dari siswa terutama berkenaan dengan keadaan dan karekteristik siswa
itu sendiri, pandangan siswa mengenai bahan pengajaran serta alat dan perlengkapan belajar,
pandangan siswa mengenai cara belajar disekolah, pandangan siswa mengenai penilaian hasil
belajar, kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar, sikap gur dalam mengajar, pelayan dari
guru dan sekolah yang diterima siswa pada umumnya, dan hasil belajar yang dicapainya.
III. Informasi dari orang tua siswa
Informasi dari orang tua atau masyarakat pemakai lulusan berkenaan dengan motivasi belajar
siswa dirumahnya , cara belajar siswa, masalah yang dihadapi siswa, bantuan dan bimbingan
yang diberikan orang tua dirumahnya, fasilitas belajar yang diberikan orang tua dirumahnya,
aktivitas siswa dimasyarakat, dll.
Ketiga kelompok sumber informasi tersebut sangat perlu dibutuhkan untuk menjamin
objetivitas penilaian. Sebagai contoh, penilaian kemampuan guru mengajar tidak hanya
diperoleh dari kepala sekolah juga dapat diminta dari siswa. Demikian juga penilaian terhadap
cara belajar siswa tidak cukup dari informasi dari guru, tetapi juga dari para orang tuanya.
Dengan demikian data dan informasi bisa saling mengisi dan mmelengkapi. Persoalanya
adalah bagaimana data itu bisa diperoleh.
Ada beberapa tehnik untuk memperoleh data dan informasi mengenai proses belajar-mengajar ,
yakni antara lain :
- Kusioner dan wawancara, pengajuan secara tertulis ( kusioner) atau secara lisan
(wawancara) kepada sumber data mengenai informasi yang diperlukan . Misalnya
kepada siswa atau guru diminta pandanganya tentang kurikulum, penilaian, alat dan
perlengkapan belajar.
- Observasi atau pengamatan, yakini melihat Langsung peristiwa , kejadian, dan perilaku
guru atau siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
- Skala, baik skala penilaian ataupun skala sikap yang ditunjukan kepada guru ataupun
siswa berkenaan dngan proses belajar mengajar.
- Studi kasus, yakni mempelajari secara mendalam perilaku dan perkembangan siswa
tertentu yang mengalami kesulitan belajar, kesulitan menyesuaikan diri, kegagalan
belajar, dll. Kasus yang dialami siswa khususnya yang dialami dalam kegiatan belajar
mengajar.

- Sosiometri, yakni alat atau teknik untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial
para siswa didalam kelas.
Kusioner dan wawancara sebagai alat penilaian proses belajar-mengajar tepat digunakan
apabila ingin memperoleh informasi tentang pendapat atau dan pandangan berbagai pihak
( guru, siswa, orang tua ) mengenai komponn komponen yang berkenaan dengan proses
belajar mengajar. Pendapat dan pandangan tersebut bisa berupa penilaian, saran atau usuldan
permasalahan sehingga dapat dijadikan bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan
pengajaran.
Penilaian proses belajar mengajar melalui kusioner dan wawancara yang paling baik
dilakukan kepada siswa setelah proses belajar mengajar usai . siswa diminta pendapatnya
tentang kemampuan guru mengajar, bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, alat bantu
pengajaran , kegiatan belajarnya, cara guru menilai, dan pemahaman mengenai bahan yang
diajarkan guru. Kusioner dibuat dan disiapkan oleh guru.
Penilaian proses belajar mengajar yang dapat mengungkapketerlaksanaan kegiatan blajar
mengajar, baik oleh guru maupun oleh siswa, adalah melalui observasi proses belajar
mengajar. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh petugas khusus ( guru, walikelas,
kepala sekolah, dll ) dengan cara pengamatan dan pencatatan segala kejadian,peristiwa,
perilaku, yang tampak dalam proses jalannya kegiatan belajar-mengajar. Hasil-hasil observasi
kemudian dibicarakan oleh guru yang diobservasikan agar diketahui kekurangan dan
kelebihan sebagai bahanperbaikan dan penyempurnaan mengajar selanjutnya. Kelebihan
observasi dari wawancara atau kusioner adalah dalam hal keaslian data (informasi) karena
merupakan data primer yang diperoleh secara langsungdari pelaku yang diobservasi. Oleh
sebab itu observasi sebagai alat penilaian lainya. Skala penilaian dan skala sikap
penggunaanya hampir sama dengan kusioner , yaitu berupa pertayaan yang harus dijawab
secara tertulis.
Alat-alat penilaian tersebut termasuk kategori bukan tes atau non tes. Kelebihanya ialah
tidak hanya dapat digunakan untuk menilai hasil belajar.
Penutup
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi
juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses
belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar
siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses
belajar-mengajar
Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan
belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan
pengajaran.

Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses


belajar-mengajar seperti tuju mengajaran pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan
belajar, kegiatan mengajar guru, dan penilaian . kriteria yang digunakan dalam menilai proses
belajar mengajar antara lain ialah konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum,
keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaanya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan
siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil belajarsiswa.
Sumber data dalam penilaian tersebut adalah guru, siswa, tenaga kependidikan lainya, dan
juga orang tua siswa. Penilaianya mengunakan alat-alat bukan tes seperti kuisioner,
wawancara, observasi skala penilaian, dan sosiometri.
Daftar Pustaka
- Sudjana, Nana. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
- Arikunto, Suharsimi.(2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

SELASA, 16 MARET 2010

EVALUASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


EVALUASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A. Pendahuluan
Evaluasi dalam penyelenggaran sebuah pendidikan sangat diperlukan karena dapat menjadi alat
bantu bagi pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan di dalam kelas. Namun seringkali
pelaksanaan evaluasi dalam sebuah program pendidikan hanya dijadikan formalitas, sekedar
memenuhi aturan kedinasan atau menjawab keingintahuan orangtua akan perkembangan anaknya.
Pada tataran aplikasi, masih dijumpai guru yang memberikan nilai untuk anak didiknya yang masih
berada dalam rentang usia dini, yakni 0-6 tahun seperti layaknya memberikan nilai untuk anak usia
Sekolah Dasar, tanpa mengindahkan sisi efek kegunaan nilai dan psikologis sang anak.
Pada anak usia dini, pelaksanaan evaluasi membutuhkan kerjasama multidisipliner untuk
mendapatkan informasi perkembangan dan belajar anak yang akurat, sehingga dapat diberikan
layanan yang tepat. Karena pada hakikatnya PAUD adalah ilmu multi dan interdisipliner artinya
tersusun oleh banyak disiplin ilmu yang saling terkait, seperti Ilmu Psikologi Perkembangan, Ilmu
Pendidikan, Neurosains, Ilmu Bahasa, Ilmu Seni, Ilmu Gizi, Ilmu Biologi Perkembangan Anak dan
ilmu lain yang saling terkait dan terintegrasi untuk menyelesaikan permasalahan PAUD. Oleh
karenanya amat penting bagi guru untuk berusaha memahami seluk beluk evaluasi demi tercapainya
tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
B. Pengertian Evaluasi
Evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Soemiarti mengutip pendapat Brewer menyebutkan
bahwa penilaian adalah penggunaan sistem evaluasi yang bersifat komprehensif untuk menentukan
kualitas suatu program atau kemajuan seorang anak.
Pendidikan yang diberikan pada anak usia dini seyogyanya lebih kepada upaya optimalisasi
perkembangan anak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam hal ini setiap anak dengan
segala keunikannya tentu mempunyai perkembangan yang tidak selalu sama.
Secara garis besar alat atau teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 macam, yakni tes dan non tes.
Untuk mengetahui perkembangan anak usia dini, asesmen lebih banyak digunakan daripada
evaluasi, karena pola perkembangan anak masih bersifat sederhana. Anak banyak menghabiskan
waktu untuk bermain bersama orang dewasa atau anak lainnya. Sehingga untuk dapat memotret
dan mendiskripsikan perkembangan anak dengan tepat dibutuhkan suasana alami dan tidak
memaksa anak. Lara Fridani mengutip pendapat Goodwin dan Goodwin yang mengartikan asesmen
atau pengukuran sebagai suatu proses untuk menentukan (melalui observasi dan tes) trait atau
perilaku seseorang, karakteristik suatu program dan selanjutnya memberikan penilaian terhadap
penentuan tersebut.
Asesmen merupakan bagian program pendidikan anak, baik anak yang berkembang secara normal
maupun yang berkebutuhan khusus. Ia merupakan proses mendokumentasi keterampilan dan
perkembangan anak. Asesmen mengukur level perkembangan anak dan memberi indikasi tahap
perkembangan anak selanjutnya. Jadi asesmen tidak sekedar mengukur, mengurutkan rangking
ataupun mengelompokkan anak dalam kategori tertentu. Ada empat proses yang terjadi dalam
pelaksanaan asasemen, yakni:
1. Menentukan kebutuhan anak dan menentukan tujuan asesmen
2. Mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dengan metode yang tepat
3. Memproses informasi yang bermanfaat untuk melakukan penilaian

4. Membuat keputusan (judgment) profesional


C. Asesmen Perkembangan
Asesmen perkembangan dibedakan menjadi asesmen formal dan informal, untuk melaksanakannya,
ada dua strategi yang dapat digunakan, yakni:
1. Asesmen Formal Asesmen ini menggunakan tes standar sebagai strateginya, tes ini dirancang
khusus untuk mengukur karakteristik individual seperti mengukur kemampuan, prestasi, minat atau
karakteristik kepribadian anak. Misalnya: Tes psikologis untuk bayi atau balita dan tes untuk anak
pra sekolah seperti;
Hannah/Gardner Preschool Language test: fokus pada tugas perkembangan visual, auditory,
motorik dan konsep untuk usia 3-5 tahun.
Carolina Development Profile: usia 2-5 tahun, mengukur perkembangan motorik perceptual,
penalaran dan bahasa.
IOWA Test of Preschool Development: usia 2-5 tahun, tes prestasi pra sekolah, mengukur kesiapan
bahasa, visual motor, memori dan konsep.
Minnesota Child Development Inventory: usia 1-6 tahun, mengukur perkembangan anak pra
sekolah.
Pre Kindergarten Scale: skala rating observer, mengukur keterampilan kognitif, kontrol diri,
kemandirian dan hubungan sosial.
2. Strategi asesmen informal, meliputi: observasi, pengukuran yang dirancang guru (teacherdesigned measure), check list perkembangan, skala rating, rubrik, performansi dan asesmen
portofolio dan asesmen berdasarkan teknologi.
Pengumpulan data dalam pelaksanaan asesmen dapat dilakukan dengan cara observasi, konferensi
dengan guru, survey, interview dengan orang tua, hasil kerja anak dan sebagainya.
C. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk mendapatkan keterangan mengenai situasi dengan melihat dan
mendengar apa yang terjadi kemudian dicatat secara cermat. Observasi juga merupakan
pencatatan indikator perkembangan anak dalam kondisi natural. Di dalamnya memuat proses
observasi yang terdiri dari tiga komponen: pengamatan (observing), mendokumentasikan hal yang
kita amati dengan berbagai cara (recording) dan merefleksikan makna hal yang kita observasi
(interpreting).
Kegiatan observasi dapat dilaksanakan dalam berbagai situasi seperti kegiatan di dalam dan di luar
kelas, diskusi/kerja kelompok, tanya jawab, menonton film/video, inisiatif anak membantu
teman/guru, persentasi lisan (penggunaan kosa kata, organisasi kalimat, kontak mata atau
konsentrasi), spontanitas berinteraksi (keterampilan motorik atau ide melakukan kegiatan), waktu
bebas, istirahat (waktu makan, pilihan aktivitas, kuantitas waktu yang digunakan dalam beraktivitas
meupun berinteraksi dengan teman), posisi fisik anak saat duduk (membaca, menulis dan lainlain).
Pelaksanaan observasi juga harus mempertimbangkan alat dan teknik yang digunakan sesuai dengan
tujuan observasi, untuk memperjelas lihat tabel berikut:
Tujuan Pengumpulan Data Teknik Yang Digunakan
Membuat catatan yang bagus dan lengkap tentang aktivitas anak Running Record, videotape
Mencatat perilaku atau interaksi dan prestasi anak berdasarkan tujuan Catatan anekdot; foto dan
komentar
Mencatat intensitas terjadinya perilaku tertentu Time Sampling
Memahami sebab dan waktu terjadinya perilaku tertentu Event Sample
Mengumpulkan informasi tentang minat bermain anak, kemajuan individual, penggunaan
peralatan/media tertentu Checklist

Mengevaluasi kemampuan anak dalam mencapai tujuan Skala Rating


Membandingkan pemahaman anak yang berbeda tentang suatu konsep yang spesifik Interview
Mendokumentasikan secara tepat dan akurat tentang hal-hal yang sulit dijelaskan Foto dan
Komentar; Videotape
Mendokumentasikan gerakan, bahasa atau interaksi maupun kemampuan lain seperti keterampilan
musik untuk dapat diperlihatkan /dicontoh oleh anak lain Running Record; Videotape atau audio
recording
Contoh hasil observasi dengan teknik yang berbeda-beda:
1. Running Record
Running record digunakan berdasarkan fakta, secara detil, kejadian ditulis dalam waktu cepat. Aksi
digambarkan, dicatat dan dicatat setepat mungkin. Komentar atau interpretasi ditulis secara
terpisah dari kejadian yang sesungguhnya.
Nama Anak: Zain
Tanggal : 20 Desember 2008
Lokasi : Taman Bermain
Waktu Kejadian Komentar
8.20 Zain memperhatikan teman-temanya berkejar-kejaran Zain tertarik untuk ikut berkejaran
dengan teman
8.25 Zain memanggil Zuhdy Sedang main apa? Zuhdy menjawab, Sedang merebut bola. Aku tadi
bias mengambil bola yang dibawa lari Zaky. Zain berkata, Aku juga bias lari cepat. Zain senang
berlari cepat
2. Anekdot
Anekdot adalah catatan singkat tentang kejadian-kejadian yang spesifik. Memberikan informasi
factual tentang apa, kapan, di mana, pendorong terjadinya hal tersebut, reaksi anak dan
penyelesaiannya.
Tanggal Nama Siswa Komentar
1 Januari 2008 Zaky Tidak mau bernyanyi bersama alas an sakit kepala
2 Januari 2008 Zuhdi Berlarian terus mengelilingi kelas
3. Time Sampling
Teknik ini digunakan untuk membantu mengetahui berapa kali sebuah perilaku muncul.
Nama Anak: Reyhan, Raka, Zaky
Target: # menunjukkan interaksi positif x menunjukkan interaksi negative
0 Tidak ada interaksi * Mengawali interaksi
Tanggal: 24 Oktober 2007
15 menit sample waktu Reyhan Raka Zaky
0-3 menit # * # 0 # #
3-6 menit # x # # * x # #
6-9 menit x * # # * x # * 0 # *
Dst

4. Narasi Guru
Catatan harian merupakan kesan-kesan tentang perorangan maupun kelompok yang dicatat setiap
akhir kegiatan.
Kegiatan bermain balok hari ini tidak berjalan dengan lancar. Beberapa anak ribut, memperebutkan

balok ukuran besar untuk merangkai mobil-mobilan. Farel merebut balok dari Fayad dan Fayad
menendang rangkaian balok yang disusun Farel. Kesabaran sangat diperlukan guru agar tidak
terlibat keributan bersama anak-anak.
5. Check List
Ceklis perkembangan merupakan daftar indikator perkembangan anak dalam aspek-aspek tertentu
dan tentu saja terdapat jenjang usia, level perkembangan atau area perkembangan.
Nama Anak Umur
Observer. Tgl.
Intruksi: Masukkan tanggal dimana Anda pertama kali mengamati perilaku dibawah ini.
../../.. melukis dengan menggerakkan seluruh lengan
../../.. memotong dengan gunting
Atau:
No Aspek Ya Tidak
1 Aspek perkembangan bahasa
Menggunakan bahasa yang dapat dipahami
Mengucapkan puji-pujian kepada Allah secara spontan
Banyak berbicara saat melalukan aktivitas
Dan-lain-lain
2 Aspek motorik kasar
Berlari
Meniti papan keseimbangan
Bermain jungkit-jungkit
Dan lain-lain
6. Skala Rating
Strategi ini hampir sama dengan ceklis perkembangan namun dibuat menurut tingkatan keberadaan
perkembangan anak seperti garis kontinum.
Nama Anak Umur.
Observer Tgl..
Tunjukkan tingkat kesuksesan anak dengan memberikan tanda pada skala yang menunjukkan tingkat
kemampuan anak saat ini.
Mengecat dengan semua jari bergerak
Dikerjakan dengan mudah (Easily)
. Kadang-kadang mudah (Somewhat easily)
Dikerjakan namun masih kesulitan (With Difficulty)
Belum mampu (Not Able To Do)

7. Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio merupakan kumpulan hasil kerja anak dari waktu ke waktu dan laporan singkat
tentang aspek perkembangannya serta pameran hasil karya terbaik anak.
Latar belakang informasi
Tanggal lahir anak: Tanggal masuk sekolah:
Bahasa yang digunakan sehari-hari: Daerah Asal:
Bukti perkembangan fisik dan kesehatan: Observasi, foto, hasil karya yang menunjukkan
Berat dan tinggi badan dibandingkan anak seusianya Makanan yang disukai:
Rutinitas toileting Rentang waktu istirahat

Aktivitas motorik kasar Aktivitas motorik halus


Aktivitas sensori Cara menulis
Bukti perkembangan kognitif dan bahasa: observasi, foto, hasil karya, pencatatan perekaman yang
menunjukkan
Membaca atau menulis Kumpulan catatan atau cerita Contoh tulisan
Menyimak cerita Bercerita dan berbicara Komunikasi dengan teman
Selain teknik tersebut ada beberapa teknik yang juga dapat digunakan yakni:
1. Teacher-designed measure. Dalam strategi ini guru menggunakan tugas secara konkret untuk
anak usia dini atau tes lisan untuk informal asesmen bagi anak. Penggunaan kertas dan pensil dalam
teknik ini harus diposisikan sedemikian rupa untuk memberikan kenyamanan pada anak.
2. Rubric. Dikembangkan untuk mengevaluasi asesmen otentik asesmen tampilan.
3. Asesmen berbasis teknologi. Pada teknik ini bisa digunakan software, internet atau Electronic
Management of Learning (EML) sebagai sumber laporan kemajuan perkembangan kemampuan anak.
4. Daftar periksa pengamatan guru adalah sebuah daftar periksa pengamatan mengenai perilaku
spesifik untuk diamati.
5. Asesmen decoding. Decoding adalah catatan hasil observasi kegiatan anak pada waktu tertentu
dengan memberikan tanda/kode aspek perkembangan tertentu yang terlihat pada deskripsi
observasi. Kemudian dibuat kesimpulan dan umpan balik yang dilakukan.
D. Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini
Evaluasi pada pendidikan anak di usia dini sesungguhnya lebih pada upaya untuk melihat sejauh
mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak. Perkembangan anak usia dini meliputi
perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional. Oleh karenya indikator
perkembangan anak dirumuskan dengan melihat tahapan perkembangan anak tersebut.
Langkah-langkah penyusunan instrumen:
1. Mengidentifikasi variabel adalah segala sesuatu yang memiliki variasi nilai. Dalam hal ini, yang
menjadi variabel adalah aspek perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa dan sosial emosional.
2. Menganalisa teori adalah mencari, mendeskripsikan, menyintesiskan teori-teori yang berkaitan
dengan perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa dan sosial emosional.
3. Menyusun konstruk adalah mendefenisikan aspek perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa
dan sosial emosional secara konseptual
4. Menyusun defenisi operasional adalah mendefenisikan aspek perkembangan kognitif, fisik
motorik, bahasa dan sosial emosional secara operasional atau dapat diukur
5. Menentukan dimensi dan atau indikator perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa dan sosial
emosional berdasarkan teori yang sudah dianalis-sintesiskan
6. Menyusun kisi-kisi instrumen (Blue Print) dalam tabel yang terdiri dari kode, aspek, indikator, sub
indikator, pertanyaan/pernyataan, jumlah item.
7. Menyusun butir-butir instrumen berdasarkan pada pemilihan teknik pengumpulan data yang akan
digunakan, misalnya observasi, angket, tes tertulis, wawancara dan lain-lain.
Anak berkembang dengan sangat pesat sehingga pengumpulan data instrumen perkembangan anak
lebih banyak menggunakan teknik observasi yang lebih menekankan pada proses, individual dan
bersifat kualitataif. Berikut beberapa metode yang digunakan dalam teknik observasi:
Metode Defenisi Penggunaan untuk pencatatan
Daftar nama
(Class List Log) Pencatatan nama pertama anak, khusus untuk informasi masing-masing anak dikelas
1. Menyesuaikan kegiatan rutin
2. Menjaga diri (self care)
3. Perkembangan fisik
4. Tahapan perkembangan sosial

5. Kejelasan artikulasi berbicara


6. Konsep dasar math/science
7. Untuk literacy
8. Pilihan (frekuensi) dalam kegiatan berpusat pada anak
Jurnal Refleksi (Reflective Journal) Pencatatan dalam diary seseorang yang bersifat pribadi dan
terpisah dari catatan anak-anak 1. Berfikir
2. Ekspresi dan emosi
3. Pertanyaan
4. Ujian pribadi
Catatan Anekdot (anecdotal Recording) Pencatatan kejadian secara detail pada satu anak
melibatkan latar kejadian, aksi/reaksi, kutipan tepat dan hasil kerja anak 1. Perpisahan dan
penyesuaian (kedatangan/pulang)
2. Kemampuan pribadi
3. Perkembangan fisik
4. Perkembangan sosial
5. Perkembangan emosi
6. Bahasa dan bicara
7. Waktu perhatisan dan ketertarikan perkembangan kognitif
8. Literacy
9. Kreativitas
10. Bermain sosiodrama
11. Penyingkapan kenakalan ank-anak
12. Harga diri
Ceklist (Check List) Daftar kriteria penilaian berdasarkan indikator kemampuan, pengetahuan atau
tingkah laku yang diberi option ya atau tidak, ada atau tidak ada. Dapat diindikasikan dengan
tahapan perkembangan anak dari milestone dan aspek yang dikembangkan 1. Kemampuan menjaga
diri (self care)
2. Perkembangan fisik
3. Tahapan perkembangan sosial
4. Tahapan perkembangan emosi
5. Tahapan perkembangan kognitif
6. Kriteria khusus seperti mengetahui warna, ruang mengatur angka
7. Tahapan literacy
8. Tahapan perkembangan kreativitas
9. Tahapan bermain sosiodrama
10. Aspek konsep diri
Perhitungan frekuensi (Frekuensi Count) Pencatatan yang menentukan seringnya laku terjadi dan
digunakan untuk membandingkan implementasi strategi kegiatan 1. Frekuensi perpisahan
(kedatangan/pulang) kejadian yang sulit/khusus
2. Frekuensi permintaan bantuan
3. Frekuensi kejadian prososial dan antisosial
4. Frekuensi penggunaan bahasa dalam fungsi tertentu
5. Frekuensi pemilihan kegiatan
Wawancara/interview (Conversations or interviews) Pencatatan bahas anak secara verbal dalam
interaksinya dengan anak lain dengan tulisan atau alat pendengar 1. Wawancara informal
2. Wawancara memperoleh: pendapat anak tentang penyesuaian diosekolah, tanggung jawab anak,
evaluasi diri kemampuan fisik, evaluasi diri pertemanan dan interaksi sosial, evaluasi diri emosi
yang sulit
3. Evaluasi bahasa

4. Mengakses perkembangan kognitif


5. Mengakses perkembangan literasi
6. Diskusi pekerjaan atau permainan kreatif
Pencatatan waktu (team sample) Pencatatan kegiatan bermain bebas anak setiap 5 menit dalam
setengah jam secara interval dan menyimpulkan gambaran tentang daya tarik kemampuan, fokus
perhatian, kegemaran permainan, tahapan permainan sosial anak 1. Kehadiran anak dalam area
bermain
2. Permainan terus menerus diarea tersebut
3. Interaksi dengan yang lain dalam area tersebut
4. Kehadiran orang dewasa
Skala Penilaian Kriteria penilaian yang diatur berdasarkan tahapan perkembangan atau kualitas
jangkauan yang dicatat sesuai dengan hasil pengamatan 1. Tahapan perkembangan anak
2. Lingkungan yang sesuai
3. Performa guru
Hasil Karya (Work Sample) Koleksi hasil karya anak yang menggambarkan kesimpulan tentang
perkembangan, kemampuan dan tingkah laku 1. Perpisahan (kedatangan/kepulangan)
2. Menjaga diri (self care)
3. Perkembangan fisik
4. Kemampuan sosial
5. Perkembangan emosi
6. Perkembangan bahasa dan berbicara
7. Fokus perhatian dan ingatan
8. Pengetahuan matematika dan pengetahuan alam
9. Litersi
10. Kreativitas
11. Identifikasi diri
12. Tingkah laku kelompok
13. Interaksi dengan orang dewasa
Teknologi Kegiatan dalam memfoto, menggunakan audio/vodeo tape 1. Berbagai rangkaian
peristiwa
2. Perpisahan dan penyesuaian (kedatangan dan pulang)
3. Kemampuan menjaga diri
4. Perkembangan fisik
5. Perkembangan sosial
6. Perkembangan emosi
7. Bahasa dan bicara
8. Fokus perhatian dan ketertarikan
9. Perkembangan kognitif
10. Literasi
11. Kreativitas
12. Permainan sosiodrama
13. Harga diri (self esteem)
Laporan kekerasan pada anak-anak (Child abuse reporting) Ringkasan, gambaran, catatan darurat,
bentuk laporan pernyataan 1. Indikator kekerasan fisik pada anak-anak
2. Indikator anak-anak yang disia-siakan
3. Indikator kekerasan seks pada anak-anak
4. Indikator kekerasan emosi
Program Asesmen Alat untuk mengevaluasi program lingkungan, kurikulum dan adminstrasi,
kualifikasi staf dalam interaksinya dengan anak-anak, kecocokan program untuk individu anak 1.

Interaksi antara guru dan anak


2. Kurikum
3. Hubungan antara guru dan keluarga
4. Kualifikasi staf dan perkembangan profesionalitas
5. Administrasi
6. Kesehatan dan keamanan
7. Lingkungan
8. Pelayanan gizi dan kesehatan
9. prosedur dan kebijakan yang tepat
Tujuanya adalah untuk membantu/mengetahui perkembangan anak secara umum dalam
pengasuhan, berpikir dan tingkat kepercayaannya. Perencanaan ini dapat berjalan sukses mencapai
tujuan apabila dilakukan/didukung oleh pengukuran kemajuan, lingkungan atau kurikulum untuk
membantu perkembangan anak secara individual, dokumentasi perkembangan anak dan berbagi
dengan keluarga.
Landy & Burridge yang dikutip Fridani dalam Evaluasi Anak Usia Dini menyebutkan beberapa tahap
asesmen yang harus dipertimbangkan, yakni:
1. Global Assessment: pada tahap ini guru melakukan observasi dan memonitor anak baik dalam
situasi formal maupun informal.
2. Screening: tahap ini melibatkan anak dalam tes yang telah distandarisasikan dan memenuhi
syarat reliabilitas dan valid.
3. Ongoing Qualitative Assessment: tahap ini melibatkan kegiatan monitoring dan observasi
kualitatif yang dilakukan pada area keterampilan yang berbeda.
4. Individual Assessment for the Purpose of Remediation: bila pada observasi global anak didapati
mengalami kesulitan maka dilakukan ceklist untuk mencoba menemukan masalah utama.
Setelah diperoleh data, selanjutnya dilakukan analisis. Miles dan Huberman yang dikutip Fridani
menjelaskan analisis data instrumen yang bersifat kualitatif menggunakan langkah-langkah berikut:
1. Reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
2. Display data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie chart, pictogram,
uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, lowchart dan sejenisnya
3. Kesimpulan/verifikasi data. Kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara dan masih
bias berubah apabila ditemukan temuan terbaru dengan bukti yang mendukung.
Laporan evaluasi terhadap anak adalah elemen yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar anak prasekolah, beberapa metode yang digunakan dalam penyampaian laporan antara
lain adalah rapor/surat keterangan, konferensi, melalui telepon atau pembicaraan santai.

C. Kesimpulan
Untuk mengetahui perkembangan anak usia dini, asesmen dengan menggunakan metode observasi
lebih tepat digunakan, karena perkembangan anak usia dini berlangsung dengan sangat cepat, dari
sisi mental psikologis kemampuan anak untuk menerima tes tertulis layaknya tes yang diberikan
pada anak yang lebih besar masih sangat minim. Pelaksanaan asesmen pada anak diharapkan
memberikan kontribusi bagi perkembangan anak selanjutnya, orangtua dan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. c. 11. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
_________. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan. c. 2. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Departemen Pendidikan Nasional. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Diknas,
Jakarta, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak
Usia Dini. Diknas, Jakarta, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum TK dan Ra: Standar Kompetensi. Diknas, Jakarta, 2004.
Fridani, Lara. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Hurlock, Elizabeth. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, tt.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. c. 2. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. c. 3. Bandung, Remaja RosdaKarya,
2007.
Winkel, WS. Psikologi Pengajaran. c. 6. Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Darma, 2004
diposkan oleh Erwin Suryaningrat @ 16.27 0 komentar

Instrumen
Aplikasi Instrumentasi adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan
memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan
digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan
konseling.
Insrtrumentasi merupakan bagian dari kegiatan pendukung dari bimbingan
konseling yang mana terdapat di dalamnya instrument tes dan non tes...
1)

Instrumen

Tes

Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam :
1. Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah
pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan,
masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran;
2. Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;
3. Mengenali individu (misalnya peserta didik) yang memiliki kemampuan yang
sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus;
4. Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan
seseorang individu dalam bidang tertentu.
Persyaratan

instrumen

tes

yang

baik

Penyusunan tes dilakukan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan tes, penulisan tes
dan analisis tes. Perencanaan tes dilakukan dengan langkah-langkah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menetapkan
Menetapkan
hasil
Mempersiapkan
Menetapkan
Menetapkan
Menyiapkan
Mempersiapkan

belajar
isi

tujuan
yang
akan
tabel
materi
butir
norma
kunci

tes
diukur
spesifikasi
tes
tes
aturan
scoring

Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan konselor untuk
menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.
2)

Instrumen

Non-Tes

Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara,


catatan anekdot, angket, sosiometri, inventoriyang dibakukan. Agar diperoleh hasil
yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan dengan mempergunakan
pedoman pengamatan atau pedoman wawancara. Catatan anekdot merupakan hasil
pengamatan, khususnya tentang tingkah laku yang tidak biasa atau khusus yang
perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Angket dan daftar isian dipergunakan
untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu, oleh individu
sendiri. Sosiometri untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola
hubungan sosial di antara individu-individu dalam kelompok. Dengan sosiometri

akan dapat dilihat individu-individu yang populer, yang membentuk klik atau
kelompok-kelompok tertentu, dan mereka yang terpencil (terisolasi). Sedangkan
melalui inventori yang dibakukan akan dapat diungkapkan berbagai hal yang
biasanya merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis-jenis masalah yang dialami
individu,
sikap
dan
kebiasaan
belajar
peserta
didik.
Berikut beberapa gambaran instrumen yang digunakan pada pusat bimbingan dan
konseling IPDN

RABU, 23 JANUARI 2013

Strategi pengamatan atau informasi secara informal Profil pengamatan data evaluasi digunkan
sebagai bagian dari kerangka pembelajaran bahasa yang lebih luas. Siswa hendaknya dibimbing
menjadi pribadi yang memanfaatkan kemampuan membaca dan menulis untuk berbagai tujuan yang
bermakna. (a) Catatan anekdot Catatan anekdot adalah catatan pengamatan informal, yang
menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan,
kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan, dan strategi yang digunakan oleh pembelajar,
atau apa saja yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan. Catatan ini berupa komentar
singkat. Contoh : Catatan menulis siswa kelas 3 SD Sikap 8 maret 1998 : senang menulis polisi 19
maret 1998 : menggunakan kata tanya dengan tepat, menulis percakapan secara rinci. (b)
Wawancara dan survey Dengan wawancara secara personal kita dapat memancing tanggapan dan
memperoleh informasi yang mencerminkan sikap, strategi, kesenangan, dan tingkat kepercayaan diri
anak dalam waktu yang singkat. Contoh pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada siswa :
Seberapa lama kamu nonton tv ? Acara apa saja yang kamu senangi? Apakah semua orang di
rumah mu suka membaca? Buku apa yang terakhir kamu baca? (c) Konferensi atau diskusi
Konferensi atau diskusi merupakan alat evaluasi yang baik. Dengan mengikuti keinginan murid, tidak
melaksanakan keinginan guru, konferensi memungkinkan bagi guru untuk memahami murid-murid
sebagai pembelajar dan pembimbing mereka menghubungkan kemampuan mereka berbahasa. (d)
Ceklis Guru dapat menggunakan ceklis secara efektif dan bijaksana. Ceklis biasanya dikombinasikan
dengan komentar hasil pengamatan untuk mengecek prilaku melek huruf (pengetahuan tentang
bunyi, tulisan, konsep tulisan) (e) Menceritakan kembali murid diminta untuk menceritakan kembali
bacaan yang telah dibaca merupakan strategi yang efektif untuk mengevaluasi pemahaman dan
merupakan alternatif yang baik untuk menindak lanjuti pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa ditugasi
menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri tentang apa yang mereka pahami. (f) Tes / survei
siagnostik Tes / survei diagnostik digunakan untuk memilih murid yang perlu diberi program membaca
tambahan. Langkah ini dapat diadaptasi untuk tes akhir tahun di TK atau SD kelas 1 dan 2. Contoh
tes diagnostik :menemukan huruf, tes kata, dan konsep tentang tulisan, menulis kata dan dikte. (g)
Membaca buku Cara mengevaluasi membaca nyaring yang tidak menakutkan anak memilih bagian
atau bab-bab tertentu dari sebuah buku yang disenangi dan guru dapat membagikan fotokopi dan
meminta anak untuk membacanya. Penilaian portofolio Penilaian portofolio berwujud kumpulan
contoh hasil pekerjaan murid yang refresentatif sesuai dengan proses pelaksanaan tugas. Lembaranlembaran pekerjaan murid disimpan dalam map atau amplop besar. Konsep yang melatae belakangi
penggunaan penilaian portofolio sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa secara holistik, bersifat
alami dan bermanfaat bagi siswa maupun guru. Buku rapor dan penilaian Cara baru yang dapat
dilakukan untuk melaporkan nilai dapat ditempuh melalui ceklis dan format naratif untuk melaporkan
nilai sampai dengan kelas 3 SD dan menggunakan huruf untuk kelas 4 SD sampai dengan kelas 3
SMU. Pemberian nilai berbeda dengan evaluasi. Kemampuan seorang siswa tidak pernah dapat
digambarkan dengan angka atau huruf. Pemberian nilai dapat memiliki akibat negatif yang berupa
menumbuhkan kompetensi negatif, menghambat kerja sama, dan tidak menimbulkan pemahaman.
Contoh : Kategori Konsisten Tidak konsisten komentar Membaca buku yang dibaca sebagai tugas
rumah Membaca semua buku yang ditugaskan untuk membaca Menyelesaikan tugas membaca pada
waktunya Menyelesaikan semua tugas menanggapi karya sastra Memberi komentar yang bagus
pada diskusi sastra Menunjuk sumber acuan dalam mendiskusikan wacana Mendengarkan dengan
sungguh-sungguh dan menanggapi komentar teman dalam diskusi Menyelesaikan semua tugas
membaca karya sastraB. EVALUASI DENGAN PENGAMATAN (NONTES) DAN PENGUKURAN
(TES) Sebagian besar bentuk evaluasi yang telah digunakan dalam evaluasi pembelajaran bahasa
yang bersifat holistik berupa evaluasi informal. Pengamatan dan keputusan yang dibuat oleh guru ,
khususnya mengenai proses pembelajaran , merupakan alat yang paling sahih untuk mengumpulkan
dan menganalisis data tentang pembelajaran (Routman, 1991;308). Berikut dikemukakan profil
pengumpulan data evaluasi pembelajaran bahasa. PROSES HASIL P Catatan anekdot Tanggapan
terhadap pertanyaan E Wawancara Tanggapan terhadap sastra N Percakapan Catatan refleksi
belajar G Tanggapan kelompok Majalah sekolah A Menceritakan kembali Evaluasi diri M Partipasi

dalam kelompok Hasil penyelesaian tugas A Berbagai pengalaman membaca Pertanyaan buatan
murid T Berbagai pengalaman menulis Buku catatan A Contoh catatan Kumpulan karangan murid N
Contoh karangan Catatan buku yang di baca Draft, revisi, suntingan Catatan kosa kata Pemecah
masalah Contoh tulisan Tanggapan terhadap pementasan portofolio KONTEKSTUAL NON
KONTEKSTUAL P Ceklis, inventori Tes baku E Tes buatan guru Tes kemampuan minimal N Latihan
menyunting Tes sekolah, nasional G Latihan kelas Tas acuan norma U Survei minat / sikap Tes acuan
kriteria K Tes formatif Tes huruf, bunyi, kata U Dikte Tes ejaan R Penilaian karangan Tes diagnosis A
Evaluasi secara informal Lembar kerja N
Diposkan oleh Nduk Wiwit di 16.04

Anda mungkin juga menyukai