RTRW Kukar
RTRW Kukar
e. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
tercantum huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,
maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara tahun 2013 2033;
Mengingat
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
KUTAI
KARTANEGARA TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN
20132033.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
di
Provinsi
45. Kawasan Hutan Lindung adalah wilayah hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
46. Kawasan Cagar Alam yang selanjutnya disebut CA adalah wilayah
suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan
tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang
perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
47. Kawasan Sempadan Pantai adalah daerah sepanjang pantai yang
diperuntukkan bagi pengamanan dan pelestarian pantai.
48. Kawasan Sempadan Sungai adalah daerah sepanjang aliran sungai
(pada kedua sisi sungai) yang diperuntukkan bagi pengamanan dan
kelestarian lingkungan sekitar aliran sungai.
49. Kawasan sekitar waduk/danau adalah daratan sepanjang tepian
waduk/danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik waduk/danau sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.
50. Taman Hutan Raya yang selanjutnya disingkat Tahura adalah wilayah
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa
yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
51. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan, atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
52. Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
53. Kawasan budidaya pertanian adalah wilayah budidaya memiliki
potensi budidaya komoditas memperhatikan kesesuaian lahan dan
agroktimat, efisiensi dan efektifitas usaha pertanian tertentu yang
tidak dibatasi wilayah administrasi.
54. Kawasan budidaya tanaman pangan adalah kawasan lahan basah
berinigasi, rawa pasang surut dan lebak dan lahan basah tidak
benirigasi serta lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan
pengembangan tanaman pangan.
55. Kawasan budidaya hortikultura adalah kawasan lahan kering
potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman
hortikultura secara monokultur maupun tumpang sari.
56. Kawasan budidaya perkebunan adalah kawasan yang memiliki potensi
untuk dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada lahan basah dan
atau lahan kering untuk komoditas perkebunan.
57. Kawasan budidaya peternakan adalah kawasan yang secara khusus
diperuntukkan untuk kegiatan peternakan atau terpadu dengan
komponen usaha tani (berbasis tanaman pangan, perkebunan,
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
Penataan ruang Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten
sebagai pusat pertumbuhan dan kawasan andalan dengan menata
pemanfaatanpotensi pertambangan dan migas serta mengembangkan
sektor unggulan pertanian dan pariwisata menuju terwujudnya
masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang Maju,Mandiri,dan
Sejahtera.
10
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 3
(1)
(2)
11
13
Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 6
Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf a terdiri atas :
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem perdesaan.
Paragraf 1
Sistem Perkotaan
Pasal 7
(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a terdiri
atas:
a. pusat kegiatan perkotaan; dan
b. fungsi pelayanan.
(2) Pusat kegiatan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. PKN berupa Kawasan Perkotaan Balikpapan Tenggarong
Samarinda Bontang;
b. PKL meliputi:
1. Perkotaan Kota Bangun;
2. Perkotaan Muara Badak;
3. Perkotaan Muara Jawa;
4. Perkotaan Kembang Janggut;
5. Perkotaan Samboja; dan
6. Perkotaan Tenggarong Seberang.
c. PPK meliputi:
1. Perkotaan Sanga Sanga;
2. Perkotaan Loa Janan;
3. Perkotaan Loa Kulu;
4. Perkotaan Muara Muntai;
5. Perkotaan Muara Wis;
6. Perkotaan Sebulu;
7. Perkotaan Anggana;
8. Perkotaan Marang Kayu;
9. Perkotaan Muara Kaman;
10. Perkotaan Kenohan;dan
11. Perkotaan Tabang.
(3) Fungsi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan Tenggarong Samarinda
Bontang dengan fungsi pelayanan meliputi:
1. pusat pengolahan migas;
2. pusat pengolahan batubara;
3. pusat pemerintahan kabupaten;
4. pusat perdagangan regional;
5. pusat koleksi dan distribusi barang regional; dan
6. pusat pengembangan perkebunan sawit dan pengolahan hasil
sawit.
b. PKL Kota Bangun berfungsi sebagai pusat pendukung kegiatan PKN
Tenggarong meliputi:
1. Kecamatan Kota Bangun;
14
18
19
13.
14.
15.
16.
17.
21
22
23
Pasal 17
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. jaringan terestrial atau kabel;
b. jaringan nirkabel; dan
c. jaringan satelit.
(2) Jaringan terestrial atau kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. pengembangan jaringan kabel pada seluruh kecamatan; dan
b. pengembangan Stasiun Telepon Otomat (STO) meliputi:
1. Kecamatan Kota Bangun; dan
2. Kecamatan Tenggarong.
c. pengembangan Satuan Sambungan Telepon (SST) meliputi:
1. Kecamatan Samboja;
2. Kecamatan Muara Jawa;
3. Kecamatan Kota Bangun;
4. Kecamatan Tenggarong Seberang;
5. Kecamatan Muara Badak;
6. Kecamatan Loa Janan;
7. Kecamatan Sebulu;
8. Kecamatan Muara Kaman;
9. Kecamatan Muara Wis;
24
Pasal 18
(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (3) huruf c terdiri atas:
a. Wilayah Sungai (WS);
b. Cekungan Air Tanah (CAT);
c. jaringan irigasi;
d. jaringan air baku untuk air bersih;
e. jaringan air bersih ke kelompok pengguna;
f. sistem pengendalian banjir, erosi dan/atau longsor; dan
g. sistem pengamanan pantai.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) direncanakan berbasis WS dan CAT serta
keterpaduannya dengan pola ruang dengan memperhatikan
keseimbangan pemanfaatan sumberdaya air permukaan dan air tanah.
(3) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi aspek konservasi sumberdaya air,
pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air
sesuai dengan arahan pola dan rencana pengelolaan sumberdaya air
Wilayah Sungai.
(4) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
WS Mahakam yang merupakan WS Strategis Nasional dengan Daerah
Aliran Sungai (DAS) meliputi:
a. DAS Mahakam;
b. DAS Santan; dan
c. DAS Semboja.
(5) Cekungan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. CAT Sendawar, CAT Loahaur, dan CAT Samarinda Bontang yang
merupakan CAT lintas Kabupaten/kota; dan
b. CAT Jonggon dan CAT Tenggarong yang merupakan CAT dalam
Kabupaten/kota.
(6) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. pemanfaatan daerah irigasi lintas provinsi meliputi:
1. Daerah Irigasi Sei Merdeka seluas kurang lebih 1.314 (seribu tiga
ratus empat belas) hektar;
2. Daerah Irigasi Samboja seluas kurang lebih 1.167 (seribu seratus
enam puluh tujuh) hektar;
3. Daerah Irigasi Sabintulung seluas kurang lebih 1.000 (seribu)
hektar;
4. Daerah Irigasi Marangkayu seluas kurang lebih 3.100 (tiga ribu
seratus) hektar;
25
2. Kecamatan Tenggarong;
3. Kecamatan Muara Jawa;
4. Kecamatan Samboja;
5. Kecamatan Sanga-Sanga;
6. Kecamatan Loa Kulu;
7. Kecamatan Loa Janan;
8. Kecamatan Anggana;
9. Kecamatan Muara Badak; dan
10. Kecamatan Marang Kayu.
(9) Sistem pengendalian banjir, erosi, dan/atau longsor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. pengoptimalan embung eks tambang tersebar di seluruh kecamatan.
b. pemanfaatan waduk meliputi:
1. Waduk Panji Sukarame berada di Kecamatan Tenggarong;
2. Waduk Marangkayu berada di Kecamatan Marangkayu; dan
3. Waduk Samboja berada di Kecamatan Samboja.
c. pembuatan sumur resapan pada kawasan hunian permukiman;
d. pembuatan tanggul baru atau mempertinggi tanggul yang sudah
ada;
e. normalisasi sungai;
f. pembuatan bangunan-bangunan pelindung tebing pada tempat yang
rawan longsor; dan
g. pemasangan pompa banjir pada kawasan terindikasi rawan banjir.
(10) Sistem pengamanan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f meliputi:
a. pengembangan bangunan pemecah gelombang; dan
b. penanaman tanaman bakau pada pesisir pantai.
Pasal 19
(1) Sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf d terdiri atas:
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem jaringan air limbah;
d. sistem jaringan drainase; dan
e. jalur dan ruang evakuasi bencana alam.
(2) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. optimalisasi TPA meliputi:
1. TPA Bekotok berada di Kecamatan Tenggarong; dan
2. TPA Muara Badak.
b. pembangunan TPA meliputi:
1. Kecamatan Tenggarong Seberang;
2. Kecamatan Samboja;
3. Kecamatan Loa Janan;
4. Kecamatan Kota Bangun;
5. Kecamatan Kembang Janggut;
6. Kecamatan Muara Badak; dan
7. Kecamatan Anggana.
c. pembangunan TPS pada seluruh pusat kegiatan perkotaan;
d. pengembangan sistem komposing di kawasan perdesaan dan
permukiman kepadatan rendah;
e. peningkatan sistem pengelolaan sampah dengan sanitary landfill dan
sistem 3 R meliputi:
1. pengurangan (reduce);
27
28
29
(2) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas kurang lebih 204.640 (dDua Ratus Empat Enam Ratus Empat
Puluh) hektar meliputi:
a. Kecamatan Kembang Janggut;
b. Kecamatan Marang Kayu;
c. Kecamatan Samboja; dan
d. Kecamatan Tabang.
(3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berada di Kecamatan Tabang.
(4) Kawasan bergambut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
seluas kurang lebih 37.387 (tiga puluh tujuh ribu tiga ratus delapan
puluh tujuh) hektar meliputi :
a. Kecamatan Kenohan;
b. Kecamatan Kota Bangun;
c. Kecamatan Muara Kaman;
d. Kecamatan Muara Wis; dan
e. Kecamatan Kembang Janggut.
Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 23
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf b terdiri atas:
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sekitar mata air;
d. kawasan sekitar danau atau waduk; dan
e. kawasan ruang terbuka hijau.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berupa kawasan sepanjang daratan tepian pantai minimal 100
(seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dengan luas
kurang lebih 10.718 (sepuluh ribu tujuh ratus delapan belas) hektar
meliputi:
a. Kecamatan Samboja;
b. Kecamatan Muara Jawa;
c. Kecamatan Muara Badak;
d. Kecamatan Sanga Sanga;
e. Kecamatan Anggana; dan
f. Kecamatan Marang Kayu.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1)
huruf b berupa kawasan sepanjang kiri kanan sungai selebar 100
(seratus) meter di sisi kiri-kanan sungai besar dan 50 (lima puluh)
meter di sisi kiri-kanan anak sungai dengan luas kurang lebih 16.915
(enam belas ribu sembilan ratus lima belas) hektar meliputi:
a. Kecamatan Anggana;
b. Kecamatan Kembang Janggut;
c. Kecamatan Kenohan;
d. Kecamatan Kota Bangun
e. Kecamatan Loa Janan;
f. Kecamatan Loa Kulu;
g. Kecamatan Marang Kayu;
h. Kecamatan Muara Badak;
i. Kecamatan Muara Jawa;
j. Kecamatan Muara Kaman;
30
Paragraf 3
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
Pasal 24
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c terdiri atas:
a. kawasan cagar alam;
b. kawasan taman nasional;
c. kawasan taman hutan raya; dan
d. kawasan pantai berhutan bakau.
(2) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas kurang lebih 32.038 (tiga puluh dua ribu tiga puluh delapan)
hektar berupa Cagar Alam Muara Kaman Sedulang berada di
Kecamatan Muara Kaman.
(3) Kawasan taman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
seluas kurang lebih 39.187 (tiga puluh sembilan ribu seratus delapan
31
32
Paragraf 5
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 26
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf
f terdiri atas:
a. kawasan cagar alam geologi; dan
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa fosil kayu berada di Sungai Belayan Desa Ritan
Kecamatan Tabang.
(3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. cekungan air tanah Samarinda Bontang;
b. cekungan air tanah Sendawar;
c. cekungan air tanah Loa Haur;
d. cekungan air tanah Tenggarong;
e. cekungan air tanah Jonggon; dan
f. kawasan sekitar mata air berupa kawasan perlindungan setempat
sekitar mata air dengan ketentuan sekurang-kurangnya jari-jari 100
(seratus) meter di sekitar mata air tersebar di seluruh wilayah
kecamatan.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 27
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf
b terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan
h. kawasan peruntukan lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 28
(1)
(2)
(3)
(4)
c. Kecamatan Kenohan;
d. Kecamatan Kota Bangun;
e. Kecamatan Loa Janan;
f. Kecamatan Loa Kulu;
g. Kecamatan Marang Kayu;
h. Kecamatan Muara Badak;
i. Kecamatan Muara Jawa;
j. Kecamatan Muara Kaman;
k. Kecamatan Muara Muntai;
l. Kecamatan Muara Wis;
m. Kecamatan Samboja;
n. Kecamatan Sebulu;
o. Kecamatan Tabang;
p. Kecamatan Tenggarong; dan
q. Kecamatan Tenggarong Seberang.
Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b seluas kurang lebih 570.945 (lima ratus tujuh puluh ribu
sembilan ratus empat puluh lima) hektar meliputi:
a. Kecamatan Kembang Janggut;
b. Kecamatan Kenohan;
c. Kecamatan Loa Kulu;
d. Kecamatan Muara Muntai;
e. Kecamatan Muara Wis; dan
f. Kecamatan Tabang.
Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 56.155 (lima
puluh enam ribu seratus lima puluh lima) hektar meliputi:
a. Kecamatan Kembang Janggut;
b. Kecamatan Kenohan;
c. Kecamatan Marang Kayu;
d. Kecamatan Muara Kaman; dan
e. Kecamatan Tabang.
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 29
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
d. Kecamatan Samboja;
e. Kecamatan Muara Jawa;
f. Kecamatan Muara Badak;
g. Kecamatan Kota Bangun;
h. Kecamatan Kenohan;
i. Kecamatan Muara Wis;
j. Kecamatan Muara Muntai;
k. Kecamatan Tenggarong;
l. Kecamatan Tabang;
m. Kecamatan Kembang Janggut;
n. Kecamatan Sanga-sanga;
o. Kecamatan Loa Kulu;
p. Kecamatan Loa Janan;
q. Kecamatan Muara Kamam; dan
r. Kecamatan Anggana.
Lahan cadangan potensial untuk lahan pertanian pangan
berkelanjutan (LP2B) seluas kurang lebih 48.110 (empat puluh
delapan ribu seratus sepuluh) hektar meliputi:
a. Kecamatan Tenggarong Seberang;
b. Kecamatan Sebulu;
c. Kecamatan Marangkayu;
d. Kecamatan Samboja;
e. Kecamatan Muara Jawa;
f. Kecamatan Muara Badak;
g. Kecamatan Kota Bangun;
h. Kecamatan Kenohan;
i. Kecamatan Muara Wis;
j. Kecamatan Muara Muntai;
k. Kecamatan Tenggarong;
l. Kecamatan Tabang;
m. Kecamatan Kembang Janggut;
n. Kecamatan Sanga-sanga;
o. Kecamatan Loa Kulu;
p. Kecamatan Loa Janan;
q. Kecamatan Muara Kamam; dan
r. Kecamatan Anggana.
Pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dengan luas kurang lebih 267.386 (dua ratus enam puluh tujuh ribu
tiga ratus delapan puluh enam) hektar yang tersebar di seluruh
wilayah kecamatan meliputi komoditi:
a. jagung;
b. ubi kayu;
c. ubi jalar;
d. kacang tanah;
e. kedelai; dan
f. kacang hijau.
Kawasan pertanian holtikultura sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf b tersebar diseluruh kecamatan yang diperuntukan bagi
tanaman
a. Buah buahan, antara lain, rambutan, durian, nangka, cempedak;
b. Aneka jenis sayur sayuran, antara lain kacang panjang, cabe,
tomat, terung terungan, dan lain lain;
c. Aneka tanaman obat (biofarma) dan tanaman hias, antara lain
jahe, kunyit, dan lain lain.
35
(7)
(8)
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 30
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
i.
(3)
(4)
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
39
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 35
(1)
(2)
(1)
(2)
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 37
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Samarinda Loa Janan Sanga-Sanga Muara Jawa Samboja - Balikpapan (SASAMBA).
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa Kawasan Heart of Borneo.
Pasal 39
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 40
(1)
(2)
(3)
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Pasal 41
(1)
41
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
(1)
(2)
Pasal 43
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 44
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(1)
43
(2)
(3)
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1
Ketentuan Pemberian Insentif
Pasal 47
Ketentuan pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat
(2) huruf c meliputi:
(1) Insentif dapat diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada
pemerintah daerah lainnya, pemerintah desa dan masyarakat umum
yang melaksanakan pembangunan sesuai dengan RTRWKabupaten;
(2) Insentif kepada pemerintah daerah lainnya dan pemerintah desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. penyediaan sarana dan prasarana;
d. dukungan program serta kegiatan pembangunan;
e. kerjasama pendanaan;
f. penghargaan;
g. publisitas atau promosi daerah;
h. keringanan pajak atau pembebasan pajak;
i. pemberian dana stimulan; dan
j. pemberian bantuan modal.
(3) Ketentuan insentif dari pemerintah Kabupaten kepada masyarakat
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam
bentuk:
a. pemberian kompensasi;
b. pengurangan retribusi;
c. imbalan;
d. sewa ruang dan urun saham;
e. penyediaan sarana dan prasarana;
f. penghargaan;
g. kemudahan perizinan;
h. penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
i. penyediaan lahan atau lokasi;
j. pemberian bantuan teknis;
k. percepatan pemberian perizinan; dan
l. pembatasan administrasi pertanahan.
(4) Tata cara dan mekanisme pemberian insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan (3), diatur lebih lanjut diatur oleh
Peraturan Bupati.
44
Paragraf 2
Ketentuan Pemberian Disinsentif
Pasal 48
Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
ayat (2) huruf c meliputi:
(1) Disinsentif dapat diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada
pemerintah daerah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat untuk
mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan RTRW Kabupaten.
(2) Disinsentif kepada pemerintah daerah lainnya dan pemerintah desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk:
a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan
b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
(3) Ketentuan disinsentif dari pemerintah Kabupaten kepada masyarakat
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam
bentuk:
a. pengenaan retribusi yang tinggi;
b. pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; dan
c. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur.
(4) Tata cara dan mekanisme pemberian disinsentif sebagaimana
dimaksud pada pada ayat (1) sampai dengan (3), diatur oleh
Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 49
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
48
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 51
(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang
di wilayah Kabupaten, yang meliputi koordinasi dalam pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang, dibentuk
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut
BKPRD.
(2) Tugas, susunan keanggotaan dan tata kerja BKPRD diatur sesuai
ketentuan dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB X
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 52
Dalam penataan ruang wilayah, setiap masyarakat berhak:
a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
b. mengetahui RTRW Kabupaten dan rencana rincinya berupa rencana
detail tata ruang kawasan dan rencana pengembangan sektoral.
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari penataan ruang wilayah.
d. mengajukan keberatan, gugatan dan tuntutan pembatalan izin, serta
memperoleh penggantian yang layak atas kegiatan pembangunan
terkait pelaksanaan RTRW Kabupaten.
Pasal 53
(1)
(2)
Pasal 54
(1) Untuk menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf c didasarkan pada hak
atas dasar pemilikan, penguasaan atau pemberian hak tertentu yang
dimiliki
masyarakat
sesuai
ketentuan
peraturan
49
Pasal 57
(1)
(2)
50
51
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 62
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
52
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah
ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan
belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
perundang undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak.
c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah
ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 64
Paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah
ini, Peraturan Bupati tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah
harus telah ditetapkan.
53
Pasal 65
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Ditetapkan di Tenggarong
pada tanggal 30 Mei 2013
BUPATI KUTAI KARTANEGARA,
RITA WIDYASARI
Diundangkan di Tenggarong
pada tanggal 31 Mei 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA,
EDI DAMANSYAH
NIP. 19650302 199403 1 011
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
NOMOR 9 TAHUN 2013
54