Anda di halaman 1dari 7

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DALAM PENULISAN SKRIPSI MAHASISWA1


Oleh:
Mustofa, M.Pd.2
Why are students not attending my lectures?
Why dont students read?
What can I do to enthuse my students?
What can I do to help students become more analytical in their writing?
How can I help students to link theory with their practice?
What is going wrong in my seminars when my students dont speak?
Why wont students use the library?
Why are retention and progression rates falling?
What can I do to make my lecturing style more accessible?
A. Pendahuluan
John Elliot (1991: 69) memandang penelitian tindakan sebagai the study of a social
situation with a view to improving the quality of action within it. Dengan demikian, guru
memegang peranan dalam penilaian praktis pada situasi yang konkrit sekaligus menerapkan
pengalaman teoris atau hipotetis dalam membantu subjek untuk lebih tahu, paham dan
terampil.
Sagor (2005: 1) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai A disciplined process of
inquiry conducted by and for those taking the action. The primary reason for engaging in
action research is to assist the actor in improving or refining his or her actions.
PTK merupakan jenis penelitian yang berbeda secara signifikan terhadap jenis
penelitian lainnya, termasuk penelitian kualitatif. Perbedaan tersebut oleh Tomal (2010: 15)
dijelaskan bahwa:
Qualitative researchers are generally concerned about discovering information
about data-rich cases found in natural settings and then making inductive
conclusions. Action research is much more direct in its purpose. Since the goal is to
solve a given problem and make improvements, action researchers rely less on
scientific inquiry and inductive reasoning and more on reflection and the practicality
and feasibility of addressing a problem.
Penelitian tindakan kelas (PTK) telah banyak diterapkan dalam dunia pendidikan di
berbagai negara. Jenis penelitian ini memberikan metode dan prosedur dalam meningkatkan
profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas berdasarkan kriteria tertentu.
PTK seyogyanya bersifat evaluatif dan reflektif atas proses dan hasil belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru itu sendiri. Dalam PTK, guru menjadi peneliti bagi dirinya sendiri. Hal
ini didasarkan atas prinsip dasar PTK itu sendiri, bahwa guru yang lebih memahami dan
menguasai situasi yang berlangsung di kelas sehingga diharapkan guru dapat menyusun
formula yang paling tepat untuk membantu menyelesaikan permasalahan aktivitas
instruksional.
PTK merupakan integrasi antara teori dan praktik secara kolektif. Seorang guru yang
melakukan penelitian tindakan akan meneliti kegiatan pembelajarannya sendiri, berlangsung
di kelasnya sendiri, dan melibatkan subjek dari siswanya sendiri. Tahapan yang dilalui
melalui serangkaian tindakan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi untuk
1 Makalah ini disusun untuk kegiatan Pelatihan Penulisan Skripsi Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi IKIP PGRI
Pontianak pada tanggal 8 Juni 2015

2 Dosen Prodi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak

memperoleh umpan balik yang terfokus pada permasalahan krusial yang berlangsung terus
menerus. Hal ini sejalan dengan Tomal (2010: 14) bahwa The researcher utilizes
appropriate interventions to collect and analyze data and then to implement actions to
address educational issues.
Hasil dari evaluasi dan refleksi PTK dapat dijadikan pijakan untuk pengembangan
kurikulum yang ideal bagi setiap kelas dan menjadi acuan bagi pendidik lain baik dalam satu
satuan pendidikan maupun bagi pendidikan secara universal. Namun demikian, tentu saja
PTK itu sendiri secara inklusif menjadi titik acuan bagi pengembangan proses belajar
mengajar dalam rangka peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Hasil
belajar mengajar peserta didik menjadi cerminan akhir keberhasilan atas pemberian tindakan
yang dilakukan oleh guru secara mandiri maupun berkolaborasi dengan rekan, kepala
sekolah, pengawas sekolah, maupun akademisi dari berbagai disiplin ilmu.
PTK merupakan jenis penelitian dengan karakter yang terfokus pada masalah krusial
dalam kelas. Masalah yang dihadapi guru selalu bermula dari praktik belajar mengajar seharihari yang bagi satu maupun lain kelas memiliki karakteristik dan bobot yang beragam.
Objektivitas dan profesionalisme idealis guru seharusnya menjadi sumber kesadaran bahwa
terdapat persoalan dalam kelas-kelas tertentu berkaitan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Apabila guru menyadari akan adanya masalah di dalam kelas, guru dapat menggunakan PTK
sebagai tindakan profesional untuk mengatasinya. Namun demikian, apabila dirasa tidak
terdapat masalah atau belum dinilai krusial, PTK tidak mutlak untuk digunakan.
Guru idealnya harus secara objektif dan mandiri dapat mengukur permasalahan
pembelajarannya sendiri. Meskipun demikian, guru seringkali meletakkan dan mengabaikan
permasalahan dan kekurangan sendiri pada pembelajaran di kelas. Ironisnya, permasalahan
tersebut telah berlangsung bertahun-tahun melibatkan generasi ke generasi siswa berikutnya.
Dengan menimpakan tindakan evaluatif dan reflektif pada siswa yang dinilai kurang mampu
secara akademis.
Secara opsional cukup tepat apabila guru meminta bantuan reflektif dari pihak lain
baik dari dalam maupun dari lingkungan satuan pendidikannya. Salah satu pihak dalam
konteks ini melakukan kolaborasi dengan melibatkan akademisi dari Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK). Bentuk kolaborasi ini adalah temuan-temuan, rekomendasirekomendasi, dan terapan dalam perbaikan kualitas pembelajaran.
PTK bertujuan untuk menawarkan alternatif tindakan atas persoalan pembelajaran
yang dihadapi oleh guru untuk diterapkan di kelas kemudian dievaluasi efektivitas alternatif
tersebut terhadap proses maupun hasil belajar siswa. Dengan demikian, langsung maupun
tidak langsung secara simultan akan tercipta pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
profesionalisme guru akan meningkat, dan terpola perbaikan secara dinamis atas kurikulum
yang diterapkan oleh guru di kelas dan di sekolah.
B. Bentuk Penelitian Tindakan Kelas
Seperti halnya dengan jenis penelitian inkuiri lainnya, penelitian tindakan secara
umum memiliki satu dari dua tujuan berikut:
1. Menjelaskan apa yang saat ini terjadi
2. Melakukan tes atas hipotesis atas teori
Secara umum, PTK memiliki empat bentuk dengan fokus pada perbaikan kualitas
pembelajaran oleh guru.
1. Guru sebagai peneliti
Bentuk PTK dengan guru secara individual sebagai peneliti menurut Kemmis dan
Wilkinson (1998: 22) sebagai frequently a solitary process of systematic self-reflection.
Keterlibatan pihak luar hanya bersifat konsultatif dalam investigasi atau membantu
mencari masalah di kelas. Guru sebagai peneliti memiliki andil yang dominan, sedangkan

peran pihak luar sangat kecil dalam proses penelitian. Guru memiliki peran sentral dan
within the ambit of the research process itself (Kemmis dan Wilkinson, 1998: 32).
2. Penelitian tindakan kolaboratif
PTK yang bersifat kolaboratif oleh Tomal (2010: 15) melibatkan beberapa pihak.
action research is conducted by a change agent (i.e., consultant, researcher, educator, or
administrator) who works with identified subjects within the context of a group
(classroom, school, or organization) in conducting the study. Dengan demikian, PTK
melibatkan pihak seperti rekan guru, kepala sekolah maupun dosen secara bersama-sama
atau tim.
3. Simultan terintegratif
Bentuk PTK ini mengarah kepada pemecahan persoalan praktis dalam
pembelajaran sehingga diketemukan pengetahuan ilmiah dalam bidang pembelajaran di
kelas. Guru sebagai aktor utama dilibatkan secara penuh dalam penelitian tindakan.
Temuan mengenai masalah dalam pembelajaran yang diteliti diidentifikasi dan
diketemukan oleh peneliti dari luar sehingga peneliti dari luar memiliki andil dalam
membuat formulasi pemecahan masalah.
4. Administrasi sosial eksperimental
PTK jenis ini menekankan kepada dampak kebijakan terhadap praktik. Guru tidak
terlibat secara langsung dalam kegiatan perencanaan, tindakan maupun refleksi. Dengan
demikian, segala aktivitas penelitian diselenggarakan sepenuhnya dari pihak luar. Peneliti
bekerja atas dasar hipotesis, kemudian melakukan tes layaknya kegiatan eksperimen.
C. Model Penelitian Tindakan Kelas
Secara konseptual, tahapan-tahapan dalam model PTK tidak jauh berbeda antara satu
pendapat dengan pendapat lain. Hanya saja, terdapat modifikasi dan penyempurnaan
sehingga lebih dinamis dan kompak.
1. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin merupakan penggagas jenis penelitian tindakan yang dikenal dengan
nama action research. Lewin menggagas model PTK atas empat komponen, yakni
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting).

Gambar 1. Model PTK menurut Kurt Lewin


2. Model Kemmis dan Taggart
Model Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan dari model Lewin melalui
tahapan sebagai refleksi-diri.

Gambar 2. Model PTK menurut Kemmis dan Wilkinson (dalam Atweh, 1998: 22)
3. Model John Elliot
Model PTK menurut John Elliot (1991: 71) merujuk kepada model Lewin, namun
terdapat beberapa argumentasi sehingga perlu diberikan revisi pada beberapa aspek
berikut:
a. Ide pokok dapat diikutsertakan dalam perubahan.
b. Pengamatan dapat melibatkan analisis dalam pencarian fakta sesungguhnya di
lapangan dan dapat dilakukan secara berulang-ulang sehingga lebih baik daripada
mengulangi dari awal.
c. Penerapan dari setiap tahapan tindakan tidaklah selalu mudah, tidak pula dilakukan
proses evaluasi terhadap efek dari tindakan tersebut hingga tahap demi tahap diamati
oleh pihak luar.

Gambar 3. Model PTK John Elliot (revisi dari model Lewin) (Elliot, 1991: 71)

D. Sistematika Penelitian Tindakan Kelas


OUTLINE PENELITIAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Judul
Judul PTK hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang seharusnya
tertulis di dalam judul adalah gambaran dari apa yang dipermasalahkan, dan bentuk tindakan
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Upaya Peningkatan Hasil Belajar...
Peningkatan Hasil Belajar...
Penerapan Model Pembelajaran...
Penggunaan Media...
Implementasi Pembelajaran...
Meningkatkan Hasil Belajar...
Optimalisasi Pembelajaran...
Pemanfaatan Media...
B. Latar Belakang
Menceritakan mengenai harapan teoretis dan harapan praktis (das sein), situasi yang
berlangsung di kelas (das sollen), alternatif solusi dan kelayakannya.
C. Rumusan Masalah
Perumusan masalah berisi definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan
penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan
alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan
mengajukan indikator keberhasilan tindakan, cara pengukuran, serta cara mengevaluasinya.
1. Masalah umum
Bagaimana upaya dalam meningkatkan hasil belajar...
2. Sub masalah
a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran...
b. Bagaimana hasil belajar...
c. Apakah model pembelajaran ... dapat meningkatkan...
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi mengenai target yang ingin dicapai. Rumusan tujuan
penelitian menyesuaikan kepada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan tujuan
khusus diuraikan dengan jelas sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.
1. Tujuan umum
Mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar...
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran...
b. Mengetahui hasil belajar...
c. Mengetahui penerapan model pembelajaran ... dapat meningkatkan...
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian setidak-tidaknya berisi uraikan mengenai sumbangan penelitian
bagi siswa, guru, sekolah, dan bagi peneliti sendiri. Disamping itu, perlu pula dituliskan
mengenai inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
1. Manfaat teoretis
2. Manfaat praktis
a. Siswa
b. Guru
c. Sekolah

d. Peneliti
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Fokus penelitian
Fokus penelitian adalah permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam suatu
penelitian. Fokus penelitian berupa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil
belajar/aktivitas belajar/tingkat pemahaman melalui model pembelajaran ....
Fokus penelitian tersebut dilengkapi dengan indikator:
a. Penerapan model pembelajaran
b. Hasil belajar siswa
2. Definisi operasional
a. Model pembelajaran
b. Hasil belajar siswa
c. Materi pembelajaran
G. Variabel Penelitian
1. Variabel tindakan
Berkaitan dengan tindakan menggunakan model pembelajaran...
2. Variabel hasil
Berkaitan dengan hasil belajar yang diharapkan...
H. Hipotesis Tindakan (Jika Ada)
Melalui model pembelajaran ... dapat meningkatkan ...
I. Metode dan Bentuk Penelitian
1. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan atau action research.
2. Bentuk penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research).
J. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas ....
K. Rencana Tindakan
1. Persiapan
2. Pelaksanaan (mengikuti model pembelajaran)
3. Observasi
4. Refleksi
L. Teknik Dan Alat Pengumpul Data
1. Teknik pengumpul data
Teknik dalam mengumpulkan data dapat berisi: Examining tests, portfolios,
records, and through the direct observation of individual and group skills and behaviors
(Tomal, 2010: 80).
a. Observasi
b. Wawancara
c. Teknik pengukuran
d. Studi dokumenter
2. Alat pengumpul data
Alat yang digunakan dalam penelitian dapat berisi: Diaries, profiles, document
analysis, photographic evidence, tape/video recording and transcript, using an outside
observer, interviewing, the running commentary, the shadow study, checklist,
questionnaire, inventories, triangulation, analytic memo (Elliot, 1991: 77-83)
a. Panduan observasi

b. Panduan wawancara
c. Tes hasil belajar
d. RPP, Silabus, foto kegiatan penelitian
M. Teknik Analisis Data
1. Analisis data penelitian
Analisis data deskriptif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi.
2. Analisis hasil tes belajar
Tes dalam penelitian ini berupa lembar kerja siswa dan tes hasil belajar pada setiap siklus
dengan skor masing-masing subjek antara 0 100 (interval).
3. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian dilihat dari skor ketuntasan minimal (KKM)
siswa telah mencapai ketuntasan klasikan (85%) maka pembelajaran dianggap berhasil
dan siklus dianggap tuntas.
Daftar Pustaka
Lampiran
1. Silabus
2. RPP
3. Panduan observasi
4. Panduan wawancara
5. Tes hasil belajar
Daftar Pustaka
Elliot, J. 1991. Action Research for Educational Change. Buckingham: Open University Press.
Kemmis, S. dan Wilkinson, M. 1998. Participatory Action Research and the Study of Practice.
Action Research in Practice. Atweh, B. New York: Routledge.
McTaggart, R. 1991. Action Research: A Short Modern History. Victoria: Deakin University
Press.
Norton, L.S. 2009. Action Research in Teaching and Learning A Practical Guide to Conducting
Pedagogical Research in Universities. New York: Routledge.
Tomal, D.R. 2010. Action Research for Educators 2nd Ed. Maryland: Rowman & Littlefield
Education.
Sagor, R. 2005. The Action Research Handbook: A Four-Step Process for Educators and Sc hool
Teams. California: Corwin Press.

Anda mungkin juga menyukai