-MENGAJAR
PENILAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
A. Latar Belakang
Salah satu upaya dalam meningkatkan kwalitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari
peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian, Sistem penilaian
ini sangat berguna bagi kualitas hasil lulusan. Dari itu maka seorang pendidik harus
mengetahui criteria dan jenis-jenis penilian yang akan digunakan.
Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang
mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Pendidikan tidak
berorientasi kepada hasil semata, tetapi juga kepada proses. Oleh sebab itu penilaian terhadap
hasil belajar hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang dan, kalau dapat,
dilaksanakan secara simultan. Penilaian terhadap hasil belajar semata-mata , tanpa melalui
proses, cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan.
Padahal tidak mustahil kegagalan siswa tersebut disbabkan oleh lemahnya proses belajar
mengajar dimana guru merupakan penanggung jawabnya. Dilain pihak, pendidikan dan
pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus
merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Setidak-tidaknya, apa yag
dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan
kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajarnya.
Hasil belajar ang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung
menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut :
a) Kepuasan dan kebangaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrisik pada diri siswa.
Motivasi intrisik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu
sendiri. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan ia akan berjuang lebih keras
untuk memperbaikinya. Sebaliknya hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk
meningkatkan, setidak-tidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapai.
b) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu kemampuan dirinya dan percaya
bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana
seharusnya . Ia juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai apabila ia berusaha
sesuai dengan kesangupanya.
c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk
perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan untuk memperoleh
informasi dan pengetahuan lain, kemampuan dan kemauan untuk belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitasnya.
d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh ( komprehensif ), yakni mencakup ranah kognitif,
pengetahuan, atau wawasan ; ranah afektif atau sikap,dan apresiasi; serta ranah psikomotoris,
keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil belajar yang diperolehnya
sdangkan ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya. Baik
efek instruksional maupun efek nurturant atau efek samping yang tidak direncanakan dalam
pengajaran.
e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam
menilai hasil yang dicapai maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia
tahu dan sadar bahwa tinggi rendah hasil belajar yang dicapainya tergantung pada usaha dan
motivasi belajar dirinya sendiri.
Oleh sebab itu , penilaian terhadap proses belajar mengajar tidak hanya bermanfaat bagi guru,
tetapi juga bagi siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang
dicapainya.
B. Tujuan dan dimensi penilaian proses belajar-mengajar
Penilaian terhadap proses belajar-mengajarbertujuan agak berbeda dengan tujuan penilaian
hasil belajar. Apabila penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan tujuan
pengajaran (instruksional) oleh para siswa, maka tujuan penilaian proses belajar-mengajar
lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar- mengajar itu sendiri,
terutama efesiensi keefektifan-produktifitasnya. Beberapa diantaranya adalah :
a) Efesiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional.
b) Keefektifan dan relefansi bahan pengajaran.
c) Produktifitas kegiatan belajar-mengajar.
d) Keefektifan sumber dan sarana pengajaran .
e) Keefektifan penilaian hasil dan proses belajar
Sejalan dengan tujuan tersebut, dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenan
dengan komonen-komponen yang membentuk proses belajar-mengajar dan keterkaitan atau
hubungan diantara komponen-komponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai dimensi
penilaian proses belajar-mengajar setidak tidaknya mencakup :
1. Tujuan pengajaran atau instruksional
2. Bahan pengajaran
3. Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya.
Aspek aspek yang dinilai dari komponen-komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Komponen tujuan isntruksional yang meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas
yang terkandung didalamnya, rumusan tujuan , kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah
dan waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku,
keterlaksanaan dalam pengajaran.
Komponen bahan pengajaran yang meliputi ruang lingkupnya , kesesuaian dngan tujuan,
tingkat kesulitan bahan kemudahan memperoleh dan mempelajarinya , daya gunanya bagi
siswa , keterlaksanaan sesuai dengan waktu yang tersedia , sumber-sumber untuk
mempelajarinya , cara mempelajarinya , kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan
kebutuhan siswa , prasyarat mempelajarinya.
Komponen siswa yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi,
sikap, cara belajar yang dimiliki, hubungan sosialisasi dengan teman sekelas, masalah belajar
yang dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, indetitas siswa dan
keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.
Komponen guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar ,
sikap keguruan, pengalaman engajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan
profesinya , keterampilan berkomunikasi, kepribadian , kemampuan dan kemauaan
memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan rekan
sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain yang diperlukan.
Komponen alat dan sumber belajar yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna,
kemudahan pengadaanya, kelengkapannya, maanfaatnya bagi siswa dan guru, cara
pengunaanya. Dalam alat dan sumber belajar ini termasuk alat peraga, buku sumber,
laboratorium dan perlengkapan belajar lainya.
Komponen penilaian yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan , isi dan rumusan
pertayaan, pemeriksaan dan interprestasinya, sistem penilaian yang digunakan , pelaksanaan
penilaian , tindak lanjut hasil penilaian , pemanfaatan hasil penilaian , administrasi penilaian ,
tingkat kesulitan soal, validitas dan reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi
penilaian dan perencanaan penilaian.
Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu sama lainya dan membentuk
suatu sistem. Sebagai sistem sudah barang tentu setiap komponen memberikan iuran atau
sumbangan bagi keberhasilan pengajaran sesuai dengan fungsi masing-masing. Tujuan
pengajaran berfungsi dalam menentukan arah kegiatan pengajaran sehinga dapat dijadkan
suatu patokan atau suatu kriteria dalam menetukan keberhasilan pengajaran. Bahan
pengajaran berfungsi memberi isi dan warna terhadap tujuan pengajaran serta memberi
petunjuk apa yang harus dilakukan oleh guru dan siswa. Siswa dan kegiatanya merupakan
subject sekaligus objek dalam pengajaran. Guru dan kegiatannya sebagai arsitek dan
sutradara sekaligus pelaku dalam pengajaran. Dengan demikian,siswa dan guru menjadi
prasyarat terjadinya proses pengajaran. Alat dan sumber pengajaran berfungsi sebagai
penunjang dan daya dukung terjadinya keefektifan proses pengajaran sehinga dapat
mempermudah siswa belajar dan guru mengajar. Penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui efektif atau tidaknya pengajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sekaligus berfungsi sebagai baha dalam memperbaiki tindakanpengajaran selanjutnya.
Oleh sebab itu, Penilaian setiap komponen bukan hanya keberadaannya, tetapi juga
keterkaitan aspek-aspek yang ada pada setiap komponen dan keterkaitannya antar komponen
itu sendiri. Sebagai contoh, menilai aspek-aspek yang terdapat dalam komponen guru harus
dilihat hubunganya dengan komponen siswa, bahan, dan tujuan pengajaran. Demikian pula
menilai komponen penilaian tidak terpisahkan dari komponen tujuan , bahan, siswa dan guru.
Penilaian terhadap proses belajar mengajar menjadi tugas dan tanggung jawab guru,
kepala sekolah, dan para pengawas dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan,
khususnya kegiatan belajar-mengajar, sekaligus dalam hubungannya dengan pembinaan para
guru.
C. Kriteria dalam menilai proses belajar-mengajar
Setelah menentukan dimensi-dimensi penilaian proses, tahap berikutnya adalah
menentukan kriteria, patokan, atau ukuran dalam penilaianproses belajar mengajar. Kriteria
ini penting sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar-mengajar. Telah dijelaskan bahwa
secara mum keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari efesiensi, keefektifan,
relevansi, dan produktifitasproses belajar-mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.
Efesiensi berkenaan dengan pengorbanan yang relatif kecil untuk memperoleh hasil
yang optimal.
Keefektifan berkenaan dengan jalan, upaya , tehnik, strategi yang digunakan dalam
mencapai tujuan secara tepat dan cepat.
Relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara apa yang dilaksanakan dengan apa yang
seharusnya dilaksanakan.
Produktivitas berkenaan dengan pencapaian hasil, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain
adalah sebagai berikut :
sarana belajar, alat dan perlengkapan belajar, sistem penilaian, disiplin, peraturan atau tata
tertib sekoalh, kegiatan ekstrakurikuler, kemajuan belajarsiswa secara umum, dll.
II. Informasi dari siswa
Informasi dari siswa dari siswa terutama berkenaan dengan keadaan dan karekteristik siswa
itu sendiri, pandangan siswa mengenai bahan pengajaran serta alat dan perlengkapan belajar,
pandangan siswa mengenai cara belajar disekolah, pandangan siswa mengenai penilaian hasil
belajar, kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar, sikap gur dalam mengajar, pelayan dari
guru dan sekolah yang diterima siswa pada umumnya, dan hasil belajar yang dicapainya.
III. Informasi dari orang tua siswa
Informasi dari orang tua atau masyarakat pemakai lulusan berkenaan dengan motivasi belajar
siswa dirumahnya , cara belajar siswa, masalah yang dihadapi siswa, bantuan dan bimbingan
yang diberikan orang tua dirumahnya, fasilitas belajar yang diberikan orang tua dirumahnya,
aktivitas siswa dimasyarakat, dll.
Ketiga kelompok sumber informasi tersebut sangat perlu dibutuhkan untuk menjamin
objetivitas penilaian. Sebagai contoh, penilaian kemampuan guru mengajar tidak hanya
diperoleh dari kepala sekolah juga dapat diminta dari siswa. Demikian juga penilaian terhadap
cara belajar siswa tidak cukup dari informasi dari guru, tetapi juga dari para orang tuanya.
Dengan demikian data dan informasi bisa saling mengisi dan mmelengkapi. Persoalanya
adalah bagaimana data itu bisa diperoleh.
Ada beberapa tehnik untuk memperoleh data dan informasi mengenai proses belajar-mengajar ,
yakni antara lain :
- Kusioner dan wawancara, pengajuan secara tertulis ( kusioner) atau secara lisan
(wawancara) kepada sumber data mengenai informasi yang diperlukan . Misalnya
kepada siswa atau guru diminta pandanganya tentang kurikulum, penilaian, alat dan
perlengkapan belajar.
- Observasi atau pengamatan, yakini melihat Langsung peristiwa , kejadian, dan perilaku
guru atau siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
- Skala, baik skala penilaian ataupun skala sikap yang ditunjukan kepada guru ataupun
siswa berkenaan dngan proses belajar mengajar.
- Studi kasus, yakni mempelajari secara mendalam perilaku dan perkembangan siswa
tertentu yang mengalami kesulitan belajar, kesulitan menyesuaikan diri, kegagalan
belajar, dll. Kasus yang dialami siswa khususnya yang dialami dalam kegiatan belajar
mengajar.
- Sosiometri, yakni alat atau teknik untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial
para siswa didalam kelas.
Kusioner dan wawancara sebagai alat penilaian proses belajar-mengajar tepat digunakan
apabila ingin memperoleh informasi tentang pendapat atau dan pandangan berbagai pihak
( guru, siswa, orang tua ) mengenai komponn komponen yang berkenaan dengan proses
belajar mengajar. Pendapat dan pandangan tersebut bisa berupa penilaian, saran atau usuldan
permasalahan sehingga dapat dijadikan bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan
pengajaran.
Penilaian proses belajar mengajar melalui kusioner dan wawancara yang paling baik
dilakukan kepada siswa setelah proses belajar mengajar usai . siswa diminta pendapatnya
tentang kemampuan guru mengajar, bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, alat bantu
pengajaran , kegiatan belajarnya, cara guru menilai, dan pemahaman mengenai bahan yang
diajarkan guru. Kusioner dibuat dan disiapkan oleh guru.
Penilaian proses belajar mengajar yang dapat mengungkapketerlaksanaan kegiatan blajar
mengajar, baik oleh guru maupun oleh siswa, adalah melalui observasi proses belajar
mengajar. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh petugas khusus ( guru, walikelas,
kepala sekolah, dll ) dengan cara pengamatan dan pencatatan segala kejadian,peristiwa,
perilaku, yang tampak dalam proses jalannya kegiatan belajar-mengajar. Hasil-hasil observasi
kemudian dibicarakan oleh guru yang diobservasikan agar diketahui kekurangan dan
kelebihan sebagai bahanperbaikan dan penyempurnaan mengajar selanjutnya. Kelebihan
observasi dari wawancara atau kusioner adalah dalam hal keaslian data (informasi) karena
merupakan data primer yang diperoleh secara langsungdari pelaku yang diobservasi. Oleh
sebab itu observasi sebagai alat penilaian lainya. Skala penilaian dan skala sikap
penggunaanya hampir sama dengan kusioner , yaitu berupa pertayaan yang harus dijawab
secara tertulis.
Alat-alat penilaian tersebut termasuk kategori bukan tes atau non tes. Kelebihanya ialah
tidak hanya dapat digunakan untuk menilai hasil belajar.
Penutup
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi
juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses
belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar
siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses
belajar-mengajar
Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan
belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan
pengajaran.
4. Narasi Guru
Catatan harian merupakan kesan-kesan tentang perorangan maupun kelompok yang dicatat setiap
akhir kegiatan.
Kegiatan bermain balok hari ini tidak berjalan dengan lancar. Beberapa anak ribut, memperebutkan
balok ukuran besar untuk merangkai mobil-mobilan. Farel merebut balok dari Fayad dan Fayad
menendang rangkaian balok yang disusun Farel. Kesabaran sangat diperlukan guru agar tidak
terlibat keributan bersama anak-anak.
5. Check List
Ceklis perkembangan merupakan daftar indikator perkembangan anak dalam aspek-aspek tertentu
dan tentu saja terdapat jenjang usia, level perkembangan atau area perkembangan.
Nama Anak Umur
Observer. Tgl.
Intruksi: Masukkan tanggal dimana Anda pertama kali mengamati perilaku dibawah ini.
../../.. melukis dengan menggerakkan seluruh lengan
../../.. memotong dengan gunting
Atau:
No Aspek Ya Tidak
1 Aspek perkembangan bahasa
Menggunakan bahasa yang dapat dipahami
Mengucapkan puji-pujian kepada Allah secara spontan
Banyak berbicara saat melalukan aktivitas
Dan-lain-lain
2 Aspek motorik kasar
Berlari
Meniti papan keseimbangan
Bermain jungkit-jungkit
Dan lain-lain
6. Skala Rating
Strategi ini hampir sama dengan ceklis perkembangan namun dibuat menurut tingkatan keberadaan
perkembangan anak seperti garis kontinum.
Nama Anak Umur.
Observer Tgl..
Tunjukkan tingkat kesuksesan anak dengan memberikan tanda pada skala yang menunjukkan tingkat
kemampuan anak saat ini.
Mengecat dengan semua jari bergerak
Dikerjakan dengan mudah (Easily)
. Kadang-kadang mudah (Somewhat easily)
Dikerjakan namun masih kesulitan (With Difficulty)
Belum mampu (Not Able To Do)
7. Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio merupakan kumpulan hasil kerja anak dari waktu ke waktu dan laporan singkat
tentang aspek perkembangannya serta pameran hasil karya terbaik anak.
Latar belakang informasi
Tanggal lahir anak: Tanggal masuk sekolah:
Bahasa yang digunakan sehari-hari: Daerah Asal:
Bukti perkembangan fisik dan kesehatan: Observasi, foto, hasil karya yang menunjukkan
Berat dan tinggi badan dibandingkan anak seusianya Makanan yang disukai:
Rutinitas toileting Rentang waktu istirahat
C. Kesimpulan
Untuk mengetahui perkembangan anak usia dini, asesmen dengan menggunakan metode observasi
lebih tepat digunakan, karena perkembangan anak usia dini berlangsung dengan sangat cepat, dari
sisi mental psikologis kemampuan anak untuk menerima tes tertulis layaknya tes yang diberikan
pada anak yang lebih besar masih sangat minim. Pelaksanaan asesmen pada anak diharapkan
memberikan kontribusi bagi perkembangan anak selanjutnya, orangtua dan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. c. 11. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
_________. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan. c. 2. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Departemen Pendidikan Nasional. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Diknas,
Jakarta, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak
Usia Dini. Diknas, Jakarta, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum TK dan Ra: Standar Kompetensi. Diknas, Jakarta, 2004.
Fridani, Lara. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Hurlock, Elizabeth. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, tt.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. c. 2. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. c. 3. Bandung, Remaja RosdaKarya,
2007.
Winkel, WS. Psikologi Pengajaran. c. 6. Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Darma, 2004
diposkan oleh Erwin Suryaningrat @ 16.27 0 komentar
Instrumen
Aplikasi Instrumentasi adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan
memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan
digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan
konseling.
Insrtrumentasi merupakan bagian dari kegiatan pendukung dari bimbingan
konseling yang mana terdapat di dalamnya instrument tes dan non tes...
1)
Instrumen
Tes
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam :
1. Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah
pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan,
masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran;
2. Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;
3. Mengenali individu (misalnya peserta didik) yang memiliki kemampuan yang
sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus;
4. Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan
seseorang individu dalam bidang tertentu.
Persyaratan
instrumen
tes
yang
baik
Penyusunan tes dilakukan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan tes, penulisan tes
dan analisis tes. Perencanaan tes dilakukan dengan langkah-langkah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menetapkan
Menetapkan
hasil
Mempersiapkan
Menetapkan
Menetapkan
Menyiapkan
Mempersiapkan
belajar
isi
tujuan
yang
akan
tabel
materi
butir
norma
kunci
tes
diukur
spesifikasi
tes
tes
aturan
scoring
Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan konselor untuk
menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.
2)
Instrumen
Non-Tes
akan dapat dilihat individu-individu yang populer, yang membentuk klik atau
kelompok-kelompok tertentu, dan mereka yang terpencil (terisolasi). Sedangkan
melalui inventori yang dibakukan akan dapat diungkapkan berbagai hal yang
biasanya merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis-jenis masalah yang dialami
individu,
sikap
dan
kebiasaan
belajar
peserta
didik.
Berikut beberapa gambaran instrumen yang digunakan pada pusat bimbingan dan
konseling IPDN
Strategi pengamatan atau informasi secara informal Profil pengamatan data evaluasi digunkan
sebagai bagian dari kerangka pembelajaran bahasa yang lebih luas. Siswa hendaknya dibimbing
menjadi pribadi yang memanfaatkan kemampuan membaca dan menulis untuk berbagai tujuan yang
bermakna. (a) Catatan anekdot Catatan anekdot adalah catatan pengamatan informal, yang
menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan,
kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan, dan strategi yang digunakan oleh pembelajar,
atau apa saja yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan. Catatan ini berupa komentar
singkat. Contoh : Catatan menulis siswa kelas 3 SD Sikap 8 maret 1998 : senang menulis polisi 19
maret 1998 : menggunakan kata tanya dengan tepat, menulis percakapan secara rinci. (b)
Wawancara dan survey Dengan wawancara secara personal kita dapat memancing tanggapan dan
memperoleh informasi yang mencerminkan sikap, strategi, kesenangan, dan tingkat kepercayaan diri
anak dalam waktu yang singkat. Contoh pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada siswa :
Seberapa lama kamu nonton tv ? Acara apa saja yang kamu senangi? Apakah semua orang di
rumah mu suka membaca? Buku apa yang terakhir kamu baca? (c) Konferensi atau diskusi
Konferensi atau diskusi merupakan alat evaluasi yang baik. Dengan mengikuti keinginan murid, tidak
melaksanakan keinginan guru, konferensi memungkinkan bagi guru untuk memahami murid-murid
sebagai pembelajar dan pembimbing mereka menghubungkan kemampuan mereka berbahasa. (d)
Ceklis Guru dapat menggunakan ceklis secara efektif dan bijaksana. Ceklis biasanya dikombinasikan
dengan komentar hasil pengamatan untuk mengecek prilaku melek huruf (pengetahuan tentang
bunyi, tulisan, konsep tulisan) (e) Menceritakan kembali murid diminta untuk menceritakan kembali
bacaan yang telah dibaca merupakan strategi yang efektif untuk mengevaluasi pemahaman dan
merupakan alternatif yang baik untuk menindak lanjuti pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa ditugasi
menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri tentang apa yang mereka pahami. (f) Tes / survei
siagnostik Tes / survei diagnostik digunakan untuk memilih murid yang perlu diberi program membaca
tambahan. Langkah ini dapat diadaptasi untuk tes akhir tahun di TK atau SD kelas 1 dan 2. Contoh
tes diagnostik :menemukan huruf, tes kata, dan konsep tentang tulisan, menulis kata dan dikte. (g)
Membaca buku Cara mengevaluasi membaca nyaring yang tidak menakutkan anak memilih bagian
atau bab-bab tertentu dari sebuah buku yang disenangi dan guru dapat membagikan fotokopi dan
meminta anak untuk membacanya. Penilaian portofolio Penilaian portofolio berwujud kumpulan
contoh hasil pekerjaan murid yang refresentatif sesuai dengan proses pelaksanaan tugas. Lembaranlembaran pekerjaan murid disimpan dalam map atau amplop besar. Konsep yang melatae belakangi
penggunaan penilaian portofolio sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa secara holistik, bersifat
alami dan bermanfaat bagi siswa maupun guru. Buku rapor dan penilaian Cara baru yang dapat
dilakukan untuk melaporkan nilai dapat ditempuh melalui ceklis dan format naratif untuk melaporkan
nilai sampai dengan kelas 3 SD dan menggunakan huruf untuk kelas 4 SD sampai dengan kelas 3
SMU. Pemberian nilai berbeda dengan evaluasi. Kemampuan seorang siswa tidak pernah dapat
digambarkan dengan angka atau huruf. Pemberian nilai dapat memiliki akibat negatif yang berupa
menumbuhkan kompetensi negatif, menghambat kerja sama, dan tidak menimbulkan pemahaman.
Contoh : Kategori Konsisten Tidak konsisten komentar Membaca buku yang dibaca sebagai tugas
rumah Membaca semua buku yang ditugaskan untuk membaca Menyelesaikan tugas membaca pada
waktunya Menyelesaikan semua tugas menanggapi karya sastra Memberi komentar yang bagus
pada diskusi sastra Menunjuk sumber acuan dalam mendiskusikan wacana Mendengarkan dengan
sungguh-sungguh dan menanggapi komentar teman dalam diskusi Menyelesaikan semua tugas
membaca karya sastraB. EVALUASI DENGAN PENGAMATAN (NONTES) DAN PENGUKURAN
(TES) Sebagian besar bentuk evaluasi yang telah digunakan dalam evaluasi pembelajaran bahasa
yang bersifat holistik berupa evaluasi informal. Pengamatan dan keputusan yang dibuat oleh guru ,
khususnya mengenai proses pembelajaran , merupakan alat yang paling sahih untuk mengumpulkan
dan menganalisis data tentang pembelajaran (Routman, 1991;308). Berikut dikemukakan profil
pengumpulan data evaluasi pembelajaran bahasa. PROSES HASIL P Catatan anekdot Tanggapan
terhadap pertanyaan E Wawancara Tanggapan terhadap sastra N Percakapan Catatan refleksi
belajar G Tanggapan kelompok Majalah sekolah A Menceritakan kembali Evaluasi diri M Partipasi
dalam kelompok Hasil penyelesaian tugas A Berbagai pengalaman membaca Pertanyaan buatan
murid T Berbagai pengalaman menulis Buku catatan A Contoh catatan Kumpulan karangan murid N
Contoh karangan Catatan buku yang di baca Draft, revisi, suntingan Catatan kosa kata Pemecah
masalah Contoh tulisan Tanggapan terhadap pementasan portofolio KONTEKSTUAL NON
KONTEKSTUAL P Ceklis, inventori Tes baku E Tes buatan guru Tes kemampuan minimal N Latihan
menyunting Tes sekolah, nasional G Latihan kelas Tas acuan norma U Survei minat / sikap Tes acuan
kriteria K Tes formatif Tes huruf, bunyi, kata U Dikte Tes ejaan R Penilaian karangan Tes diagnosis A
Evaluasi secara informal Lembar kerja N
Diposkan oleh Nduk Wiwit di 16.04